Giorgio Alexander Gabriel.
Sifat dan sikapnya yang cuek, dingin dan sedikit bicara, membuatnya tak tersentuh. Nama Gabriel tersemat indah di belakang namanya. Ia adalah anak ke 2 dari pasangan Gerald Alexander Gabriel dan Guencia Amarta Yunior.
Nama Gabriel cukup terpandang hingga ke pelosok negeri, nama besar Gabriel terdengar hingga kancah internasional, berkat bisnisnya yang bergerak di berbagai sektor. Dari bisnis properti, finance, hingga bisnis di sektor sumber daya alam. Terlebih bisnis - bisnis tersebut sudah menembus pasar Asia dan Eropa.
Orang biasa memanggilnya Gio, saat ini Giorgio sedang mengenyam pendidikan di bangku kelas 3 SMA di yayasan pendidikan milik Keluarganya.
Graceva Christy Wilson.
Graceva adalah gadis cantik berusia 17 tahun, saat ini ia sedang bersekolah di yayasan pendidikan cukup ternama di kota ini.
Saat ini ia duduk di kelas 1 SMA, Graceva anak dari pasangan Gracia Wilson dan Gionino Wilson. Keluarga Wilson cukup terpandang di negara ini, berkat bisnis raksasa parfumnya.
Gerald Alexander Gabriel
Gerald adalah ketua G3 Mafia, klan mafia yang bergerak di bidang jasa pengawalan, klub malam dan jual beli persenjataan legal.
Yaaaa... G3 Mafia berbeda dengan klan mafia pada umumnya, jika klan mafia biasanya berbisnis di lingkaran hitam, sedangkan G3 Mafia bergerak di jalur aman.
Bisnis utama dari klan mafia ini adalah jasa penyewaan pengawal, dan juga klub malam itupun sudah legal dan resmi di mata hukum dan negara.
Gionino Wilson - papah Graceva.
Geofany Guencia Gabriel - kakak Giorgio.
Geraldine Alexander Gabriel - adik Giorgio
Guencia Amarta Yunior - bunda Giorgio
Gracia Wilson - mamah Graceva
Natasha Kristina Anggelia - kekasih Giorgio.
Intana Kristina Anggelia - Kembaran Natasha.
Dion Sebastian - adik sepupu Giorgio.
Ecxel Sulistio - adik sepupu Giorgio.
Bengamin Isnugroho - orang kepercayaan keluarga Gabriel dan bos G3 Mafia.
Dan berbagai macam karakter pendukung lainnya.
*
*
Selamat membaca…
*
*
"Gio bagaimana hubunganmu dengan Natasha?” tanya Guen pada sang putra
Sejak awal entah mengapa ia kurang setuju anaknya menjalin hubungan dengan Natasha, ia merasa ragu dengan gadis yang berstatus kekasih anaknya itu.
“Baik bun,” jawab Giorgio singkat.
"Yaa… syukurlah, cepat sini makan dan segera bersiap pergi ke sekolah," titah Guen.
Giorgio yang mendengar titah sang bunda, dengan cepat Giorgio mendekat ke meja makan untuk melaksanakan makan pagi yang sudah di siapkan bundanya.
Setelah Giorgio menyelesaikan makannya, ia dengan cepat berlalu menaiki motor matic kesayangannya untuk bergegas menuju sekolah.
Tangan kanannya siap menarik tuas gas untuk menjalankan motornya. Namun,
"Gio…” teriak Guen sambil berlari mendekati anaknya.
"Apa lagi bun? Aku harus pergi, ada upacara bendera pagi ini," jawab Giorgio yang hampir terlambat ke sekolah.
"Tunggu sebentar, apa kau tak melupakan sesuatu?" tanya Guen memicingkan sebelah matanya.
Giorgio yang mendengar pertanyaan bundanya, ia dengan cepat memeriksa semua barang bawaannya.
Buku, pena, penggaris, ponsel ada, ia melihat semua barang bawaannya tak ada yang tertinggal,
‘Lalu apa maksud pertanyaan bunda?’ batinnya dalam hati.
Guen yang melihat anaknya sibuk merogoh isi tas sekolahnya, membuatnya menggelengkan kepala.
