Las Vegas — USA
Brak... Mendengar pintu dibuka paksa membuat semua mata diruangan itu menoleh lalu menundukkan kepala. Dia datang hanya untuk melihat wajah yang sudah berani mengusiknya.
"Semua aman kecuali gadis itu, Master". Ujar pria berdiri dibelakangnya
"Gadis?". Suara itu membuat sekelilingnya bergidik takut
"A.R.A, Master". Mendengar itu pria yang dipanggil master hanya menganggukkan kepalanya
"Apa salah satu dari mereka melukainya?". Tanyanya memastikan
Hening...
Tidak ada yang berani menjawab karena tahu jeritan apa yang akan mereka dengar setelah ini
"Dua kali tamparan di pipi kiri, Master". Hanya satu pria yang berani menjawab
"Siapa?". Terdengar geraman dari suara bariton itu
"Dua dari ujung kanan Anda, Master".
Dorr... Dorrr...
Semua terkejut mendengar dan menyaksikan sendiri tembakan jarak dekat yang dilakukan sang master. Bagaimana tidak, pria itu menembak dengan santai tanpa melihat targetnya.
"Hanya hadiah kecil untuknya". Ujar sang master dengan kekehan yang terdengar menakutkan ditelinga mereka.
"Ada lagi?". Sambungnya
"Tidak ada, Master".
"Hmm". Deheman itu biasa saja tapi mereka yang mendengarnya semakin takut.
"Aku akan kembali ke Los Angeles, Kau tahu apa yang harus dilakukan, Mark". Ujar sang master itu sembari berjalan keluar meninggalkan tempat itu tanpa mendengar jawaban apapun
"Beri makan Jaclers beberapa, Sisanya kalian bersihkan". Perintah Mark kepada anggotanya sebelum keluar menyusul sang master
...****************...
Los Angeles — USA
Xanders Mansion
Seorang pria paruh baya dan istrinya terlihat sedang bercengkerama dengan pembantu mereka di halaman belakang sembari bercocok tanam di taman bunga sang istri.
"Aku dengar siang tadi Jacob sudah kembali dari Las Vegas. Apa itu benar, Jo?". Tanya wanita paruh baya itu masih dengan posisi bercocok tanam bersama suaminya
"Iya, Mike bilang begitu". Ujarnya
"Kenapa anak itu sulit sekali dihubungi jika sudah berada diluar mansion. Padahal aku hanya ingin mendengar suaranya". Ucapnya lirih
"Apa kalian pernah mendengar suaranya selama bekerja dimansion ini?". Tanyanya kepada beberapa pembantu yang menemaninya
"Jarang, Nyonya. Tuan Muda hanya bicara iya, tidak, belum, kenapa, hmm itu saja". Ucapnya jujur karena mereka memang hampir tidak pernah mendengar Tuan Muda bicara panjang lebar
"Benarkan, Jo? Apa aku salah melahirkan keturunan ya?". Ujarnya
Brushhh....
Seketika minuman dalam mulutnya menyembur keluar kala mendengar ucapan istrinya.
"Honey, apa yang kau katakan? Tentu saja Jacob keturunan kita. Pure putra biologis kita". Jonathan sedikit terkejut dengan ucapan istrinya
"Iya aku tahu itu. Dari wajahnya sudah jelas dia keturunan kita apalagi matanya yang tajam itu persis dirimu. Hanya saja kenapa bisa dia sedingin itu sementara kita saja tidak begitu". Ujarnya lagi
"Hanya waktu yang bisa menjawab, Honey". Balas Jonathan dengan kekehan kecil
Tanpa mereka sadari sejak beberapa menit yang lalu seorang pria yang menjadi topik pembahasan mendengar jelas apa yang mereka bicarakan.
"Hmmm".
Deg
Seketika beberapa pembantu disana memucat saat melihat sosok yang mereka bicarakan berdiri dengan menatap tajam kearah mereka.
