BRAKKK....
"Apa maksud semua ini!!" Gadis cantik berusia 24 tahun itu melemparkan sebuah map berisi surat perjanjian ke atas meja. Dimana seorang pria berwajah tampan dengan tatapannya yang menghujam duduk di belakang meja itu.
"Maaf Tuan, saya sudah melarangnya masuk tapi dia tetap memaksa" Ucap asisten pria itu.
"Tidak papa, kau keluarlah" Ucap pria itu pada asistennya.
Pria dengan perawakan tinggi dan tegap, serta badannya yang berotot itu bangkit dari kursi kebesarannya. Tersenyum miring kemudian mulai mendekati Diandra.
"Sepertinya kamu sudah membaca isinya hingga membuatmu repot-repot datang kesini. Sudah tidak sabar ingin menjadi milikku rupanya"
Seringaian licik muncul pada bibir padat yang membuat pemiliknya semakin tampan itu.
"Cih.. Aku tidak sudi!!"
Ucap Diandra membuang mukanya, karena enggan menatap sosok yang sangat ia benci itu.
"Sudi atau tidak sudi, mau atau tidak mau, aku tidak peduli tentang penolakan mu itu. Yang jelas besok kita akan tetap menikah" Pria itu sama sekali tidak tersinggung dengan ucapan Diandra tadi. Dia justru semakin ingin memiliki wanita dengan paras bak bidadari itu.
"Aku tetap menolak semua yang sudah di sepakati di dalam surat itu. Ini hidupku jadi tidak ada yang berhak mengaturnya termasuk dirimu!!"
Diandra mengepalkan tangannya sebagai luapan emosinya. Matanya sudah penajam dengan rahangnya yang mengeras, namun semua itu sama sekali tidak memudarkan kecantikan alami yang dimilikinya.
"Kalau begitu lihat sendri apa yang akan terjadi pada Ayahmu dan perusahaanya. Bukankah Ayahmu adalah satu-satunya yang kamu miliki di dunia ini?? Ayahmu sudah menyerahkan mu padaku sebagai pelumas semua hutang-hutangnya dengan surat perjanjian itu. Jadi kamu tidak punya kuasa lagi untuk menolak "
Pria itu memang mengancam tapi dengan nada bicaranya yang tetap rendah tak tersulut amarah sama sekali. Hanya senyuman liciknya yang terlihat berkali-kali.
"Dasar b***gsek!! Wajahmu memang cocok dengan namamu. Tapi tidak dengan sifat mu, sifat dan kelakuanmu bukan mencerminkan Dewa tapi i*lis!!" Ucap Diandra dengan kilatan kemarahan di matanya.
"Terimakasih kasih karena sudah mengakui jika aku tampan secata tidak langsung. Segera persiapkan dirimu untuk pernikahan kita besok Dee" Pria itu mengedipkan satu matanya kepada Diandra.
Dengan kemarahan yang sudah di tumpuk sejak tadi pagi melihat surat perjanjian itu. Diandra mengayunkan tas selempang yang bawanya hingga mengenai akrilik kaca yang bertuliskan nama si pria yang akan menikahinya itu.
PYAAARRRR...
Nama Sadewa Bahuwirya di kaca itu sidah tidak utuh lagi. Sudah hancur berkeping-keping karena menghantam lantai.
Tidak ada ekspresi terkejut sama sekali atas tindakan yang telah di lakukan Diandra itu. Dewa, si pemilik nama itu hanya tersenyum tipis menatap calon istrinya itu.
"Aku membencimu!!" Desis Diandra.
"Aku mencintaimu Dee. Kamu harus menikah denganku, kamu hanya milikku!!" Ucap Dewa menekankan suaranya di setiap kata.
"Aku tidak sudi menikah dengan i*lis sepertimu!! Kau tidak mencintaiku, kau hanya terobsesi padaku!!" Suara Diandra mulai meninggi.
"Terserah apa katamu. Yang jelas aku tidak akan pernah melepaskan mu. Ayahmu akan menerima akibatnya jika kamu berani melawanku!!" Kali ini Dewa benar-benar mulai menunjukkan aura gelapnya di depan Diandra.
Diandra akui jika dia sedikit bergidik melihat wajah Dewa yang mulai menyeramkan itu. Tapi dia tidak mau terlihat lemah dari pria yang jelas-jelas ingin merusak hidupnya itu.
"Kenapa kau terus menggunakan kekuasaan untuk mendapatkan apa yang kau mau??" Ucap Diandra dengan suara yang sudah menurun.
"Karena hanya itu yang bisa membuatmu menjadi milikku Dee" Lagi-lagi senyuman yang menurut Diandra sangat menjijikan itu Dewa tunjukkan untuk dirinya.
"Dasar psycho!!" Umpatan terakhir itu yang Diandra ucapakan sebelum dia menyerah untuk pergi dari ruangan itu.
Dengan membawa sisa kemarahannya Diandra pergi dari ruangan itu. Ruangan yang tidak akan pernah dia injakan kaki jenjangnya itu di sana.
