Kegiatan pemanasan yang menyenangkan terhenti bahkan belum mencapai ******* yang diharapkan. Dion geram mendengar bunyi bel kamar hotel yang mengusiknya. Sementara Valencia sesegera membereskan baju dan memakai baju tidur.
Di luar kamar sudah berdiri seorang pria setahun lebih muda dari Dion dengan tampilan casual. Celana jeans biru muda dengan kaos kerah putih dibalut hoodie berwarna navy serasi dengan kulit putih bersih dan wajah misteriusnya. Sesekali di tengoknya smart watch karena pintu tak segera terbuka.
18.30 , Seharusnya mereka sudah kembali dan bersiap untuk makan malam. Apa mungkin aku terlalu cepat datang? Baiklah ku tekan lagi saja belnya.
Pintu terbuka, Dion yang dikenal olehnya adalah sosok ceria dan bersemangat namun berbeda dengan yang ada dihadapannya. Terlalu lusuh, malas, dan tatapan amarah.
“Haiii Senpaiii… long time no see… how are you?”, Sambut Andaro berharap Dion mengingatnya.
“Hmmmm… Andarosan…I’m fine… hope you so. Just wait for a minute.” Dion tak segera mempersilahkan Andaro, dia menengok ke dalam sejenak.
Selang beberapa saat, dibukanya pintu kamar dan Andaro diarahkan duduk di ruang tamu president suite tersebut. “Apakah aku mengganggumu Senpai?”
Meskipun terlihat seolah cuek namun Andaro cukup sensitive terhadap perasaan orang lain. Melihat Dion yang seperti belum bisa menerima kehadirannya dan masih berkutat ke hal yang lain, membuat Andaro merasa harus memastikan apakah dia mengganggu kerabatnya itu.
“Nope Andarosan, hanya saja beri aku waktu sejenak. Mmm kau tau, kalau memasak telor membutuhkan waktu yang lama dan untuk membukanya harus direndam air dingin segera setelah dimasak.”
Andaro masih tak paham… apakah sang Senpai kelaparan dan sedang menunggu telor yang direbusnya matang?
“….mmm maksudku, kita butuh waktu untuk menyesuaikan diri dari keadaan yang berubah secara tiba – tiba… Ah sudahlah, kau bujang tak akan paham. Tunggu di sini aku akan bersiap – siap.”
Dion meninggalkan Andaro yang masih merasa tak paham. Di lihatnya jendela dan pemandangan luar tampak indah, siluet gunung Fuji nampak dibalik hamparan pemandangan city view. Merasa butuh kehangatan dan si pemilik room bahkan tidak menyuguhkan minuman, Andaro melangkah menuju pantry dekat ruang tamu, diambilnya sesendok roasted matcha dan menyeduhnya. Perlahan dinikmati aroma dan menyesapnya.
“Haiii halo… teman Dion ya?”, Niat Valencia menyapa rekan suaminya malah berakibat Andaro terkaget dan menumpahkan minuman panas ke hoodie yang dikenakan.
“Aduuuh.. maaf saya mengangetkan anda..” dengan sigap Valencia mengambil tissue dan membantu Andaro membersihkan air pada hoodie.
“Arigatou gozaimasu… “, ucap Andaro dan mengambil tissue dari tangan Valencia serta mundur selangkah. Tak hanya suara dan tindakan Valencia yang membuatnya terkaget tapi aroma serta kedekatan ini membuat jantungnya berdebar.
Karena kaget! Wanita ini memecah keheninganku dan aku terkaget. Itulah alasan kenapa aku berdebar. Hanya itu! . Yakin Andaro dalam hati.
“Ada apa dengan hoodiemu Andarosan?” Dion muncul dengan setelan jas rapi.
“Aku hanya terkaget dan menumpahkan tehku…hah… kau mau kemana Senpai? Kau ada acara?” Masih saja terkaget dengan baju formal yang dikenakan oleh Dion dan baru dia sadari ternyata Valencia juga sudah menggunakan dress cocktail elegan yang memperlihatkan bahu dan leher rampingnya.
