#
Mohon maaf smanya, semisal ada bagian yang salah atau kurang menarik tolong kasih tau saya biar saya koreksi. Soalnya pengalaman menulis saya baru sedikit.
Makasih yg udh mampir - Salam dari author😉
#
Dibawah terik panas matahari. Di sebuah kota yang sekilas terlihat seperti reruntuhan.
Seorang bocah laki-laki berusia sembilan tahun berlari kencang menarik tangan seorang bocah perempuan berambut biru kehitaman.
Raut wajah mereka terlihat sangat panik. Keringat yang bercucuran membasahi baju putih kumuh dan celana penuh lubang yang mereka kenakan.
Langkahnya terhenti, saat melihat bangunan besar yang menghalangi jalan.
Celingak-celinguk melihat sekitar. Membuat keringat yang bercucuran semakin deras.
"Kakak, Rin takut."
Rengekan kecil dari gadis yang merupakan adiknya, membuat bocah laki-laki itu semakin gelisah.
"Mau lari kemana lagi kalian bocah sialan!"
Dua orang laki-laki berjubah putih, dengan lambang cahaya yang terukir di bagian belakang, mendatangi mereka dengan raut wajah kesal.
Gadis kecil yang terus merengek, membuat bocah laki-laki itu menggertakan gigi.
Sampai salah seorang laki-laki paruh baya itu memegang tangannya. Dirinya terus meronta, karena tidak ingin dibawa pergi oleh dua orang asing itu.
Slaashhh ...!!!
Satu buah belati melesat tepat ke perut laki-laki paruh baya yang tengah berjaga membelakangi laki-laki kerempeng yang masih berusaha membawa pergi kedua bocah tanpa membuat mereka cacat.
Tingg...
Suara yang nyaring membuat telinga geli. Belati itu berputar-putar di udara setelah menghantam bilah pedang, dan kembali ke pemiliknya.
Sosok wanita berambut hitam panjang yang dikucir ekor kuda, paras yang cantik dan tubuh langsing. Berjalan mendekati mereka sambil memainkan belati yang tadi dilemparnya.
"Kalian bajing*n dari Kuil Cahaya, lepaskan mereka atau aku akan membunuh kalian berdua!"
Laki-laki paruh baya yang cukup gemuk tersenyum mengejek. Pikiran kotor langsung menyelimuti otaknya saat melihat tubuh langsing wanita itu. Tatapan mesumnya terlihat jelas. Membuat wanita itu semakin jijik kepadanya.
Tatapan wanita itu tajam tak teralihkan dari laki-laki di depannya.
Seperti seekor bunglon, sosoknya lenyap seperti dimakan oleh udara. Hanya dengan sekedip mata, wanita itu sudah berada tepat di depan matanya.
Reflek yang cukup cepat. Menggunakan pedangnya, laki-laki itu menahan bilah belati yang hendak menggores mata kirinya.
Dengan tubuhnya yang cukup gemuk, pergerakannya bisa dibilang cukup cepat. Dia langsung memberikan satu pukulan ke perut wanita itu.
Karena terkejut, dirinya tak bisa menghindar dan terpaksa harus menerima hantaman itu.
Tubuhnya terpental sejauh tujuh meter, berputar-putar di udara. Sosoknya jatuh elegan dengan keadaan seperti semula.
Laki-laki itu yang tidak ingin menunggu lama segera melesat dengan pedangnya yang terhunus.
Ting, ting, ting, ting, ting...
Hanya suara itu yang terdengar di kedua telinga. Kecepatan yang tidak bisa dilihat oleh mata biasa membuat belasan sayatan bilah pedang dan belati terdengar lebih nyaring.
Sampai di gerakan terakhir, keduanya saling mengerahkan kemampuan penuh.
Crakkk...
Raut wajah laki-laki kerempeng hanya bisa menatap tatapan dingin wanita itu dengan rasa tidak percaya.
Slash, Slash, Slash...
Tiga tebasan beruntun, yang membuat darah bercucuran deras di tubuh laki-laki paruh baya itu.
Dirinya tergeletak lemas. Terbaring tanpa bisa melakukan hal lain selain menatap wanita itu.
Tatapannya masih belum berubah menatap laki-laki kerempeng yang terlihat menatapnya dengan mata yang gemetaran. Seakan dirinya adalah singa dan laki-laki itu kancilnya.
Laki-laki kerempeng yang tengah memegang tangan bocah itu menggertakan gigi. Dirinya segera memukul tengkuk bocah laki-laki yang terus berusaha menjauhkan mereka dari sang adik. Membuatnya merasa pusing dan pingsan seketika.
Booomm ...!!!
Ledakan kecil sebelum asap tebal muncul, membuat wanita bermanik mata biru langit itu mengalihkan pandangannya.
Sosok laki-laki kerempeng lenyap seiring asap tebal itu memudar.
Yang tersisa hanyalah laki-laki gendut yang terbaring sekarat, dan seorang gadis kecil yang duduk sambil menutup matanya.
Wanita itu tidak mempedulikan laki-laki yang hampir menemui ajalnya itu. Dan terus berlari menghampiri sang gadis.