Dewa menatap datar pintu yang sempat di tutup Diandra dengan keras itu. Entah apa yang pria berusia 28 tahun itu pikirkan setelah kepergian Diandra. Tidak ada yang bisa menebak apa yang akan dia lalukan setelah ini. Yang jelas besok adalah hari pernikahannya dengan gadis pujaannya itu.
-
-
"AKKHHHH...."
Diandra berteriak di taman yang cukup sepi saat matahari tepat berada di atas kepala. Siapa yang akan berkeliaran di taman siang bolong begini.
Tapi itu justru menguntungkan Diandra karena dia bisa berteriak sepuasnya di sana. Meluapkan segala kekesalan di dalam hatinya.
Diandra sangat menyayangi Ayahnya itu, karena di dunia ini hanya Ayahnya yang dia punya. Tapi sayangnya Ayahnya justru menjadikannya jaminan sebagai pelumas semua hutang di perusahannya.
Diandra tidak bisa menyalahkan Ayahnya setelah mengetahui duduk permasalahannya. Ayah Diandra hanya berusaha mempertahankan perusahaan yang di rintis istrinya sejak dulu itu. Hanya perusahaan itulah yang diamanahkan kepadanya sebelum istrinya meninggal.
"Diandra??" Panggil seseorang yang datang dari belakang Diandra. Pria bertopi dan bermasker itu langsung memeluk Diandra yang terlihat sangat rapuh.
"Bryan hiks.. hiks.."
Tangis Diandra di pelukan pria itu. Tanpa dia membuka maskernya pun Diandra tau jika itu adalah Bryan kekasihnya. Ini adalah tempat umum, dia tidak mau ada berita yabg tersebar besok pagi jika mereka berdua menjalin hubungan. Mereka memang sepakat untuk menyembunyikan hubungannya sampai kontrak Bryan di salah satu perusahaan selesai.
Bryan adalah salah satu model yang baru naik daun di negara ini. Jadi masih perlu hati-hati dan tidak bisa berbuat sesuatu yang bisa saja menimbulkan scandal nantinya. Apalagi hubungannya dengan Diandra yang seorang selebritis, pasti akan menjadi santapan hangat para wartawan.
"Apa yang terjadi Didi??" Bryan menatap Diandra yang berlinang air mata itu.
Bryan langsung mencari keberadaan Diandra saat kekasihnya itu menelepon dengan keadaan menangis.
"Bryan, apa yang harus aku lakukan?? Ayah besok akan menikahkan ku dengan seseorang sebagai pelunas hutangnya"
"Apaa!!" Bryan langsung melepaskan pelukannya karena terlalu terkejut dengan ucapan Diandra itu.
"Kenapa Ayah mu tega melakukan itu Didi, berapa hutangnya, aku akan membayarnya. Aku tidak rela kamu menikah dengan orang lain. Siapa orang itu Di, katakan!!"
Diandra menggeleng lemah, dia tau sangat tidak mungkin bagi Bryan utuk membantunya saat ini.
"Kamu tidak akan bisa melunasinya Bryan, hutangnya tidak sedikit. Bahkan mencapai puluhan milyar" Ucap Diandra dengan lemah.
"Aku akan usahakan Di, apapun itu akan aku usahakan. Siapa orang itu Di??" Bryan terus memaksa untuk mengetahui siapa orang yang berani memaksa Diandra untuk menikah.
"Dia Sadewa Bahuwirya. Kamu pasti sudah tau kan?? Bahkan kalau kamu berusaha melunasi hutangnya. Kamu tidak akan bisa mengalahkan kekuasaannya" Suara Diandra terdengar putus asa.
"Ap-apa?? Sadewa??"
Bryan tampak sangat terkejut. Dunianya seakan runtuh saat itu juga. Bagaimana dia bisa melawan seorang Sadewa, dia adalah CEO dari Bahuwirya corp. Tempatnya menjadi model salah satu produknya. Perudahaan yang telah mengontraknya dengan jumlah uang yang besar.
"Tapi aku tetap akan memperjuangkan cinta kita Bry, aku mencintai kamu. Aku akan berusaha lepas darinya" Ucap Diandra dengan tangisnya. Impiannya untuk menikah dengan orang yang ia cintai kini musnah sudah.
"Aku juga mencintaimu Di, kita berjuang sama-sama ya?? Aku akan tetap mempertahankan mu Dee " Bryan melepas maskernya, memberikan kecupan pada kening Diandra dengan begitu dalam.
"Permisi Nona" Suara seseorang yang tidak di kenali Diandra itu berhasil memisahkan Diandra dan Bryan yang saling berdekatan.
"Siapa kalian??" Tanya Diandra dengan penuh selidik.
"Tuan mengutus kami untuk membawa Nona Pulang" Ucap seorang pria berbadan kekar dengan kepala pelontos itu.
"Apa??"
Bersambung.....
-
-
-
-
-
Hay.. Hay.. Hay..