“Kau lupa? Bukankah kita mau pergi dinner? Baguslah hoodie mu itu basah, cepat ganti bajumu pakai punyaku. Sayang, sepertinya kemarin kau bawakan 2 setelan jas..tolong berikan yang satu untuk Andarosan.”
Tanpa menjawab, Valencia sudah berjalan masuk ke dalam kamar, lenggak lenggok tubuhnya tak lepas dari pandangan Andaro.
“Jaga matamu itu Andaro, dia sudah bersuami dan hadapilah aku kalau kau macam – macam dengannya”
Keduanya tertawa, suasana sudah kembali renyah Dion dan Andaro bertukar kabar sembari menunggu Valencia.
"Aku sedang membasahi tenggorokanku perlahan dengan hot matcha.. tapi tiba-tiba istrimu menyapa, aku terkaget dan kau tahu akhirnya"
"Maaf ya, istriku memang wanita bersemangat. Aku bahkan belum mengenalkannya padamu. Dia sempat mengunjungi ku saat semester akhir, tapi sepertinya kau sedang kembali ke Okinawa. Kalau ku ingat lagi, saat itu dia juga belum jadi kekasihku hahaha.. dia hanya datang berlibur dengan keluarga dan aku menjadi tour guide mereka."
Andaro mengangguk, "Aha.. jadi dia wanita yang kau ceritakan itu Senpai... kau bilang first love at the first sight... I see... Aku turut bahagia untukmu, meskipun kau jarang berkabar, ternyata sedang melakukan pengejaran dan berhasil.. congrats Senpai"
"Ssstttt she is not my first love, bro haha.. tapi untuk memilikinya perlu perjuangan yg tak mudah, kau tahu latar belakang keluarga kami berbeda, aku harus meyakinkan orangtuanya bahwa aku mampu membahagiakan anaknya. Bahkan sampai saat ini perjuangan ku belum berakhir"
Belum sempat Andaro menjawab, Valencia hadir dengan setelan jas biru navy.
"Ini untuk anda, semoga muat.. tapi kurasa cukup karena sepertinya ukuran kalian berdua tak jauh beda."
"Sepertinya memang masih tak jauh beda. Dulu kami sering bertukar pinjam baju saat masih tinggal di asrama. Lebih tepatnya aku yang sering pinjam dari Andarosan haha."
Ketiganya tertawa. Tangan Andaro terulur ke arah Valencia bukan untuk mengambil baju yang dipinjamkan tetapi memperkenalkan diri, "Hai Valencia, aku Andaro Kobe. Senpai sepertinya tak tahu bahwa memperkenalkan kerabat itu perlu" sindir Andaro yang berhasil mendapatkan pukulan ringan dari Dion di bagian bahunya.
Valencia menggapai tangan Andaro dan jabat tangan berlangsung singkat dengan pertukaran nama yang hanya bentuk formalitas perkenalan awal mereka. Ada getaran aneh yang dirasakan Andaro, menyadari bahwa hal itu tak bisa dibiarkan diapun kembali berfokus pada apa yang diserahkan Valencia kepadanya.
"Hmmm...Senpai, aku rasa kau ingin aku membawamu ke restoran bintang 5.... karena kau dan istrimu sudah siap dengan dresscode formal dinner, pun baju untukku sudah kau persiapkan.... hmmm baiklah... padahal semula aku ingin mengajakmu ke tempat hidden gem penjual tonkatsu ramen. Tapi baiklah... anggap saja aku akan menjamu kalian di tempat terindah dan makanan lezat sebagai hadiah pernikahan kalian. Michelin star dengan kemewahan terbaik akan kita datangi," ujar Andaro mengambil baju dari tangan Valencia dan melangkah ke kamar ganti.
