NovelToon NovelToon

KALA

BAB 1 : Pembunuh Bayaran

Seorang pelayan tengah berlari dengan raut wajah serius dengan diikuti oleh seorang pria di belakangnya.

Berbeda dengan pelayan didepannya, ia berjalan dengan sangat santai.

Kini mereka sudahlah tiba dihadapan seorang pria, tak lupa ia menyapa dan memberi hormat pada orang itu.

"Hamba menghadap pada Yang Mulia Putra Mahkota sang matahari baru Kekaisaran Timur."

Seseorang yang ia panggil putra mahkota itu pun menanyakan soal kebenaran pesan yang ia terima sebelumnya.

"Yang Mulia, oracle yang hamba sampaikan lewat surat tadi memang benar adanya. Oracle itu bukanlah sebuah kebohongan." Jawab seseorang yang dipanggil pendeta itu.

"Dan hamba tak mungkin mengkhianati anda dengan menyembunyikan ataupun menyampaikan kebohongan Yang Mulia." Lanjutnya lagi.

"Kalau begitu pilihanku tidaklah salah pendeta." Jawab putra mahkota dengan tersenyum senang.

■■■■■■■■■■■■

Kediaman Duke Malvi.

Dua orang pelayan terlihat berjalan sambil beradu mulut tentang hiasan kepala apa yang paling cantik.

Hiasan kepala itu sendiri akan dipakai oleh nona muda yang mereka layani.

"Bando bunga mawar inilah yang paling cantik dipakai oleh nona..."

"Nona itu paling cantik memakai hiasan berwarna putih. Jadi bunga lili ini yang paling cantik..."

Brukkk!!!

Seorang gadis cantik langsung bangkit dan membuka pintu kamarnya yang telah ditabrak oleh seseorang.

Sepasang mata cantiknya itu langsung menangkap kedua orang pelayan yang tengah terduduk dilantai begitu pintu dibuka.

Ia juga melihat hiasan kepala itu telah hancur karena pelayan itu menabrak pintu dengan sangat keras.

"Nona Kyara maafkan aku...," ucap pelayan itu ketakutan.

Wanita yang dipanggil Kyara itu hanya tersenyum, dia terlihat sangat cantik.

Rambutnya lurus dan panjang, hidungnya sangat mancung, bibirnya tak begitu tebal ataupun tipis, alisnya pun sangat tajam.

Bola matanya berwarna perak, dan itu benar-benar sangat cantik.

"Aku tahu kalian pasti berdebat. Bando dengan hiasan bunga lili itu sudah hancur sekarang. Jadi aku akan memakai yang berhias bunga mawar saja." Ucapnya lembut.

Dia pun memerintahkan kedua pelayan itu untuk membantunya berhias.

"Sudah kuduga Nona memang sangat cantik dengan warna merah." Puji pelayan setelah memasangkan bando itu di kepala Kyara.

"Tapi Nona juga cantik dengan warna putih." Ucap pelayan lainnya.

"Sudahlah jangan berdebat lagi." Ucap Kyara.

Begitu selesai berdandan, dengan segera Kyara menuju ke ruang makan yang berada di lantai satu rumahnya.

Tap...tappp...tappp

"Selamat pagi ayah, adik dan ibu." Sapa Kyara dengan ramah.

"Kau terlambat lagi Kyara Agatha Malvi. Ayahmu ini sudah menunggu daritadi." Ucap ibunya.

"Cepatlah duduk kak." Ucap adiknya.

Akhirnya mereka menikmati sarapan bersama.

"Ayah akan pergi menemui kaisar hari ini. Apa kau akan ikut Kyara ?" Tanya ayahnya itu.

"Tidak ayah, hari ini aku akan pergi ke kuil terlebih dahulu." Jawab Kyara.

Duke Malvi pun tampak kebingungan, seingatnya putrinya itu sudahlah pergi ke kuil kemarin, bahkan ia sampai pulang di sore hari.

