NovelToon NovelToon

Cintaku Berakhir Di Pesantren

Masa Orientasi Siswa

Pagi ini Mentari bersama keempat sahabatnya berjalan ke sebuah ruangan rapat OSIS. Mereka akan membicarakan persiapan penerimaan siswa baru. Di sekolah, mereka menjadi Panitia Masa Orientasi Siswa (MOS). Rapat kali ini dipimpin oleh Mentari selaku ketua Panitia. Azka sebagai ketua OSIS hanya memberikan masukan jika ia dimintai pendapatnya.

“Assalamualaikum, pertama-tama saya ucapkan terima kasih atas partisipasi teman-teman untuk menghadiri rapat kita kali ini” ujar Tari membuka rapat mereka. Semua serentak membals salam yang diucapkan gadis manis itu.

“Baiklah untuk mengifesienkan waktu, saya langsung bagi tugas saja” Casandra dengan telaten membaca susunan kepanitian.

Setelah membagi tugas kepada rekan-rekan OSIS, ia pun menutup rapat tersebut.

Semua pengurus OSIS yang mengikuti rapat berdiri meninggalkan ruangan OSIS, kecuali lima sahabat itu. Mentari, Azka, Laura, Radit dan Monika.

Mereka yang telah bersahabat semenjak duduk di bangku kelas X kini masih tetap menjalin persahabatan yang semakin erat. Walaupun kelas mereka telah terpisah, tetapi mereka masih terus bersama karena kelimanya adalah pengurus OSIS.

Azka yang sudah mengenal Tari sejak kecil sangat mempercayai jika ia akan menjalankan tugasnya selaku ketua panitia dengan baik.

“Ayo ke kantin, cacing di perutku udah mulai demo nih” ucap Radit sambil menarik Mentari.yang diikuti oleh ketiga temannya.

“Bisa nggak sih kalian itu jangan gandengan di depan kita sih?” ujar Monika sambil melempar kertas ke arah Radit dan Tari.

“Eh, Bogel ! kamu tuh ya, sirik aja sih. Azka saja yang sudah temenan dengan Tari sejak kecil nggak marah kok, Nah elo bukan siapa-siapa kami malah ngedumel nggak jelas gitu” ujar Radit sambil melemparkan kembali kertas yang dilemparkan Monika barusan.

“Kalian tuh ya,nggak capek ya bertengkar muluh” ujar Tari melepaskan tangan Radit, lalu berjalan memeluk tangan Azka. Azka hanya tersenyum melihat tingkah mereka. Sebagai ketua OSIS, ia menjaga kelakuan dan tingkahnya di sekolahnya.

Mentari sangat manja kepada Azka, dan semua siswa di sekolah itu sudah tahu kedekatan mereka. Banyak yang irih melihat kedekatan mereka, karena keduanya terkenal di sekolah tersebut. Selain memiliki wajah yang oke, keduanya juga termasuk siswa berprestasi. Banyak guru-guru yang mendukung jika mereka berpacaran.

Jauh di lubuk hati Tari, ia sangat menginginkan hal tersebut. Kedua orang tua mereka pun sempat berusaha menjodohkan mereka. Tapi Azka menolak karena ia hanya menganggap Tari seperti adiknya sendiri.

***

Hari pertama Masa Orientasi Siswa telah dimulai.Semua siswa baru telah dikumpulkan di lapangan upacara untuk melaksanakan Upacara Pembukaan MOS.

Setelah upacara selesai, siswa baru tersebut dibagi kedalam beberapa kelompok. Setiap kelompok didampingi oleh 4 atau 5 panitia. Seperti biasanya Azka dan keempat sahabatnya mendampingi Kelompok Pertama.

Setelah sesi perkenalan dilaksanakan mereka pun memberikan materi pengenalan kampus / sekolah. Beberapa siswa terlihat antusias dalam sesi tanya jawab. Bahkan ada beberapa siswa cowok yang pura-pura bertanya karena hanya ingin mendengar suara Tari.

‘Karena materi sudah selesai, sekarang kita mengadakan Game ya” ujar Laura. Sekarang ia yang mengambil alih sesi game.

“ Hore!!” seru para peserta MOS secara serentak.

“Ok. Sekarang kakak akan menunjuk satu cewek dan satu cowok ya, yang nanti kakak tunjuk, silahkan maju ke depan” teriak Laura yang diangguki oleh para peserta didik baru.

