Silsilah keluarga yang menyebabkan perebutan warisan, dan kisah cinta antara anak dari seorang pemilik perusahaan besar. Tidak hanya berbicara mengenai romansa saja, tetapi juga konflik keluarga dan internal perusahaan. Sebuah misteri pembunuhan yang belum terpecahkan!
Menikah dengan orang asing yang sama sekali tidak ia kenal adalah mimpi buruk bagi setiap orang. Lazimnya orang menikah penuh perencanaan dari jauh-jauh hari atas dasar cinta. Tapi berbeda dengannya yang mendadak menikah, kala Sang Ayah mengalami kebangkrutan!
Seorang gadis yang cantik jelita bernama Shena Keyleen Myles. Ia berusia 20 tahun. Ia adalah anak tunggal kaya raya. Kehidupannya bak seorang putri Raja yang dikelilingi kemewahan. Ditinggal Sang Ibu sejak usianya 5 tahun, menjadikan ia harta paling berharga oleh Ayahnya diantara hamparan Padang emas di Mansionnya.
Meskipun bergelimpangan harta, Shena dikenal sebagai anak konglomerat yang penuh kedermawanan, kesederhanaan, kebaikan hati dan kelincahannya. Ia tidak pernah menyombongkan diri Siapa Ayahnya dan di mana ia berasal atau apapun yang miliki di dunia ini. Itu artinya, ada sosok Ayah yang selain bisa merawat perusahaannya sendiri menjadi sangat sukses, sosok Ayah yang hebat dalam berbisnis itu masih mampu mendidik anaknya yang berakhlak mulia meskipun tanpa ada sosok istri di sampingnya.
Shena merupakan anak kandung dari CEO ternama. Bernama Theo Myles. Kini usianya 48 Tahun. Meskipun sudah bisa dikatakan cukup umur untuk disebut tua, siapa sangka fisiknya masih layaknya anak muda yang masih kuat dan kekar. Ia dijuluki sebagai Raja Singa Bisnis karena terlalu sering bahkan tidak pernah kalah dalam taruhan tender ataupun event besar yang membuat nama perusahaannya bersinar di dunia serta kehebatannya. Bahkan, hingga saat ini belum ada CEO yang mampu menandingi kejayaan dan kehebatannya. Mungkin jika ada, dia akan menjadikannya Menantu!!
Sebenarnya dari dahulu sudah ada Perusahaan baru yang mampu bersaing di pasar bisnis dengan performa lonjakan yang fantastis. Perusahaan ini kerap kali bersaing di billboard para pengusaha yang memperebutkan posisi pertama. Tapi sayangnya untuk saat itu Perusahan Tuan Theo tidak mudah digeser oleh apapun. Pemiliknya harus puas dengan posisi perusahaannya berada di nomor dua di negaranya.
Seperti pepatah Roda itu berputar. Cepat maupun lambat. Mungkin mereka menjadi orang penting yang dibutuhkan sekarang. Tapi hari esok bisa jadi mereka yang akan diabaikan orang karena ia dianggap tidak penting.
Siapa yang dapat menyangka, Tuan Theo yang sudah berkecimpung selama 20 tahun menjadi seorang CEO yang membawa perusahaannya ke ambang kejayaan, harus menelan pahit akibat lengsernya dari perusahaan itu. Berita beredar mengklaim bahwa dirinya mengalami kebangkrutan dan perusahaan dialihkan nama pada adiknya. Tidak ada keterangan yang jelas mengapa ia meninggalkan Roda yang berada di atas itu, karena sosoknya langsung menghilang dari muka bumi masyarakat yang dikejutkan akan kehilangannya secara mendadak dari pasar bisnis!
Banyak orang yang menyangka bahwa Tuan Theo meninggalkan banyak utang yang menyebabkan ia melarikan diri dari negaranya. Hilang sudah nama baiknya dalam masyarakat yang sudah tidak memuja kehebatannya lagi.
Shena yang merupakan anaknya sangat terkejut tanpa alasan jelas kala Ayahnya mengajak ia segera mengemasi barang-barangnya dengan mengatakan bahwa mereka tidak akan tinggal di Mansion yang mewah dan luas itu.
"Sayang, Sudah siap??" Tanya Tuan Theo yang mendatangi kamar putrinya. Ia melihat beberapa koper di kamar sang putri yang terlihat sibuk memilah dan memilih barang mana yang akan ia bawa.
"Hanya membawa barang ini saja?" Tanya lagi.
"Aku hanya membawa barang yang penting saja, Ayah." Jawab gadis cantik jelita itu dengan lirih yang sepertinya sedih.