"Tu—tuan Muda". Sapa mereka gugup sekaligus takut melihat tatapan tajam Jacob sebelum bergegas meninggalkan halaman belakang yang kini menyisakan Jacob dan orangtuanya
"Hmm". Seperti biasa Jacob hanya berdehem tanpa menjawab
"Jac, kau sudah pulang". Ujar sang mommy bergegas mencuci tangan lalu mendekatinya
"Iya". Ucapnya seraya memeluk sang mommy tercinta
"Bagus. Akhirnya kau ingat jalan pulang, Son". Ujar Jonathan mendekati anak dan ibu itu
"Hmmm". Mendengar deheman Jacob membuat Jonathan menghela nafas menghadapi putranya sendiri
"Bagaimana Las Vegas?". Tanya Jonathan
"Seperti biasa, membosankan". Ucapnya berlalu meninggalkan pasangan paruh baya yang menatapnya dengan menggelengkan kepala
"Putramu itu, Jo. Persis seperti daddy Victor. Irit bicara". Mendengar perkataan sang istri Jonathan hanya terkekeh
"Mulutnya yang tajam itu persis seperti mommy Sia". Kini Jonathan dan istrinya sama - sama terkekeh mengingat orangtua dan mertua mereka di masa lalu
"Ngomong - ngomong bagaimana kabar mereka, Jo? Aku jadi merindukan mereka. Apalagi semenjak orangtua ku tiada hanya mereka yang aku miliki". Ujar Jesslyn dengan mata berkaca - kaca
"Mereka baik, Hanya saja terkadang mommy mulai lelah beraktivitas. Kau ingin mengunjungi mereka?".
"Iya, aku mau mengunjungi mereka. Apa boleh?". Tanyanya dengan mata berbinar
"Of course, besok kita akan ke mansion daddy". Balasnya menatap sang istri penuh cinta
"Besok? Kenapa tidak sekarang, Jo?".
"Honey, Look at this. Ini sudah hampir malam. Lagipula Jacob baru kembali dari Las Vegas. Mana mungkin kita membiarkannya makan malam sendiri". Ujar Jonathan terkekeh melihat ekspresi sang istri
"Hisshhh, Kau benar. Ya sudah besok kita mengunjungi mommy dan daddy. Minta Jacob ikut dengan kita juga. Pasti mereka merindukan cucunya". Jonathan hanya menganggukkan kepalanya tanpa menjawab perkataan sang istri.
"Baiklah, apa sekarang kita bisa masuk? Mengingat sejak tadi istriku ini terlalu nyaman diluar". Kekeh Jonathan membuat Jesslyn seketika menyadari sejak tadi mereka masih diluar
"Of course, Aku akan membantu Rina didapur. Kau mandilah, Jo". Ujar Jesslyn berjalan mendahului sang suami. Sementara Jonathan lagi - lagi hanya menggelengkan kepala melihat istrinya
"Terkadang dia sedih, terkadang dia kesal, terkadang dia mengacuhkan aku". Gumam Jonathan masih memandangi punggung sang istri yang hampir menghilang dibalik tembok besar mansionnya
Los Angeles — USA
Lyn's International Hospital
Rumah Sakit Internasional dihebohkan dengan kabar bahwa Presdir mereka akan mengunjungi tempat ini maka sekarang semua staff baik dokter maupun suster sedang berkumpul menyambut kedatangan Presdir mereka yang sangat jarang menampakkan wajahnya sehingga membuat sebagian tim medis yang baru bergabung penasaran.