"Bukankah kemarin kau sudah pergi ke kuil dengan adikmu ?" Tanyanya.

"Ya, tapi hari ini aku pergi untuk bersedekah ayah. Hari ini juga ada anak-anak dari panti asuhan datang ke kuil." Jelas Kyara.

"Putra Mahkota juga akan datang di acara amal itu ayah." Lanjut Kyara

Tampaklah lagi raut wajah kebingungan dari ayah, adik dan ibunya itu.

"Dia memang datang tanpa pemberitahuan, dia ingin menemaniku sekaligus memberi kejutan." Jelas Kyara lagi

Klangg!!!

Mata Duke Malvi langsung menatap tajam ke arah seseorang yang telah menjatuhkan sendoknya itu.

"Dimana etiketmu itu Liana ?" Tanya Duke Malvi pada putri keduanya.

"Maaf ayah, aku hanya terlalu senang membayangkan anggota keluarga kita akan menjadi ratu." Jawab Liana.

"Sudahlah ayah jangan marah begitu, Liana hanya terlalu senang." Ucap Kyara.

Suasana pun kembali mencair, dan tak lama setelah sarapan selesai, Duke Malvi langsung berpamitan untuk pergi ke istana.

Kyara sendiri pun juga tengah bersiap-siap untuk menuju ke kuil terlebih dahulu.

"Sayang sekali aku tak bisa menemanimu kak." Ucap Liana.

"Tak apa, kau kan memang sedang sakit adikku. Aku akan pergi sekarang." Pamit Kyara.

Dalam perjalanan itu Kyara ditemani oleh kedua pelayan setianya, beberapa pengawal dan tentunya kusir.

"Nona Kyara...bukankah kita datang terlalu pagi ?" Tanya salah seorang pelayan.

"Nona kita itu tak sabar bertemu dengan putra mahkota makanya ia berangkat lebih awal." Jawab pelayan lain.

Kyara tersenyum malu-malu begitu mendengarnya.

Yang dikatakan pelayannya itu memang tak salah namun juga tak benar.

"Aku ingin berdoa terlebih dahulu pada Dewa Aelius." Jawab Kyara.

Kedua pelayan itu saling berpandangan lalu tersenyum jahil, "Ahhh...jadi sekarang anda berani menjadikan Dewa Aelius sebagai alasan ?"

"Mana mungkin begitu." Elak Kyara.

Ya, Kyara adalah tunangan dari putra mahkota kekaisaran timur.

Berasal dari kasta tinggi, bertunangan dengan putra mahkota sudahlah membuat banyak orang iri.

Di tambah dengan kebaikan hatinya itu semakin membuat orang lain iri terhadap Kyara.

Mereka sering menggosipkan bahwa Kyara rajin beramal dan berdoa di kuil hanya karena ingin mencari perhatian dari putra mahkota.

Padahal sebenarnya putra mahkota dan dirinya memanglah saling mencintai.

Dan ia pun sering berdoa dan beramal di kuil karena mendiang ibunya seorang umat Dewa Aelius yang taat.

Itulah mengapa Kyara tak mengambil pusing soal gossip itu.

Tiba-tiba saja kereta kuda yang ditumpangi oleh Kyara berhenti secara mendadak.

Bahkan ia sampai terpelanting dengan keras.

Arghhh!!!

"Nona anda tak apa ? Mengapa kusir seceroboh ini ?!"

"Nona tenanglah, kami akan keluar dan memarahi kusir sebentar."

Namun begitu pintu kereta dibuka, dengan jelas Kyara melihat salah seorang pengawalnya menerima sebuah tusukan pedang di dada.

Kyara dan juga para pelayannya itu langsung berteriak ketakutan.

Namun mereka tetaplah keluar dari dalam kereta untuk memeriksa keadaan.

Dan benar saja, dihadapan mereka kini ada segerombolan pembunuh bayaran.

Darimana dia tahu ? Tentu saja Kyara menebaknya.