Sambil merapikan kardus-kardusnya yang berisi barang yang tidak ia pakai lagi tapi masih layak dan mengisolasi dengan rapat-rapat. Rencananya daripada terbuang, ia akan memberikannya untuk amal.
"Baiklah, Ayah bantu membawa koper mu ke mobil." Pungkas Tuan Theo lebih dulu pergi keluar dengan beberapa koper putrinya.
Shena tidak menjawab. Ia masih murung karena tidak rela meninggalkan Mansion yang sudah ia singgahi selama seumur hidupnya hingga beberapa menit kedepannya.
Shena telah selesai mengumpulkan beberapa barang yang ada di dalam kardus. Ia segera mengambil beberapa kardus dalam rangkulan. Setelahnya, menatap lamat-lamat kamar yang akan di tinggalkan.
"Aku akan merindukan tempat ini. Dan aku janji akan segera kembali lagi kesini." Lirihnya terdengar sendu.
"Mansion dan kamar ini begitu banyak kenangan. Tapi aku harus mengikuti ayah dan berpindah ke Mansion baru." Ujar Shena berikutnya. Gadis malang itu hanya mengira Ayahnya mengajak pergi hanya karena untuk berpindah ke Mansion baru. Tidak pernah terbayang dalam dirinya jika ayahnya yang hebat itu mengalami kebangkrutan.
"Shenaa...! Kita akan berangkat sekarang!" Teriak sang ayah dari lantai bawah.
"Iya Ayah..." Balasnya teriak pula
Mansion mewah itu tidak berpenghuni lagi. Semua para pelayan dan petugas yang sempat bekerja selama bertahun-tahun pun sudah dipulangkan tanpa alasan jelas.
Perlahan satu mobil yang masih menjadi harta milik Tuan Theo diantara banyak mobil mewahnya yang ia tinggalkan juga melaju pergi semakin jauh dari Mansion yang penuh kenangan itu.
Selama perjalanan sang putri hanya terdiam menatap jalanan sambil tetap memeluk boneka panda kesayangan yang dibawanya.
Sedangkan Sang Ayah, fokus menyetir sesekali melirik putri kesayangannya yang sedang bersedih hati. Perasaan bersalah terus bersarang, masalah terus menerus datang dimulai semenjak meninggalnya istri tercintanya, kasus korupsi di perusahaan yang di dirikan dan dibesarkannya oleh oknum karyawan yang tidak bertanggung jawab, sampai berita kebangkrutannya yang sudah menyebar keujung negeri dan berita kepalsuan akan dirinya yang melarikan diri karena mendadak hilang atas kabar tersebar itu. Tuan Theo takut jika putri kesayangannya terkena imbas dari semua masalah yang menyakut pautkan dirinya.
6 Jam perjalanan...
Akhirnya mereka smpai di tempat tujuan jauh sekali dari Mansion mereka dahulu. Suasana tengah malam, membuat daerah pemberhentian mereka nampak sangat sepi, apalagi jarak tempat tinggal penduduk daerah sekitar dengan tempat mereka berhenti sangat jauh jaraknya. Mansion itu tidak kalah mewah dan luas seperti Mansion sebelumnya. Bisa dikatakan Mansion itu adalah Mansion kedua yang sangat indah. Sepertinya tempat itu adalah khusus untuk orang elite karena tidak ada rumah lain di sekitarnya dan tentu saja hanya untuk orang yang senang akan privasi dan kenyamanan.
Tuan Theo menoleh ke arah putrinya yang masih terlelap karena perjalanan yang sangat lama sembari memeluk boneka kesayangannya.
"Shenaa... Bangun sayang! Kita sudah sampai." Ucap Tuan Theo membangunkan putrinya dengan suara lemah lembut.
Shena pun terusik dan mendengar suara Ayahnya yang membangunkan.
Hngg... Ugh..!!
Shena mengerjapkan mata berkali-kali. Lucu. Membuat Sang Ayah terkekeh melihatnya.
"Kita sudah sampai. Ayo turun." Pungkas Tuan Theo membuka pintu mobil setelah dan menurunkan beberapa koper mereka di bagasi.
"Sudah sampai, ya?!" Tegun Shena lagi yang masih belum penuh kesadarannya.
Mereka menuruni mobil, Lalu berdiri depan Mansion megah. Mansion Keluarga Myles yang baru dan tidak kalah megah seperti Mansionnya di ibu kota. Itulah menurut Shena menganggap!
