NovelToon NovelToon

Aku dia & kita

Auliya

Ada banyak hal yang terjadi dalam kisah kehidupan, suka dan dan duka adalah hal yang biasa, begitu banyak cerita, tawa bahkan air mata yang menemani setiap detik perjalanan waktu, pada kenyataanya tak ada penderitaan yang kekal, setiap awal pasti memiliki akhir, setiap gelap pasti akan menemukan titik terang, sebagai manusia kita hanya bisa berusaha, tentang hasil tentu saja harus di serahkan pada yang di atas sana.

Seorang gadis cantik duduk diam di bawah pohon pinggiran jalan, tatapannya kosong dan pikirannya melayang entah kemana,

Tampa terasa waktu berjalan begitu cepat namun ia bahkan belum bisa melupakan segala kenyataan pahit itu, sebuah kenyataan bahwa dirinya di tinggalkan oleh orang yang sangat berharga, orang orang mengatakan jika cinta masa sekolah adalah hal yang bahkan sangat menyenangkan dan tak mungkin dapat di lupakan, seperti itulah yang sedang ia rasakan saat ini, sudah tiga tahun berlalu namun ia bahkan tak melupakan 'dia' walau sedetik pun, dunia memang kejam, memisahkan dua insan yang saling sayang, ia menghela nafas pelan, memandangi keramaian dalam diam,

Semua berjalan secara bersamaan, ia kehilangan dan harus pergi dari hangatnya pelukan orang tua, Yah dia kehilangan kekasihnya dan ia harus pergi dari rumah karena pendidikan,

Namanya Auliya atau biasa di panggil Lia seorang gadis berusia 21 tahun, saat ini tercatat sebagai salah satu mahasiswa di Universitas Indonesia, ia berasal dari pedesaan yang berada di sebuah provinsi kecil di pulau Sumatera, ia meninggalkan orang tua demi menggapai cita cita, ia memang telah kehilangan cintanya, namun ia tentu saja tak bisa menjadi gadis yang putus asa, ia masih percaya dengan garis takdir, ia yakin dan percaya jika jodoh berada di tangan Tuhan, ia juga yakin jika tuhan tak akan menguji hambanya di luar kemampuan orang tersebut, Ia menghela nafas pelan, jam kuliah baru saja berakhir, dan ia memilih untuk kembali ke kosan untuk segera beristirahat

"Brak" Ia menggerjapkan tanya beberapa kali, apa itu?, ia menabrak?, dan itu seorang anak kecil?, yang benar saja?, Ia dengan cepat turun dari motor untuk membantu bocah itu berdiri

"Maaf" Ucapnya dengan begitu cemas karena sang bocah bahkan hanya terdiam dengan tubuh yang bergetar, ia membawa bocah itu menepi, sembari mempelasteri luka si bocah

"Kamu ngak papa kan?" Ucapnya yang hanya di balas dengan gelengan pelan

"Tolong Alif kak, Alif takut" Ucapnya dengan nada nan begitu lirih tubuhnya bahkan menjadi gemetar, dan di susul dengan sebuah isakan kecil yang tertahan

"Kamu kenapa?, Maaf udah bikin kamu takut" Ucapnya dengan nada pelan, ia tak sengaja dan ia bahkan tak berfikir jika akan membuat bocah ini menjadi sangat ketakutan seperti ini 

"Orang jahat lagi ngejar Alif kak, Alif takut, tolong" Ucapnya lagi

"Kamu jangan panik, kakak di sini, kakak yang bakalan jagain kamu, kamu tenang ya, jangan nangis lagi" Ucapnya dengan nada pelan, bagai mana tidak saat ini bocah ini bahkan menagis tersendu di dalam pelukanya, apakah ia melukai bocah ini?