Ketemu lagi di karya terbaruku
Semoga kalian suka, dan terus menemani otor sampai ke akhir cerita yaa..
Semua dukungan kalian berupa like, komen, dan vote sangat berarti buat otor..
jadi jangan lupa beri jejak kalian yaa..
Terimakasih 🥰🥰🥰🥰🥰
Diandra tiba di rumahnya dengan pengawalan ketat orang-orang suruhan Dewa. Laki-laki itu benar-benar tidak memberikan celah sedikitpun untuk Diandra. Terlihat sangat jelas jika Dewa tidak ingi Diandra lari dari pernikahan mereka besok pagi.
Dengan kesal Diandra masuk ke dalam rumah. Lalu bergeser mendekati jendela, melihat keadaan di luar sana pada beberapa orang berbadan besar tadi.
"S*al rupanya mereka tidak pergi. Kenapa harus menjaga ku seketat ini!!" Gumam Diandra.
"Ada apa Diandra??" Ayahnya datang dari belakang menghampiri putrinya yang sedang berada di depan jendela.
"Lihatlah Ayah, Pria Psycho itu mengirimkan penjaga ke rumah kita. Dia benar-benar g*la!!" Umpat Diandra.
Sontak saja rasa bersalah menyerang Ayah Diandra. Seorang Ayah yang rela menjadikan putrinya sebagai pelumas semua hutangnya.
"Maafkan Ayah Didi, Ayah yang telah membuatmu seperti ini. Hanya karena keegoisan Ayah yang ingin mempertahankan perusahaan peninggalan Ibumu, ayah harus mengorbankan kamu" Ayah Diandra bahkan ingin bersujud di kaki Diandra. Tapi dengan cepat Diandra menahan tangan Ayahnya.
"Apa yang Ayah lakukan?? Semua ini bukan salah Ayah. Didi tau kalau perusahaan kita itu semakin kalah saing dengan perusahaan baru yang lebih besar. Jadi keputusan Ayah sudah benar, hanya saja dia yang sengaja memanfaatkan kesempatan ini untuk memeras Ayah" Dania memeluk pria yang usianya lebih dari setengah abad itu.
"Maafkan Ayah Didi. Ayah bukan Ayah yang baik"
Ayahnya bahkan tak sanggup menahan air matanya. Melepaskan putrinya yang akan menikah adalah hal yang sangat berat bagi seorang Ayah. Apalagi menikah dengan seorang Sadewa, pria yang terkenal kejam dan berdarah dingin.
🌻🌻🌻
"Tuan, ada yang ining bertemu dengan denganmu" Bisik asisten dewa yang bernama Niko itu.
"Siapa??"
"Kekasih calon istrimu" Nico melihat perubahan mimik wajah Dewa yang mulai mengeras.
"Bawa dia ke ruangan ku dulu" Ucap Dewa, karema saat ini dia masih di ruang rapat bersama kolega kerjanya.
Dengan angkuh Dewa berjalan menuju ruangannya, dia sudah tau apa sebenarnya tujuan pria itu menemuinya.
"Selamat datang di ruangan ku Tuan Bryan" Sapa Dewa begitu dia masuk ke dalam raungannya.
Bryan langsung berdiri menyambut kedatangan pemilik perusahaan tempatnya berpijak saat ini.
"Selamat sore Tuan Dewa yang terhormat" Mata Bryan sudah menyimpan kemarahannya, sehingga dia tidak bisa lagi untuk bersikap seramah mungkin pada pengusaha yang sudah mengontraknya sebagai model itu.
"Apa tujuanmu kemari??" Dewa sudah duduk di kursi kebesarannya.
Bryan datang mendekati pria berkuasa itu.
"Ini buku tabunganku, semua uangku ada didalam sana. Aku tau itu masih sangat kurang untuk membayar hutang Ayah Diandra. Tapi aku akan berusaha untuk membayarnya asalkan anda mau membatalkan pernikahan kalian" Dewa hanya melirik dua buku rekening di depannya itu.
"Berapa lama kau akan melunasinya?? 10 tahun?? 20 tahun?? Bahkan sisa hidupmu saja tidak akan bisa melunasi semuanya" Dewa tersenyum miring melihat wajah Bryan yang memerah.
"Apa tidak ada cara lain selain menikahinya??" Tanya Bryan.
"Tidak ada, Karena memang itulah yang aku inginkan!!" Balas Dewa dengan tegas.
"Jadi anda sengaja memanfaatkan semua ini untuk mendapatkan Diandra??"
"Kau sudah bisa menebaknya sendiri" Dewa masih terlihat santai dan acuh berbeda dengan Bryan yang mengepalkan tangannya dengan kuat.
"Aku tidak akan pernah melepaskan Diandra, bagaimanapun caranya aku akan tetap mempertahankannya. Karena yang Diandra cintai hanya aku buka dirimu. Uangmu memang bisa membeli Diandra, tapi tidak bisa membeli cintanya!!" Kali ini Dewa mulai tersulut amarah.
