NovelToon NovelToon

Diamnya Istriku

Bab 1 Kecurigaan Andin

Lembur lagi, gumam Andin saat melihat pesan yang di kirimkan oleh sang Suami, Candra.

Dia memilih merebahkan tubuh nya di samping Putri nya, malam ini ia memang memilih tidur bersama sang Putri karena sang Suami akan lembur.

Namun, kelopak mata nya tak terpejam sama sekali padahal malm sudah larut. Perasaan tak enak menjalar di hati nya, pikiran negative pun berselancar entah apa maksud nya.

Huh.

Huh.

Beberapa kali helaan nafas kasar Andin keluarkan, ia bangkit dan memilih berdiam diri di dekat kaca kamar sang Anak yang langsung melihatkan ke indahan halaman belakang Rumah nya.

Perasaan apa ini, kenapa rasanya jantungku berdegup sangat kencang.

Dada yang tiba-tiba sesak itu ia tekan dengan tangan, berharap degup jantung dan sesak itu hilang dengan sendiri nya.

Namun, semuanya percuma dan sesak itu masih ada tanpa tau kenapa semua ini, pikir Andin.

Hampir jam 3 dini hari dan Andin masih tetap terjaga, ia melirik ponsel nya yang sudah bergetar hampir beberapa dan sudah di pastikan ada chat masuk.

Selalu saja, apa memang sedang sibuk?, Andin hanya bisa bergumam saat sang Suami mengatakan bahwa ia akan pulang esok hari.

Padahal, esok hari adalah hari weekend dan tak mungkin ada pekerjaan tambahan karena ia tau betul peraturan di perusahaan itu.

Sudahlah, Andin memutuskan untuk masuk ke dalam selimut bersama dengan Putri nya.

Lambat laun ia mulai terlelap karena memang lelah dengan perasaan yang sejak tadi sesak, resah dan juga jantung berdegup kencang entah kenapa.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tepat jam 8 pagi Andin bangun dari tidur nyenyak nya, ia menatap sang Putri yang ternyata sudah bangun dan bahkan sudah wangi.

"Bunda pasti lelah ya"

Andin tersenyum kecil saat sang Putri berceletuk dengan wajah polos nya, ia hanya menggelengkan kepala dan berlalu ke kamar mandi untuk mencuci wajah.

"Ayo kita masak omelete kesukaan Khansa"

Khansa bersorak senang dengan mata bulat yang berbinar bahagia, ia kemudian menggandeng lengan sang Bunda dan berjalan keluar dari kamar tidur nya.

Celotehan nya yang begitu riang membuat sang Bunda lupa akan keberadaan sang Suami yang masih belum juga pulang.

Hingga makanan terhidang dan kedua wanita itu makan dengan senyum dan tawa kecil di bibir ranum nya.

Seperti tak ada beban, padahal pikiran Andin melayang entah kemana.

Ting

Nong.

Putri kecil Andin mengeryitkan dahi nya karena bel di Rumah berbunyi, dia berpikir kenapa jam segini bertamu.

Dengan merentangkan tangan kepada sang Bunda ia sudah pasti ingin melihat siapa yang datang.

Ceklek.

"Oma Opa"

Khansa berlompat-lompat kecil saat melihat Oma dan Opa nya datang dengan membawa beberapa makanan dan mainan yang seperti nya mereka akan piknik.

"Ayo bersiap, kita akan piknik ke Villa"

Sorak hore begitu riang ungkapan rasa bahagia dari Khansa, tentu saja Andin dengan sigap membawa kedua mertua nya masuk dan setelah nya ia menyiapkan keperluan sang Putri selama disana.

"Hati-hati dan jangan nakal ya, sayang"

"Oke Bunda, dadah"

Lambaian dan senyuman Khansa hanya mampu membuat Andin menggelengkan kepala saja, ia begitu bahagia saat melihat Putri nya bahagia.

Mari kita bebenah dan bersiap untuk menyambut mas Candra.

Kaki jenjang itu melangkah kesana kemari untuk menggapai dan membersihkan beberapa bagian di Rumah itu.

Hingga keringat bercucuran dan beberapa saat terdengar deru mobil yang masuk ke dalam pekarangan Rumah nya.

Mas Candra, gumam Andin saat melihat sang Suami keluar dan berjalan dengan wajah segar dan cerah nya.

Ceklek.

"Sayang, Mas bawakan makanan untuk makan siang dan maaf pulang jam segini karena pekerjaan sangat banyak"

Tak.

Paper bag berisi makanan pun tersimpan rapi di meja makan, dan setelah itu Candra pergi begitu saja tanpa menyapa ataupun mengecup kening sang Istri seperti biasanya.

Kenapa dengan Mas Candra, dia seperti tidak merasa lelah dan malah terlihat begitu bahagia? Apa itu yang di sebut banyak pekerjaan.

Pikiran Andin tak tenang, entah kenapa ia merasakan was-was kembali saat melihat gelagat tak biasa dari sang Suami.