Terdengar suara teriakan seorang pria bertopeng.

"Itu adalah Kyara Agatha Malvi, cepat bunuh dia!!"

"Nona...nona...berlarilah mencari pertolongan, kami akan menahan mereka!!" Ucap pelayan dan pengawal tersisa.

Dengan penuh rasa takut dan air mata bercucuran Kyara terus berlari kebingungan.

Entah kemana yang terpenting ia berlari menjauh dari para pembunuh itu.

Syutttt...syuttt

Berkali-kali anak panah ditembakkan ke arah dirinya yang tengah berlari.

Meskipun tak menancap pada tubuhnya, namun anak panah itu berhasil membuat lengan dan juga kakinya terluka.

Brukkkk

Kini Kyara sudahlah terjatuh, para pembunuh itu sudahlah semakin dekat dengan dirinya.

"S-siapa kalian ?!" Tanya Kyara dengan suara gemetar.

"Kami adalah kematianmu Kyara Agatha Malvi!!"

Jlebb!!

Sebilah pedang sudahlah tertancap di perut Kyara.

Tusukan itu berhasil membuat Kyara meringis kesakitan.

Rasa sakit yang tak pernah ia rasakan.

Sekali, dua kali, pembunuh itu kembali menusuk dirinya.

"Arghh...." Ucap Kyara pelan.

"Neraka sudah menunggumu Kyara." Ucap pembunuh itu sebelum meninggalkan tubuh Kyara tergeletak begitu saja.

BAB 2 : Dia Sudah Mati

Di kuil sendiri seorang pria menampakkan raut muka cemas sebab seseorang yang ia tunggu tak kunjung datang, padahal ia sudah menunggu 2 jam lamanya.

Ia tahu wanita yang menjadi tunangannya itu adalah orang yang selalu tepat waktu.

Apalagi jika itu berurusan dengan hal-hal penting seperti ini.

"Pergilah ke kediaman Duke Malvi, Theo. Aku akan memulai acara amal ini terlebih dahulu." titahnya.

Dengan segera lelaki bernama Theo itu melaksanakan perintah dari tuannya itu.

1 jam kemudian ia juga sudah kembali ke kuil. Tuannya itu masihlah sedang menikmati makan siang bersama dengan anak-anak dari panti asuhan.

Dengan langkah pelan ia mendekati Putra Mahkota.

Ia tak ingin membuat semua orang menjadi ketakutan apabila ia lari terbirit-birit untuk menyampaikan pesan.

"Yang Mulia, hamba sudah kembali." bisik Theo.

"Katakan apa yang terjadi pada tunanganku itu ? Dan dimana dia sekarang ?." tanyanya dengan memperhatikan Theo.

Seharusnya wanita itu sudah berada dihadapannya saat ini.

Namun yang ia lihat justru pelayannya kembali seorang diri.

"Yang Mulia...nona Kyara sudah berangkat sedari tadi, bahkan ia berangkat lebih awal. Namun entah dimana keberadaannya saat ini." jelas Theo.

"Cepat cari dia sekarang, aku akan kembali ke istana sekarang." titahnya lagi.

Berjam-jam sudah berlalu, namun belum juga datang pesan ditemukannya Kyara.

"Cepat cari keberadaannya di seluruh daerah Kekaisaran Timur!." titah putra mahkota dan juga kaisar yang khawatir.

Mereka masihlah tak mengerti tentang kejadian ini.

Kemana perginya Kyara ? Dan apa alasan dari kepergiaannya ini ?.

■■■■□□□□

Kediaman Duke Malvi

"Ayah, apa benar kalau kak Kyara menghilang ?." tanya putri kedua Duke Malvi yakni Liana.

Duke Malvi hanya terdiam, wajahnya pucat saat ini. Tak dapat dipungkiri kalau ia sangat khawatir.

Baru tadi pagi ia sarapan bersama putrinya, namun sekarang sudah tak diketahui dimana keberadaan putrinya itu.