Dion mendengar ucapan Andaro dengan senyum lebar, dari awal memang ini yang dia rencanakan, tak mungkin mengajak Valencia ke lokasi pinggiran meskipun rasa bintang lima tapi untuk istri tercinta tempat juga utama.
"Kau tenang saja sayang, tidak usah sungkan dengan Andaro.. dia sudah seperti adik buatku dan menjamu seorang kakak juga hal yang penting untuk dia perhatikan."
"Ya Dee.. ku lihat sepertinya dia baik dan ternyata bukan tipe orang pendiam ya kalau kalian sudah bicara."
"Sebenarnya Andarosan tipe tak banyak bicara hanya bisa entahlah denganku dia begitu cerewet..haha. Sudahlah kita nikmati dinner malam ini."
"Dee.. sebenarnya tak perlu dipaksakan akomodasi mewah seperti hotel ini, taxi bahkan restauran, selama pergi denganmu kemana saja terasa menyenangkan untukku", perbincangan pengantin baru diakhiri dengan kecupan panjang dan terinterupsi oleh Andaro yang sengaja terbatuk - batuk.
"Huk uhuk... rasanya aku sudah kenyang sekarang. Atau kalian dapat meneruskannya nanti saat aku sudah keluar dari tempat ini??"
Dion dan Valencia bergegas menghampiri Andaro dan bertiga berjalan keluar menuju ke tempat yang sudah diputuskan Andaro cocok dengan baju yang mereka kenakan.
Dion dan Andaro sepakat mendirikan bisnis bersama. Leader bisnis ini adalah Dion, Andaro hanya supporting karena dari awal Dion lah yang memiliki gagasan bentuk skema.
Sebenarnya Andaro tidak begitu tertarik tapi karena kakak tingkat yang sudah seperti saudara membutuhkan investor, jadilah Andaro mau turut serta.
Sebelum bertemu secara langsung dan memperkenalkan istrinya, Dion sudah beberapa kali menghubungi Andaro dan mengirimkan proposal melalui email. Beberapa kali Andaro melihat adanya hal yang harus dibenahi karena kurang sesuai dan menjadi celah kerapuhan skema bisnis yang disusun Dion.
Senpai seperti pemuda yang tengah tergila-gila cinta. Dia hanya melihat peluang dan harapan tanpa mempertimbangkan resiko. Pikir Andaro kala itu.
"Ayolah Andarosan, bergabunglah denganku.. aku yakin prospek bisnis ini cukup menguntungkan. Aku sudah berkeluarga, tak mungkin aku bermain dengan bisnis yang kecil."
Sebenarnya hidup Dion Tanuwijaya sudah berkecukupan dengan bisnis tour agent yang dimiliki. Usaha yang sudah berdiri 10th itu semakin berkembang namun masih secara konvensional. Beban untuk menunjukkan kepada Daddy Hero, ayah Valencia, yang membuat Dion berpikir keras untuk dapat merubah status berkecukupan menjadi berkelimpahan.
Saat dinner bertiga malam itu, sempat Valencia mencetuskan idenya, "Dee... daripada kau bekerjasama dan meminta Andaro untuk jadi investor tunggal bisnis barumu, bukankah sebenarnya kita juga bisa minta support dari Daddy Hero?"
Tawaran Valencia membakar harga dirinya, masih teringat jelas perkataan Daddy Hero yang merendahkannya. "Aku menyetujui pernikahan kalian bukan berarti aku merestuimu menjadi menantuku. Karena di mataku kau masih belum layak untuk masuk menjadi Keluarga Hero Davizon."
Perkataan ayahnya tak pernah diketahui Valencia yang kala itu ada di luar ruang kerja dan menyambut calon Ibu mertua.
Selepas ayahnya tiada Dion menjadi tulang punggung mencukupi kebutuhan Ibu, seorang kakak dan dua adik. Kakak Dion, Laura adalah janda tanpa anak yang diceraikan suami karena alasan orang ketiga. Latar belakang keluarga menjadi alasan Daddy Hero sangat tidak dapat menerima Dion.