"Dimana Dokter Angel?". Seketika seluruh penghuni tempat itu mengedarkan pandangan mencari sosok perempuan yang menjadi salah satu tim penting kali ini
"Sarah, kau asistennya. Dimana Dokter Angel? Kenapa masih belum disini, sebentar lagi Presdir akan tiba". Ujar Dokter Steven selaku wakil pimpinan rumah sakit
"A—ku tidak tahu, Dok. Sejak tadi aku belum melihatnya". Mendengar jawaban itu sontak mereka kelimpungan. Berharap tidak terjadi suatu hal buruk kepada Dokter itu
"Jika Dokter Angel data—". Ucapan Dokter Steven terpotong kala mendenga suara yang tak asing ditelinga mereka
"Aku—Hoshh di—sini. Ma—maaf". Ujar Dokter Angel yang datang dengan tergesa - gesa serta nafas tidak beraturan
"Atur dulu nafasmu, Dok. Baru kau selesaikan perkataanmu". Mendengar itu Dokter Angel hanya menampilkan deretan gigi putihnya
"Aku minta maaf, Dok. Hari ini aku sedikit terlambat karena ada insiden kecil dijalan". Kini mereka semua hanya menganggukkan kepala sembari memperhatikan penampilan Dokter itu dengan seksama
"Perhatikan penampilanmu, Dok. Sebentar lagi Presdir kita akan tiba. Kau salah satu Dokter penting kali ini". Mendengar itu sontak Angel melihat penampilannya sendiri yang memang sedikit berantakan
"Oh, Maaf. Aku ke toilet dulu merapikan penampilanku. Aku permisi". Jujur saja sebenarnya Angel tidak terlalu mempedulikan penampilannya hanya saja kali ini yang dikatan Dokter Steven benar. Dirinya salah satu Dokter penting yang akan mengikuti Presdir hari ini
"Sudah tidak ada waktu lagi, Dok. Presdir sudah didepan". Ujar Dokter Steven
"Hah !". Angel menatap Dokter Steven tidak percaya.
"Oh My Godness, bagaimana ini. Apa yang akan dikatakan Presdir mengenai penampilanku. Hishhh". Gumamnya sedikit kesal namun berusaha tersenyum kepada semua orang
"Meskipun begitu Anda tetap yang paling cantik di Rumah Sakit ini, Dok". Ujar Sarah selaku asistennya berdiri dibelakang Angel
"Berhenti memujiku seperti itu, Sar. Kau tahu aku bagaimana kan". Sarah hanya terkekeh kecil mendengar ucapan Angel yang tidak ingin dipuji
Tap... Tap... Tap...
Derap langkah terdengar memenuhi lobby Rumah Sakit yang semulanya sunyi.
"Selamat datang Tuan Muda". Sapa mereka bersamaan seraya membungkukkan badan memberi hormat
"Senang masih bisa menemani Anda mengelilingi Rumah Sakit ini, Tuan Muda". Ujar Dokter Steven yang memang sudah berusia 52 tahun. Ya, dokter senior sekaligus sahabat dari pemilik rumah sakit ini sendiri
"Berhenti memanggilku seperti itu uncle. Panggil seperti biasanya saja". Ujarnya risih dengan sapaan itu keluar dari mulut orang dekatnya
"Mana bisa begitu, Anda Presdir disini maka kami harus bersikap profesional". Ucapnya dengan senyuman tulus menatap pria muda disampingnya
"Hmmm". Mendengar deheman itu mereka mulai melanjutkan langkah menuju setiap titik penting di Rumah Sakit ini
"Begini, dua hari yang lalu Tuan Victor meminta untuk menambahkan satu lantai lagi khusus untuk pasien dalam keterbatasan ekonomi". Mendengar itu semua orang bisa merasakan bagaimana kebaikan sang pendiri tempat ini
"Maka lakukanlah, perkataan grandpa adalah perintah mutlak, kau tahu itu uncle". Ujarnya masih fokus melihat kiri dan kanannya sampai matanya menangkap satu sosok yang selama ini dicarinya. Sebuah senyuman devil terbit dibibirnya tanpa disadari siapapun
"Baiklah, saya hanya menyampaikan itu selaku wakil pimp—". Ucapan Dokter Steven terjeda saat Presdir itu berhenti tepat dihadapan seorang dokter yang sejak pagi menjadi fokus utama semua orang
"Dr.Angeline Ruby Arberto. Dokter spesialis bedah, right?". Ucapnya menatap dingin sang pemilik nama
Deg
Jantung Angel seketika berhenti berdetak saat melihat siapa yang berdiri dihadapannya.