"Jadi berita itu benar suamiku ?! Mengapa kau diam saja ? Cepat jawab pertanyaan kami ?." tanya Duchess Malvi yang juga tak percaya.

Brukkk

Tubuh Liana langsung terjatuh lemas, ayahnya hanya diam saja.

Sudah pasti benar bahwa kakak tersayangnya itu hilang. Buliran air mata langsung mengalir dengan deras dari kedua matanya.

"Hikss..hikss..ayah aku ingin mencari kakak." ucap Liana.

"Ini sudah malam ayah, kita harus segera menemukan keberadaannya." lanjutnya lagi.

Duke Malvi yang terus menerus mendengar kesedihan Liana tak mampu lagi menahan tangisnya.

Ia tahu kalau putrinya itu tak suka dengan suasana di malam hari yang terlihat menakutkan.

Setiap keluar pastilah ia akan kembali sebelum matahari terbenam.

Kalaupun ia kembali pada malam hari pastinya ia ditemani oleh Liana ataupun Putra Mahkota.

"Suamiku bagaimana bisa Kyara diculik ?." tanya Duchess Malvi.

"Hustt...jaga mulutmu itu, putriku itu tak diculik, ia akan kembali sebentar lagi." jawab Duke Malvi.

■■■■□□□□

Satu hari, satu minggu, dua minggu, satu bulan.

Ya, satu bulan sudah berlalu pencarian Kyara dilakukan.

Bahkan Duke Malvi dan Kekaisaran Timur juga melakukan sayembara untuk menemukan Kyara.

Namun tak pernah ada yang datang untuk membawa Kyara kembali.

"Hanya ada satu tempat yang belum kita datangi Yang Mulia Putra Mahkota." ucap salah seorang prajurit.

Dengan tatapan sinis Putra Mahkota memandang prajurit itu.

Apa prajurit itu gila ? Berkata seperti itu sama aja ia mendoakan tunangannya itu mati.

Buru-buru prajurit itu langsung bersujud meminta maaf, namun perkataannya juga tidaklah salah.

Kalau ia tak berada di tempat itu pasti ia sudah keluar dari kekaisaran timur.

Keluar kekaisaran ? Sudah pasti tidak mungkin.

Dengan perintah dari kekaisaran seluruh gerbang perbatasan sudah diperiksa, dan tak ada sama sekali data keluarnya Kyara dari Kekaisaran Timur.

"Aku akan pergi kesana, aku akan pergi kemanapun untuk menemukan kakak." ucap Liana yang juga berada disitu.

Dengan segera Liana berlari dan mengambil kuda milik kekaisaran.

Perbuatan cerobohnya itu bisa membuat dirinya kehilangan nyawa, namun kali ini semua lebih khawatir dengan keselamatannya.

"Liana!!." teriak Duke Malvi.

"Cepat kita kejar Liana!!." titah Putra Mahkota.

Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk sampai di hutan terlarang. Apalagi mereka juga memacu kuda dengan sangat cepat.

Dingin, lembab, gelap, licin dan menakutkan.

Itulah yang dilihat dirasakan oleh Liana dan semua orang yang mengejarnya.

Liana yang tadinya berani kini menciut karena mendengar suara lolongan serigala.

"A-ayah." ucap Liana lalu berlari mundur untuk mendekat ke tempat ayahnya.

"Kau gila Liana, lihat apa yang kau lakukan ? Putra Mahkota sampai membahayakan nyawanya untuk melindungimu!." amarah Duke Malvi.

Tiba-tiba saja salah seorang prajurit berteriak dengan keras.

"Yang Mulia aku menemukan kereta kuda dengan lambang keluarga Duke Malvi!!!."

Deggg!!!

Tak jauh dari temuan kereta kuda yang sudah hancur itu, mereka juga menemukan pakaian dan tulang-belulang yang sudah pasti milik pelayan, pengawal dan juga kusir yang menemani Kyara.