Dion begitu bertekad menunjukkan pada ayah mertuanya bahwa dia mampu untuk sukses mendapatkan harta berlimpah demi membahagiakan Valencia, istri tercinta.
Valencia yang melihat kegigihan Dion turut senang dan berterimakasih pada Andaro. Meskipun berlatar belakang keluarga pembisnis namun sangat disayangkan, Valencia tidak mendapatkan pengajaran tentang bisnis baik secara pendidikan maupun dari Daddy Hero. Di keluarganya anak wanita dianggap tidak memiliki peruntungan dalam usaha sehingga jadilah Valencia hanya mengenal bagaimana cara mempergunakan uang bukan menghasilkannya.
Status perusahaan ekspedisi Heroes Express milik Daddy Hero sudah perlahan dialihkan ke putra satu-satunya, Victor Davidzon.
"Valencia, karena kau sudah memutuskan berkeluarga dengan Dion, sahammu di Heroes Express akan dipangkas dari 25% menjadi 15%, 10% akan diberikan pada Victor yang akan menjadi pemilik sekaligus pemegang mayoritas sebesar 60%." Mendengar keputusan ayahnya, Valencia hanya terdiam dan menerima, terlintas dipikirannya uang jajan bulanan hasil laba bersih bulanan perusahaan pastinya juga akan berkurang. Kebiasaan traveling ke luar negeri, perawatan rutin hair, body, and face tiap minggu terancam tak dapat dilakukan dengan periode yang sama.
Mungkin ini yang dinamakan "Pengorbanan Cinta". Batin Valencia sembari menatap kakaknya Victor dengan memelas namun tanggapan yang didapatkan hanya wajah datar tanpa empati.
Valencia terlanjur jatuh hati saat pertama kali mengunjungi Jepang dan bertemu Dion yang kala itu menjadi tout guide lokal. Dimatanya Dion sangat supel, sabar memandu peserta tour yang banyak maunya.
Tanggapan ramah penuh senyum Dion sangat membuat Valencia kasmaran, ditambah moment gempa yang datang saat rombongan sedang berada di lobi hotel, semua peserta tour yang tidak terbiasa dengan gempa berlarian keluar dan berteriak histeris. Valencia hanya bisa diam berjongkok di sudut lobi ketakutan. Dion bergegas memeluk Valencia dan membawanya keluar dari hotel yang penuh kehebohan pengunjung yang berlarian dengan penuh ketenangan memberikan kenyamanan pada Valencia dan keyakinan bahwa "dialah pria yang harus menjadi teman sisa hidupku," pinta Valencia dalam hati saat melihat wajah tenang dan senyuman hangat Dion.
Usai pertemuan pertama Dion dan Valencia menjalin hubungan jarak jauh selama 1,5 tahun dan 8 bulan hubungan sekota membuat keduanya mantap untuk menuju jenjang selanjutnya.
Tidak perkara yang mudah untuk membujuk hati Hero Davidzon melepaskan Valencia untuk Dion. Bagaimana pun juga, Valencia adalah putri satu - satunya namun dia juga masih tak yakin dengan calon menantunya. Jadilah pernikahan tetap diadakan namun secara sangat sederhana hanya makan malam keluarga inti serta pengesahan secara agama dan hukum.
"Kalian nikah tamasya saja. Dana resepsi lebih baik digunakan untuk mempersiapkan kehidupan pernikahan yang sebenarnya. Daddy harap Dion harus sudah memiliki rumah sendiri, tidak pantas membawa anakku tapi masih tinggal seatap dengan Ibu dan saudara kandungmu." Perkataan tegas Hero Davidzon kembali menyentil Dion saat itu namun tak dapat mendebat bahwa memang belum ada rumah pribadi untuk Dion dan Valencia tinggali.
"Victor, ambil buku cek di meja kerja. Tulis angka 5M, " mendengarnya jantung Dion hampir meledak.