"Mau lari kemana kamu" 2 org berbadan gempal kini berhenti di hadapan keduanya,

Lia menatap keduanya secara bergantian, namun setelahnya ia malah terkekeh dengan pelan, bagai mana tidak, kedua pria ini bahkan terlihat begitu menakutkan dengan jins robek robek kalung rantai dan beberapa cincin batu di tangannya, di tambah lagi dengan wajah yang sangar kumisan dan rambut keriting dan satunya botak, Tampa sadar ia terkekeh pelan dalam pelukan anak itu, kedua preman itu nampak lucu dengan nafas yang terengah engah sepertinya anak ini sudah membawanya lari cukup jauh, dan ia akui jika anak ini memang cukup hebat

Memiliki jiwa seorang atlet lari, bahakan ia masih bisa selamat saat di kejar oleh dua orang penjahat sekaligus, untuk beberapa saat Lia merasa begitu bangga dengan keberanian bocah ini

"Tolongin Alif" Ucap si bocah sembari mengerat pelukannya, takut takut orang itu membawanya jika ia melepaskan dekapan dari gadis yang tak di kenalnya ini

"Percuma saja lo minta tolong sama gadis manis ini, emang dia bisa apa, lo bakal kita kirim ikut sama emak bapak lo" Ucap preman itu mengejek, is juga ikut tersenyum kecil

"Bang, lepasin lah ni anak, gue bakalan biarin Lo pergi dari sini dengan selamat, gue jamin" Ucapnya dengan nada pelan, saat ini Alif sudah menjadi sedikit lebih tenang, dan Meu melepaskan pelukanya

Minimal ngaca

"Lepasin ni bocah" Ucapnya dengan nada dingin, ia tak ingin terlibat perkelahian, dari itu akan lebih baik untuk meminta

"Ehh gadis manis enak aja lo nyuruh nyuruh kita, emang kita bapak lo, yang ada lo akan jadi mangsa kita" Ucap si preman tertawa dengan begitu sombongnya, ia hanya menatap keduanya dengan tatapan malas

"Gue udah minta baik baik ya bang, jadi jagan salahin gue kalo gue kasar" Ucapnya melepaskan pelukan bocah yang ia ketahui bernama Alif itu dan tentu saja menyembunyikannya di belakang tubuhnya, Lia tak seanggun itu, meskipun ia gadis berhijab ia memiliki kemampuan bertarung, dan si masa lalu pun ia juga selalu ikut serta dalam setiap tauran di sekolahnya, dimana ada tauran maka di sanalah ada Auliya dan Leo

"Boleh juga ni cewek gue suka cewek ginian, galak" Ucap si preman  sembari menujukan senyuman menggoda dan jujur saja ini membuatnya menjadi sedikit jijik 

Hingga Seornag pria menakutkan bercelatuk dengan nada nan begitu angkuh "Siapa nama lo?, Apa urusan sama ni anak" Sedangkan Lia? bahkan ia tak terpengaruh sedikitpun, bagai manapun ia adalah gadis yang berasal dari kehidupan penuh pertarungan ini, hal kecil seperti ini sudah sangat biasa ia lewati

"Ngak ada, gue cuma ngak suka dengan pekerjaan kalian, dan gue saranin kalo mau kalo nyulik anak kecil mana ada untungnya, yang pinter dikit lah bang kalo mau nyulik mendingan nyulik bapaknya sekalian, biar dapat untungnya gede, bisa dapat dompet, hp barang barang yang pastinya lebih berharga, nah kalo bocah gini?, Kalo Ngak ada yang mau nebus kerepotan Lo ngasih makan anak orang" Lia berucap dengan nada nan begitu mengejek, Lia bahkan tak melarang siapa pun yang memiliki profesi ini, hanya saja ia tak ingin melihat kejadian itu di depan matanya, jika hal itu sempat terjadi ya jangan salahkan dirinya yang akan menggagalkan rencana jahat itu

"Aduh ni cewek, sempurna amat, udah cantik mulus bening galak pula" bukan marah ataupun kesal ia bahkan tersenyum lebar sembari menatap Lia dari atas sampai bawah

Cewek di depan mereka ini beneran cewek top deh, selama ini bahkan mereka preman yang di takuti dan di segani, eh tau tau malah di tantang sama bocah setengah jadi seperti ini, tentu saja ini membuat mereka semakin tertarik, selain cantik cewek di hadapan mereka juga memiliki mental yang kuat dan keberanian menantang mereka