“ Kamu yang di pojok, silahkan maju ke depan” ujar Laura sambil menunjuk siswa cowok yang sedang duduk di pojok. Dengan gagahnya, siswa itu pun berjalan ke arah yang ditunjuk Laura sambil tersenyum manis ke arah Tari.

“Sekarang kamu dek, maju ke sini” ujar Laura menunjuk gadis yang berambut sebahu. Ia terlihat manis dengan gayanya.

Azka yang melihat gadis itu pun, menatap dengan kagum kepada gadis itu tanpa berkedip. Tari pun tanpa sengaja melihat tingkah Azka.

“ Woi, sadar bro, tuh mata entar dimasuki serangga baru tahu rasa loe. Kagum sih kagum tapi jangan kelihatan **** loe di depan cewek bro” ejek Radit kepada Azka, ia sedikit berbisik kepada Azka. Azka yang ketahuan sedang memperhatikan gadis itu pun tersipu malu.

Monika yang mendengar ucapan Radit berbalik menatap Azka, dilihatnya wajah Azka yang sudah memerah karena malu. Ada sedikit rasa cemburu menghampirinya.

Sebenarnya selama ini Monika juga menyukai Azka, tapi ia takut mengungkapkannya, takut jika hubungan persahabatan mereka berubah karena masalah cinta.

“Silahkan perkenalkan nama kalian” ujar Laura kepada kedua siswa baru tersebut.

“ Perkenalkan nama saya Kevin “ ujar Kevin.

“Perkenalkan nama saya Maharani, biasa dipanggil Rani” ujar Rani sambil tersenyum. Yang membuat Azka semakin terpesona dengan gadis di hadapannya itu. Tari yang melihat tatapan Azka hanya bisa tersenyum kecut.

“ Sekarang kita bermain TOD ya, kalian suit dulu. Siapa menang kalian bisa menunjuk salah satu di ruangan ini untuk di beri tantangan atau pertanyaan, orang yang sudah ditunjuk setelah melaksanakan tugasnya bisa menunjuk orang lain, begitu seterunya ya” ujar Laura menjelaskan permainan mereka kali ini.

“ Gunting, batu, kertas” seru semua yang ada dalam ruangan tersebut. Dan hasilnya Kevin menang.

“ Seperti yang tadi saya katakan, kamu bisa menunjuk orang yang bakal kita kasi TOD” ujar Laura dengan senang.

“Saya pilih, kakak tercantik itu. Kak Tari” ujar Kevin sambil menunjuk Tari yang tengah berdiri di samping Laura.

“ Aku? Aduh jangan saya deh dek” ujar Tari sambil memohon.

“ Kamu jangan curang Tar, kan emang gitu peraturannya. Dan kamu nggak boleh mundur” ujar Radit sambil tertawa mengejek Tari. Semua pun tertawa.dengan terpaksa Tari pun menerima tantangan tersebut.

“ Oke Truth or Dare nih Tar ?” tanya Laura.

“ Truth aja deh” jawab Tari dengan lesuh.

“Silahkan memberikan pertanyaan Vin kepada Tari” ujar Laura. Kevin tidak menyia-nyiakan kesempatan kali ini. Untuk bertanya kepada kakak kelas pujaan hatinya itu.

“ Kak Tari udah punya pacar nggak?” tanya Kevin dengan nada menggoda. Yang membuat teman-temannya bersorak.

“Nggak punya” jawab Tari sedikit legah karena pertanyaan Kevin biasa-biasa saja.

“ Jadi boleh dong daftar jadi pacar kak Tari” ujar Kevin menggoda Tari. Tari hanya tersenyum malu dengan pertanyaan Kevin.

“Gila loe Vin, loe nembak Tari nih ceritanya? Nggak takut loe ma yang di sana?” ujar Radit sambil menunjuk Azka. Semua mata menatap Azka, termasuk Rani. Azka pun melihat Rani, dan dia tidak mau jika Rani salah paham.

“Kenapa nunjuk saya sih Dit?” ujar Azka dengan sewot.

“ Kan loe pawangnya Tari, nggak membiarkan Tari pacaran gitu” ujar Radit lagi.

“Bukannya melarang, cuman saya belum dapat aja yang cocok buat Tari” jawab Azka dengan gugup.

“Kita lanjut permainanya ya, sekarang giliran kamu Tar, nunjuk orangnya” ujar Laura. Tari memperhatikan sekelilingnya. Ia pun menunjuk Rani.