"Pria ini, ****. Bisa - bisanya aku tidak menyadari ini". Gumamnya
"Yes, Sir. Saya Angeline Ruby Arberto. Apa Anda butuh sesuatu, Sir?". Ujar Angel berusaha kuat menatap mata sang Presdir
"Nyali Dokter Angel ternyata besar juga. Aku saja yang sudah lama bekerja disini tidak berani bersitatap dengan Tuan Muda". Bisik salah satu suster kepada temannya
"Kau benar. Dia yang ditatap. Aku yang jantungan". Ucap suster lainnya
Sementara Dokter Steven menatap cemas kepada Angel takut hal buruk bisa dilakukan Presdir yang sangat dia hafal sifat dan karakternya itu.
"Mike !". Pemilik nama segera berdiri disamping sang Presdir
"Anda butuh sesuatu Tuan Muda?".Pria itu tidak juga bergeming hanya sorot matanya yang bicara kepada Mike. Seolah mengerti Mike langsung mendekati Angel
"Mari, Nona. Ikut kami". Ucapnya sopan
"Hah !". Angel terkejut dengan otaknya dipenuhi pertanyaan dan kegelisahan tiba - tiba melandanya. Dengan terpaksa dirinya mengikuti langkah sang asisten pribadi Presdir itu
"Lanjutkan, uncle. Karena aku tidak punya banyak waktu". Setelah melihat asistennya membawa dokter itu, sang Presdir kembali melanjutkan langkahnya menelisik kiri kanan bagian Rumah Sakit Internasional ini
"Entah apa yang akan terjadi kepadamu, Dok. Aku harap kau baik - baik saja". Gumam Sarah khawatir
"Semoga Dokter Angel tidak dipecat". Gumam salah satu suster
"Ku harap kamu tidak melakukan hal keji kepada mangsamu, Jac". Gumam Dokter Steven yang sebenarnya khawatir kepada Dokter Spesialis Bedah yang sudah seperti putrinya sendiri
...****************...
Los Angeles — USA
Mansion Utama
"Kalian datang, Nak". Ujar wanita yang sudah bisa dikatakan lansia ini sembari memeluk erat menantunya
"Bagaimana kabarmu, Mom? Maaf kami sudah lama tidak kemari". Ucapnya
"Ya beginilah, Nak. Faktor umur terkadang membuatku mudah sekali lelah". Balasnya dengan tersenyum dengan pandangan menoleh kiri kanan seolah mencari sesuatu
"Kami hanya datang berdua, Mom. Cucumu itu pagi hari sudah pergi. Katanya akan berkunjung ke Rumah Sakit Internasional terlebih dahulu". Ujar Jonathan yang baru masuk ke dalam mansion menyadari arah pandangan sang mommy
"Huftt, anak itu. Kenapa sudah jarang mengunjungiku. Apa dia tidak merindukanku?". Ucap wanita tua itu lirih
"Mom, sudahlah. Jacob memang seperti itu. Dia akan datang tanpa diminta dan tidak akan datang jika diminta". Ujar Jonathan sembari memeluk sang mommy
"Kalian datang tapi tidak mencariku?". Mendengar suara itu ketiga pasang mata menoleh serentak dengan tersenyum kecil
"Daddy, kau sudah tua kenapa masih suka turun naik tangga seperti itu". Ucap Jonathan mendekati sang daddy membantunya turun
"Umurku memang sudah tua, tapi aku masih gagah. Ingat itu". Kesalnya setiap kali mendengar ejekan putranya
"Ck, mengakui tua saja susah sekali". Ejek Jonathan lagi
"Kau ! Sudahlah, pergi sana jangan menemuiku jika ingin mengejekku". Usir grandpa Victor kesal
Sementara Jesslyn dan ibu mertuanya hanya terkekeh melihat perdebatan ayah dan anak yang sudah tidak muda lagi itu
"Sudah - sudah. Kalian ini sama - sama sudah tua. Akui saja itu tanpa berdebat". Ucap grandma Sia
"Mom !"
"Sayang !"
Rengek mereka bedua kompak seperti anak kecil.
