Pagi hari yang sibuk, seorang gadis tengah terburu buru saat mengetahui dirinya kesiangan bangun tidur.
" Sial... Tidak ada yang membangunkan ku."
Ia pun segera ke kamar mandi dan hanya mencuci mukanya serta menggosok giginya. Rambut nya yang panjang ia sisir sebentar dan diikat nya sembarangan.
" Ya... Inilah yang terjadi jika setelah subuh tidur lagi."
Gadis itu bergumam pelan sambil memasukan beberapa buka dan bahan yang ia akan serahkan untuk pengajuan judul skripsinya.
Tak...tak...tak....
Gadis itu berlari menuruni tangga. Ia pun melewati ruang makan tanpa menoleh sama sekali.
" Hasna sarapan dulu."
Gadis itu bergeming ia mengacuhkan panggilan sang ayah.
" Huh... Dasar anak itu benar benar tidak tahu aturan."
" Sudahlah mas, mungkin dia buru buru."
" Iya pa, Hasna eh maksud Reni kak Hasna mungkin ada kelas pagi."
Hasna yang mendengar ucapan nenek lampir dan anak kunti itu hanya memutar bola matanya dengan jengah.
Hasna yang sudah ditunggu ojek langganannya oun segera meluncur.
" Ayo mang... Kita lets go!!!"
" Asiaap non ..."
Meskipun ada mobil di rumahnya yang disediakan oleh sang papa Hasna menolak untuk memakainya. Ia lebih suka minta diantar oleh Mang Jaja tukang ojek langganannya yang mangkal depan komplek nya. Dan sudah selama 2 tahun ini Hasna menggunakan jasa Mang Jaja untuk mengantarnya kemana pun.
" Mang ngepot sedikit yak... Udah telat nih."
" Lah kan baru jam 7 kurang neng, biasanya ngampus jam 8."
" Iya mang, hari ini mau ketemu dosen pembimbing skripsi. Jam 7 harus udah sampai di ruangannya kalau telat Hasna bisa end mang."
Mang Jaja tertawa mendengar ucapan Hasna. Gadis yang ceria itu selalu membuatnya merasa senang. Mang Jaja bersyukur bisa bertemu dengan Hasna gadis cantik yang baik itu pernah menolongnya saat sang istri sakit. Hasna dengan sukarela memberikan gaji nya untuk membayar biaya pengobatan sang istri.
Hasna memang bekerja sebagai pelayan di sebuah cafe untuk dan menjadi penulis novel online untuk memenuhi printilan kehidupannya sehari hari. Lagi lagi ia tidak mau menggunakan kartu sakti pemberian sang papa. Ia hanya menggunakan uang itu untuk biaya kuliahnya saja.
Semenjak mama nya meninggal hidupnya sungguh berubah. Masuknya wanita lain dan seorang gadis yang mengaku sebagai adiknya ke rumahnya 4 tahun lalu membuat gadis 22 tahun itu sungguh syok.
Ia sungguh tidak menyangka sang papa memiliki istri lain dibelakangnya dan sang mama. Dan yang lebih mengejutkan gadis muda yang bernama Renita itu adalah anak kandung papa nya. Hati Hasna sungguh sakit mengetahui fakta tersebut.
Pria yang ia anggap sebagai sosok ayah sempurna itu ternyata menyimpan wanita lain dibelakangnya. Pantas saja belum ada sebulan meninggal Yudi sudah membawa Priska dan Renita masuk ke rumahnya. Dan mulai saat itulah surganya berubah menjadi neraka.
Ciiiit
Motor Mang Jaja berhenti tepat diparkiran Universitas Nusantara. Hasna langsung berlari sambil berteriak kepada Mang Jaja.
" Mang! Ongkosnya nanti ya!"
Pria 40 tahun itu hanya mengangkat jempolnya dan tersenyum melihat kelakuan Hasna.
Tak...tak....tak....
Hasna berlari sambil melihat jam yang melingkar di tangan kanannya.
" Pleasee pleaseee.... Sampai sampai.. Jangan telat .... Jangan telat....."
Hasna merapal doanya selama berlari menuju ruangan sang dosen.
Saat sampai di depan ruangan dosen tersebut ia pun berhenti untuk mengatur nafasnya yang tersengal.
Huft ... Fiuuuuhh
Tok...tok...tok...
" Masuk!"