"Ayah, Kenapa gelap, ya?! Apa tidak ada orang?! Penjaga dan pelayan kita di mana? Sudah tahu ayah datang, Kenapa tidak membuka pintu?" Ucap Shena demikian.
"Kita tekan terlebih dahulu belnya, Sama seperti saat kita bertamu. Siapa tahu ada orang di dalam."
"Tapi, Ini Mansion baru Ayah. Kenapa Ayah tidak langsung masuk atau membuka kuncinya sendiri." Ucap Shena. Dan tidak direspons oleh Ayahnya.
Berulang kali mereka menekan belnya, tetap saja tidak ada kehidupan yang keluar. Hingga membuat Shena berteriak di depan pintu utama, dan tetap tidak membuahkan hasil.
"Ayah, Aaa... Shena lelah, Aku jadi mengantuk. Intinya setelah ini, Ayah harus memecat smua pegawai yang tidak bisa bekerja dengan baik di sini." Protes Shena. Meskipun ia dikenal dengan kebaikan hatinya, tapi ia tidak suka jika Ayahnya itu direndahkan oleh orang lain. Dan selain itu, Shena ini masih memiliki sikap kekanakan yang senantiasa setiap anak perempuan akan manja pada Ayahnya dan juga keberanian berbicara kejam.
Setelah menunggu lama, Akhirnya ada seseorang yang membukakan pintu untuk mereka.
"Eh... Ternyata ada orang." Ucap Shena terkejut senang, trlihat lampu dlam mansion tiba2 menyala dsebagian ruangan.
Keluarlah pria gagah dari pintu utama yang megah, tatapannya datar tanpa senyum sambutan untuk tamunya.
Dengan sinis dan tegasnya Shena.
"Oh.. Kau pegawai baru Ayah ku?! Tidak becus sekali kerjanya. Seharusnya kau berjaga di pos sebagai penjaga Mansion ini, Membukakan kami pagar saat mobil masuk. Bahkan kami sudah menekan bel berkali-kali tapi tidak ada yang membukakan. Kau ingin di pecat dari pekerjaanmu?! Aku pastikan Ayah ku akan mmecatmu jika kau tidak bekerja dengan baik." Gertaknya mencerca pria tampan itu.
"Shena! Jaga bicaramu, Nak..." Bisik Tuan Theo pada anaknya.
"Emm.. Tuan Ash. Maafkan putri ku." Ujar Tuan Theo masih menahan malu atas kelakuan putrinya yang lancang.
Shena masih tidak mengerti mengapa Ayahnya memanggil pria yang baru ia maki dengan sebutan Tuan? Ia ingin bertanya, tapi ayahnya meminta dia untuk diam.
"Kalian bisa masuk. Para Maid dan Penjagaku sudah aku pulangkan sejak pukul 7 sore tadi." Ujarnya dingin tanpa ekspresi.
"Baik Tuan. Ayo kita masuk!" Tuan Theo merangkul pundak putrinya, dan mengikuti Pria gagah itu masuk ke dalam Mansion.
"Kamarmu ada di lantai 2 sebelah kanan, Di sebelah kamarku!" Ucap Pria itu menatap Shena dengan tatapan dinginnya.
Lalu, Kembali berkata...
"Dan Kau-... Aku sudah menyiapkan tempat di taman belakang untukmu." Ucapnya beralih ke Tuan Theo.
"Terima kasih, Tuan Ash. Maafkan kami merepotkan mu." Jawab Tuan Theo menerima dengan lapang dada meskipun ia diminta menempati kamar di belakang yang sama seperti posisi pegawai Mansion itu.
Shena tidak kalah terkejut. Ia tidak bisa menerima pria yang dianggap pegawai itu terus saja menindas Ayahnya dan bahkan sekarang diminta tidur di kamar belakang sebagai kamarnya padahal bawahan harus hormat terhadap atasannya. Tapi, sekarang malah berbanding terbalik karena pria itu semakin kelewat batas.
"Apa maksudnya?! Kenapa Ayah ku tidak tinggal di kamar Mansion ini juga?! Hei!! Apa kau ingin di pecat dari pekerjaanmu ini, eoh?! Bisa-bisanya kau-..." Shena sibuk memarahi pria itu dan tidak terasa ia telah diabaikannya.
"Kalian bisa beristirahat. Aku tinggal." Ucap pria itu memotong ucapan Shena, Lalu melenggang pergi menaiki tangga menuju kamar utamanya.
"Ayah !! Apa-apaan ini?! Kenapa dia memperlakukan kita layaknya tamu atau pegawai, Bahkan sama Ayah sendiri. Ayah harus memecat dia bes-..."