“Truth kak” jawab Rani.

“Di dalam ruangan ini, ada yang kamu suka nggak Ran?” tanya Tari sambil melirik Azka.

“ Ada kak” jawab Rani.

“Siapa?” tanya Azka yang membuat kelas semakin ribut. Azka pun menyadari kebodohannya. Ia pun memalingkan wajahnya karena malu. Rani hanya diam.

“Iya Ran, siapa Ran?” kali ini Tari yang bertanya.

“Kak Azka” jawab Rani sambil menunduk. Azka yang mendengarkan jawaban Rani pun tersenyum puas.

“Cie bakal ada yang jadian nih” ujar Laura, yang membuat seisi kelas bersorak dan tertawa kecuali Tari dan Monika.

***

Di Kantin

Seperti biasanya, Tari berjalan menuju Kantin sambil memeluk lengan Azka. Semua mata menatap mereka. Bahkan banyak yang berbisik tentang hubungan mereka.

“katanya nggak pacaran, tapi kok mesra gitu sih?” ujar Rani sedikit jengkel dengan apa yang ia lihat.

“Mereka TTM kali Ran, berarti loe ada saingannya dong, apalagi kan Kak Tari itu selain cantik dia juga berprestasi loh kayak kak Azka” ujar Ayu teman Rani.

Azka pun melihat ke arah Rani, tanpa sengaja tatapan mereka bertemu. Sontak membuat Azka melepaskan pegangan Tari di lengannya. Rani pun tersenyum melihat hal tersebut. Tari pun mengikuti tatapan Azka, dan dilihatnya Rani sedang melihat ke arah mereka.

“ Kamu suka ya ma anak itu Ka?” tanya Monika kepada Azka.

“Iya, cantik kan?” ujar Azka.

“Tumben loe suka ma cewek, aku kirain loe suka cowok Ka, soalnya Tari yang selalu di samping kamu aja tidak pernah meluluhkan hati loe” ujar Radit lalu duduk di kursi kosong.

“Gila loe, gue ini normal kok, lagian nggak mungkin aku suka sama cewek manja kaya Tari ini” ujar Azka, tanpa ia sadari telah menyinggung perasaan Tari.

“Sabar ya Tari” ujar Radit menggoda Tari.

“Apaan sih loe Dit” ujar Tari sambil memukul lengan Radit. Radit hanya tertawa melihat tingkah menggemaskan Tari.

“Halo kak Tari cantik” sapa Kevin yang tiba-tiba muncul di samping Mentari.

“Huh, si bocah tengik lagi” seru Radit.

“ Boleh gabung nggak kak Azka?” tanya Kevin. Azka mengangguk. Teman-temannya pun heran, baru kali ini Azka membolehkan cowok lain duduk di dekat Tari. Radit aja dulu susah banget bisa gabung dengan mereka.

***

Jangan lupa like dan coment nya ya 🙏

Cemburu Buta

Setelah seminggu berlalu, maka hari ini adalah hari terakhir kegitan Masa Orientasi Siswa. Semua peserta didik baru diberi tugas memberikan kado kepada Panitia yang mereka sukai. Dengan langkah semangat Kevin berjalan menuju Mentari. Ia pun menyerahkan kado khusus kepada Mentari.

“Ini buat kak Tari, entar di rumah baru dibuka ya kak” ujar Kevin dengan Coolnya.

“Iya, terima kasih ya Vin” ujar Tari sambil menyimpan kado itu di tasnya. Sudah banyak yang memberikannya kado.

“ Kak Tari !” teriak Andika menghampiri Tari. Kevin pun menatap Andika dengan tatapan tajam. Mentari yang melihat Andika langsung berdiri menghampiri Andika.

“Ini buat kakak” ujar Andika.

“Terima kasih ya Dika” ujar Mentari sambil mengusap rambut Andika. Andika yang diperlakukan seperti itu pun tersipu malu.

“ Hei bocah, kamu ngasih kado buat Tari?” tanya Azka sambil menarik baju Andika. Semua mata pun tertuju ke arah mereka.

“ Emang kenapa?” tanya Andika sambil menghempaskan tangan Azka.

Tanpa diduga, Andika mencium pipi Mentari yang membuat semua orang berteriak histeris. Mentari yang mendapat kecupan tiba-tiba Andika pun kaget. Azka pun memukul kepala Andika.