Suara bariton khas seorang pria dewasa terasa begitu dingin sehingga membuat dada Hasna seperti disiram es.
" Selamat pagi pak. Saya Hasna mahasiswa fakultas Manajemen Bisnis yang akan melakukan bimbingan skripsi."
" Anda telat 2 menit. Silahkan kembali lagi besok."
" Apa? Pak please pak... Saya harus mengajukan judul sekarang. Saya mohon."
Hasna berusaha memohon kepada sang dosen agar mau mengampuni keterlambatan waktunya.
" Jika saya membiarkanmu maka kamu pasti akan mengulanginya lagi nanti. Silahkan keluar dan temui saya besok pagi di jam yang sama. Saya harus segera masuk kelas. Mahasiswa di sini yang membutuhkan saya bukan hanya kamu tapi banyak."
Hasna sungguh geram melihat sikap sombong dan angkuh sang dosen di depannya. Tangannya mencengkeram tas nya dengan erat.
" Dosen sialan, sombong amat sih. Pengen aku jambak rambutnya," batin Hasna.
" Jangan mengumpat saya dalam hati, saya peringatkan kamu tidak akan lulus tepat waktu jika tidak disiplin."
Dosen killer itu melenggang pergi meninggalkan Hasna dengan sejuta kekesalan dalam hatinya.
Ia pun melangkah dengan lesu menuju perpustakaan.
Tring
Sebuah pesan masuk di grup chat nya bersama dengan sahabat sahabatnya.
Lo dimana ( Tyas)
Hasna hanya menjawab dengan emoticon menangis
" Halo Has, dimana?"
" Perpus!"
Hasna sedang tidak mood berbicara banyak. Gadis itu pun masuk ke perpustakaan dan langsung mengambil tempat duduk dipojok lalu menaruh kepalanya di meja.
" Has, kenapa sih?"
" Haish. Gara gara telat 2 menit gue gagal ngajuin judul skripsi."
" What the hell. Yakin lo. Emang siapa sih dosen pembimbing lo?"
" Ehmmm kalau nggak salah namanya Radian Nareen Dwilaga."
" OMG!!! Gila beruntung banget lo dapet dosen ganteng itu. Lo tau nggak Has."
" Enggak gue nggak tau dan nggak mau tahu."
" Haish. Denger dulu. Pak Radi itu dosen paling ganteng di kampus kita ini, tapi emang doi terkenal killer dan disiplin banget. Pluuuus dia tuh cuek dan dingin banget sama cewek."
" Bangsat lo, kenapa nggak kasih tau gue. Gue tau doi dosen di sini. Tapi gue pikir bukan dia. Yang gue tau dosen yang killer itu namanya Dian!!!"
Teriakan Hasna membuat semua orang di perpus itu menatap tajam kepadanya.
" Maaf... Maaf... Saya keceplosan... "
Hasna meminta maaf dengan kelakuannya yang mengganggu para mahasiswa yang lain.
" Sttt.... Gila lo Has teriak teriak di perpus."
" Sorry sorry gue kelepasan. Kenapa sih lo nggak bilang ke gue Tyas."
" Lah gue pikir lo udah tau nyet. Gini ye. Pak Radian Nareen Dwilaga itu banyak banget nama panggilannya. Kadang dia dipanggil pak Radi, atau pak Radian, atau Pak Dian. Suka suka mahasiswanya lah gitu."
Hasna terdiam ia tengah memikirkan ide yang menurutnya cemerlang. Gadis itu pun menyeringai.
" Has! Lo lagi mikir apa. Jangan mikirin hal yang aneh aneh ya."
Tyas faham sekali akan tingkah sahabatnya itu. Jika Hasna menyeringai seperti itu maka gadis itu sedang menyusun ide gila yang bahkan tidak akan bisa diterima oleh akal sehat Tyas.
" Baiklah aku sudah memutuskan. Saya Hasna Sandika akan mengambil hati pak Radian demi untuk memuluskan skripsi saya dan juga bisa membawa saya keluar dari rumah jahanam itu."
" Hasna jangan gila!!!"
Apa yang dikhawatirkan Tyas terjadi juga. Hasna sungguh mencetuskan ide gila yang membuat Tyas menepuk kepalanya sendiri.
TBC
Hai hai hai.... Karya baru othor nih... Mampir yuk heheh
Kemarin mau bikin cerita tentang dokter Bisma tapi setelah dipikir pikir bosen juga seeting di rumah sakit lagi. Jadilah cerita tentang pak dosen saja.