"Shena sayang, Dengarkan Ayah! Mansion ini bukan milik kita lagi. Tadi adalah Tuan Ash, Beliau adalah pemilik Mansion ini dan mengambil alih semuanya. Kita akan aman sementara bersamanya. Jadi, tolong jaga bicaramu dengan Tuan Ash. Karena kita hanya menumpang di sini."
Penjelasan Ayahnya yang tidak terduga. Shena hanya terdiam dan memikirkan banyak hal dalam otaknya. Kenapa harus menumpang dan Apa maksud dari mengambil alih semuanya? Ayahnya ini sangat kaya. Kenapa tiba-tiba seperti orang yang baru mendadak miskin?!
Melihat Ayahnya yang direndahkan, hal itu masih tidak bisa diterima oleh Shena karena pria itu sungguh lancang sudah keterlaluan. Shena masih berdebat dengan Ayahnya.
"Tapi Ayah... Bagaimana bisa seperti ini? Bahkan Ayah menyerahkan tempat tinggal kita pada orang lain. Sebenarnya apa yang terjadi pada Ayah? Apakah berita kebangkrutan yang sedang beredar itu benar?"
Matanya terlihat berbinar-binar mendapatkan pertanyaan dari putrinya.
"Maafkan Ayah. Kau ikuti saja Ayah. Semua akan baik-baik saja." Jawabnya hanya demikian.
"Tapi Ayah..." Shena merasa kurang puas dengan jawaban Ayahnya.
"Ssttt!! Pergilah ke kamarmu, dan istirahat. Kita bertemu lagi besok."
"Baiklah." Lirih Shena dengan gusar.
Shena terseok-seok menaiki tangga dengan membawa dua kopernya. Mansion itu sangat luas, lebih dari Mansion yang dimiliki ayahnya, Shena sampai kebingungan di mana letak kamar yang dikatakan pria itu. Untung saja ada seorang maid yang mengantarkan dan membawakan koper Shena menuju kamarnya.
Saat sampai kamar, Tentu saja kamar itu sangat luas. Karena terlalu lelah tanpa sempat memasukkan pakaiannya ke dalam lemari di ruang penyimpanan, Shena langsung begitu saja merebahkan dirinya di ranjang yang empuk dengan selimut yang lembut.
Di tengah malam, Shena terbangun dari tidurnya. Merasa haus, dalam keadaan setengah sadar, Shena berniat keluar kamar, lalu menuruni tangga. Tapi tepat di ruang tengah dekat pantri, Shena mendengar sesuatu yang membuat langkahnya terhenti.
"Aku akan menikahinya. Tapi, Apa itu akan berhasil?"
"Ini adalah kesepakatan saya dengan Anda, Tuan. Tidak ada yang lebih aman selain menikahkannya dengan anda."
"Baiklah. Pernikahan akan diadakan tertutup. Tidak akan ada orang luar yang tahu pernikahan ini. Setelah pernikahan selesai, kau bisa pergi sejauh kau inginkan. Aku akan menyiapkan semua untuk kepergianmu. Setelah itu, mereka akan mengira bahwa kau memang benar pergi melarikan diri."
"Saya titipkan putriku padamu, Tuan."
"Aku pastikan semua akan baik-baik saja. Dan berjalan sebagaimana mestinya."
"Terima kasih..." Ucapnya sambil membungkukkan badan hormat.
Dan masih setengah sadar, Shena berputar arah, membalikkan tubuhnya melangkah menuju kamar kembali.
"Kenapa mereka membicarakan pernikahan ditengah malam begini. Apa tidak ada hari esok?! Ck... Aku tidak peduli. Mereka membuatku tidak jadi mengambil air. Lebih baik aku tidur saja." Gerutunya, dan membaringkan tubuhnya di ranjang kembali saat sampai di kamarnya.
...***...
Gorden di sibak kasar, menampilkan cahaya yang menyilaukan dari luar jendela. Membuat tidur gadis mungil meringsek tenggelam dalam selimut.
Berulang kali disingkirkan kasar selimut. Tapi gadis itu enggan terbangun. hingga gaya tidur apa saja dia lakoni. "Sangat menganggu!" Ia ingin mengumpati siapapun yang mengganggu tidurnya.
Tiba-tiba tubuhnya terangkat melayang. Meski begitu, Shena enggan membuka mata, malah dengan nyamannya menenggelamkan kepala ke dada bidang kekar, semakin membuat tidurnya benar-benar nyaman. Sampai ada akhirnya...