"Gue emang cantik bang, dari lahir lagi, tapi pukulan gue jangan lo remehin, bisa bikin ngalir juga ni tangan meskipun kecil" Lia terkekeh pelan, namun dalam beberapa saat saja bahkan ia mengubah expresinya, senyuman ramah sebelumnya seketika berubah menjadi sebuah seringai yang begitu mengerikan dan dengan gerakan nan begitu cepat  pukulan sudah berhasil mendarat ke wajah salah satu preman itu, ia itu terlonjak kaget hingga kehilangan keseimbangannya dan terduduk si tanah

Lia terkekeh pelan, untung ia pernah belajar bela diri bahkan ia juga pernah menjadi atlet taekwondo saat duduk di bangku SMA, kalo ngak habis deh dia, hidup sendiri di kota perantauan tampa bekal yang di bawa itu namanya bunuh diri

"Gimana?, enak ngak di pukul tangan cantik gue?, Ya pasti enak lah, gue kan cantik, jarang jarang kan Lo pada di pukul cewek cantik" Ucap Lia dengan nada pelan, ia mengusap punggung tangannya, dengan pelan guna membersihkan kotoran di tangannya

"Boleh juga ni cewek" memegang pipinya dan menghapus darah yang mengalir di antara bibirnya, ia berdiri dan bersiap kembali menyerang beruntungnya lia bisa menghindari nya dan membuat preman itu tersungkur.

"Maaf, gue ngak sengaja beneran deh bang, tangan gue aja yang suka banget mukulin orang" Lia masih menggunakan wajah yang sama, masih begitu tenang seperti air yang mengalir meskipun para preman setengah jadi itu sedang menatapnya dengan begitu kejam

"Sekarang ngak usah buang buang waktu ayo kita serang sama sama" kedua preman langsung mengambil posisi untuk segera melumpuhkan gadis menyebalkan di hadapan mereka ini

"Oo beraninya main keroyok ya, hmm boleh, makin cepat makin baik, biar cepat selesainya, capek juga sih kalo kelamaan buang buang waktu gini" pertarungan pun tak terhindarkan, Lia dengan gerakan gesit menghindar dari pukulan kedua pria paruh baya yang sedang menjadi lawannya

"Sialan" si preman sudah benar benar kesal, ia mengambil pisau lipat di balik pakaiannya dan mulai mengarahkan pada Lia

Si preman dengan sombong dan terus menerus menyerang Lia dengan pisau kecilnya "Kita liat sampe mana kemampuan Lo" ia tak percaya jika mereka di kalahkan oleh gadis kecil ini, mereka yakin jika mereka akan melukai Lia, jika tidak maka mereka benar benar akan kehilangan muka, bagai mana mungkin preman hebat seperti mereka di kalahkan dengan mudah oleh Seornag gadis cantik seperti lia

"Gue capek kalo sih ngomel terus bang, mana mainnya ngak seru lagi, coba deh bang, kalo bawa piso itu yang gedean dikit, ni malah Bawak piso setengah bahan gini, kalo gue saranin mendingan bawa piso daging bang" Sembari menatap jengah kedua preman, dan dalam beberapa gerakan keduanya tumbang Tampa protes, jangan remehkan pukulan Seornag wanita, jangan remehkan kemampuan seorang wanita, karena wanita itu kejam, dari itu mendingan ngak usah bikin perkara kalo ngak mau nyesel nantinya

"Ngak punya kemampuan tapi bermulut besar, sayang banget kan" ia menggeleng pelan menatap malas kedua pria yang sudah kalah telak itu

Lia menendang tubuh si preman menjauh dari dirinya, beberapa bekas luka sudah berada di tubuh mereka, namun luka itu mereka sendiri yang membuat, Lia tak melakukan apapun, dan jika di salahkan maka ia hanya perlu menujukan CCtv yang berada tak jauh dari mereka sebagai bukti bahwasanya ia tak memiliki kaitan dan tak ikut membuat luka di tubuh kedua preman tanggung ini

"Nah apa gue bilang, kalah kan Lo bang?, gue bilang lepasin lo nya keras kepala, coba aja dari tadi Lo ninggalin kita Lo ngak bakalan dapat perkara gini"