Tubuh Duke Malvi jatuh dengan lemahnya, begitu juga dengan Liana.

Baju yang dikenakan oleh Kyara sudah hancur dan berlumuran darah, ada juga tulang yang sudah pasti milik Kyara.

Ia sudah mati.

"Kakak...kau meninggalkanku sendirian." isak Liana.

Di hari itu juga diumumkannya kematian Kyara Agatha Malvi di Kekaisaran Timur.

Hilang sudah calon ratu kekaisaran timur.

"Pasti itu adalah ulah penyihir jahat yang menghuni hutan terlarang."

"Nona Kyara adalah bangsawan yang baik hati, sangat malang sekali nasibnya."

"Semoga ia berada di sisi Dewa Aelius."

Itulah perkataan yang selalu diucapkan oleh rakyat kekaisaran timur yang merasa kehilangan sosok Kyara.

Di sisi lain terlihat seorang pria dengan wajah pucat, kulit pucat namun berbibir merah tengah menatap sinis seorang wanita.

"Terima kasih sudah menyelamatkan diriku Tuan, aku pasti akan membalasmu begitu tiba dirumahku." ucap seorang wanita dengan suara lemah.

"Memangnya siapa yang mengijinkanmu pergi ?." jawan pria itu.

Wanita itu masih tak mengerti, apa untungnya bagi pria didepannya jika ia berada disini ?.

Ahhh...dia memang cantik, namun pria sederhana didepannya ini pasti akan memilih uang bukan ?.

"Tuan, kau mungkin tak mengenalku karena berada di Kekaisaran Utara. Namun aku adalah calon ratu Kekaisaran Timur, Kyara Agatha Malvi."

"Aku harus kembali, keluargaku pasti sudah menunggu." lanjutnya lagi.

Ya, Kyara memang masih hidup.

Lelaki didepannya itulah yang telah menyelamatkan dirinya, ia mengatakan menemukan Kyara di hutan terlarang saat sedang berburu.

Dan laki-laki itu membawa dirinya ke Kaisaran Utara.

Sangat membingungkan memang bagi Kyara. Namun saat ini ia tak ingin tahu banyak, ia cukup tahu nama lelaki itu adalah Kai Xavier.

Dan yang ia inginkan saat ini adalah kembali ke rumahnya di kekaisaran utara.

Namun Kai terus melarang, padahal ia sudah berterima kasih dan menawarkan hadiah karena telah menyelamatkan dirinya.

BAB 3 : Dia Masih Hidup

1 bulan lalu di Hutan Terlarang...

Wushh...wushhh

Srekk...srekkk....

Dengan gerakan cepat seorang pria terlihat mengejar seekor rusa.

Kecepatan rusa itu bukanlah apa-apa bagi dirinya, sejauh dan secepat apapun rusa itu berlari kabur, ia pasti berhasil menangkapnya dalam waktu sekejap.

"Bau apa ini ? Baunya amat manis sekali." ucap pria itu.

Pada akhirnya dengan indra penciumannya yang tajam itu, ia mendatangi tempat dimana bau itu berasal.

Seorang gadis terbaring lemah, dengan darah yang terus mengucur deras dari perutnya.

Sayang ia tak bisa melihat dengan jelas wajah gadis itu, "Sepertinya aku akan sangat kenyang hari ini."

Dengan perlahan pria itu berjalan mendekat dan mendekap gadis itu. Di ciuminya terus-menerus aroma darah yang manis baginya.

Begitu menyibakkan rambut panjang milik gadis itu, dalam sekejap ia langsung membeku.

"Kau mirip dengannya..." gumamnya.

Terdengar ia mendengus kesal, terlihat juga ia sedikit memanyunkan bibirnya.

"Kau hanya akan meminum darah rusa saja hari ini Kai Xavier." gumamnya lagi.

Tak ingin gadis dipelukannya itu menjadi mangsa bagi yang lain, dengan segera Kai membawanya ke tempat persembunyian.