"Hentikan ocehan mu dan pergi dari sini!! Terserah usaha apa yang akan kau lakukan untuk mendapatkan Diandra kembali, tapi bagiku itu mustahil!!"
"Cepat pergi dari sini atau aku akan membuat mu tidak akan bisa menghasilkan uang sepeserpun!!" Dewa sudah berbalik tidak mau menunjukkan wajahnya yang merah padam itu. Dia kesal karena ucapan Bryan tadi.
"Ternyata anda sepicik itu Tuan, menggunakan kekuasaan untuk menekan orang miskin seperti saya" Ucap Bryan sebelum benar-benar pergi dari ruangan itu.
🌻🌻🌻
Hari yang paling di benci Bella pun tiba. Pagi ini Diandra sudah di bawa oleh orang-orang yang menjaganya sedari kemarin itu menuju tempat akad mereka.
Ayah Diandra yang selalu berada di sisi putrinya itu tampak sendu melihat putri satu-satunya tampak sangat terpaksa menjalani pernikahannya.
Pernikahan yang selalu di impikan setiap gadis bersama kekasih pujaan hatinya. Mengadakan pesta yang indah sesuai impian Diandra sejak kecil kini musnah sudah. Bahkan Diandra tak lagi memikirkan itu semua. Bisa lepas dari pria itu saja Diandra akan sangat bersyukur. Tapi sayangnya semua itu hanya mimpi baginya.
Kebaya putih gading yang sangat cantik sudah melekat di tubuh rampung Diandra. Entah bagaimana caranya Dewa menyiapkannya untuk Diandra sehingga bisa pas di tubuhnya.
Penata riasnya juga tampak bungkam tak berani menanyakan apapun pada Diandra. Kalau mereka tidak tau Diandra itu sangat mustahil, mengingat Diandra adalah selebritis yang terkenal akan kecantikan dan gaya hidupnya. Alasannya hanya satu, mungkin Dewa yang sudah membuat mereka bungkam.
"Nona apa anada sudah siap? Saya akan mengantar anda ke tempat akad" Tanya seorang wanita yang Diandra tidak tau siapa dia.
Diandra hanya diam kemudian berdiri menghampiri wanita itu. Tapi baru selangkah dia mendengar ponselnya berbunyi.
"Halo Bryan??" Diandra buru-buru mengangkatnya setelah tau telepon itu dari siapa.
"Didi bisakah kamu katakan dimana kamu saat ini?? Aku akan membawamu pergi dari sana"
"Aku ada di jalan X, sebuah rumah besar yang terdapat banyak penjaga di luar. Tapi aku tidak yakin kamu bisa membawaku mengingat banyaknya anak buah Dewa itu Bryan"
"Aku tidak peduli, aku akan ke sana sekarang!!"
"Tapi..Bryan. Halo Bryan??"
Bryan sudah mematikan sambungan teleponnya, kini Diandra berubah panik. Bagiamana nanti jika Bryan nekat datang dan membuat Dewa murka.
"Nona, mari Tuan Dewa sudah menunggu!!" Wanita tadi kembali mengingatkan Diandra.
Dengan kebaya dan kain jarik yang membalut kaki jenjangnya, Diandra hanya mampu berjalan dengan pelan.
Diandra tampak begitu cantik dan memukau. Memang pada dasarnya saja wajahnya sudah sangat cantik, tapi make up tebal ala pengantin itu tidak mampu menutupi wajahnya yang di penuhi dengan amarah.
Diandra sampai di sebuah ruangan yang cukup luas, dimana di sana sudah ada beberapa orang yang menunggunya, termasuk Ayah dan pria i*bis itu.
Sudah Diandra akui kan jika Dewa itu tampan, apalagi pria itu sekarang mengenakan jas yang berwarna senada dengan kebaya Diandra. Di tambah lagi untaian bunga melati yang di kalungan di lehernya membuat Dewa semakin menawan.
Tapi semua itu tidak membuat Diandra terpesona. Justru segala macam umpatan ada di dalam hatinya untuk Dewa.
Dewa sudah menyambutnya utuk duduk bersanding di depan penghulu. Diandra memperhatikan orang-orang yang ada di sana. Tidak ada yang ia kenal kecuali Ayahnya. Diandra tidak juga melihat kedua orang tua Dewa di sana.
"Kenapa ini tampak aneh?? Apa Dewa berusaha menyembunyikan pernikahan ini??" Batin Diandra yang melihat aneh ke sekelilingnya.
"Kamu cantik sekali sayang" Pujian itu dibisikkan Bella tepat di telinganya.
Siapapun itu jika mendapat pujian dari calon suaminya pasti akan tersipu malu. Tapi berbeda dengan Diandra, dia justru menatap Dewa dengan tatapan kebenciannya.
"Baiklah kalau begitu, apa bisa kita mulai??" Tanya pria seumuran Ayah itu.