“Berani banget loh Dik” ujar Azka dengan emosi. Radit, Laura dan Monika berlari menuju ke arah mereka.

“Azka, apaan sih loe?” ujar Mentari.

“ Kenapa? Loe suka dicium di tempat umum kayak gini Tar?” tanya Azka yang mulai emosi. Entah kenapa ia tidak menyukai tingkah Andika tersebut.

“ Kenapa kak Azka membentak Ka Tari sih?” ujar Andika yang sudah ikut emosi melihat tingkah kakaknya itu. “ Emang cuman kakak aja yang boleh dekat dengan kak Tari? Siapa pun boleh, termasuk aku” ujar Andika sambil menarik tangan Mentari.

“Berhenti kalian !!!” teriak Azka.

Tanpa mempedulikan Azka, Andika masih menarik Mentari menjauh dari Azka. Azka pun mengepalkan tangannya. Dari dulu dia sudah tahu jika selama ini Andika menyukai Mentari dan ia tidak bisa menerima itu.

“Dia siapa Ka?” tanya Radit yang menghampiri Azka. Tanpa menjawab pertanyaan Radit, Azka pun berlari mengejar Andika dan Mentari.

“Bohong kalau Azka tidak menyukai Tari, pasti dia suka sama Tari” ujar Monika kepada Laura.

“Iya Nik, aku juga berpikir gitu. Azka terlalu protektif kepada Tari” ujar Laura.

“Yuk kita ikuti mereka” ujar Monika.

***

“Kamu nggak apa-apa kan Dika ?” tanya Mentari setelah mereka sampai di sebuah taman di belakang sekolah.

“Nggak apa-apa kok kak. Soal yang tadi, maafkan Dika ya kak” ujar Andika sambil menunduk.

“Sudahlah lupakan masalah yang tadi, lagian ngak masalah kok kamu nyium kakak. Kamu kan adik kakak” ujar Mentari.

“ Kak Tari, aku mau jujur sama kakak. Sebenarnya aku suka sama kak Tari” ujar Andika sambil menatap Mentari.

“Tapi Dika, kamu tahu kan kalau kakak selama ini hanya menganggap kamu adik kakak” ujar Mentari.

“Iya kak, Dika paham. Tapi bisa kah kakak memperlakukan Dika seperti perlakuan kak Tari kepada kak Azka?” tanya Andika penuh harap.

“Maksud kamu apa Dik? Selama ini kan kakak tidak pernah membedakan kalian?” tanya Mentari.

“Kakak bisa kan bermanja-manja kepada Dika? Dika juga pengen dekat dan memberikan perhatian kepada kak Tari” ujar Andika.

“Tapi Dik, kakak..” ucapan Mentari terhenti. Tanpa diduga, Andika memberikan kecupan di bibir Mentari.

Buk

Azka pun memukul Andika. Emosinya sudah naik di ubung-ubungnya. Mentari hanya bisa berteriak histeris. Radit yang mengikuti Azka dari tadi langsung menarik Azka.

“Ya ampun Dik, bibir kamu berdarah” ujar Mentari dengan khawatir.

“Apaan sih loh Ka? Aku heran sama kamu, kenapa kamu emosi kayak gini sih?” teriak Mentari. Ia tidak habis pikir melihat sahabatnya itu.

“ Menjauh loe dari Tari, aku tidak mengizinkan kamu mendekatinya”ujar Azka dengan penuh penekanan.

“Cukup ya Ka. Cukup kamu mengatur hidup aku. Kamu bisa dengan sesuka hatimu mendekati cewek mana pun, tapi kamu malah membatasi pergaulanku. Bahkan Andika, adik loe sendiri, loe larang mendekatiku. Apa sih mau mu Ka?” tanya Mentari dengan penuh emosi. Radit, Monika dan Laura pun terkejut saat mengetahui jika Andika adalah adik Azka.

***

Semenjak kejadian itu, hubungan Azka dan Mentari mulai renggang. Mereka sudah jarang berbicara. Bahkan saat ini telah terdengar kabar jika Azka dan Rani telah jadian. Dan itu bukan sekedar isu, karena Mentari selalu melihat Azka yang selalu bergabung dengan Rani dan teman-temannya.

Seperti saat ini, di dalam kantin.