Namun sebelum itu, Kai melepas pakaian gadis itu agar tak meninggalkan petunjuk bagi yang lainnya. Tentunya ia juga memakaikan mantel bertudung yang ia pakai untuk gadis itu.

Di rebahkannya dengan lembut tubuh gadis itu diatas ranjangnya.

"Dari lukamu sudah terlihat ini bukan ulah binatang. Dosa apa yang kau buat sampai kau akan dibuat mati oleh sesamamu ?." celoteh Kai sendirian.

Kai pun mengambil sebuah cawan yang berada tak jauh darinya dan meletakannya diatas kasur.

Ia pun mengambil sedikit darah yang keluar dari perut Kiara dan memasukannya ke dalam cawan.

Lalu ia menggigit sendiri pergelangan tangannya hingga berdarah dan mencampurnya dengan darah Kyara didalam cawan.

Begitu selesai mencampur, Kai langsung saja meminumkan sebagian darah itu pada Kyara.

Dan sebagian lagi ia oleskan pada luka Kyara.

"Dengan begini kau akan aman." gumam Kai sembari tersenyum tipis.

Dengan telaten Kai merawat Kyara.

Dengan darah yang diberikan oleh Kai, keadaan Kyara pulih dengan sangat cepat.

Namun entah mengapa gadis itu tak bisa bicara pada awalnya.

Mungkin karena ia trauma dengan kejadian yang ia alami sebelumnya.

"Tuan, kau yang menyelamatkanku bukan ? Jadi siapa namamu ?." tulis Kyara pada sebuah kertas dan memberikannya pada Kai.

"Kai Xavier, itu namaku." jawab Kai.

"Terima kasih Tuan Kai sudah menyelamatkanku. Maaf sebelumnya, sekarang aku berada dimana ?." tanya Kyara lagi.

"Kau berada di rumahku, di Kekaisaran Utara tepatnya." jawabnya.

Deggg...

Kekaisaran Utara ?.

Bagaimana mungkin dirinya berada di kekaisaran utara ? Tempat ini cukup jauh dari kekaisaran timur.

Kalaupun dia melewati perbatasan, pastinya para petugas akan menemukan dirinya dengan mudah.

Apalagi dirinya juga terluka parah saat itu, pastinya ia tak akan lolos begitu saja.

Melihat gadis itu kebingungan, Kai pun berusaha memperjelas lagi perkataannya.

"Aku menemukanmu di hutan terlarang. Karena berbahaya jadi aku membawamu kemari." ucapnya.

Mata Kyara langsung membulat mendengar penjelasan Kai.

Sayang sekali suaranya tak akan terdengar oleh Kai. Padahal ia saat ini benar-benar terkejut dan tak percaya.

Hutan terlarang ?

Mungkin waktu itu ia memanglah memasuki hutan, namun Kyara sangat yakin tak memasuki daerah hutan terlarang.

"Benarkah kau menemukanku di hutan terlarang ?." tulis Kyara lagi memastikan.

Kai mengangguk mantap.

Tanpa bertanya pun Kai sudah paham pasti gadis itu kebingungan dan ketakutan.

Sebenarnya tempat itu awalnya bernama hutan bunga merah. Namun karena dihuni oleh hewan-hewan yang teramat buas dan dipercayai sebagai tempat tinggal penyihir jahat, sejak saat itu tempat itu berubah nama menjadi hutan terlarang.

Apalagi sekarang ia berada di kekaisaran utara, kekaisaran yang telah lama mati dan menjadi tempat tinggal binatang-binatang buas.

"Apa aku ini sudah mati ?." tulis Kyara lalu menunjukkannya pada Kai.

Kai tersenyum tipis lalu menggelengkan kepalanya.

"Kau masih hidup."

Ya, Kyara menjadi tenang kembali, mungkin memang benar kalau lekaki didepannya ini adalah seorang pemburu.