"Byurrr..."
"Byurrr!!"
Shena kelabakan di dalam air. Berusaha menyeimbangkan diri dalam air, sehingga berhasil naik ke permukaan.
Di dapati sosok tersangka di pinggiran kolam dengan sorot mata yang tajam dan dingin. Ia tengah berdiri dengan tatapan dinginnya sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Ingin sekali Shena mengumpati dengan seribu umpatan pada pria kulkas itu.
Terdengar teriakan panggilan dari Tuan besar. Beberapa maid berlari menuju lokasi.
"Cepat gantikan pakaiannya!! Aku tidak ingin menunggu lebih lama lagi." Titahnya dengan dingin dan pergi dengan gagahnya.
"Baik Tuan..." Jawab para Maid itu sopan setelah kepergiannya mereka pun membungkuk setengah badan.
Shena dibantu naik ke atas teras. Tubuh dan pakaiannya sudah basah di pagi hari. Ini seperti mimpinya di pagi bolong yang menjadi nyata terjatuh ke dalam kolam renang. Dan Shena pun diberi handuk oleh satu maid lain, lalu dibawa masuknya ia ke dalam.
Di dalam kamarnya, Para maid yang bukan hanya ahli di bidang mengurus Mansion, Mereka juga ahli dalam merias wajah. Para maid sedang sibuk berkutat dengan make up untuk merias Shena secantik mungkin, karena hari ini acara sakral untuk Tuannya. Shena hanya memaku terdiam kenapa wajahnya dirias menyerupai seorang pengantin.
"Nona, Sudah selesai. Silakan mengganti pakaian Anda. Tuan Ash sudah menunggu dari tadi." Ucap maid muda dengan ramah.
Salah satu maid lain datang dengan membawa gaun megah yang akan dipakai Shena.
"Mari Nona, Saya bantu pakaikan."
Shena mendelik melihat gaun mewah yang dibawa maid. Ia benar-benar tidak mengerti dengan kondisi saat ini. Ingin di apakan ia?
"Apa-apaan ini?! Kenapa memberiku gaun pernikahan?! Memangnya aku akan menikah?!" Ketusnya bertanya.
"Hari ini memang hari pernikahan Nona dengan Tuan Ash." Jawab salah satu maid tanpa beban.
Cetar!!
Bak tersambar halilintar di pagi bolong, Shena terkejut dan terhenyak mendengar pernyataan dari Maid. Sontak ia sangat syok sampai matanya membulat sempurna. Ia masih tidak percaya bahwa dirinya hari ini akan menikah tanpa ada angin atau hujan dengan seorang laki-laki yang baru ia temui kemarin.
Shena pun teringat akan pembicaraan ayahnya dengan Ash semalam. Mungkinkah pernikahan yang mereka bicarakan adalah pernikahan dirinya dengan Ash?!
Shena hendak menyela, tapi terburu sang Ayah datang terlebih dulu membuka pintu dan masuk kamar Shena.
"Putri Ayah kenapa belum siap?! Acara akan segera di mulai. Apa Tuan Ash sudah memberitahumu, sayang?! Hari ini kau akan menikah dengannya." Ucapnya.
Rupanya Ayahnya pun sudah tahu bahwa putrinya akan menikah. Dan kenapa tidak memberitahukan padanya. Apa sebenernya yang sedang Ayahnya rencanakan? Benak Shena memutar cepat karena ia benar-benar dibuat bingung.
"Ayah tidak setega itu, kan?! Karena Ayah sekarang terjatuh bangkrut, Lalu Ayah menjual ku dan menikahkan ku dengan pria tua seperti Paman teman Ayah itu demi mendapatkan harta kita kembali?! Oh tuhan.. Ayahku tidak mungkin seperti itu. Itu tidak benarkan, Ayah?!" Lirih Shena kecewa pada ayahnya.
"Hahaa... Tentu bukan sayang. Ayah tidak akan setega itu pada putri cantik Ayah. Tapi kali ini kau harus menikah dengan Tuan Ash. Ayah yakin, kau akan hidup terjamin dengannya. Dia bisa menjagamu. Tuan Ash, orang yang baik dan sama hebatnya. Ia adalah CEO ternama yang memiliki perusahaan menduduki posisi kedua setelah ayah dan selalu bersaing ketat di pasar bisnis dengan Ayah."
"Sekarang, Cepat ganti pakaianmu. Ayah tidak ingin penolakan apapun. Ayah akan tunggu di bawah." Tuan Theo mengecup singkat kening putrinya yang masih membeku, Lalu beranjak pergi keluar kamar.