"Kau tidak apa-apa?"
Gadis itu terus memberontak, saat wanita itu hendak menyentuh tangannya. Dia mengira wanita itu adalah salah satu dari para penculik.
"Tenanglah. Aku tidak akan melukaimu."
Ucapannya yang halus, segera membuat hati sang gadis menjadi lebih tenang.
Namun, saat dia membuka matanya. Dirinya langsung menangis hebat. Menyadari jika sang kakak tidak lagi terlihat di pandanganya.
"Maaf aku tidak bisa menyelamatkan kakakmu."
Gadis itu terus menangis hebat, memanggil-manggil kakaknya.
"Cup, cup. Gadis baik, jangan menangis lagi oke."
Lelah menangis, gadis itu terbaring lemas di pelukan wanita berjubah hitam itu.
Belaian hangat yang dilakukannya, membuat sang gadis menjadi lebih tenang, walaupun hatinya masih terpenuhi oleh kesedihan.
"Siapa namamu?"
Gadis itu menjawab dengan tersendu, "Rin. Take Rin."
"Baiklah Rin, apa kau ingin ikut denganku?"
"Ke mana?"
"Ke sebuah tempat, di mana kau bisa berlatih bela diri. Agar suatu saat, kejadian seperti ini tidak lagi menimpamu. Mungkin, kau juga bisa menyelematkan kakakmu, jika dia masih hidup."
Semangat Rin membara mendengar itu. Tanpa berpikir panjang dia menyetujui tawaran itu, dan berharap penuh dirinya bisa menyelamatkan sang kakak suatu hari nanti.
...
Sepuluh tahun kemudian ...
Seperti biasa, hari yang sangat melelahkan. Cukup untuk membuat seorang laki-laki berusia sembilan belas tahun itu menghela nafasnya.
Rambutnya yang acak-acakan sedikit menutupi matanya. Bajunya rombeng, sama sekali tidak nyaman untuk memakainya. Celana hitam dengan lebih dari tiga lubang, memperlihatkan sedikit kulitnya yang memiliki cukup banyak luka.
"Hei budak yang di sana. Cepat kemari dan angkat ini!"
Seperti hari-hari sebelumnya, laki-laki bernama Take Ryuha itu hidup menjadi budak di sebuah tempat yang dinamakan dengan Kuil Cahaya.
Tempat berkumpulnya para antek yang menganggap diri mereka keturunan malaikat. Yang aslinya hanyalah seorang bajingan brengsek yang merenggut kebahagiaan seseorang. Yang tertawa di atas keterpurukan para budak mereka.
Sejak tragedi penculikan yang menimpanya sepuluh tahun terakhir, kehidupan yang dijalani laki-laki dengan manik mata merah itu berhasil membuat kepribadiannya berubah seratus delapan puluh derajat.
Dirinya yang semula periang, penuh canda tawa, kini berubah menjadi seorang berhati dingin, pendiam, dan selalu memperhitungkan setiap langkahnya.
Klakkk!!!
"Ryuha. Selamat datang."
Namun sisi baik di dalam hatinya tetap masih tersimpan walaupun hanya sebesar biji sawi.
Hal itu terlihat saat laki-laki berambut pirang tipis menyambut kepulangannya dengan tulus.
Sambutan hangat dari sahabatnya yang juga merupakan seorang budak sama sepertinya. Hanya tempat mereka bekerjalah yang membedakan mereka.
Di mana Ryuha bekerja sebagai penambang dan sahabat yang sering dipanggilnya Fan Fan bekerja sebagai pelayan sebuah bar.
"Ayo makan! Hari ini kakak Rosa memberiku roti yang masih hangat!"
Sepotong roti untuk sehari. Jika bukan karena terbiasa, tak akan ada budak yang masih bertahan di tempat itu.
Bahkan Ryuha yang sudah di sana selama sepuluh tahun pun berulang kali ingin menyerah. Namun selalu ada sahabat yang membuat semangatnya kembali membara. Juga seorang kakak perempuan yang terus memberikan kasih sayang layaknya seorang ibu.
Walaupun sama sekali tidak memiliki hubungan darah, tali persaudaraan mereka sudah tidak akan bisa terpotong walaupun menggunakan gergaji mesin sekalipun.
Ketika tengah asik menyantap makanan mereka, Ryuha tiba-tiba saja mengatakan apa yang tengah dia pikirkan.
Tentang dunia luar, tentang kampung halamannya, juga seorang adik perempuan yang entah bagaimana keadaannya sekarang.
"Tenanglah! Jika persiapan kita sudah memadai, kita akan pergi dari tempat ini! Aku yakin."
Senyum kecil terukir di wajah Ryuha, mendengar ucapan dari sahabatnya.
Malam yang panjang, mereka menghabiskannya dengan berbaring di atas tumpukan jerami.
Rasa gatal, apa itu? Mereka hampir tidak bisa merasakan hal itu.
Mendengar satu gerakan besar di sampingnya, kedua mata Fan Fan terbuka dengan cepat.
"Tidak bisa tidur?"
Jawaban isyarat, Ryuha menggelengkan kepalanya. Mulutnya sudah sangat berat untuk berbicara.