Mentari pun berjalan menuju meja Laura dan Monika, tanpa menoleh ke arah Azka, ia berjalan dengan cepat. Karena terburu-buru tanpa sengaja Mentari menabrak Yoga, kakak kelas mereka. Ketua Tim Basket di sekolah mereka.

“Aduh maafkan saya kak” ujar Mentari dengan gugup. Semua mata tertuju ke arah mereka. Termasuk Azka yang duduk di samping Rani.

“Wah, beruntung sekali saya ditabrak gadis tercantik di sekolah ini” ujar Yoga dengan senyum liciknya. Mentari hanya bisa menunduk karena ketakutan. Pasalnya, Yoga terkenal playboy dan kasar.

” Mana Pawang kamu itu? Udah lama saya tidak melihat kalian jalan bareng, kamu sudah dicampakkan ya?” tanya Yoga sambil menertawai Mentari.

Azka yang mendengarkan ucapan Yoga hanya bisa mengepalkan tangannya. Ingin sekali rasanya ia berdiri dan memukul lelaki itu, tapi egonya terlalu ringgi dan menahannya bertindak.

“Maaf kak, saya nggak sengaja tadi” ujar Mentari dengan suara bergetar karena menahan air matanya. Baru kali ini ia mendapat masalah dengan lelaki seperti Yoga.

“Maaf? Nggak semudah itu ya cantik” goda Yoga.

Buk..

Tiba-tiba seseorang memukul Yoga dari samping. Semua mata tertuju kepad aorang yang telah berani memukul Yoga. Anak pemilik sekolah mereka. Dan betapa kagetnya mereka ketika melihat Andikalah orang yang memukul Yoga.

“Berani loe sentuh dia, gue patahin tangan loe” ancam Andika kepada Yoga.

Yoga yang melihat tatapan pembunuh Andika pun tak bisa berkutik. Andika pun menarik Mentari dan mendudukkannya di sebuah kursi kosong di dekat Laura dan Monika.

“Kakak nggak apa-apa kan?” tanya Andika dengan cemas. Mentari pun memeluk Andika lalu menangis karena ketakutannya.

Azka yang menatap kedekatan adiknya dengan sahabat masa kecilnya itu pun hanya bisa mengepalkan tangannya menahan emosi.

“Kamu kenapa Tar?” tanya Radit yang baru-baru masuk ke kantin.

Laura pun menceritakan kejadian tadi, Radit mengepalkan tangannya. Yang membuatnya kesal adalah sikap Azka yang tidak menolong Mentari. Entah apa yang dipikirkan Azka, apa kah egonya terlalu tinggi. Pikir Radit.

Radit menatap Azka dengan tatapan tidak suka. Azka yang menyadari tatapan tidak suka Radit pun hanya memalingkan wajahnya dari Radit.

“Apa sih dipikiran Azka itu? Kenapa dia cuek banget pada Tari?” ujar Laura dengan kesal.

“Iya, baru kali ini Azka bersikap seperti itu, biasanya kalian hanya sebentar jika lagi bertengkar, tapi kali ini beda banget” ujar Monika yang ikut jengkel melihat Azka yang hanya diam melihat Tari dipermalukan.

“Untung adaDika, entah apa yang akan terjadi pada Tari jika Dika nggak ada” ujar Laura.

“ Terima kasih ya Dika, aku takut sekali tadi, untung kamu datang” ujar Mentari yang masih menangis. Rasa takutnya bercampur dengan rasa kecewanya kepada Azka.

“Mulai sekarang, Dika akan menjaga kak Tari” ujar Andika sambil memegang tangan Mentari.

Azka yang mulai jengkel melihat tingkah adiknya itu pun, berdiri dan meninggalkan Rani tanpa pamit.

***

Jangan lupa like dan coment nya ya 🙏

Terima kasih telah mampir di Novel aku ya 🙏

Siswa Baru

Sudah seminggu Azka mendiami Mentari, mereka bagaikan dua insan yang tak kenal. Tak ada tegur sapa di antara mereka, interaksi mereka hanya sekedar masalah kegitan OSIS. Di dalam kelas pun, Azka tidak banyak bicara. Entah apa yang membuatnya semarah itu pikir Mentari. Ia hanya bisa memandang Azka dari jauh, ada rasa rindu sekedar bermanjaan pada Azka.

“Tari, katanya di kelas kamu ada siswa baru loh, cowoknya keren banget” seru Laura.

“Masa sih? Aku nggak tau tuh kalo ada siswa baru” jawab Mentari.