"Ayo Nona, Saya bantu. Tuan Ash sudah lama menunggu." Ajak maid lagi.
"Tidak.. Aku tid-..."
Ucapan terpotong, bertepatan terbukanya kembali pintu kamar selepas Ayahnya belum semenit pun pergi.
"Kenapa masih belum siap?! Kalian, Tinggalkan kami!!" Ash datang dengan marahnya.
"Baik Tuan..." Para Maid pun menuruti perintah Tuannya. Mereka berjalan mundur hingga depan pintu, berusaha semampu mungkin jangan membelakangi Tuannya.
"Kenapa belum mengganti pakaian?" Tanya Ash mendekat.
"Paman!! Kenapa aku harus menikah denganmu?!Kau bahkan tahu, umurku masih 20 tahun. Sedangkan dirimu?!! Ck- Kau pasti sudah lebih tua dariku. Ini persis sekali seperti novel-novel yang ku baca. Seorang ayah tega menikahkan putrinya kepada pria tua sebagai tebusan hanya karena memiliki banyak utang."
"Usia kita hanya selisih 20 tahun?! Apa aku sudah setua itu sehingga kau memanggil ku Paman?! Padahal banyak orang yang mengatakan aku ini awet muda yang terlihat seperti berusia 20 tahun."
Shena terpekik. Itu artinya Ash berusia 40 tahun. Shena tidak habis pikir pria itu setua yang ia pikirkan meskipun tampangnya memang masih terlihat muda diusianya sampai Shena mengira jika selama ini Ash memakai pengawet pada tubuhnya. Tampang tidak penting baginya karena usia adalah faktanya. Shena tidak salah memanggil dia Paman.
"Tetap saja. Kau teman Ayahku. Bahkan usiamu sama seperti ayahku yang hanya berbeda 8 tahun. Paman tidak menghasut atau memaksa Ayah ku kan, untuk bisa menikahi gadis belia sepertiku. Hem?!"
"Memang apa masalahnya jika aku menikahi gadis yang bisa menjadi istri mudaku. Bukankah pria tua lebih berpengalaman, bahkan dalam hal ranjang pun mereka sudah terdidik. Aku tahu bagaimana cara memanaskan ranjang dengan mu, kita bisa mencoba malam ini setelah pernikahan kita." Godanya sambil menaik turunkan alis membuat Shena berdigik ngeri melihatnya. Bisa-bisanya pria tua itu mengatakan hal yang tidak pantas pada wanita kecil yang masih suci dari perkataan vulgar.
"Jangan banyak bicara! Cepat ganti bajumu! Ayah mu sudah terlalu lama menunggumu di bawah, dan acara akan segera di mulai." Titahnya penuh penekanan.
Shena berdecak kesal. Tapi tetap mengambil secara kasar gaun pengantin yang akan di pakainya dari tangan Ash.
"Ingin kemana?" Tanyanya membuat Shena kesal.
"Toilet. Kau menyuruhku ganti, kan?! Atau aku tidak perlu mengganti?"
"Siapa yang menyuruhmu menggantinya di toilet?! Ganti di sini!!"
Mata Shena membulat sempurna.
"Ap-Apaa!!! Yak. Paman!! Kau gila?! Bagaimana bisa aku mengganti pakaian di hadapanmu?! Menyebalkan!" Ketus Shena meninggikan suaranya.
"Kenapa?! Aku calon suami mu. Toh, setelah menikah aku juga akan melihat semuanya." Jawab pria itu dengan senyum smirknya.
"Mesum! Tidak ingin! Tidak ingin! Tidak ingin! Dan akan tetap seperti itu." Jawab Shena sambil mengentak-entakkan kakinya.
"Cepat lepas! Aku pakaikan." Ujar Ash tidak ada kapoknya menggoda Shena yang sudah sebal padanya. Entah sejak kapan, gaun pengantin yang dipegang Shena beralih tangan ke Ash.
"Tidak Bisa!!! YAK! Paman! Dasar mesum!!" Shena sudah dibuat kesal, amarahnya sudah terkumpul tapi ia tidak luapkan langsung pada Ash. Shena tidak jadi ke toilet dan segera ke ruang ganti yang terdapat dengan penyimpanan lainnya.
Ash tertawa kecil melihat tingkah gadis kecil itu sambil menyilangkan kedua tangan depan dada dan menggelengkan kepala.
Di Dalam Ruang Ganti...
Shena sudah memakai gaun pengantinnya, Namun ia tidak langsung keluar.