"Aku ingin keluar untuk mencari angin."
Tanpa menunggu jawaban Fan Fan, dirinya pergi keluar untuk menikmati suasana malam, di sebuah tebing yang berada tak jauh dari tambang tempat dia bekerja.
Dari sana terlihat jelas, kota megah tempat antek-antek Kuil Cahaya bersinggah.
Tangan yang disilangkan di kakinya mencengkeram kulit yang tersentuh dengan kuat. Hingga meneteskan sedikit darahnya.
"Sepertinya adikku sedang memiliki kesulitan? Bagaimana? Apa kau tidak suka dengan roti yang aku berikan?"
Sosok wanita berambut hitam panjang, baju putih yang sudah luntur bercampur dengan noda yang tak bisa dihilangkan, berjalan tanpa alas kaki mendekatinya.
Seperti biasa, bibirnya selalu tersenyum saat menghadapi dia dan sahabatnya. Seakan tidak ada masalah yang tengah dialami oleh wanita yang menyebut diri sebagai kakaknya.
Mereka berdua duduk berdampingan. Ryuha yang lelah menyandarkan kepala di bahu kakaknya itu.
"Adikku sangat kuat! Aku tidak ingat memiliki adik yang lemah?!"
Senyum kecil terukir di wajah Ryuha. Walau hanya sepatah kalimat yang dia dengar, namun itu seperti sebuah bahan bakar bagi semangatnya yang hendak padam.
Segalanya dia curahkan kepada sang kakak, yang sudah merawatnya sejak dia di bawa ke tempat itu.
"Aku tidak tahu, apa yang akan terjadi padaku jika tidak ada kalian?!"
Sebuah curahan hati tanpa disertai dengan tetesan air mata. Hati yang mati rasa, perlahan di rasakan oleh Ryuha.
"Pembohong!"
Orang yang merawatnya selama sepuluh tahun, bagaimana mungkin tidak mengetahui sifat seperti apa yang dimiliki adiknya itu.
Melalui tatapan matanya, wanita bernama Rosa itu bisa melihat jauh ke dalam lubuk hati adiknya yang satu itu.
Bahkan jika Ryuha kehilangan orang tuanya, wanita bermanik mata hijau cerah itu bisa tahu jika Ryuha tidak akan hancur.
Itu karena dia memiliki hati yang sangat tangguh. Bahkan itu semakin tangguh seiring berjalannya waktu. Dan sebenarnya Ryuha adalah anak yang baik dan penyayang.
Hanya karena dirinya tumbuh di tempat seperti neraka dunia ini, perasaan seperti itu tidak menumbuh besar. Hanya seperti sebuah titik hitam di dalam kertas putih.
"Sebentar lagi mereka akan memulai Raidnya!"
Ryuha mengingat kembali apa yang diajarkan Rosa kepadanya, tentang Raid yang dia katakan.
Itu adalah sebuah penyerangan besar, untuk menjarah sebuah tempat yang di dalamnya terdapat harta karun dan monster-monster kuat, atau biasa disebut dengan Dungeon.
Dungeon memiliki dua ragam. Diantaranya ada Elemental Dungeon dan Wreckage Dungeon.
Dan memiliki berbagai macam bentuk. Diantaranya ada labirin, goa, tower, dan masih banyak lagi.
"Wreckage Dungeon. Apa kakak tahu Monster seperti apa yang ada di dalamnya?"
Tersenyum sambil menggelengkan kepala. Bagaimana mungkin seorang budak pelayan sepertinya bisa mengetahui ada makhluk apa di dalam Dungeon.
"Masih ada setengah tahun untukmu memperkuat diri dan mengumpulkan perlengkapan! Kakak dan Fan Fan, akan membantumu sebisa mungkin."
Satu anggukan kecil dilakukan oleh Ryuha.
Benar-benar berat saat memikirkan adiknya yang bersikeras untuk mendaftarkan diri mengikuti Raid, yang setiap dilakukan akan ada ratusan budak yang hanya namanya saja yang kembali.
Namun walaupun dilarang, melihat sifatnya yang keras kepala tentu laki-laki itu tidak akan hanya diam mengikuti apa yang dia katakan.
...
Jarum pendek menara jam menunjuk ke angka tujuh. Waktu dimana para budak harus segera pergi bekerja jika tidak ingin terkena hukuman.
"Fan Fan, Ryuha!"
Panggilan dari balik pintu terdengar di telinga mereka berdua. Segera Ryuha pergi untuk membukanya.
Sang kakak yang tidak biasanya mendatangi mereka di waktu pagi, membuat alis Ryuha terkerut dan langsung menanyakan hal itu.
Sang kakak yang datang dengan alasan khawatir terhadap adiknya yang dia kira tak bisa bangun pagi karena begadang semalaman, membuat Ryuha lega karena tidak ada hal buruk yang terjadi.
Sepanjang malam, entah kenapa Ryuha merasakan firasat buruk. Hati kecilnya seperti mengatakan sesuatu akan meninggalkannya di waktu dekat.
Dengan katup matanya yang berwarna hitam, Ryuha pergi ke tambang seperti hari-hari biasanya.