Diandra semakin gugup, pikirannya terus tertuju kepada Bryan. Semoga saja Bryan benar-benar datang dan bisa membawanya pergi.
"Silahkan" Ucap Dewa dengan suaranya yang berat dan dingin itu.
Dengan berat hati Ayah meraih tangan Dewa. Impiannya untuk menikahkan Diandra memang terwujud, tapi bukan dengan cara seperti itu.
Diandra sempat terkejut dengan jumlah maskawin yang di terimanya. Tapi Dewa adalah seorang konglomerat jadi tidak ada kata berat untuknya jika memberikan milyaran rupiah pun.
Dengan sekali tarikan nafas, ijab kabul begitu lancar dilafalkan oleh Dewa.
Saat kata sah, keluar dari dua orang yang menjadi saksi pernikahan mereka berdua. Tepat saat itu juga air mata Diandra mengucur begitu saja.
"Bryan maafkan aku, aku tidak bisa menunggumu. Pernikahan ini sudah terjadi. Semoga setelah ini aku menemukan cara untuk segera lepas darinya. Tunggu aku Bryan" Jerit hati Diandra.
Dia sangat berharap jika yang ada di sebelahnya saat ini, yang menjabat tangan Ayahnya adalah Bryan kekasihnya. Bukan pria pemaksa itu.
Air mata Diandra terus mengalir tanpa bisa ia tahan, sampai pundaknya ikut bergetar menahan tangisannya agar tidak pecah saat itu juga.
Tiba dimana saat Dewa akan memasangkan cincin di jari lentik milik Diandra. Tangan yang sudah di raih Dewa itu terlihat mengepal, tidak ingin cincin itu masuk ke dalam jarinya. Cincin yang akan mengikat hidupnya.
"Lepaskan agar kita bisa segera keluar dari situasi seperti ini!!" Bisik Dewa pada wanita yang baru saha berstatus sebagai istrinya itu.
Diandra menurut apa yang Dewa katakan, dia memang berharap segera lepas dari acara itu, melepaskan gaun yang tidak ada artinya baginya itu. Bahkan jika bisa Diandra ingin segera melarikan diri dari jeratan Dewa si manusia angkuh itu.
Akhirnya cincin indah itu berhasil tersemat pada jari Diandra. Begitupun sebaliknya, Diandra memasangkan cincin itu ke jari manis milik Dewa. Resmi sudah mereka menjadi sepasang suami istri. Penuh cinta dari Dewa dan penuh kebencian dari Diandra.
"Setidaknya tersenyumlah sedikit, lihatlah wajah sedih Ayahmu. Apa kamu ingin melihatnya semakin merasa bersalah??" Lagi-lagi Dewa berbisik di tinga Diandra.
Tapi kali ini Diandra setuju dengan permintaan Dewa. Wajah sedih Ayahnya memang begitu menusuk hatinya.
Berlahan Diandra mengangkat sudut bibirnya, menatap Ayahnya dengan senyuman itu. Seolah mengatakan jika putrinya itu baik-baik saja.
🌻🌻🌻
Setelah pernikahan yang tidak membahagiakan itu selesai. Dewa membawa Diandra ke sebuah rumah yang jauh dari pusat kota. Rumah yang berdiri kokoh menghadap ke pantai tak jauh dari sana. Rumah impian bagi para wanita tapi tidak dengan Diandra jika harus bersama Dewa di sana.
"Kenapa kau membawaku kesini?? Apa rumah ini yang akan kau jadikan penjara untukku?? Jauh dari kota dan jauh dari orang-orang yang ku kenal??" Ucap Diandra dengan tatapan penuh amarah pada Dewa.
"Begitukah kau menganggapnya?? Padahal aku menyiapkannya untukmu. Aku tau kamu punya impian rumah dengan suasana yang tenang di pinggir pantai" Diandra sempat terkejut tentang hal itu. Kenapa Dewa bisa tau impiannya itu.
"Tapi jika kamu menganggap ini sebagai penjara ya sudah. Nikmati saja penjara mu ini sayang" Ucap Dewa dengan senyuman yang sangat aneh menurut Diandra.
"Jangan panggil aku seperti itu, aku tidak sudi!!" Desis Diandra.
Dewa yang sudah terpancing amarah mulai mendekati Bella dengan auranya yang dingin. Benar jika dia sering di sebut berdarah dingin. Hanya dengan tatapannya saja dia sudah mampu membuat lawannya mundur ketakutan.
Seperti halnya Diandra saat ini. Dia menutupi ketakutannya itu dengan wajah dinginnya. Meski kakinya terus bergerak mundur mencoba menghindari Dewa.
Diandra terus mundur dengan di giring tatapan menakutkan dari Dewa hingga masuk ke dalam sebuah kamar.
Ceklek.. Ceklek..
Dewa langsung mengunci pintu itu setelah berhasil mengurung Bella ke dalam kamar bersamanya.
"Apa yang kau lakukan??" Diandra mendelik menatap Dewa yang telah mengunci pintu itu dan membuang kuncinya ke sembarang arah.