Dukung karya baru othor yak...
Terimakaih... Matursuwun...
Hasna menuju ke Cafe tempat dia bekerja. Ia masuk ke ruang ganti untuk menaruh tas dan lembaran lembaran kertas konsep skripsinya.
Brak....
Hasna menutup pintu loker dengan begitu keras.
" Asem.... Kupingku bisa budek caranya kalau kamu seneng banting pintu keras keras begini."
" Eh kamu Din sorry sorry yak. Gue lagi bete banget."
" Napa emang?"
" Gue tadi pagi udah buru buru sampai nggak sarapan mau ngajuin judul skripsi, eh... Ditolak dong gue gara gara telat 2 menit."
Samsudin atau yang biasa dipanggil Udin itu mengerutkan alisnya. Ia yang juga merupakan mahasiswa Universitas Nusantara itu cukup mengenal beberapa dosen. Maklum Udin adalah mahasiswa abadi. Sudah 7 tahun dia kuliah tinggal setahun lagi dia siap siap kena DO dari kampus jika tak kunjung lulus.
" Emang siapa dosen pembimbing mu?"
" Namanya Radian."
" Hahaha mampus koe Has... Pak Radian terkenal killer, susah banget bimbingan sama dia. Banyak anak anak yang setres ngadepin dia."
Glek...
Hasna menelan saliva nya dengan susah payah. Rupanya omongan Tyas bukanlah sebuah kebohongan.
" Beneran mampus gue Din... Bisa ganti nggak ya dosen pembimbingnya."
" Hahahah sono gih nemuin dekan atau rektor sekalian aku yakin bukannya dosen pembimbing nya yang diganti tapi kamu nya yang di DO."
" Emang kenapa?"
" Ya Allaah Hasna.. Kamu ini benar benar nggak tahu ya. Selama ini jadi mahasiswa kupu kupu sih jadi nggak update."
Hasna semakin bingung dengan ucapan temannya itu. Apalagi itu mahasiswa kupu kupu, sungguh istilah yang tidak ia tahu.
Udin yang melihat kebingungan di wajah Hasna tertawa geli. Namun secepatnya ia menjelaskan sebelum tangan Hasna melayang ke lengannya.
" Mahasiswa kupu kupu tuh mahasiswa kuliah pulang kuliah pulang alias nggak pernah ikut kegiatan di kampus. Terus kenapa kamu bakalan di DO dari kampus kalau minta ganti dosen pembimbing soalnya Pak Radian itu adalah anak dari pemilik Kampus tempat kuliah."
" Apa.....???!!!"
Hasna terkulai lemas di lantai. Yang tadinya di perpus dia menggebu gebu mau menggaet hati sang dosen ternyata fakta yang ditemukan membuat nyalinya menciut.
Ya Allaah mengapa dia begitu sempurna. Sudahlah pasrah ni skripsi bakalan lama. Batin Hasna lesu.
Hasna dan Udin pun segera melakukan pekerjaannya. Hasna selalu rajin dalam bekerja. Terlahir dari keluarga kaya tidak menjadikannya anak yang manja. Semasa sang mama masih hidup Hasna selalu diajak melakukan pekerjaan rumah, jadi memegang sapu, lap , cuci piring dan lain sebagainya adalah hal yang biasa.
🍀🍀🍀
Tepat pukul 8 malam Hasna baru sampai di rumahnya. Tatapan tajam mata Yudi tak membuat nyali Hasna menciut. Semenjak sang papa membawa wanita lain ke rumah ini sejak itu juga Hasna mendeklarasikan peperangan kepada sang papa.
Terlebih sikap Priska dan Renita benar benar seperti ibu tiri dan saudara tiri di cerita dongen cinderella. Sebenarnya awal Priska dan Renita datang, Hasna mencoba untuk menerima. Namun ternyata kedua ibu dan anak itu memiliki sifat yang jahat. Baru datang saja Priska berani meminta pelayang untuk membuang semua barang milik mama Hasna.
Hasna yang tidak terima melaporkan hal tersebut kepada Yudi. Namun jawaban Yudi membuat Hasna naik pitam.
" Mama mu kan memang sudah tidak ada. Jadi buat apa menyimpan barang barang tersebut."
Sejak saat itulah ia membenci papa nya. Dan mulai saat itulah ia bahkan tidak lagi berbicara kepada Yudi.