"Kakak Rosa."
Tatapan Fan Fan dan kakak perempuannya itu benar-benar mirip. Menandakan sesuatu yang mereka pikirkan sama.
Sebuah rencana besar yang mereka susun tanpa sepengetahuan Ryuha. Hari ini, mereka akan memulainya.
Bersambung ...
Kegelapan lorong tambang memudar seiring cahaya obor menjelajah tempat itu.
Sebanyak seratus lebih budak, menambang bebatuan dan bijih logam yang mereka lihat di posisi mereka bekerja.
Sama halnya dengan Ryuha. Keringatnya sudah mulai menetes, saat keranjang yang ada di sampingnya mulai terisi oleh bijih-bijih logam yang berhasil di dapatnya.
Kedua jarum jam tepat mengarah ke atas. Suara lonceng yang dibunyikan oleh salah satu petugas terdengar sampai ke telinga para budak.
Jam istirahat bagi para budak. Ryuha duduk bersandar dengan keranjangnya yang sudah setengah penuh.
Sembari menikmati sepotong roti kering, seperti biasanya Ryuha memulihkan tenaganya walau hanya dapat beristirahat selama sepuluh menit.
Pekerjaannya berlanjut setelah dua laki-laki berjubah putih yang menjaga di pintu masuk tambang berteriak.
Hari-hari yang seperti biasa. Sama sekali Ryuha tidak dapat menemukan hal lain selain bijih logam biasa. Yang bisa ditukar dengan satu koin perunggu setiap kilogramnya.
Waktu berjalan dengan cepat. Namun keranjang milik Ryuha belum sepenuhnya terisi oleh bijih logam.
"Haish, sepertinya aku harus bekerja lebih lama?!"
Satu persatu budak berjalan meninggalkan tambang. Dan hanya menyisakan laki-laki berambut hitam acak-acakan dengan sebuah obor yang hampir terpadam.
"Gawat! Kenapa sudah tidak ada lagi bijih logam di sini?"
Laki-laki itu semakin mempercepat ayunannya. Namun tetap saja yang dia dapatkan hanyalah tanah dan bebatuan kasar.
Tingg ...!!!
Seperti tersengat oleh aliran listrik. Tubuh Ryuha terpental menghantam dinding lorong. Tangannya tak sengaja menyenggol obor, dan membuat obor itu terjatuh dan padam.
Laki-laki itu segera bangkit tanpa memikirkan sakit punggung yang dia rasakan.
"Gawat! Gawattt! Sial sekali hari ini?"
Hanya bisa merangkak sambil menggagapi sekitar. Di tempat yang sangat gelap itu, matanya yang terkejut terasa cukup pegal.
Pickaxe berhasil di temukannya. Ingin cepat-cepat kembali, namun sesuatu yang mementalkan dirinya tadi membuatnya penasaran.
Laki-laki itu menggagapinya. Dan merasakan sesuatu yang berbeda dari bijih logam yang biasanya.
Hanya dengan menggunakan insting, Ryuha menambang benda keras itu, berusaha untuk mengambilnya.
Sebuah kristal merah seperti kobaran api yang membeku, terlihat di matanya karena memancarkan sedikit cahaya.
Dirinya terus memperbesar jugangan yang dibuatnya. Dan sebisa mungkin tidak menggores kristal itu.
Semakin kristal itu terlihat, semakin besar pula cahaya merah yang terpancar.
Laki-laki itu mengambilnya dengan perlahan. Tangannya bergemetar, saking tidak percayanya.
Pikirannya langsung terbang jauh.
"Apa yang akan aku dapat setelah ini?"
"Apa yang akan aku beli setelah ini?"
Hal-hal indah mulai melukis terukir di pikirannya.
Akan tetapi, tiba-tiba terdengar suara "Crakk!!". Sebuah retakan kecil terlihat di permukaan kristal itu. Yang setiap saat semakin membesar.
Ryuha yang kebingungan sebisa mungkin untuk tidak membuat retakan itu semakin membesar.
Namun tetap saja, semakin lama retakan itu semakin besar.
Hingga terdengar suara seperti kaca yang dihantam kuat dengan palu.
Getaran tangan Ryuha semakin kuat. Dirinya terlutut lemas, karena harapannya telah hancur. Dia tidak tahu sesuatu seperti apa yang menimpanya.
Tiba-tiba diberi harapan, dan tiba-tiba saja harapan itu hilang.
Pecahan yang pecah itu, hanya menyisakan sesuatu berbentuk kartu, yang memiliki gambar seorang laki-laki yang memiliki wajah setengah mengerikan dengan satu tanduk di sisi itu. Tubuhnya terlihat dikelilingi oleh kobaran api.
Dengan tatapan kosong, Ryuha hendak mengumpulkan pecahan-pecahan kristal tanpa memperdulikan kartu itu.
Otaknya yang cukup kacau membuatnya sulit untuk berpikir. Satu serpihan tajam menggores telapak tangan.
Itu membuat otaknya kembali berpikir seperti semula, karena sakitnya seperti disengat lebah.
Darahnya yang keluar pun lebih cepat daripada saat dia terkena luka gores yang lain.