"Sepertinya kau sudah tak menyayangi bunda lagi, bahkan untuk memeluk dan menciumku sudah tak mau," jawab Guen dramatis memasang raut wajah muramnya.
Karena ia tak ingin berdebat dengan sang bunda, dengan cepat ia memeluk dan menciumi wajah Guen, lalu bergegas menaiki motornya kembali untuk pergi ke sekolah.
Sesampainya di sekolah, Giorgio langsung memarkirkan motornya di lahan parkir yang tersedia.
Setelah memarkirkan motornya, Giorgio langsung bergegas menuju ruang kelasnya untuk meletakkan tas sekolahnya di meja yang biasa ia duduki.
Dion dan Excel yang melihat Giorgio memasuki ruang kelas sedikit terlambat, membuat mereka heran, karena tak biasanya Giorgio datang sedikit terlambat.
Sejenak Dion dan Excel saling menatap, sesaat kemudian mereka mendekati Giorgio untuk menanyakan keterlambatan sahabat mereka.
"Gio kenapa kau sedikit terlambat?" tanya mereka secara bersamaan setelah mendekati Giorgio.
Giorgio yang melihat kedua sahabatnya bertanya ke padanya secara bersamaan, ia hanya bisa melemparkan senyum tipisnya.
Giorgio hanya mengedikkan bahunya sebagai jawaban.
"Sudahlah, ayo bergegas ke lapangan bersiap untuk upacara bendera," ajak Giorgio sambil berlalu keluar kelas.
Kantin…
Tiga gadis cantik terlihat asik duduk di salah satu meja yang ada disana, dengan makanan mereka masing masing.
Ketiga gadis tersebut adalah Natasha, Nadin, dan, Laura.
"Tasha... Tasha...." teriak gadis lain berlari ke arah Natasha, dan kedua sahabatnya itu.
"Apa?" tanya Natasha menaikan ujung alisnya, setelah gadis itu sampai di hadapannya.
"Giorgio sudah datang, sepertinya dia agak terlambat," ucap gadis itu dengan nafas naik turunnya.
‘Tumben Gio datang terlambat, tak seperti biasanya,’ Gumam Natasha dalam hati.
"Tumben pacarmu itu datang terlambat?" tanya Nadin menaikan satu alisnya.
"Entahlah, aku pun tak tahu," balas Natasha, berlalu meninggalkan kantin untuk menemui sang kekasih yang sangat ia rindukan.
Natasha langsung menghambur memeluk Giorgio, saat dirinya melihat sang kekasih keluar dari dalam kelas.
Giorgio yang mendapatkan pelukan dadakan dari Natasha, tak menolaknya tapi tak juga membalas pelukan tersebut.
Giorgio yang mulai merasa tak nyaman dengan pelukan Natasha, secara perlahan Giorgio melepaskan pelukan mereka.
"Sha, bersikaplah seperti biasanya, aku kurang nyaman menjadi pusat perhatian,” lirih Giorgio merasa tidak nyaman, sebab saat ini tatapan semua orang tertuju pada mereka.
Natasha mengedarkan pandangannya, benar saja, tatapan semua orang saat ini tertuju pada mereka. Wajahnya merona karena malu, ia merutuki kecerobohan dirinya, yang mungkin saja saja merusak suasana hati sang kekasih.
"Maaf, aku terlalu rindu denganmu, sudah lama kita tak jumpa," Lirih Natasha pelan agar hanya Giorgio yang dapat mendengarnya.
KRINGGG....... KRINGGG....... KRINGGG...... Bel sekolah berbunyi, menandakan waktu jam pulang sekolah tiba.
Giorgio yang hendak menaiki motornya lalu bergegas pulang, namun ia mengurungkan niatnya saat mendengar suara tak asing berteriak memanggil namanya.
"Gioo.." teriak gadis itu.
Giorgio yang mendengar namanya dipanggil, sontak ia membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa yang memanggil.
Ia tersenyum tipis, mengetahui siapa yang memanggilnya. seraya sosok tersebut berjalan mendekat ke arahnya.