Di dalam otaknya, di dalam benaknya, Ash merupakan sosok laki-laki yang sudah tua dan terlihat jelek. Dan Shena tidak menginginkan pernikahan ini terjadi dengan pria tua.
"Aku tidak ingin menikah dengan pria tua dan mesum itu. Bagaimana nantinya jika semua orang mengejek ku karena menganggap aku ini simpanan pria tua, apalagi sampai menikah dan mereka mengira dia adalah Sugar Daddy ku selama ini. Menjijikan sekali!" Decak kesal Shena sambil mondar-mandir kesana-kemari dengan perasaan gundah.
"Tapi, Apa yang harus ku lakukan agar pernikahan ini tidak terjadi? Semua orang sudah menunggu dan tidak ada celah aku bisa pergi dari sini." Imbuh Shena lagi memikirkan sesuatu agar ia bisa membatalkan pernikahannya.
Sebuah ide cemerlang tiba-tiba muncul dalam benaknya. Ya! Shena bisa menyelinap untuk melarikan diri dari Mansion ini sebelum ia dibawa ke gedung pernikahan.
Sayangnya rencana untuk melarikan diri tidak semudah itu, Takdir seolah tidak mendukungnya karena tak lama seorang maid memanggilnya untuk segera pergi ke gedung pernikahan.
"Nona, Maaf lancang membuka pintu tanpa mengetuk. Saya pikir Nona sudah keluar dan tidak ada di sini. Saya mencari Nona kemana-mana. Mari, kita harus segera berangkat karena Tuan dan Ayah Nona sudah berangkat lebih dulu ke gedung pernikahan."
Jika tidak ada orang lagi di Mansion, Seharusnya ini adalah kesempatan emas Shena untuk melarikan diri. Tapi Shena terlambat mengetahui informasi.
"Kenapa kau tidak memberitahu ku lebih awal jika pria tua dan Ayah ku sudah pergi?! Jika dengan begitu, Aku dengan mudah melarikan di-..." Suara Shena terdengar kesal dan diakhir kata ia menghentikan kalimatnya karena tersadar akan ucapannya.
Maid yang menunggu Shena selesai berbicara pun bertanya karena perkataannya tiba-tiba terpotong.
"Nona, ingin mengatakan sesuatu?"
"Ya Ampun... Hampir saja aku keceplosan!" Gerutu Shena dalam hati.
"Agh tidak... Maksudku Kenapa kau tidak meminta mereka menunggu karena aku sudah selesai bersiap." Imbuh Shena demikian.
Maid percaya begitu saja meskipun sempat terlintas merasa ganjal.
"Maaf, Karena Tuan hanya memberikan pesan seperti itu pada Saya. Tuan akan menunggu Nona di gedung saja."
"Sekarang ingin bagaimana aku bisa melarikan diri. Semuanya sudah terlambat dan takdir seolah tidak berpihak padaku hari ini. Mungkin memang seharusnya aku menjadi istri pria tua. Shena, sungguh malang sekali nasibmu. Kau bahkan tidak pernah memimpikan pernikahan seperti ini." Ujar Shena sedih dalam hati.
"Nona, Apakah anda sudah siap berangkat sekarang?" Tanya maid itu menyadarkan lamunan Shena.
"Agh Iya... Ayo berangkat!" Jawab Shena berjalan keluar dengan sedikit mengangkat gaun mewahnya yang mengembang dan panjang itu.
...***...
Di Gedung Pernikahan...
Ash dan Tuan Theo yang katanya berangkat lebih dulu ke tempat acara, hingga kini tidak ditemukan sosok keduanya di sana. Malah Shena dan Para maid menjadi orang pertama yang datang ke gedung. Semua orang kebingungan entah kemana perginya mereka dan sampai membuat Shena harus menunggu dengan bosan. Di sana hanya terdapat para maid dan para anak buah Ash yang berjaga di sekitaran gedung.
Bagaikan jalan takdir untuk segera kabur dari pesta pernikahan, karena Ash yang harus segera menikahinya tidak kunjung datang. Kesempatan inilah yang dimanfaatkan oleh Shena untuk segera kabur meninggalkan pesta pernikahan.
Para penjaga sibuk menelepon Tuannya karena mempelai wanita telah tiba, namun dirinya belum juga datang.
Tanpa berpikir panjang, saat semua orang lengah karena mengkhawatirkan Ash. Dengan langkah kaki seribu, dengan kekuatannya yang cepat dalam berlari, Shena membulatkan tekadnya untuk segera kabur dari pesta pernikahan tersebut.