Tetesan darahnya, tak sengaja mengenai kartu itu. Yang membuat kartu itu bersinar terang.
Ryuha bisa melihat gambar yang ada di dalam kartu dengan jelas. Juga sebuah Magic Circle merah darah yang tiba-tiba saja muncul.
Woshhh ...!!!
Satu hempasan kuat, menghembuskan Ryuha hingga tergelinting beberapa meter. Hawa dingin di dalam tambang tiba-tiba saja berubah seratus delapan puluh derajat.
Kulitnya seperti terkena sengatan matahari di musim panas. Keringat bercucuran membasahi tubuhnya.
Saat terbaring, matanya melirik ke arah sosok yang di kelilingi api. Sosok persis seperti yang ada di dalam kartu.
Berjalan mendekatinya dengan tatapan dingin dan hawa membunuh yang kuat.
"Kau yang membangkitkanku?"
Ryuha berusaha untuk berdiri. Namun kakinya yang terasa lemas tak sanggup menahan berat tubuhnya. Dirinya hanya berhasil untuk duduk terlutut.
"Apa kau bisa berbicara?"
Pertanyaan yang pertama belum dijawabnya, laki-laki setinggi seratus delapan puluh itu malah kembali memberikan pertanyaan.
Bagaimana bisa untuk menjawab? Hawa membunuh yang sangat kuat itu bahkan hampir membuat Ryuha tidak bisa berkata apa-apa. Ditambah dirinya yang kebingungan dengan hal yang dialaminya itu.
Hanya bisa menelan ludah, menahan ketakutan yang membuat tubuhnya gemetaran.
Laki-laki menghela nafasnya. Manik matanya yang terlihat seperti mata kucing terpelotot tajam ke arah Ryuha.
Seakan melihat apa yang ada di dalam pikiran Ryuha, laki-laki yang memiliki tubuh setengah monster itu tertawa terbahak-bahak.
Lorong gelap nan panjang membuat tawanya menggema. Terdengar seperti bajak laut yang berhasil menemukan harta karun. Tidak berhenti tertawa.
"Aku tidak menyangka bocah lemah sepertimu yang membangkitkanku? Hei jangan takut. Aku tidan akan menyakitimu!"
Suara serak halus, terdengar cukup menakutkan. Namun dari tatapan matanya, Ryuha bisa melihat kebenaran akan ucapan itu.
Tenaganya perlahan memulih. Laki-laki berbaju rombeng itu duduk bersila dan mengatur ulang nafasnya.
Hal itu juga dilakukan oleh laki-laki setengah monster yang kini tepat berada di depannya.
"Se, sebenarnya apa yang terjadi? Siapa kau ini? Kenapa kau muncul di dalam kartu?"
Sederet pertanyaan yang diutarakan Ryuha, malah membuatnya terbahak-bahak. Ryuha yang melihatnya hanya mengeryitkan keningnya.
"Entahlah."
Apa-apaan itu? Ryuha benar-benar tidak bisa mengerti dengan sepatah kata yang dikatakan oleh makhluk itu.
"Tunggu-tunggu, biarkan aku mengingat-ingat sesuatu."
Yang di dengar Ryuha hanya suara tak jelas yang keluar dari mulut laki-laki itu.
Selang beberapa menit. Akhirnya makhluk aneh itu bisa mengingat kejadian yang dia alami, walaupun belum sepenuhnya.
"Akan memakan waktu lama jika aku menceritakan kisah ini, apa kau masih mau mendengarnya?"
Raut wajah Ryuha langsung serius. Laki-laki itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Bersiap untuk mendengarkan cerita.
"Jadi, namaku adalah Baal. Aku adalah salah satu dari Tujuh Raja Iblis. Tepatnya, aku penguasa pilar ke-tiga. Umurku ..., banyak. Seingatku, dulu pernah terjadi pertempuran hebat dari ras Manusia, Iblis, dan Malaikat?!"
Walaupun pembukaan ceritanya sedikit aneh, tapi yang dikatakannya memiliki kesamaan seperti yang dikatakan Rose. Tentang pertempuran ketiga ras yang saling memperebutkan kedudukan.
"Sebenarnya aku tidak tertarik akan hal itu tapi, seorang malaikat mendatangiku dan memaksaku untuk membantunya. Awalnya aku menolak tapi, apalah daya aku tidak bisa tahan saat melihat seseorang memohon kepadaku."
Entah mengapa Ryuha serasa sedang menyaksikan pertunjukan teater.
"Lalu aku membantu pertempurannya."
"Kau membantu malaikat itu untuk membasmi manusia dan menjadikan mereka budak?"
Kedua tangan Ryuha terkepal erat saat mengatakannya.
"Tidak! Kami berdua membasmi pasukan malaikat!"
Malaikat dan Iblis bersekongkol untuk membasmi pasukan malaikat. Otak Ryuha berputar karena kebingungan.
"Lalu?"
"Lalu kami masuk dalam perangkap, menjadi sebuah kartu, dan dibangkitkan oleh bocah ingusan yang tidak punya kemampuan sama sekali cerita pun berakhir! Huhh! Mengingatnya benar-benar membuatku kesal!"