"Anggap saja itu sebagai tanggung jawab ku sudah merestui kalian tetapi menikah tanpa mengadakan pesta besar seperti sebenarnya ku harapkan...tapi sudahlah, segeralah cari rumah untuk kalian tinggali." Perkataan tersirat Daddy Hero tertangkap oleh Dion bahwa Daddy Hero merasa Dion tak mampu memberikan kemewahan yang seharusnya didapatkan oleh Valencia, bahwa Daddy Hero malu mengumumkan kepada kerabatnya bahwa dia lah, Dion Tanuwijaya adalah menantunya.
Rasa tertolak dan direndahkan sangat lekat pada kehidupan Dion, seringkali merasa hidup ini tidak adil. Hidup dari keluarga yang pas-pasan, ayah yang kasar dan suka mabuk-mabukan, Dion dan kakaknya harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan dan mengenyam pendidikan yang dicita-citakan.
Hanya Andaro sahabat terpercaya Dion karena Andaro tidak begitu peduli mengenai latar belakang keluarga Dion. Meskipun Dion adalah mahasiswa Indonesia yang diterima di Universitas Jepang lewat jalur beasiswa dan sering dipandang sebelah mata oleh rekan pelajar lainnya tapi tidak dengan Andaro. Bagi Andaro pertemanan, persahabatan bukan dari bibit bobot bebet tapi etika, kesantunan, dan kepercayaan, menurut Andaro semua itu dapat dia temukan dalam diri Dion. Toh latar belakang keluarga Andaro juga memiliki cerita tersendiri.
Mendengar cerita Dion tentang mertuanya, Andaro juga tak dapat tinggal diam. Dia pun berharap rencana kerja sama mereka akan berhasil sesuai dengan harapan Dion.
Hubungan Dion-Valencia dan Andaro berlanjut dengan posisi Andaro tetap di Okinawa sedangkan Valencia dan Dion menetap di Bali.
Usaha dilakukan dengan online sistem dan membangun usaha start up memang tidak mudah. Tapi kegigihan Dion dan arahan Andaro yang sudah lebih paham mengenai dunia bisnis membantu usaha yang mereka rintis terlihat semakin berkembang.
🚄🚄🚄🚄🚄🚄🚄🚄🚄🚄🚄🚄🚄🚄🚄🚄🚄
Jadiii... apakah sudah teratasi semua harapan dan keinginan masing - masing tokoh?? Tentu tidaak reader ku tercinta... ini baru awalnya... tunggu selanjutnya yaaa...
Valencia sedang di pojok cafe menikmati latte dengan sepotong croissant... Samar-samar terdengar lagu Budi Doremi berjudul Tolong
...Tolong... katakan pada dirinya...
...Lagu ini kutuliskan untuknya...
...Namanya selalu ku sebut dalam doa......
...Sampai aku mampu, ucap maukah denganku......
Diaduknya latte sembari melamun dan menikmati lagu yang penuh makna itu. Lagu yang jadi kenangan antara Valencia dan Dion. Yang berbeda adalah dulu dia mendengar Dion menyanyikan di depan cafe dengan suara sederhananya dengan ending lamaran yang sontak membuat heboh pengunjung dengan tepuk tangan bahkan teriakan kompak untuk menerima. Valencia tersenyum teringat momen itu. Setelah lama menjalin long distance relationship, akhirnya mereka bisa bertemu secara intens dan tak disangka pada bulan ke delapan Dion ada di Indonesia lamaran itu dilakukan.
"Aku takut nanti kamu direbut yang lain dan aku ingin segera hubungan ini halal sebelum mataku gelap dan melakukan dosa", ungkap Dion saat itu yang menurut Valencia lucu namun tulus.