"Gio, anterin aku pulang, aku kangen dibonceng sama kamu," pinta Natasha melemparkan senyum manisnya.
Tentu saja dengan senang hati Giorgio mengantarkan sang pujaan hati pulang.
**********
Sejenak kita beralih dari pasangan Giorgio dan Natasha.
Di sebuah rumah besar bak istana, seorang gadis duduk berhadapan dengan seorang wanita paruh baya.
"Sayang percayalah dengan mamah, mamah sudah baik baik saja, tak ada yang perlu dikhawatirkan sayang," ucap wanita paruh baya tersebut menenangkan, tangannya mengusap lembut punggung tangan gadis yang saat ini berhadapan dengannya.
"Tapi mah…," Belum selesai gadis itu berbicara, sudah dipotong oleh wanita paruh baya tersebut.
"Graceva sayang dengar mamah, kamu sudah dua hari tidak masuk sekolah, besok kamu kembalilah ke sekolah, Mamah tak ingin kamu tertinggal banyak pelajaran," bujuknya agar sang anak mau kembali ke sekolah, dan tak lagi mengkhawatirkan keadaannya.
Sejenak gadis itu menarik nafasnya dalam dalam dan membuangnya secara perlahan.
"Baiklah mulai besok Graceva akan kembali sekolah," jawab sang gadis pasrah.
Sejujurnya ia ragu mengatakan hal itu, tetapi ucapan dari wanita yang sudah melahirkannnya ke dunia itu, ada benarnya.
**********
Setelah membelah jalanan kurang lebih sepuluh menit, akhirnya Giorgio dan Natasha tiba di depan sebuah rumah yang tak terlalu besar namun tak terbilang kecil.
Setelah Giorgio mempersilahkan Natasha turun dari atas motornya, ia berniat langsung pergi dari rumah Natasha, namun sebelum ia menarik tuas gas motornya…,
"Gio ayo masuk, minum dulu," ajak Natasha menawarkan Giorgio masuk ke rumahnya.
Sejenak Giorgio nampak berpikir...
Giorgio nampak menganggukan kepalanya sebagai jawaban, menyetujui ajakan Natasha untuk masuk kedalam rumahnya.
‘Tak apalah main sebentar, lagi pula aku sudah lama tidak bertemu kedua orangtua Natasha,’ Gumam Giorgio dalam hati.
Giorgio dan Natasha pun masuk ke rumah yang mendominasi putih tersebut.
Natasha mengajak Giorgio untuk mendudukan pantatnya di sofa yang ada di ruang keluarga.
"Gio duduklah di sini aku akan ambilkan minum untukmu," Natasha berlalu ke dapur mengambil air untuk Giorgio dan juga dirinya.
Tak terasa sudah satu jam berlalu, Giorgio sudah larut dalam obrolan bersama keluarga Natasha.
"Om, tante, aku pamit pulang ya, tak terasa sore menjelang, Obrolan kita sambung lain waktu," Pamit Giorgio berdiri lalu membungkukkan tubuhnya sebagai penghormatan.
Semua orang di sana berdiri dan berjabat tangan.
"Oke, hati hati di jalan," ucap Anton, papah Natasha, sambil mengulurkan tangannya untuk Giorgio salami.
Etsss.. Anton berkata sambil menarik satu tangannya yang hendak dicium Giorgio,
"Sebelum itu selfie dulu," ujar Anton mengarahkan kamera ponselnya ke arah semua orang.
Satu dua foto selfie berhasil di ambil.
Setelah sesi foto usai, Giorgio langsung bergegas pergi untuk kembali ke rumah, karena saat ini waktu menunjukkan pukul lima sore.
Setibanya di rumah, Giorgio langsung berlalu masuk ke rumah untuk menuju kamar, ia tak memikirkan apapun saat ini, yang ada dipikirannya hanya ingin segera merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
Tak lama Giorgio pun tertidur dengan sangat pulas, entah mengapa ia merasa sangat lelah hari ini.
"Bagaimana?" tanya seorang paruh baya dengan suara tegas, memasang ekspresi datar.
"Semua permasalahan sudah usai, namun…," jawab sang asisten dengan suara lirih.