Ryuha paham dengan garis besarnya. Namun jika seperti itu, seharusnya manusia tidak akan mengalami kehancuran seperti itu.
"Atau ada sesuatu dibalik kejadian itu."
"hahaha! Tepat sekali! Tidak kusangka otakmu bisa bekerja walaupun sedikit!"
Ryuha mengeryitkan kening mendengar ucapan itu. Sungguh menusuk hati.
"Tepat setelah itu, para malaikat merapalkan mantra yang sangat kuat. Itu mereka lakukan untuk menyegel semua makhluk ke dalam kartu. Tapi kurasa, mereka gagal di tengah ritual dan malah menyegel mereka sendiri?"
"Tunggu, kau bilang kau sudah tersegel. Lalu bagaimana kau bisa mengetahuinya?"
"Entahlah?! Sepertinya aku samar-samar bisa melihat dan mendengar beberapa kejadian setelah aku tersegel."
Ryuha menghembuskan nafas panjang, sambil membaringkan tubuhnya di permukaan tanah yang kasar itu.
"Apanya yang cerita panjang? Yang kudengar hanya dongeng pengantar tidur saja?! Benar-benar tidak ada yang penting."
Laki-laki aneh itu kembali tertawa terbahak-bahak.
"Tentu saja ada!"
"Tidak perlu katakan itu! Aku tidak ingin mendengarnya!" Ryuha sampai menutup telinganya.
Terukir senyum kecil di bibir makhluk aneh yang bernama Baal itu, sebelum dia mengatakan hal yang membuat Ryuha langsung terbangun.
"Apa kau tadi mengatakan kontrak?"
Bersambung ...
"Apa itu kontrak?"
Dengan polosnya Ryuha berkata, setelah wajahnya terlihat sangat serius dan tertarik.
Baal langsung mengeryitkan keningnya menghadapi hal itu. Laki-laki itu menepuk keningnya dan kembali tertawa terbahak-bahak.
"Aku bertingkah bodoh di depan orang bodoh?!"
Sangat menyesal hatinya itu. Namun melihat kondisi Ryuha, Baal bisa mengerti akan keadaannya. Bagaimana mungkin seorang budak bisa mengerti banyak hal, sedangkan dirinya hanya menjadi pesuruh dan tersiksa setiap harinya.
"Oke! Aku akan menjelaskannya! Ini adalah penjelasan singkat. Kau dengarkan baik-baik!"
Telinga Ryuha terbuka lebar hendak mendengar apa yang akan dijelaskan oleh laki-laki setengah monster itu.
"Karena kau belum mengetahui apapun, kita akan mulai dari awal! Yaitu tentang Magic Card!"
Magic Card adalah sebuah kartu yang memiliki energi magis kuat. Bisa dibilang, itu mirip seperti penjara, karena Magic Card digunakan untuk menyegel suatu makhluk.
Cara untuk membangkitkan makhluk yang ada di dalamnya sama seperti yang dilakukan Ryuha ketika membangkitkan Baal. Dengan meneteskan darah ke kartu itu.
Makhluk yang sudah dibangkitkan, mau tidak mau harus terikat kontrak dengan seseorang yang membangkitkannya. Dan kontrak itu tidak bisa dibatalkan kecuali seseorang yang membangkitkannya mati.
Berbeda dengan Gulungan Sihir atau biasa disebut dengan Scroll.
Magic Card hanya bisa dibuat oleh malaikat. Sedangkan Scroll adalah buatan asli manusia.
Benda itu juga yang digunakan manusia untuk bertempur di masa lalu.
Karena seseorang yang membuka segel Scroll, bisa membuat kontrak dengan sangat mudah melalui ritual khusus.
Berbeda dengan Magic Card yang dikhususkan para malaikat untuk menyegel makhluk-makhluk kuat. Scroll digunakan untuk menyegel para monster yang dianggap manusia penting.
Saking umumnya dengan Scroll, manusia zaman dahulu bahkan sampai menyegel seekor kucing ke dalamnya.
"Tapi seiring berjalannya waktu, kemungkinan keberadaan Scroll akan menjadi sangat langka?! Yahh, tapi itu hanya pendapatku saja."
Ryuha menghela nafasnya, setelah menyadari betapa besarnya dunia ini, setelah mendengar cerita dari Baal. Dirinya sekarang mengerti, betapa sedikitnya pengetahuan yang dia miliki.
"Hei bocah. Bagaimana jika kita membuat kesepakatan?!"
Kalimat yang membuat Ryuha menjadi penasaran. Tentu dia ingin mendengar apa yang akan di tawarkan oleh Baal.
"Aku akan membantumu menjadi kuat! Tapi kau harus melakukan sesuatu yang tidak bisa kulakukan!"
Secercah harapan muncul di benak Ryuha. Memikirkan hal-hal yang bisa menyelematkan kakak dan sahabatnya, bagaimana bisa laki-laki itu berkata tidak.
"Oke kalau begitu, aku akan memberikan hadiah sebagai salam perkenalan."
Ryuha bahkan belum sempat berkata-kata. Tubuh Baal tiba-tiba saja memudar menjadi kobaran api, yang langsung menyatu dengan tubuh Ryuha.