"Gadis iblis sialan, awas ini belum berakhir" si preman berucap dengan nada geram, namun bahkan mereka sudah tak mampu lagi berdiri, tubuh mereka sudah di penuhi luka dan saat ini mereka benar benar sangat tak berdaya

"Lah, Lo berdua yang preman kok gue yang iblis sih bang, salah gue dimana coba?, minimal ngaca lah bang, kalo jahat ya sendiri aja ngak usah ngajak orang lah" Lia berucap dengan nada mengejek

Hore

"Awas lo, ngak urusan kita belum selesai, jangan harap Lo bisa tenang, kita bakalan balas dendam, dan bikin Lo nyesel udah ikut campur dalam urusan gue" Si preman berniat untuk lari tapi sayangnya ia tak membiarkan mereka kabur begitu saja, ia tak ingin memiliki masalah di masa depan dan tak ada kata kata lain kali dalam kamus kehidupannya, jika susah di depan mata ia hanya perlu melumpuhkannya dan memberikannya ke pasar pihak yang berwajib, melihat sebuah keributan sebuah mobil berhenti di dekat mereka

"Selamat siang, apa yang terjadi?" Ucap seorang pemuda yang keluar dari mobil, siapa yang menyangka jika pengemudi mobil hitam tersebut adalah seorang polisi yang menggunakan pakaian lengkap

"Percobaan penculikan pak" Si polisi langsung memborgol kedua preman dan membawanya ke mobil, preman itu masih di alam bawah sadarnya dan tentu saja harus di hukum sesuai peraturan yang ada

"Terimakasih atas kerja sama anda, mereka adalah tahanan yang melarikan diri, lain kali jangan gegabah" Ucap si polisi dengan nada pelan, dan ini kata kata yang sering keluar dari mulut para polisi

"Sama sama pak" Lia tersenyum sopan, meskipun di dalam hatinya mengatakan hal yang sebaliknya, ia harus menujukan kesopanannya pada lawan bicara,

"Sekarang mari ikut ke kantor polisi untuk menjadi saksi atas kejahatan yang telah di lakukan oleh kedua tahanan ini"

"ah, maaf banget pak, kita sedang buru buru banget, kalo mau bukti lebih baik bapak periksa CCTV aja ya, maaf banget sebelumnya" Ucap Lia dengan nada pelan, inilah yang membuatnya sedikit Engan, selalu saja seperti ini, setiap membantu maka ia akan terseret dan di panggil ke kantor polisi, dan akhirnya?, bikin semua orang cemas dan buang waktu, banyak hal yang bisa ia lakukan selain menghabiskan waktu dengan bolak balik ke kantor polisi

"Ah baik jika demikian, dan terimakasih atas kerja samanya, di masa mendatang jika hal ini kembali terulang segera hubungi pihak kepolisian karena ini terlalu berbahaya" Ucap si polisi dengan nada pelan, dan Lia bahkan hanya menggukan kepalanya Tampa mau protes

"Kalo nunggu polisinya datang mati duluan lah gue, serba salah kalo gini, ngelawan salah ngak ngelawan salah, kalo dia yang mati kita yang di penjara kalo kita yang mati ya kitanya yang rugi" terkekeh pelan, penyataan si polisi memang terdengar begitu lucu baginya, tapi yasudah lah, biarkan selesai sampai disini, tak perlu memperpanjang kan masalah yang tak berguna

"Kami permisi" Ucap sang polisi berlalu membawa ke dua tahanan itu kembali ke tempat asalnya

"Alif takut" Ucap Alif dengan nada lirih, ia memandang bocah bernama Alif itu dengan tatapan iba, ia kembali  menarik Alif kedalam pelukannya, membisikan beberapa kata untuk mengangkat bocah malang ini

"Sekarang kamu minum dulu biar tenang" Ucap Lia sembari mengulurkan sebotol air mineral, bocah ini sudah berlari dan berada dalam ketakutan di waktu yang cukup lama dari itu ia butuh air