" Hasna berhenti!!"
Mendengar teriakan papa nya ia pun berhenti. Hasna kemudian menengok tapi tidak mengucapkan sepatah katapun.
" Besok ikutlah papa makan malam dengan teman papa."
Hasna menarik sudut bibirnya tanda ia meledek ajakan sang papa, heh aku sudah tahu apa yang akan kau lakukan kepadaku.
" Jangan membuat papa malu."
" JANGAN HARAP!!!"
Hasna pun berjalan santai menuju ke kamarnya di lantai atas. Yudi sungguh geram dengan tingkah Hasna.
" Hasna... Hasna....!!"
Hasna acuh dengan panggilan Yudi.
" Sudahlah mas. Jangan memaksa. Kita masih ada Renita. Besok kita bawa saja Renita."
" Tapi Ma."
Renita yang mendapat tatapan tajam dari Priska hanya bisa menundukkan kepalanya.
" Ya kau benar, besok ajak Renita saja. Dia kan juga anak kita. Kau atur lah itu, aku pusing dengan kelakuan gadis itu. aku akan ke kamar dulu."
Yudi berlalu menuju ke kamar. Setelah Yudi benar benar masuk kamar Renita pun melayangkan protes kepada sang mama.
" Mama apa an sih. Aku nggak mau ikut makan malam dengan teman papa. Ini kan acara perjodohan buat cewek gila itu."
" Tck... Dasar gadis bodoh. Ini adalah kesempatanmu untuk jadi ratu. Apa kau tahu, orang yang akan dikenalkan kepada Hasna adalah seorang yang kaya raya."
" Benarkah?"
" Apakah mama pernah bohong sama kamu?"
Renita menggeleng, mama nya itu selalu memberikan yang terbaik untuknya.
" Baiklah Reni mau."
" Siiip.... Anak pintar."
Priska menyeringai, ia tidak akan membiarkan Hasna mendapatkan kebahagiaan. " Aku tidak akan membiarkan anakmu bahagia Mel... Tidak akan."
Di dalam kamar Hasna melemparkan tubuhnya di ranjang. Tiba tiba air matanya luruh. Ia mengambil foto sang mama dan mengusapnya perlahan.
" Ma... Hasna kangen sama mama. Papa jahat sama Hasna Ma... Papa udah nggak sayang lagi sama Hasna."
Hasna tersedu, berkali kali ia menghapus air matanya namun tetap keluar juga. Namun ia terkadang merasa bersyukur mama nya telah tiada. Hasna tidka bisa membayangkan jika mamanya masih ada terus papanya membawa ibu dan anak itu ke rumah. Mama nya pasti akan sangat sakit hati.
Hah.... Gadis itu membuang nafasnya kasar. Ia segera bangkit dan membereskan kertas kertas untuk pengajuan judul skripsinya.
" Baiklah aku harus serius. Aku ingin segera lulus dan keluar dari rumah ini segera. Ya ... Hanya dengan aku lulus aku baru bisa keluar dari rumah ini. Baiklah pak dosen aku akan mendapatkan hatimu untuk memuluskan sekripsi ku. Eit... Aku bukanya mau menghalal kan segala cara ya readers. Ini hanya salah satu trik saja jadi jangan negative thingking sama aku."
Hasna membangun semangatnya kembali. Ia tidak ingin mengalah sebelum berperang meskipun ia tidak tahu bagaimana harus berurusan dengan dokter Killer itu.
TBC
Hay readers.... Karya baru aku nih... Mohon dukungannya ya... Terimakasih banyak, Matursuwun.
Azan subuh berkumandang. Hasna segera bangun lalu langsung mandi, setelah itu ia menjalankan kewajiban 2 rakaat nya. Sejenak ia memanjatkan doa di atas sajadahnya untuk mama.
" Ya Allaah lapang kan kubur mama ya Allaah pertemukan lah lagi kami di yaumul kiyamah nanti, aamiin. Ma... Hasna sayang mama. Hasna rindu mama. Mama semoga tenang di sana."
Hasna menghapus air matanya yang sudah terlanjur jatuh. Ia teringat kembali saat saat terakhir sang mama.
Waktu itu Hasna baru saja melakukan kegiatan orientasi mahasiswa baru di kampus. Tiba tiba seorang senior memanggilnya.
" Yang namanya Hasna Sandika Rayadinata segera menuju ke sumber suara."