Hanya berteriak yang bisa dilakukan Ryuha, saat menikmati rasa sakit seperti terbakar.
Setiap organnya, laki-laki itu merasakan sesuatu yang sangat panas menyelimutinya, yang perlahan semakin dalam.
Kedua matanya terpejam erat. Kedua tangannya terkepal persis di atas tanah.
Perasaan yang baru pertamakali dirasakannya. Benar-benar seperti tubuhnya dicelupkan ke dalam kolam lahar.
"Selamat! Demonic Flame, selesai di sempurnakan!"
Begitulah akhir dari perasaan mengerikan itu.
Baju rombeng Ryuha yang hampir mengering, lagi-lagi terbasahi oleh keringatnya yang terus bercucuran deras.
"Huft, huft, apa-apaan itu barusan?! Rasanya mau mati!!"
Memasukkan energi magis ke dalam tubuh, lalu disempurnakan secara langsung. Jika Ryuha tidak bisa menahan rasa sakit itu, tidak akan lagi bisa dirinya melihat matahari esok.
"Heh bocah, berjanjilah untuk tidak memberitahu siapapun tentang kejadian ini, terutama tentang diriku! Bahkan kepada orang yang sangat kau percayai!"
"Baiklah-baiklah. Akan kuingat itu."
Usai mengatakan itu, tubuh Baal kembali memudar dan masuk ke dalam tubuh Ryuha. Tidak seperti sebelumnya, Ryuha sama sekali tidak merasakan tubuhnya yang seperti di celup ke dalam kolam lahar.
Hal itu membuat alisnya terkerut.
Tentu Baal mengetahui hal tersebut dan segera menjelaskannya.
"Sosok yang ada di dalam Magic Card sepertiku, bisa bersinggah di dalam tubuh seseorang yang sudah membangkitkan. Berbeda dengan monster yang ada di dalam Scroll! Penjelasan detailnya nanti saja! Bukankah sekarang kau sedang buru-buru?!"
Teringat akan waktu, Ryuha segera menggendong keranjangnya dan berlari menuju tempat penukaran.
Terlihat jarum pendek menara jam yang menunjuk ke angka sembilan.
Sebelum tempat penukaran tutup, Ryuha segera berlari ke tempat yang cukup dekat dengan tempatnya singgah itu.
Dari pintu masuk, Ryuha bisa dengan jelas melihat sosok kakak perempuan yang masih bekerja, dan sahabatnya yang tengah membantu kakaknya.
"Hari ini kakak yang bekerja di kasir?"
Tidak mendapatkan jawaban, Ryuha malah mendapatkan pukulan di kepalanya.
"Kau ini. Apa saja yang kau lakukan sampai pulang selarut ini?"
Sahabat yang marah karena mengkhawatirkannya, Ryuha beruntung memiliki seseorang seperti itu walaupun kepalanya sedikit benjol.
Ryuha pun menjelaskan kejadian yang menimpanya.
Singkatnya, dia hanya menjelaskan tentang dirinya yang hanya mendapatkan sedikit bijih logam dan tentang obornya yang padam. Dengan sedikit bumbu kebohongan tentang dirinya yang kesulitan saat keluar karena lorong yang gelap.
Sahabat dan kakaknya yang mendengar penjelasan itu menghela nafasnya. Mereka lega karena tidak terjadi hal buruk yang menimpa Ryuha.
"Ini pendapatanmu hari ini."
Rose memberikan tujuh perunggu kepada adiknya.
Hal itu membuat Ryuha mengkerutkan kening, sebab hasil timbangan hanya mencapai lima kilogram saja.
"Ini sekalian upah Fan Fan karena membantuku. Bukankah pendapatan kalian selalu digabungkan?"
Yang dikatakannya memang benar. Namun dalam hati Rose, sebenarnya dia ingin memberikan upah lebih kepada adik-adiknya. Walaupun sebenarnya Fan Fan sudah mengetahui hal itu.
Wanita itu rela menggunakan uang pendapatannya agar tabungan milik Ryuha yang ingin digunakan untuk membeli perlengkapan Raid segera terkumpul.
Memang dia bisa membelikannya secara langsung tanpa berbohong. Tapi jika dia melakukan hal itu, Ryuha dengan keras kepala pasti akan menolaknya.
Duduk berbincang menunggu kakaknya selesai bekerja, mereka bertiga melangkahkan kaki bersama menuju tempat tinggal mereka yang jaraknya lumayan terpaut.
Berjalan di tengah keheningan malam, daerah kumuh atau tempat bagi para budak. Sama sekali tidak ada suara bising yang terdengar dari ruangan manapun.
Tiba-tiba saja dari dalam pikirannya, Ryuha mendengar suara familiar yang mengajaknya bicara. Yang tidak lain adalah Baal.
Dia menyuruh Ryuha, untuk mulai berlatih malam ini.
Walaupun mendadak, tapi otak Ryuha tidak teralihkan dari tebing yang biasa didatanginya saat tidak bisa tidur.
"Fan Fan. Aku ingin ke bukit sebentar. Kau tidur duluan saja!"