Gerald menaikan ujung alisnya, mendengar jawaban dari asisten kepercayaannya.
"Apa Ben?" desak Gerald menanti ucapan selanjutnya dari asistennya.
"Maaf tuan, kami sedikit bertindak kekerasan, karena orang itu tak bisa di ajak bicara baik baik tuan," lanjut pria yang bernama Ben sambil membungkukkan setengah tubuhnya sebagai tanda penyesalan.
Gerald yang mendengar ucapan Ben, membuatnya menghela nafas kasar.
"Hmm…, Aku paling tak suka jika rekan kerjaku bertindak kekerasan," lirih Gerald penuh sesal.
"Tapi tak sampai fatal kan?" lanjut Gerald memastikan kekhawatirannya, berharap rekan kerjanya tak melampaui batas.
"Tidak tuan," jawab Ben mantab.
"Kau yakin?" Gerald kembali memastikan.
Ben menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Ada yang bisa saya bantu lagi tuan?"
"Tidak, pulanglah jika kau ingin pulang,” balas Gerald melemparkan senyum tipisnya.
Ben yang mendengar tugasnya sudah usai, lantas bergegas meninggalkan gedung Gabriel group menuju ke rumah keluarga Gabriel.
Ya memang Ben tinggal di kediaman keluarga Gabriel.
Giorgio yang terbangun di tengah malam karena perutnya lapar.
Kakinya membawanya pergi ke dapur untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. namun, usahanya tak berjalan seperti yang diharapkan.
Ia tak menemukan apapun yang dapat ia makan.
Ia mencari apa yang bisa ia masak lalu makan, namun lagi lagi usahanya tak membuahkan hasil.
‘Mungkin di meja makan ada yang bisa kumakan,’ pikirnya.
Giorgio menuju meja makan, ia dapat bernafas lega saat melihat ada beberapa buah.
Dengan cepat ia membersihkan dan memotong beberapa buah untuk ia makan.
Saat berjalan kembali ke kamar untuk melanjutkan tidurnya..
Ia menghentikan langkahnya saat mendengar suara televisi di ruang keluarga menyiarkan tayangan sepak bola.
‘Siapa yang nonton Tv?’ Gumamnya.
Karena penasaran, ia pun melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga untuk melihat siapa yang ada disana.
Giorgio terkekeh melihat asisten sekaligus sahabat ayahnya tertidur di karpet bulu dalam keadaan TV menyala.
Giorgio duduk di samping asisten ayahnya itu, bukan untuk membangunkannya dan meminta agar kembali ke kamarnya.
Justru ia berniat untuk menonton pertandingan sepak bola yang saat ini sedang disiarkan di televisi, namun tak lama ia pun ikut tertidur di sana, dengan menjadikan kaki Ben sebagai alas kepalanya.
*
Giorgio seketika terbangun dari tidurnya, saat ia merasa air membasahi disekitar tempat ia tidur.
Giorgio mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.
Setelah mendapatkan kesadarannya, Giorgio lantas berdiri.
"Siapa yang menyiram air ke arahku?!" menggeram tertahan dengan nada sedikit meninggi.
Giorgio yang tak mendapat jawaban atas pertanyaannya.
Sejenak Giorgio mengedarkan pandangannya untuk melihat siapa yang sudah berani membangunkannya dengan cara tak manusiawi.
Giorgio mengernyitkan dahinya saat pandangannya menangkap kedua sahabatnya cekikikan kearahnya.
Seakan Giorgio mengerti siapa yang melakukan hal itu.
Yaaa siapa lagi jika bukan kedua sahabatnya itu pelakunya.
Tanpa rasa bersalah dan wajah tanpa dosa, mereka berjalan mendekati Giorgio yang nampak berdiri dengan ekspresi datarnya.
"Bangun orang mah, dah jam berapa nih..?" Excel mencibir.
"Aelah hari jum, at ini santai aja kali... ,"
"Yeeee,, , melek makanya, dah jam 6 : 45 nih," ucap Excel memperlihatkan jam yang melingkar di tangannya ke arah Giorgio.
Tanpa bicara apapun, Giorgio bergegas untuk bersiap pergi kesekolah dengan cepat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!