"Tentu saja melakukan malam pertama kita sayang" Senyuman i*blis terbit di wajah tampan bak Dewa itu.
Bersambung...
Jangan mendekat!! Aku tidak mau di sentuh i*lis sepertimu!!" PERGI!!"
Teriakan Diandra itu sama sekali tak membuat Dewa menciut. Di justru tersenyum memperlihatkan giginya yang rapi itu.
"Yang kamu sebut i*blis ini suamimu sayang" Dewa terus mendekati Diandra hingga tumit Diandra menyentuh kaki ranjang.
"Meski kau suamiku, aku tetap tidak sudi menyerahkan tubuhku padamu!! Dasar pria kejam!!" Diandra sampai mengeratkan giginya menahan kemarahannya.
"Kenapa kamu terus seperti ini Dee. Aku mencintaimu. Belajarlah untuk mencintaiku" Kali ini suara milik Dewa yang berat itu sedikit melemah, tapi tetap terdengar tegas di telinga orang yang mendengarnya.
"Tidak akan, aku tidak akan pernah mencintaimu!!" Ucap Diandra dengan frustasi.
"Kenapa?? Apa karena kekasih model mu itu?? Apa karena dia kamu tidak mau menerima cintaku??" Dewa sudah menatap Diandra dengan tajam, hanya tatapan mata saja sudah mampu berbicara jika dia siap menerkam mangsanya.
"Sudah ku katakan, perasaanmu itu hanya obsesi saja. Jadi sadarlah!!" Kini Diandra menatap sedikit iba pada Dewa. Pria di depannya itu sama sekali tidak bisa membedakan perasannya sendiri.
"Aku tidak peduli!! Karena hanya kamu yang aku inginkan. Hanya kamu yang ingin ku miliki seutuhnya!!" Dewa meraih pinggang Diandra dengan sekali hentakkan hingga tubuh ramping itu menempel pada dada Dewa.
"Lepaskan!! Jangan macam-macam!! Aku tidak mau di sentuh pria sepertimu!!" Diandra terus meronta agar Dewa melepaskan tangan dari pinggangnya.
"Apa hanya dia yang boleh menyentuhmu??" Dewa mencengkeram pipi Diandra dengan tangannya yang satu lagi.
Diandra terus meronta dan memukul Dewa agar pria itu melepaskannya. Air matanya sudah mulai menggenang di pelupuk matanya. Tapi dia tidak mau menangis di hadapan Dewa.
"KATAKAN!!" Dewa mendorong Diandra hingga tersungkur di ranjang yang berada di belakangnya.
Diandra beringsut mundur terus berusaha menghindari Dewa yang sudah menaikkan lututnya ke ranjang yang sama.
"Jangan takut sayang, aku tidak akan menyakitimu selama kamu menuruti kemauanku" Dewa mengeluarkan senyuman yang hanya satu sudut bibirnya saja yang terangkat.
"Jangan aku mohon!!" Ucap Diandra dengan tangan yang sudah mengatup di depan dadanya.
Diandra yang tampak lemah dan memohon itu justru semakin membuat Dewa menggila. Dengan sekali tarikan Dewa bisa membuat kebaya yang di kenakan Diandra itu robek hingga memperlihatkan bahu mulusnya.
"Kamu begitu menggoda sayang" Ucap Dewa memuji kecantikan yang di miliki Diandra dengan tatapan yang membuat Diandra merasa mual.
"Dasar menjijikkan!! Cuiihhh..."
Diandra meludahi Dewa tepat mengenai wajah tampannya.
Tentu saja hal itu membuat seorang Sadewa marah besar. Baru Diandra, dan hanya dia yang berani melakukan hal itu kepadanya.
Dewa yang sudah gelap di penuhi amarah itu tidak peduli lagi dengan teriakan atau amukan Diandra. Dengan ganasnya Dewa menyerang Diandra di atas ranjang.
Bahkan tanpa kelembutan sama sekali, Dewa berhasil merebut mahkota Diandra yang ia jaga selama 24 tahun ini dengan paksa.
Jeritan Diandra saat penyatuan mereka yang Dewa lakukan dengan kasar membuat bagian inti Diandra terluka.
Malam pertama yang di idamkan para pengantin justru menjadi malam penyiksaan bagi Diandra. Kebencian yang sudah tertanam untuk Dewa kini semakin tumbuh dengan pupuk yang di berikan Dewa sendiri.
Dewa berguling ke samping setelah berhasil melepaskan h*sratnya. Pria degan badan berotot itu justru memejamkan matanya, dengan tanpa rasa bersalahnya membiarkan Diandra menangis di sampingnya.
Dengan merasakan sakit yang amat sangat pada bagian bawahnya, Diandra berusaha bangkit dari ranjang yang menjadi saksi bisu penyiksaan yang di lakukan Dewa itu.
Langkahnya tertatih memungut kain jarik yang telah di lepas oleh Dewa tadi. Menggunakannya sebagai selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos.