Tidak menunggu jawaban dari sahabatnya, Ryuha terus berlari menuju bukit yang dia katakan.
Tempat yang hanya di huni oleh serangga-serangga kecil yang juga memiliki pemandangan indah. Namun seindah apapun pemandangan yang dilihat Ryuha dari atas sana, hatinya seperti di remas saat melihatnya.
Sosok Baal keluar dari dalam tubuh Ryuha, seperti kobaran-kobaran api kecil yang keluar melalui pori-pori dan membentuk wujud aslinya.
Anehnya, Ryuha sama sekali tidak merasakan apapun saat hal itu terjadi. Namun sekarang ada hal lain yang lebih penting yang harus dilakukannya daripada memikirkan hal sepele seperti itu.
"Bagaimana aku memulai latihan?"
Sejenak Baal memandangi tubuh Ryuha. Memperhatikan setiap bentuk dan lekukannya. Sama sekali tidak ada kecacatan fisik.
Oleh karena itu, dia bisa melewati latihan pembentukan fisik, dan masuk ke tahap awal.
Melatih kemampuan bertarung, dimulai dari pukulan dan diakhiri dengan tendangan. Latihan tahap dasar yang harus dijalani Ryuha jika ingin menjadi seorang petarung.
"Baiklah. Hanya memukul batang pohon, seperti ini tidak akan terlalu sulit."
Bookk ..., bookk ..., bookk ...!!!
Terus memukuli batang pohon kering yang tergeletak di depannya. Sampai terlihat retakan-retakan kecil di permukaan batang, tanpa mempedulikan darahnya yang mulai keluar.
Menyadari sesuatu, Baal segera masuk ke dalam tubuh Ryuha.
Ingin menanyakannya, namun jawaban sudah tertera di depan mata. Ternyata kakaknya yang membuat Baal tiba-tiba menyembunyikan diri.
Melihat Ryuha, wanita itu terus berlari menghampirinya. Bukan untuk memberikan sebuah pelukan.
Kedua matanya yang melihat tangan Ryuha terus meneteskan darah segera merobek baju dan membalutkannya ke tangan Ryuha.
Wajahnya terlihat terkejut, juga khawatir.
"Kau ini. Jika ada masalah katakan saja kepadaku! Jangan menyiksa dirimu seperti ini!"
Itu membuat Ryuha tertawa terbahak-bahak. Dia lalu menjelaskan apa yang sebenarnya tengah dia lakukan.
Penjelasan singkat itu cukup membuat Rose lega. Tapi masih ada satu hal yang masih mengganjal di benaknya.
"Melihatmu bisa tertawa terbahak-bahak seperti itu, apa kau menemukan sesuatu yang membuatmu bahagia?"
Ryuha mengangguk dengan senyuman kecil. Tapi dia mengatakan jika hal itu adalah rahasianya. Selain itu, dia berkata jika mulai hari ini dia ingin kembali seperti dulu lagi. Menjadi seorang yang periang.
Mendengarnya membuat Rose lega. Dan tentang rahasia yang adiknya katakan, Rose tidak ingin mengungkitnya lagi karena adiknya sudah mengatakan jika itu sebuah rahasia.
Melihat Ryuha yang bisa kembali tertawa, hati Rose bisa merasakan kelegaan yang tiada tara. Sampai-sampai air matanya hampir tidak bisa terbendung.
Begitulah Ryuha menjalani hari-hari setelahnya. Menambang, lalu berlatih di tengah malam. Terkadang Rose dan Fan Fan menemaninya sambil menikmati pemandangan yang indah dari tebing.
Itu berlanjut selama setengah tahun.
Samai hari dimana para antek Kuil Cahaya melakukan Raid itu tiba.
Ryuha dan Rose duduk berdampingan di tebing.
"Besok, aku harap tujuan kita tercapai."
mendengar ucapan dari adiknya, Rose tentu tidak ingin menentangnya.
"Besok harus bangun pagi. Ayo kita kembali!"
...
Pagi pun tiba. Hari yang ditunggu-tunggu Ryuha akhirnya datang.
Bersama budak-budak sukarelawan yang lain, dia berdiri di tengah barisan yang dipimpin oleh salah satu petinggi Kuil Cahaya.
Barisan panjang yang terdiri dari ratusan budak sukarelawan. Dan seratus veteran Kuil Cahaya dengan rata-rata berada di level dua puluh.
Fan Fan dan Rose yang berada di barisan paling belakang kelompok budak bahkan tidak bisa melihat Ryuha berdiri di mana.
"Kakak, sekarang bagaimana?"
Rose tersenyum dengan kepala yang tertunduk. Sangat berat baginya untuk bersuara. Pikirannya tidak karuan, memikirkan hal-hal yang akan terjadi selanjutnya.
Tentang bagaimana kondisi mereka setelah Raid ini selesai, apakah mereka masih bisa saling bertatap muka, apakah Ryuha bisa menggapai impiannya.
Hatinya terselimuti oleh kegelapan. Bahkan Fan Fan bisa merasakan hal itu.
"Tentu saja, sesuai rencana kita."
Bersambung ..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!