Akhir-akhir ini ia kurang update info di sekolah semenjak ia dan Azka bermusuhan.

“ Huh, kamu tuh ya” Laura memukul lengan Mentari.

“ Eh, tuh anaknya. Ganteng kan?” ujar Laura sambil menunjuk seorang siswa yang berjalan ke arah mereka.

Sontak Mentari terkejut, pasalnya orang itu adalah Rio sahabatnya saat di SMP dulu.

“ Rio !!” teriak Mentari.

Orang yang dipanggil pun menoleh ke arah Mentari, dan melambaikan tangannya ke arah Mentari sambil tersenyum manis.

“ Kamu kenal dia Tar?” tanya Laura. Tari mengangguk dengan semangat.

Tak berapa lama setelah urusannya selesai Rio mendatangi Mentari, semua mata menatap ke arah mereka. Banyak yang irih melihat Mentari langsung akrab dengan siswa baru tersebut.

“ Gimana kabar kamu Tar? Kok aku nggak lihat Azka? Bukannya kalian selalu bareng?” tanya Rio ketika sampai di hadapan Mentari.

“ Aku baik Yo, kalau Azka, dia..” ucapan Mentari terhenti, Laura langsung menimpali jawaban Mentari.

“ Sibuk pacaran tuh dia, tuh lihat aja di sana “ ujar Laura sambil menunjuk Azka yang lagi asyik berbincang dengan Rani di depan kelas Rani.

“ Azka punya pacar? Wah berarti kamu udah boleh pacaran dong ?” tanya Rio dengan semangat. Pasalnya Rio sudah menyukai Mentari sejak dulu tapi sayangnya Azka melarangnya untuk mendekati Mentri.

“ Azka pernah bilang ke aku, selama dia tidak pacaran, kamu juga nggak boleh pacaran. Tapi jika dia sudah pacaran maka kamu boleh pacaran” ujar Rio sambil tersenyum.

“ Hai bro, minggir loe, jangan gombalin tuh cewek, noh pawangnya bakal marah kalau loe dekati dia” ujar Radit yang tiba-tiba muncul di belakang Rio.

“ Mana marah dia, dia kan udah lupa sama Tari semenjak pacaran sama Rani” ujar Monika yang berdiri di samping Radit.

“ Dit,Monik kenalin ini teman aku, siswa baru disini, namanya Rio” ujar Mentari mengalihkan pembicaraan mereka. Rio pun menyalami Monika, Radit dan Laura.

Ketika mereka asyik berbincang-bincang, bel masuk pun berbunyi. Setiap siswa masuk ke kelasnya masing-masing.

“ Kamu duduk sama siapa Tar?” tanya Rio yang melihat kursi di samping Mentari kosong.

“ Duduk saja di sini, kemarin-kemarin yang duduk di situ Azka” Rio pun duduk di samping Mentari.

Azka yang baru masuk ke dalam kelas tidak memperhatikan keberadaan siswa baru di dalam kelasnya.

“ Ka lihat tuh cowok di samping Tari, dia siswa baru di kelas kita, tapi langsung akrab sama Tari” bisik Daniel kepada Azka yang membuat Azka berbalik menoleh ke bangku Mentari. Dan betapa kagetnya dia melihat siapa yang duduk di samping Mentari.

Baru Azka ingin menghampiri Rio, tiba-tiba seorang guru masuk ke dalam kelas. Proses pembelajaran pun dimulai. Tak beberapa lama bel istrahat berbunyi.

Semua siswa berhamburan keluar.Mentari berjalan berdampingan dengan Rio, mereka melewati meja Azka. Rio berhenti dan menyapa Azka. Azka hanya tersenyum lalu berlari keluar.

***

Di Kantin

Mentari dan Rio berjalan menuju kantin sambil melempar candaan, mereka tidak mempedulikan tatapan tidak suka dengan mereka. Setelah memesan makanan, mereka berjalan ke meja Radit, Monika dan Laura.

“ Aku nggak apa-apa kan gabung dengan kalian?” tanya Rio dengan sopan sebelum duduk. Ketiga sahabat mentari hanya mengangguk.

‘Kayaknya ini waktu yang tepat memans-manasi Azka, aku mau tau perasaan Azka ke Tari’ batin Radit dengan senyum smirknya.