"Kak, mereka ngak bakalan balik lagi kan?" Ucap si bocah dnegan nada pelan

"Kamu tenang aja, kamu lihat sendiri kan kalo kedua orang jahat tadi udah di masukin ke dalam penjara, sekarang kamu bisa aman, dan apus air matanya, masak ia masih nangis, udah kelamaan loh" Ucap Lia lagi, dan dengan segera Alif menghapus air matanya

"Lain kali jangan sendirian di jalanan, banyak orang jahat yang suka mengambil keuntungan, orang tua kamu mana?" Ucapnya dengan nada pelan, sembari mengambil botol minuman yang di ulurkan Alif dan menutupnya kembali

"Ayah Alif masih kerja, dan bakalan balik malam" Ucapnya sembari meneguk air mineral yang di berikan oleh Lia

"Ibu?" Ucap Lia lagi, ia tau jika seorang ayah memang memiliki kemungkinan besar untuk sibuk, karena harus bekerja dan memberi nafkah pada keluarga mereka, namun ibu?, bagai mana dengan ibu si bocah, mengapa si bocah terlihat begitu menyedihkan seperti ini

"Ayah bilang Bunda Alif udah sama Tuhan, ibu udah di sana" ia menunjuk keatas langit, Lia merasa menyesal karena mempertanyakan perihal ini, ia bahkan masih terlalu muda untuk menghadapi kenyataan, ia masih sangat memerlukan perhatian kedua dari orang tua, namun sayang ia malah di paksa menjadi kuat saat kepergian ibu dan kesibukan ayahnya

"Trus yang biasa jemput siapa" Membenahi rambut Alif yang sedikit berantakan akibat berlarian tadi

"Pak maman, tapi dari tadi pak maman ngak dateng dateng, trus Alif di kejar sama mereka dan setelahnya sampe sini" Ia berucap dengan wajah nan begitu polos, Lia  mengelus rambut itu sembari membalas senyuman

"Lain kali kamu ngak boleh keluar gerbang ya kalo belum ada yang jemput, bahaya banget tau" Ucap Lia dengan nada lembut, sedangkan Alif?, bocah itu bahkan hanya menggukan kepalanya dengan patuh, memang benar, jika ia keluar dari gerbang sekolah Tampa pengawasan adalah hal yang sangat berbahaya, jika hal buruk terjadi maka penyesalan ayahnya bahkan tak akan pernah berguna lagi

"Anak pintar" Lia terkekeh pelan sembari merapikan paian dan tatanan rambut milik bocah yang ia selamatkan ini

"Kakak, makasih banyak ya kak, makasih karena kakak udah mau bantuin Alif" Ucap Alif dengan nada pelan dan Lia lagi lagi membalasnya senyuman ringan

"Hm kalo gitu, sekarang kakak antarin pulang ya, kakak ngak mungkin ninggalin Alif di sini sendiri"  ia sudah membuat anak ini celaka, dari itu ia harus menebusnya dengan mengantarkan Alif kembali ke rumah dan memastikan jika si Alif akan sampai di rumah dengan selamat

"Beneran kak?, hore" Ucap Alif dengan begitu ringan, kini tersenyum lebar seolah tak terjadi hal mengerikan di hari ini

"Rumah Alif di mana?" Lia berucap pelan, akan sangat memusingkan bukan jika mengantarkan bocah Tampa tau alamat rumahnya

"Jalan Pattimura nomor 15" Dengan semangat empat lima dan segera naik ke motor, ia bahkan tak pernah menaiki benda ini, selama ini ayahnya melarang menaiki benda ini, ia sering melihat benda ini di jalanan namun bahkan belum pernah mencoba naik ke atasnya

"Mari berangkat" Alif berucap dengan begitu semangat, ia sangat bersemangat karena hati ini ia bisa pergi menggunakan motor, benda ajaib yang bahkan sangat ingin ia Naki, namun selama ini sang ayah melarang dengan dalih kesehatan dan keselamatan dunia

"Pegangan yang kenceng, roket udah mau meluncur" Ucap ia dengan penuh kegirangan, dan setelahnya ia segera Memutar kan gas motornya ke alamat yang di sebut, tak berselang lama motor terhenti di depan sebuah rumah mewah

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!