Kyara pun memutuskan untuk kembali saat suaranya sudah kembali.

Namun saat keadaannya sudah semakin membaik dan ia sudah bisa kembali berbicara, Kai menghalangi kepergiannya.

"Tuan, aku adalah Kyara Agatha Malvi, calon ratu kekaisaran timur. Aku harus segera kembali dan melaporkan rencana pembunuhan yang menimpaku." ucap Kyara.

"Keluargaku pasti juga menunggu." lanjutnya lagi.

Lagi-lagi Kai menggeleng tak mengijinkan.

"Aku tak akan mengijinkanmu pergi, dan aku sama sekali tak tertarik dengan hadiah yang akan kau berikan itu!."

Kyara merasa sangat kesal, memangnya siapa dia ? Berani sekali melarang Kyara.

Kyara pun bangkit dari duduknya, ia tak peduli lagi, ia haruslah kembali ke rumah.

Begitu akan membuka pintu, tiba-tiba saja Kai sudah berada disampingnya dengan cepat.

"Arghhh..." erang Kyara.

Ya, Kai mencengkam kuat pergelangan tangan Kyara.

Mata lelaki itu kini berwarna merah, ia bahkan mempunyai taring yang teramat panjang.

Kyara berteriak ketakutan, dengan cepat ia mengingat kalau orang didepannya ini adalah seorang vampire.

Salah satu makhluk jahat yang diceritakan di buku. Ia sangat ingat pernah membacanya di buku kuno yang tersimpan di kuil Dewa Aelius.

"Selama sebulan ini aku selalu menahan diri agar tak menghisap darahmu namun kau akan pergi begitu saja ? Lancang sekali kau!." teriak Kai.

Kyara ambruk begitu saja, ia sangatlah ketakutan.

Apakah dia akan benar-benar mati saat ini ?.

Ternyata salah, Kai memenjarakan dirinya. Selama ini ia memang hanya berada dikamar, ia tak tahu kalau rumah Kai sangat besar.

Namun rumah ini benar-benar kotor sekali.

"Kau akan tetap berada disini!!." ucap Kai.

Kyara hanya bisa menangis, memang apa kesalahannya ? Mengapa Kai mengurungnya begini ?.

"Ayah...Ibu...Ragaz...Liana....aku merindukan kalian." gumam Kyara.

Sudah 1 minggu Kyara berada didalam penjara. Setiap hari juga Kai akan datang untuk membawakan ia makanan dan mengawasinya.

Selama 1 minggu itu juga Kyara terus memohon untuk dibebaskan. Namun Kai terus menolak, bahkan sesekali Kai akan melukai Kyara agar ia berhenti merengek.

"Kai...sepertinya kau sangat kesepian sampai-sampai kau mengurungku disini." ucap Kyara.

"Jangan asal menebak, aku tak suka." jawab Kai tanpa menoleh.

Entah keberanian dari mana, tiba-tiba saja Kyara menawarkan sebuah kesepakatan kepada Kai.

Kai sendiri lngsung menoleh ke arah Kyara, apa maksud gadis itu ?.

Kesepakatan apa ?.

Tentunya Kyara meminta untuk dikeluarkan dari dalam penjara itu.

"Tak akan." jawab Kai singkat.

"Keluarkan aku, aku akan mati jika kau terus mengurungku." ucap Kyara lagi.

"Kau akan kabur kan ?." tanya Kai sinis.

Kyara langsung menggeleng, "Aku tak akan kabur, aku hanya akan pergi setelah kontrak kita selesai."

"Kontrak ?." tanya Kai kebingungan.

"Ya, aku akan menemani dan menuruti semua kemauanmu selama beberapa minggu, setelah itu aku akan pulang ke rumahku." ucap Kyara.

Kesepakatan bodoh bukan ?.

Namun Kai tersenyum lalu mengangguk.

"Baiklah, jangan pernah menyesal Kyara." ucapnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!