“ Kalian itu kayak sepasang kekasih aja sih, jalan berduan sambil tertawa ria” ujar Radit sambil melirik Azka yang sedang berada di meja sebelah mereka.

Sangat dipastikan jika Azka mendengarkan ucapan Radit. Azka langsung menoleh ke meja mereka, Radit pun tersenyum .

“ Iya kalian cocok banget deh, apalagi kalian kan udah lama kenal” ujar Monika mencoba menggoda keduanya.

“ Apaan sih kalian? Aku sama Rio itu cuman temenan iya kan Yo?” tanya Mentari dengan gugup. Semburat merah telah menghiasi wajah cantiknya.

“ Temenan tapi kenapa tuh muka loe kayak kepiting rebus?” kini Laura ikut menggoda Mentari.

“ Ah apaan sih kalian? Kalian mau makan atau mau ngejekin aku sih?” tanya Mentari yang sudah sangat malu karena godaan sahabatnya itu.

“ hahahaha.. lihat tuh wajah kamu, merah banget, habis makan makanan pedas ya bu?” kini Radit yang menggoda Mentari. Rio hanya tersenyum melihat wajah Mentari yang terlihat sangat cantik.

“ Apaan sih? Riooo itu mereka godain aku terus, kamu ngomong dong kalau kita hanya temenan aja” ujar Mentari sambil memonyongkan bibirnya.

Semua temannya pun tertawa dengan tingkah menggemaskan Mentari. Tingkahnya itu pun tak lepas dari penglihatan Azka.

“ Wah udah mulai lapor-lapor nih ceritanya?” ujar Laura sambil tertwa cekikitan.

“ Udah ah, kasian Tari jadi malu gitu, untuk saat ini memang kami masih temenan, tapi entahlah besok” kini Rio mulai menggoda Mentari. Ketiga sahabatnya pun tertawa lepas.

“ Kamu bukannya nolongin malah nambahin sih” ujar Mentari memukul pundak Rio.

Rio pun memegang tangan Mentari dan tatapan mereka bertemu, yang membuat Mentari semakin malu dan langsung menundukkan kepalanya.

Radit, Monika dan Laura tanpa janjian mereka serentak melirik ke arah Azka yang sudah terlihat gusar. Sangat jelas di wajahnya jika ia tidak menyukai pemandangan itu.

Rani yang memperhatikan wajah jengkel Azka langsung bergelayut manja di lengan Azka. Azka pun tersadar dan menoleh ke arah Rani. Ia memandang Rani sambil tersenyum manis.

Sesekali ia mencium punggung tangan Rani. Tindakan Azka tanpa sengaja dilihat oleh Mentari. Ia pun merasa cemburu melihat adegan romantis itu.yang tiba-tiba membuatnya murung.

“ Eh kak Rio, ngapain kak Rio di sini?” tanya Andika yang tiba-tiba berdiri di belakang Mentari.

“ Ya makanlah, kamu nggak lihat kakak lagi makan?” ujar Rio dengan sewot.

“ Kakak geser noh, aku mau duduk di samping kak Tari” ujar Andika lalu duduk dengan paksa di samping Mentari.

“ Dasar bocah tengik loe” ujar Rio lalu menggeser duduknya.

“ Biarin” ujar Andika. Andika kemudian memperhatikan sekelilingnya, dan dilihatnyalah orang yang dicarinya.

“ Kak Azka !!!” teriak Andika. Azka pun menoleh ke arah Andika. Andika pun berdiri dan mendatangi meja Azka.

“Tadi mama kasi aku kunci rumah, katanya mama dan papa mau nginap di rumah nenek. Ini kuci saya yang pegang atau kakak yang pegang?” Tanya Andika ketika sampai di dekat Azka.

“ Kamu aja, soalnya aku mau jalan dulu bareng Rani” ujar Azka dengan cuek. Andika hanya mengangguk lalu kembali ke kursinya.

“ Sayang nanti kita kemana?” tanya Rani dengan manja dan sedikit berteriak agar Mentari mendengarkannya.

“ Terserah kamu saja sayang” ujar Azka sambil memegang tangan Rani.

***

“ Tuh Azka kok mau-maunya ya pacaran sama cewek alay gitu sih?” bisik Laura kepada Monika. Tapi masih terdengar oleh teman-temannya yang lain.

“ Entahlah, baguskan juga Mentari” ujar Monika. Yang diangguki Laura.