Hasna pun berdiri dan berlari ke sumber suara.
" Kak, saya Hasna."
" Saya mau memberi kabar kepada kamu. Mama kamu sekarang di rumah sakit Mitra Harapan. Kamu diminta segera ke sana."
Hasna langsung terjatuh ke lantai, seorang senior membantunya untuk kembali berdiri.
" Mama saya kenapa kak."
Senior tersebut pun bungkam. Namun ia segera menuntun Hasna dan mengantarkan gadis itu ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit Hasna berlari ke ruang IGD di sana ternyata sudah ada sang papa. Papa nya terlihat menangis membuat hati Hasna semakin tidak karuan. Pikiran buruk memenuhi kepalanya.
" Pa.... Mama kenapa pa..."
Yudi tidak menjawab pertanyaan sang putri. Ia hanya memeluk Hasna dengan erat.
" Yang bernama Hasna silahkan anda masuk."
Seorang dokter keluar dari ruang IGD dan memanggil Hasna. Yudi sedikit terkejut karena bukannya ia yang dipanggil. Ia pun melakukan protes kepada sang dokter.
" Kenapa saya tidak dok, apakah saya boleh masuk."
" Maaf pasien hanya ingin menemui putrinya."
Tanpa berlama, Hasna ikut masuk dokter yang memanggilnya. Di ruang tersebut ia melihat tubuh sang mama yang dipenuhi dengan darah.
" Ya Allaah mama....mama kenapa hu...hu ....hu..."
" Ja-ngan me-na-ngis. Has-na ti-dak bo-leh se-dih ter- la -lu la -ma ya nak."
" Mama ngomong apa sih mah. Mama pasti sembuh. Jangan tinggalin Hasna ma... Hasna masih butuh mama."
Hasna kembali menangis. Ia sungguh tidak bisa melihat mama nya seperti itu. Selama ini Melati adalah mama yang luar biasa bagi Hasna.
" Nak... Tun-tun ma-ma ya."
" Mah....."
" Sa-yang... "
Hasna mengangguk ia akhirnya menuntun sang mama mengucapkan kalimat syahadat. Setelah selesai Melati pun terlihat mengambil nafasnya dalam dan suara monitor pun nyaring terdengar memenuhi ruang tersebut
Tuuuuuuuuuttttttttt
" Innalillahi wa inna ilaihi rojiun."
" Pasien meninggal pukul 15. 15 WIB."
Hasna tergugu tubuhnya limbung. Beruntung ada perawat yang menangkapnya. Dokter dan perawat pun langsung membersihkan tubuh Melati.
Hasna mengambil nafasnya dalam dalam. Air matanya selalu luruh saat mengingat detik detik mama nya meninggal. Namun sesegera mungkin ia menghapus air matanya itu dan kembali bangkit untuk kuat.
" Baiklah... Saatnya menjalankan misi untuk menggaet dosen killer itu. Seandainya skripsi nggak selesai paling tidak jadi pacar itu dosen tidak terlalu buruk siapa tau langsung dinikahi terus bisa dibawa keluar dari rumah ini. Tapi... Hu...hu...hu... Sepertinya nggak mungkin. Tuh dosen kan dingin abis ma cewek. Denger denger dia terobsesi sama buku. Jangan jangan dia nggak suka cewek lagi. Hadeuuuh...."
Hasna bermonolog sambil membereskan tasnya. Kali ini dia membawa tas yang lebih besar agar bisa memasukkan semua barangnya dan tidak ribet saat harus berlari.
Jam menunjukkan pukuk 05.30. Hasna sudah berada di luar rumah menunggu Mang Jaja.
" Neng pagi amat?"
" Iya kemarin gagal nemuin dosennya. Jadi sekarang harus lebih pagi biar bisa ketemu."
Mang Jaja mengangguk, sambil menyerahkan sebuah kantong yang berisi nasi uduk. Mang Jaja pun kembali bertanya.
" Rumah masih sepi neng?"
" Ya elah mang. Masih pada molor."
Mang Jaja pun segera menyalakan motornya untuk mengantarkan Hasna ke kampus.
***
Hasna segera berlari menuju ke ruangan Radi. Namun ternyata di sana masih sepi. Jam baru menunjukkan pukul 6.15. Hasna akhirnya memilih duduk di depan ruangan dosen pembimbingnya itu.