Hari ini, lagu itu terdengar lebih indah dengan suara penyanyi aslinya, tapi di hati ini terasa nyeri. Sebulan sudah Dion mengurus bisnis di Tokyo menemui Andaro dan mencoba mencari investor tambahan guna memperbesar bisnis peer to peer nya. Rindu... itu yang dirasakan Valencia, bagaimana tidak karena sudah dua tahun ini mereka lewati tiap malam bersama dengan ritme pembakaran kalori sangat tinggi di malam hari.
Minggu pertama Dion masih sering melakukan video call dan mengobati rasa rindunya, tapi di minggu terakhir hanya tersisa chat seadanya, dan terkadang Dion mengirimkan foto kucel nya dihadapan meja kerja kamar sewa yang sempit.
Valencia yang tidak terbiasa bekerja membiasakan untuk mencoba membantu handle dua admin di kantor Dion. Namun dia merasakan kewalahan ada banyak rincian proposal keuangan dari klien yang mengajukan dana dan cukup bingung dia dibuatnya.
"Ayolah Yang, kamu perlu belajar pasti bisa.. " semangat Dion.
"Tapi aku takut salah Dee... bagaimana kalau mereka tidak kredibel dan kita setujui peminjaman dananya?? nanti bermasalah dengan kreditur bagaimana?? tapi kalau tidak segera di acc banyak debitur yang menelepon marah-marah komplain karena pengajuan peminjam dana tidak segera di proses... aku bingung Dee.. "
Terdengar dengusan napas berusaha bersabar dan memberikan perlahan memberikan penjelasan, "Sayang.. kamu tak perlu terlalu pusing memikirkannya sebenarnya dari platform yang sudah dibuat itu sudah menunjukkan persyaratan, benefit, dan resiko. Kreditur harus tau bahwa bunga besar pembayaran pinjaman yang mereka terima juga memiliki resiko.. high risk high return, nah dari debitur juga kalau mereka mau melakukan peminjaman harus ada syarat yang dipenuhi dari berkas-berkas.. mereka seharusnya tahu itu dan tidak berani macam - macam atau debt collector akan mendatangi mereka. Jadi kalau kamu pusing approved saja setiap pengajuan kreditur dan debitur gampang kan, biar AI dan platform bekerja sendiri sementara kita panen hasilnya"
"Mana ada begitu Dee.. kita harus tanggung jawab dan tetap screening dong, paling tidak kita juga bisa tunjukkan report screening yang kita lakukan ke Andaro dan calon investormu yang lain jadi.. "
Belum selesai Valencia berbicara, Dion sudah memotong, "Sudah lah Valencia... percaya saja padaku toh dua tahun ini kamu sudah makin mengenal aku bagaimana, tak pernah kubuat kau susah dan kekurangan, kali ini aku minta kau gantikan aku di sana kenapa rewel sih??? "
Valencia terkaget, sudah lama Dion tidak menyebut namanya, hanya dalam keadaan marah atau jengkel nama lengkapnya akan diucapkan menggantikan sapaan 'sayang'.
"Baiklah Dee... akan kuturuti kata-katamu."
"Bagus.. trimakasih sayangku, pasti Daddy Hero juga akan bangga padamu. Sudah ya aku mau ketemu Mr Kotaro, kalau aku sulit dihubungi, kau bisa titip pesan ke Andaro, akan ku kirimkan nomor WhatsApp nya. Bye Yank.. luv you... "
Sambungan telepon terputus begitu cepat, Valencia masih merasa tak bisa menangkap apa yang Dion katakan terakhir kenapa ada Daddy Hero disebut, padahal biasa nama Daddy hanya disebutkan saat silaturahmi setahun sekali di rumah Daddy.
Handphone Valencia bergetar, pesan dari Dion mengirimkan nomor Andaro.
Aneh sekali, apa Andaro sudah jadi sekretarisnya? atau sekarang Dion punya privasi hingga akan sibuk sekali sampai tidak bisa menghubungiku?
Masih melamun memikirkan komunikasi panjang terakhirnya dengan Dion, terdengar suara ringtone yang memecah kesunyian.