"Cihh, menjijikan. Kalian merengek seperti anak kecil. Bahkan cucu tampanku saja tidak pernah merengek seperti ini". Ujar grandma Sia mendelik
Sementara Jonathan dan Victor masih diam saling memandang sengit membuat istri mereka lagi - lagi menggelengkan kepala
"Sudahlah, Nak. Kita bisa mati cepat melihat mereka berdua seperti itu, Ayo ikut mommy kedapur". Ucap grandma Sia membawa menantunya meninggalkan ayah dan anak yang masih saling menatap sengit
"Dasar pria tua !". Ucap Jonathan
"Cihh, paruh baya !". Ucap Victor tidak terima disebut tua
"V ! Aku sudah meminta Ibra menyiapkan ring untuk kalian tanding, kau akan menyukainya ?". Mendengar itu sontak kedua pria tua itu bergidik. Mereka tahu apa maksud dari perkataan itu.
"Dad, aku mencari jalan aman. Kita berdamai". Ujar Jonathan cepat
"Ya, aku juga. Terpaksa berdamai dengan paruh baya sepertimu". balas sang daddy sedikit kesal
Lain halnya didapur dua wanita beda generasi hanya tertawa melihat ekspresi suami mereka yang sejak dulu suka berdebat hal kecil
Los Angeles — USA
Lyn's International Hospital
"Dok, Satu jam lagi Anda ada jadwal operasi". Angel terdiam dengan tatapan kosong tanpa mendengar apa yang Sarah ucapkan
Hening... Sarah menolehkan kepalanya menatap Dokter Angel
"Dok !". Panggilnya menyudahi lamunan Angel
"E—eh, Kau ada mengatakan sesuatu, Sar ?".
"Sejak Dokter dibawa pergi asisten Presdir kemarin, Dokter mulai aneh, sering melamun. Ada apa, Dok ?". Ujarnya diiringi berbagai pertanyaan memenuhi otaknya sejak kemarin
"Tidak ada apa - apa, Sar. Aku hanya tidak enak badan saja". Angel berusaha mengalihkan topik pembicaraan mereka
"Anda sakit, Dok ? Biar aku panggilkan Dokter Emma untuk memeriksa Anda". Ucap Sarah sedikit panik
"Ti—tidak perlu, Sar. Aku hanya butuh istirahat saja. Bisa kau tinggalkan aku sebentar". Ujar Angel yang tahu penyebab sakit dikepalanya ini karena terus menerus memikirkan perkataan sang Presdir kemarin
"Baiklah, Dok. Jika Anda butuh sesuatu langsung hubungi saya". Ucap Sarah sebelum keluar dari ruangan Angel
Sementara Angel kini merebahkan tubuhnya disofa dalam ruangannya sembari memijit kepalanya
"Bagaimana mungkin aku melepaskan ini semua, sementara aku berjuang keras meraih gelar ini". Gumamnya memejamkan matanya
#Flashback On
Ruangan Presiden Direktur LIH
"Silahkan masuk, Nona". Ujar Mike sopan
"E—ehh, kenapa harus masuk ke ruangan Presdir ?". Tanya Angel gugup
"Maaf, Nona. Buka hak saya untuk memberitahu apapun kepada Anda. Tuan Muda yang akan mengatakannya nanti. Aku permisi". Ucapnya berlalu meninggalkan Angeline seorang diri di ruangan Presdir mereka
20 Menit Berlalu... Tidak ada tanda - tanda sang pemilik ruangan akan muncul sehingga membuat Angel mulai bosan. Perlahan dirinya mendekati meja kerja Presdir ternyata ada sebuah album— "Seperti album lama". Gumamnya sembsri duduk disofa
Ceklek... Angel yang sedikit mengantuk serta memandangi foto demi foto di album itu tidak menyadari kehadiran pemilik ruangan
"Hmmm". Mendengar itu refleks Angel melempar album itu sembarangan karena kaget
"S—sir, maaf. Apa Anda baik - baik saja ?". Tanya Angel karena tanpa diduga album itu mengenai kepala sang Presdir
Sementara yang ditanya hanya menatap dalam kemanik mata Angel tanpa dia sadari.