“ Tari sepulang sekolah aku antar kamu ya?” ajak Rio kepada Mentari. Belum sempat Mentari menjawab.

“ Nggakk boleh, kak Tari itu bareng aku pulang, dia kan tinggal di rumah aku” ujar Andika.

“ Benarkah? Sejak kapan kamu tinggal di rumah Azka Tar?” tanya Rio kepada Mentari.

“Saat lulus SMP, ayah ku pindah ke Malaysia, dia dikontrak di sana, jadi aku disuruh tinggal di rumah Azka” jawab Mentari.

***

Sepulang sekolah karena Rio selalu memaksa untuk mengantarkan Mentari pulang, maka Andika pun berinisiatif mengajak teman-teman Mentari ke rumahnya bikin acara. Dengan semangat mereka menerima ajakan Andika. Keenamnya pun pulang ke rumah Andika.

“ Wah rumah Azka besar ya?” ujar Radit dengan antusias.

“Biasa aja bro ngeliatnya, bikin mlu aja sih loe” ujar Rio yang sudah mulai terbiasa dengan sikap teman-teman Mentari.

“ Iya nih sayang, jangan bikin malu di rumah orang” ujar Monika tanpa ia sadari telah membuat teman-temannya tertawa.

“ Wah sejak kapan nih si Boncel dan Si Tiang Listrik jadian?” ejek Mentari sambil tertawa. Monika yang menyadari kesalahannya pun langsung menunduk.

“Bukannya kamu nggak suka sama Radit?” kini Laura ikut menggoda Monika.

“Eh jangan gangguan cewek gue loe pada, lagian apa salahnya kalau kami jadian?’ tanya Radit sambil menarik Monika duduk di sampingnya.

“ Mereka itu cocok, untuk memperbaiki keturunan. Yang satu pendek,yang satunya tinggi. Kan cocok” kini Andika ikut menyahut.

Mereka pun saling melempar candaan yang membuat ruangan itu berisik karena tawa mereka. Ketika mereka sedang asyik mengobrol, tiba-tiba Azka datang bersama Rani. Mereka pun terkejut, begitupun dengan Azka. Azka tidak memperhatikan kendaraan teman-temannya tadi jadi dia tak mengetahui jika di rumahnya kedatangan tamu.

“ Ngapain kalian di sini?” tanya Azka dengan sinis.

“ Aku yang ngundang, mereka kan teman kak Tari jadi temanku juga” ujar Andika.

“ Ayo sayang kita ke kamar aku, di sini berisik” ujar Azka sambil menarik tangan Rani. Rani dengan bangganya pun berjalan dengan santainya di hadapan Mentari.

“ Hati-hati loh Ka sama godaan syaitan” teriak Radit, yang membuat teman-temannya tertawa kecuali Mentari. Azka tidak mempedulikan mereka.

Tanpa terasa sudah pukul 17.00, keempat teman Mentari pun berpamitan. Tetapi Rani dan Azka belum keluar dari kamar Azka.

Dengan langkah lesuh Mentari berjalan masuk ke kamarnya yang berada di samping kamar Azka. Tanpa sengaja ia mendengar suara desahan yang membuat Mentari merinding, ia langsung masuk ke kamarnya dan menangis karena kecewa.

Pikirannya kini telah berjelajah ke suatu tempat, ia telah memikirkan hal aneh apa yang dilakukan dua insan yang dimabuk cinta. Tanpa terasa ia pun terlelap.

***

Setelah melepas ciumannya, Azka pun berdiri dan turun ke dapur mengambil minuman untuk Rani. Ketika sampai di dapur, ia bertemu dengan Mentari. Tanpa berbicara, Mentari berjalan tanpa mempedulikan Azka.

Kenapa tuh anak? Matanya bengkak, apa dia habis nangis?. Batin Azka. Dengan tanda tanya di pikirannya, Azka kembali ke kamarnya.

“ Sayang malam ini aku nginap di sini ya?” ujar Rani sambil memohon ke Azka.

“ Jangan dong, apa kata mama papa kamu? Lagian kalau mama papa aku tau bisa-bisa aku kena marah” ujar Azka membujuk Rani.

“Lagian besok kita ketemu lagi kan” sambung Azka yang masih membujuk Rani. Dengan berat hati Rani pun mengalah, dan ia diantar Azka pulang ke rumahnya.

***

Jangan lupa like dan comentnya ya 🙏

Terima kasih telah mampir di novel ku 🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!