"Ibu dimana?? ini ada banyak orang katanya dari kantor hukum datang Bu... mereka cari Pak Dion, apa Ibu bisa segera ke sini??", Laksmi admin kantornya menelepon dengan suara yang hetic, ditinggalkan latte yang masih setengah isi dan menu makan siang yang masih utuh, croissant.
Sambil bergerak Valencia menghubungi ponsel Dion.. tidak terangkat, dicoba panggilan selular terdengar di luar jangkauan, kembali dilakukan WhatsApp call.. karena tadi pagi sempat mereka bertukar sapaan dan terkirim tapi lagi-lagi tidak ada respon.
Masalah hukum, banyak orang datang.. ada apa ini.
Sesampai di kantor, masalah tidak seheboh uraian Laksmi. Terdapat 5 orang pria yang sudah menunggu di ruang tamu sederhana ruko dua lantai yang menjadi kantornya.
"Siang Pak, saya Valencia, istri Pak Dion selalu owner company ini, ada yang bisa saya bantu??" Valencia mencoba tenang meskipun dalam hati terasa was - was dan penuh tanda tanya.
"Begini Bu, kami pengacara dari 5 kreditur hendak mengajak Pak Dion duduk bersama menyelesaikan masalah dengan kekeluargaan, karena komunikasi melalui email dirasa kurang efektif. Selain itu, satu bulan terakhir Pak Dion kurang komunikatif."
"Saya masih tidak paham arah pembicaraan Bapak dan maksud kedatangan bapak-bapak sekalian. Suami saya satu bulan ini memang sedang melakukan perjalanan bisnis Pak jadi mungkin agak sulit dihubungi."
Mendengar ucapan Valencia, kelima pengacara saling bertukar pandang.
"Kalau begitu Bu, apa kami boleh bertemu dengan risk taker selama Pak Dion pergi? apakah ada yang diberi wewenang oleh beliau? "
"Itu..itu Sa..saya Pak, tapi saya tidak tahu menahu maksud dan masalah yang terjadi"
Salah satu pengacara paling berumur mulai membelai kumis lebatnya, membenarkan posisi duduk dan berbicara, "Klien kami yang adalah kreditur di tempat Ibu merasa ada kejanggalan pada company dan debitur yang ada pada platform sehingga tiga bulan terakhir melakukan evaluasi dan penyelidikan dan terdapat indikasi Pak Dion melakukan input debitur bodong. Indikasi dana yang diinvestasikan oleh klien kami bukan digunakan oleh debitur sesungguhnya tapi oleh nama kosong yang dibuat oleh suami Ibu."
"Maksud.. Bapak.. jadi.. maksudnya debitur yang ada di platform kami itu fiktif dan semua dana justru masuk ke company atau suami saya begitu??? "
Kelima pengacara mengangguk.
"Tidak mungkin Pak... satu bulan terakhir saya yang melakukan screening kreditur dan debitur dan.... " Valencia tidak dapat meneruskan perkataannya karena dia menyadari setelah percakapan panjang dengan Dion yang dia lakukan adalah approval otomatis tanpa screening.
"Bagaimana Bu Valencia, apa Ibu berkenan menemui klien kami?"
"Saya.. saya bersedia dan pasti bertanggungjawab kalau misal itu benar kesalahan suami saya, tapi saya minta waktu Pak, saya kurang paham dengan seluk beluk bisnis ini, jadi saya minta waktu untuk bertemu dengan klien bapak - bapak sekalian seminggu lagi."
"Maaf seminggu terlalu lama Bu, tiga hari lagi kami akan menjemput Ibu dan tempat pertemuan akan ditentukan oleh klien kami."
Kelima pengacara keluar dari ruangan, meninggalkan Valencia yang sudah pias lemas dan linglung... kembali dicoba menghubungi Dion tapi masih nihil. Di buka WhatsApp Dion dan share nomor Andaro masih ada di sana.
Andaro... kau harapanku...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!