Di bawah guyuran air, Diandra menangis sejadi-jadinya di dalam kamar mandi. Menggosok tubuhnya yang terasa kotor itu. Terlebih lagi banyak tanda merah yang di berikan Dewa di tubuhnya, membuat Diandra semakin mengingat betapa beringasnya Dewa saat menikmatinya tadi.
"Bryan maafkan aku. Aku tidak bisa menjaga diriku sendiri. Aku sudah kotor"
Diandra terus menangis histeris di dalam kamar mandi. Menggosok tubuhnya dengan kasar hingga terlihat kemerahan di seluruh kulitnya.
Sementara Dewa yang terlelap itu terusik dengan suara teriakan seseorang. Tapi setelah melihat Diandra tidak ada di sampingnya, di hanya menatap pintu kamar mandi itu sekilas, lalu memungut pakaiannya yang berserakan.
Tanpa berniat mengetuk pintu kamar mandi itu untuk melihat keadaan Diandra. Pria yang sukses membobol gawang istrinya itu justru tampak acuh dan pergi meninggalkan kamarnya.
Dewa memanggil anak para anak buahnya. Rumah itu benar-benar di jaga ketat oleh Dewa. Dia tidak ingin Diandra melarikan diri darinya.
"Jaga dia, jangan sampai dia kabur dari sini. Kalian akan menanggung sendiri akibatnya jika kalian lengah!!" Ancam Dewa.
"Baik Tuan" Para pengawal itu menunduk patuh dengan perintah Tuannya.
🌻🌻🌻
Sementara itu Bryan terus berusaha menghubungi Diandra tapi tidak ada jawaban satupun dari kekasihnya itu. Bryan terlihat semakin putus asa, dia menyalahkan dirinya sendiri kenapa jadi manusia yang lemah dan tidak punya kuasa apapun. Sehingga apapun miliknya pasti selalu bisa direbut oleh orang lain.
FLASHBACK ON
Bryan di temani oleh Kimi, terus mencari alamat yang di tunjukkan Diandra tadi. Mengendarai mobilnya dengan pelan untuk melihat rumah-rumah yang ada di sekitar sana.
"Itu kayaknya deh Bry, lihat banyak sekali orang yang berbadan besar di depan rumah itu" Ucap Kimi menunjuk rumah besar dengan penjagaan ketat itu.
"Benar Kim, itu persis seperti yang di sebutkan Diandra"
"Kamu yakin Bry?? Lihatlah jumlah mereka begitu banyak, dan kamu cuma seorang diri. Pikirkan keselamatanmu Bry" Kimi sudah bergidik ngeri membayangkan apa yang akan terjadi kepada Bryan.
"Aku tidak peduli Kim, yang jelas aku akan tetap masuk ke sana. Aku akan membawa Diandra ku pergi" Bryan meninggalkan Kimi begitu saja di dalam mobil. Pria yang di mabuk cinta itu ternyata nekat mempertaruhkan nyawanya demi wanitanya.
"Bryan!!" Panggil Kimi yang sama sekali tidak di gubris.
"Apa benar di dalam sana Tuan Dewa sedang melangsungkan pernikahan??" Tanya Bryan kepada seorang penjaga yang ada di depan pintu gerbang.
"Siapa kau berani menanyakan Bos kami??" Wajah menyeramkan dari penjaga itu tak membuat Dewa gentar.
"Aku kekasih dari wanita yang akan Bos kalian nikahi itu!!" Ucap Bryan dengan sengit.
"Jadi kau rupanya?? Teman-teman, ayo bawa dia!" Bryan sempat terkejut karena mereka semua seolah sudah bersiap untuk kedatangannya.
Bryan di tarik agak menjauh dari depan pintu pagar itu. Agar keributan yang mereka timbulkan tidak mengganggu acara yang berlangsung di dalam.
"Lepaskan aku!!" Mau bawa aku kemana kalian hah??" Bryan mencoba melawan namun tenaga mereka lebih kuat.
"Sebaiknya kau pergi dari sini sebelum kita bertindak lebih!!" Ancam salah satu orang itu.
"Aku tidak peduli, yang jelas aku ingin masuk ke dalam sana!!" Ucap Bryan tidak menyerah.
"Didi ini aku!! Diandra keluarlah!!" Teriak Bryan.
BUKK..
BUKK..
"Sudah ku katakan pergi dari sini kenapa kau masih melawan!!" Bryan kembali di tarik kerah bajunya.
Kimi yang melihat kondisi mulai tidak terkendali, dia memberanikan diri keluar dari mobil.
"Berhenti, atau aku akan lapor polisi!!" Kimi menunjukkan ponselnya yang sudah menekan nomor darurat itu.
"Bawa temanmu ini pergi dari sini!!" Bryan menubruk Kimi setelah didorong pria berbadan besar itu tadi.
"Baik saya akan bawa dia pergi dari sini"
"Tidak Kim, aku akan tetap menunggu Diandra di sini!!" Tekat Bryan.