"Hmm, Beraninya kau !". Sedikit bentakan cukup membuat Angel terdiam karena sejatinya Angel tidak bisa menerima bentakan dalam bentuk apapun
"Ma—maaf, Sir". Ucapnya menundukkan kepala berusaha menahan air matanya
"Dua kesalahanmu pagi ini, kau tahu ?". Jacob, Ya Presdir itu adalah Jacob Achilleo Xanders, mulai memojokkan Angel ke sudut ruangan
"Anda mau apa, Sir ?". Angel berusaha menatap Jacob
"Sebuah ciuman, Maybe". Ucap Jacob dengan senyuman devil
"S—sir !". Angel semakin waspada terhadap Jacob
Bughh... Tendangan Angel pada aset pribadinya sukses membuat Jacob meringis
"S—sir, aku minta maaf". Ucap Angel berusaha keluar dari jangkauan Jacob meninggalkan ruangan itu tapi dia juga tidak tega melihat kondisi Jacob
"Kau !". Bentak Jacob disela rasa sakit pada aset pribadinya
Saat melihat Angeline lengah Jacob berusaha menggapai tangan wanita itu bermaksud menahannya disini. Ternyata Angel menyadari itu secepat kilat dirinya akan melangkah namun kakinya berhasil dicekal Jacob.
Bughh... Angel terjatuh dengan posisi kepala membentur sudut meja dekat sofa, Jacob tidak menyadari itu karena terlihat Angeline hanya terbentur meja bukan sudutnya
"Sshhh". Angel mendesis kala merasa kepalanya mendadak pusing diikuti hidungnya tiba - tiba mengeluarkan darah segar dengan posisi masih membelakangi Jacob
Jacob sudah berdiri sempurna akan mendekati Angel namun pendengarannya menangkap desisan Angeline seperti menahan sakit luar biasa
"Bangunlah, sakitmu tidak sebanding sakit di asetku". Sarkas Jacob menarik paksa agar Angel bangkit tanpa disadari semakin membuat Angeline merasa pusing
"Look at me ! Kau har—". Sebenarnya Jacob mulai geram saat dirinya bicara Angeline hanya menundukkan kepala dengan memejamkan matanya sehingga Jacob tidak bisa melihat luka di jidat dan hidungnya mengeluarkan darah segar. Dengan kesal Jacob menarik paksa agar wajah Angel menatapnya
Deg... "A—aku melukai Ruby ku, ****". Bagaikan tertusuk ribuan jarum saat melihat kondisi Angeline akibat perbuatannya tadi
"Angeline—". Belum sempat Jacob melanjutkannya Angel sudah lebih dulu tidak sadarkan diri akibat rasa pusing yang menyerangnya
"Ruby ! Hei buka matamu !". Jacob menepuk pipi Angel berkali - kali namun tidak ada respon apapun
"Ruby ! Maaf. Aku melukaimu. Maafkan aku sungguh ini diluar dugaanku". Samar - samar Angel masih dapat mendengar perkataan Jacob terlebih saat menyebutnya Ruby—Jacob memang penuh teka - teki
"Mike !". Teriak Jacob panik
Ceklek... "Ada apa si—". Ucapan Mike menggantung kala melihat Angel tidak sadarkan diri dengan hidung terus mengeluarkan darah
"Kenapa kau diam saja, Hah ! Cepat panggilkan Dokter Steven !". Teriaknya kesal bercampur panik
Setelah Dokter Steven selesai memeriksa kondisi Angel kini dirinya hanya menatap sendu bercampur rasa bersalah kepada wanita dihadapannya ini. Seketika perkataan Dokter Steven tadi memenuhi otaknya
"Ingatlah kejadian 3 tahun silam, Jac. Sejak hari itu kondisinya berbeda. Sekali saja dia terluka maka akan sulit menemukan donor darah untuknya perlu kau ingat baik - baik hal itu". Ujar Dokter Steven menatap sendu dokter cantik dihadapannya
"Maafkan aku, My Ruby". Ucapnya seraya mengelus lembut kepala Angel
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!