" Alhamdulillaah sampai. Tapi masih sepi. Biarin lah dari pada telat. Pengaruh Kepuasan, Disiplin Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di perusahaan Linford Transportation."
Hasna membuka kembali judul skripsi yang ingin ia ajukan. Ia juga sudah membawa BAB I skripsi nya.
" Semoga bisa langsung ACC. Aamiin."
Hasna membuka kantong pemberian Mang Jaja tadi. Ia pun tersenyum rupanya isinya nasi uduk. Saat ia hendak mengambilnya suara tegap langkah kaki mendekat ke arahnya.
" Bagus, semangatmu perlu diacungi jempol. Ayo masuk, kita akan langsung bimbingan."
Ternyata suara bariton itu milik sang dosen killer. Hasna pun mengembalikan bungkusan nasi uduk tersebut ke kantong kresek kembali.
Baruuuu mau nyarap eh udah datang aja nih dosen. Gila pagi bener baru setengah tujuh dah sampai. Tck...tck...tck..., Hasna berbicara dalam hati sambil mengikuti Radi masuk ke ruangannya.
Pria yang memiliki tinggi 180 cm dengan kulit putih, hidung mancung, dan bibir yang tidak tebal dan juga tipis itu sejenak membuat Hasna terpana. Gerak geriknya bak seorang model yang tengah melakukan pose untuk pemotretan.
Ya elah, bisa biasa aja nggak sih mukanya. Kalau kayak gini mah gue yang kepincut duluan bukannya dia. Iman... Kuat .... Kuat... Lagi lagi Hasna bermonolog dalam hati.
" Apa judul yang mau kamu ajukan."
" Eh.... Ini pak."
Suara Radian membuyarkan gumaman Hasna. Ia pun segera mengambil lembaran kertas yang sudah ia siapkan dan menyerahkannya kepada dosen di depannya.
Radi menerima dan langsung mengerutkan keningnya.
" Linford Transportation? Kamu akan memakai perusahaan tersebut untuk penelitianmu?"
" Betul pak."
" Baik... Apa kamu sudah menyiapkan kuisioner nya?"
" Sudah pak... Ini...."
Radi membaca kuisioner yang dibuat oleh Hasna.
Gadis ini sebenarnya pintar, gumam Radi dalam hati.
" Baik mintalah surat izin untuk melakukan penelitian di sana. Saya tunggu hasil kuisioner nya minggu depan."
" Baik pak... Apa??? Minggu depan. Pak... Apa tidak bisa dua minggu lagi."
" Boleh dua minggu lagi."
Hasna tersenyum mendengar penuturan Radi. Ia benar benar berpikir bahwa dosen killer itu akan mengabulkan permintaannya.
" Tapi kamu lulusnya tahun depannya lagi."
Hasna menganga mendengar lanjutan dari ucapan Radi.
" Ya Allaah dosa apa hamba sehingga dapat dosen pembimbing yang kejam ini." Gumam Hasna lirih. Tapi sial dosen di depannya masih bisa mendengar gerutuan nya.
" Saya tidak kejam. Saya hanya membantu kamu agar cepat lulus. Bukannya saya baik."
" Ya pak... Bapak baik... Baik sekali."
" Baiklah segera kerjakan penelitian mu. Tunggu mana BAB I nya. Sebentar."
Radi pun menerima lembaran kertas mengenai Bab 1 skripsi milik Hasna. Ada beberapa bagian yang nampak di coret coret oleh sang dosen.
" Ya ampun, banyak amat coretan nya."
" Kamu perhatikan lagi tanda baca serta penggunaan huruf kapital. Ini di latar belakang coba tambahi lagi. Kamu ini meneliti mengenai kedisiplinan karyawan nah coba kamu jabarkan apa itu hakikat dari karyawan. Saya tunggu revisinya sesegera mungkin."
Hasna mengangguk patuh mengucapkan terimakasih lalu keluar dari ruangan sang dosen. Ia mengacak rambutnya dengan kasar. Kali ini ia sungguh bingung. Jika ingin menyelesaikan skripsi nya maka ia harus berhenti bekerja agar bisa fokus. Tapi kalau berhenti bekerja dari mana dia akan dapat uang tambahan.
" Argh.... Au ah gelap. Pusing gue."
Tingkah Hasna ternyata tidak lepas dari pandangan mata Radian. Pria itu pun tersenyum simpul.
"Gadis yang menarik." Gumam Radi pelan.
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!