"Untuk apa?? Itu percuma, lihat ini!!" Bryan menerima sebuah ponsel yang di lemparkan padanya.
Hati Bryan seperti di remas. Sakit dan ngilu rasanya. Dia melihat Diandra telah bersanding dengan pria yang dengan lantang melafalkan ijab qabulnya.
Video itu membuat hatinya hancur, Diandra kekasih yang di begitu dicintainya kini telah menjadi istri orang lain
"Sebaiknya kita pergi dari sini Bryan, sebelum mereka benar-benar menghajar mu" Bisik Kimi. Dia merebut ponsel yang berada di tangan Bryan lalu mengerikannya kepada pria tadi.
Bryan yang terdiam dengan tatapan kosong itu hanya mengikuti Kimi yang terus menarik tangannya pergi dari tempat itu.
FLASHBACK OFF
"Maafkan aku yang lemah ini Didi. Tapi aku akan tetap mencari cara untuk mendapatkan mu kembali" Batin Bryan dengan terus menatap foto Diandra di ponselnya.
🌻🌻🌻
Setelah begitu lama di dalam kamar mandi, Diandra memberanikan diri untuk keluar dari sana. Berharap i*lis mengerikan itu sudah pergi dari kamar itu.
Diandra yang hanya menggunakan bathrobe berlahan membuka pintu kamar mandinya. Dia bisa bernafas lega karena tidak ada tanda-tanda pria itu di sana.
Dengan kesadaran penuh Diandra segera mencari ponselnya yang tadi sempat terlempar bersama tasnya.
Dia harus menghubungi Bryan untuk memberitahu keberadaannya saat ini.
Diandra tersenyum senang ketika mendapatkan ponselnya kembali. Ternyata Bryan sudah menghubunginya ratusan kali. Tanpa ragu dia mencoba menghubungi kekasihnya itu.
"Ayo angkat Bry" Diandra terus bergumam dengan berjalan mondar mandir tak tenang.
"Halo Didi??" Akhirnya Diandra bisa mendengar suara Bryan.
"Halo Bryan, maaf aku baru bisa menghubungimu. Pria itu membawaku pergi ke sebuah rumah yang jauh dari kota" Ucap Diandra sedikit berbisik, dia takut suaranya akan sampai di luar kamar.
"Apa?? Katakan kamu di mama Didi?? Tadi aku mencari mu ke rumah yang kamu tunjukkan tadi. Tapi aku terlambat, Dewa telah selesai membuatmu menjadi istrinya. Bahkan penjaga di sana tidak mengijinkan aku masuk. Maafkan aku tidak bisa menepati janji ku Didi! "
"Maafkan aku Bryan, aku telah menyakitimu" Ucap Diandra yang begitu sedih mendengar suara putus asa dari Bryan itu.
"Sekarang kamu ada di mana??"
"Aku tidak tau pasti alamatnya. Yang jelas dia membawaku ke daerah A, rumah yang besar di tepi pantai. Dengan pagar yang tinggi dan banyak penjaga di liar sana. Aku akan mengirimkan alamatnya saat aku tau nantinya"
"Aku akan mencari mu ke sana Didi, jangan khawatir. Aku pasti akan membebaskan mu" Ucap Bryan dengan yakin.
"Aku akan menunggumu Bryan, bebaskan aku dari......"
"Siapa yang sedang kamu hubungi hah?? Apa kekasihmu itu??" Dewa tiba-tiba datang dan merampas ponsel milik Diandra.
Kemarahan Dewa semakin bertambah ketika benar nama Bryan lah yang terdapat dalam panggilan telepon itu.
BRAAKKK..
Dewa melempar ponsel itu hingga menghantam dinding. Ponsel mahal keluaran terbaru yang bari saja di beli kini sidah hancur berkeping-keping.
Diandra tampak tak percaya dengan apa yang dia lihat. Dia hanya menatap ponselnya yang sudah tercerai berai itu.
"Jangan pernah berani berhubungan dengan pria itu lagi. Atau kau akan terima akibatnya!!" Ancam Dewa dengan mata yang mengkilat.
"Kau tidak berhak melarang ku!!" Diandra benar-benar tidak takut sama sekali dengan ancaman Dewa kepadanya.
"Aku adalah pemilik mu!! Orang yang paling berhak melarang mu!!" Balas Dewa dengan cengkeraman tangannya pada lengan Diandra.
"Ingat baik-baik. Tetap diam disini atau aku akan hancurkan hidup kekasihmu itu!!" Dewa melepaskan cengkeraman tangannya dengan menghentakkannya dengan kasar, sehingga Diandra sedikit terhuyung ke belakang.
Dewa masih menatap tajam pada Diandra namun langkahnya berlahan menjauh, keluar dari kamar itu dan tak lupa Dewa menguncinya dari luar.
"Dasar b***gsek!!" Teriak Diandra yang masih bisa di dengar jelas oleh Dewa.
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!