Takdir yang baik memang sedang memihak Shena, Namun ketika dirinya berhasil keluar dari gedung pernikahan, ia dihadang oleh para anak buah Ash yang menjaga di luar. Sempat terjadi keributan karena saling mengejar dan seketika keadaan gedung menjadi ricuh tidak terkendali untuk bisa mendapatkan Shena yang mereka sadari akan melarikan diri.
Para maid dan anak buah lain mencoba menghadang Shena dengan membuat lingkaran saat ia berada di hadapan mereka. Namun, dengan mudah Shena tetap bisa melarikan diri dan berhasil lolos sampai harus melompat dari tangga luar gedung yang cukup tinggi.
Saat di bawah, Kakinya sedikit terkilir karena ia sampai terjatuh dan lupa jika ia sedang memakai high heels hingga membuat haknya pun patah. Tapi, hal itu tidak menyurut kemungkinannya untuk melarikan diri dan berusaha berlari dengan tergopoh-gopoh dari kejaran para penjaga.
Di saat itulah, sebuah mobil berhenti di hadapannya, dan dengan cepat Shena menarik keluar pengemudi mobil tersebut.
"Hey Nona, Kau ingin membawa mobilku kemana?" Teriak pria itu yang sempat melihat keributan dan berusaha mencoba menderainya, namun ia malah menjadi korban mobilnya dibawa pergi.
"Aku pinjam sebentar! Kau pasti teman si pria tua itu, Kan? Kau pasti datang untuk menghadiri pernikahan ini. Sekarang pulang saja karena pernikahan sudah dibatalkan. Mempelai wanitanya melarikan diri karena ia sungguh malang harus menikahi pria tua. Nanti aku akan kembalikan." Ujar Shena yang sedikit mengeluarkan kepalanya di pintu mobil yang hendak ditutup.
Dengan secepat kilat, mobil curian itu sudah hilang meninggalkan gedung pernikahan dan pandangan semua orang. Niatnya untuk kabur dari pesta pernikahan berhasil dilakukan.
"Hey Nona, Jangan membawa mobilnya juga." Teriak pria itu berusaha mengejar mobilnya, namun sayang lajunya lebih cepat dibandingkan larinya.
Semua anak buah Ash yang kalah dengan seorang wanita, terlambat menghadangnya karena Shena sudah pergi. Tapi mereka tidak menyerah, mereka pun serentak memasuki mobilnya masing-masing untuk mengejar Shena dengan mobilnya.
"Aduhh... Tuan saja masih ada di dalam. Mobilnya begitu melaju sangat kencang, bagaimana selain mobilnya yang lecet, Tuan juga lecet-lecet. Gadis itu aneh sekali. Dia akan menikah, tapi malah melarikan diri." Gerutu Pria yang hanya bisa melihat mobil itu dibawa pergi.
Di dalam mobil, Shena bernapas lega karena ia sudah menjauh dari gedung pernikahan. Sekiranya saat ini ia bisa membatalkan pernikahannya sendiri, dan ia bisa menjauh dari kota tersebut bahkan tidak peduli jika ayah atau pria yang sebut tua itu mencarinya.
"Hufftt... Syukurlah! Sekarang aku sudah aman. Hanya tinggal mencari tempat persembunyian sampai Ayah tidak berencana menikahkan ku lagi dengan pria tua itu. Cih... Malang sekali nasibnya di sini. Ia harus dipermalukan di depan semua orang karena gagal menikah hari ini. Memangnya ada di dunia ini seorang gadis yang ingin menjadi istrinya di saat usia sudah tidak muda lagi?!" Pungkas Shena bernapas lega sembari mengejek.
Namun tanpa disadarinya, ada sesosok laki-laki tampan dengan setelan jas rapi sedang duduk di kursi penumpang.
Laki-laki tampan itulah yang sebenarnya bernama Ash Dariel Vinson, dengan usia yang tidak dipublikasikan. Pria yang sangat tampan dan juga gagah. Mereka yakini bahwa pria itu memiliki postur tubuh yang sempurna dan tinggi sekitar 186 cm. Ia merupakan anak tunggal Keluarga Vinson yang menjadi keluarga konglomerat kedua di negaranya setelah Keluarga Tuan Theo yang kini sedang bertekuk lutut dihadapannya dan digantikan posisi olehnya menjadi posisi nomor satu karena kebangkrutan yang dialami.
"Siapa yang harus lebih malang nasibnya di sini? Aku atau Kau?!"
Ckittt...
Mobil itu di rem mendadak seketika!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!