Huh.

Andin membuang nafas kasar dan memilih menyelesaikan lebih dulu tugas nya, baru setelah itu ia akan menghampiri sang Suami yang sudah masuk ke dalam kamar mereka.

🐰

Loh kok tidur, Andin bergumam saat membuka pintu kamar dan mendapati sang Suami telah terlelap dengan setelan santai nya.

Dengan langkah pelan, Andin memungut pakaian bekas kerja sang Suami dan membawa nya ke belakang untuk di cuci bersama dengan yang lainnya.

Pintu kembali tertutup dan Andin segera berlalu ke belakang, ia tak perlu repot memasak karena Candra sendiri sudah membawa dan ia nanti tinggal menghangatkannya.

Deg.

Deg.

Struk pembayaran kamar hotel.

Andin memejamkan mata nya sejenak dan menyimpan struk itu ke saku celana nya, dan ternyata bukan hanya itu saja melainkan ada beberapa struk pembayaran belanjan dengan nilai yang sangat fantastic tertera disana.

Jemari lentik itu meremas kemeja sang Suami dengan air mata yang sudah menetes tanpa bisa ia komando kan, Andin menarik nafas perlahan dan membuang nya dengan kasar agar dia bisa tenang dan jangan gegabah.

Aku harus menyelidiki nya dan membuktikan semua ini, awas saja jika memang kamu bermain di belakangku, Mas Candra.

Andin meninggalkan cucian yang sudah ia masukan ke dalam mesin, ia memilih untuk bersantai di halaman belakang yang nampak banyak sekali bunga-bunga cantik disana.

Pikiran melayang dan juga kecurigaan sudah muncul, tak bisa di pungkiri bahwa Andin merasakan sesak dan juga kecewa saat melihat beberapa bukti transaksi itu ada di saku kemeja Suami nya.

Apa benar Mas Candra sudah bermain api?

Ingin rasanya Andin membuang semua pikiran itu, namun apa daya bukti nyata ada di genggamannya walaupun tidaklah kuat.

Dan Andin sendiri sudah bertekad akan mencari bukti lainnya lagi agar ia tak penasaran dan menuduh sang Suami.

"Loh kamu disini ternyata sayang, Mas cari kamu kemana-mana tadi"

"Dan dimana Khansa?"

Andin tersenyum dengan biasanya, ia lalu bangkit dari duduk nya dan menampilkan wajah biasa saja seperti tak ada beban dan curiga.

"Tadi Mama dan Papa kesini, mereka membawa Khansa liburan ke Villa dan besok akan pulang"

'Ooohhh'

Hanya anggukan dan sepatah kata yang Andin dapatkan, lalu ia ikut melangkah ke dalam Rumah bersama dengan Candra.

"Sayang, Mas keluar sebentar ya"

Hmmmm, deheman Andin menandakan ia keberatan tetapi Candra sama sekali tak peka.

Dengan langkah ringan nya Candra pergi kembali dengan senyuman kecil setelah melihat ponsel itu. Dia tidak menyadari bahwa sejak tadi Andin melihat gelagat nya dan hal itu menambah kecurigaan Andin pada Candra.

Aku akan ikuti kamu Mas, dan kalau sampai hal yang aku pikirkan itu terjadi maka kamu akan menerima semua nya.

.

.

.

.

Bab 2 Kebenaran Terkuak

Taxi yang di tumpangi oleh Andin pun melaju mengikuti kemanapun mobil Candra melaju, dengan jarak aman Andin bisa melihat bahwa sang Suami masuk ke dalam area perumahan kelas biasa saja namun terbilang masih elit.

Kemana dia pergi, perasaan temannya tak ada yang tinggal disini.

Andin masih berdiam diri di dalam taxi saat mobil milik Candra berhenti tepat di halaman salah satu Rumah itu.

Hingga pada akhir nya ia memilih melangkah keluar dan akan mencoba masuk untuk mengetahui segala nya.

"Pak, tolong tunggu dulu disini ya dan saya juga akan membayar lebih nanti nya"

Andin mewanti-wanti agar sang sopir jangan dulu pergi dari sana, karena ia tak mau keropotan lagi untuk nanti jika akan pulang.

"Baik Nyonya"

Langkah kaki Andin terus melangkah ke arah Rumah tersebut, kebetulan sekali disana pintu nya terlihat terbuka sedikit dan bisa Andin gunakan untuk melihat semuanya.

Kaki jenjang nya terus saja melangkah hingga ia tiba-tiba berhenti saat sampai di depan pintu dan melihat apa yang ada di depan nya.

Deg.

Deg.

Jantungnya berdetak kencang, tangannya mengepal kuat dan air mata yang sudah luruh begitu saja melihat sosok Suami yang sangat ia cintai, banggakan dan hormati kini telah berbuat pengkhianatan pada pernikahannya.

Mas Candra.

Andin membalikan tubuh nya saat suara laknat itu terdengar oleh telinga nya, tatapan mata nya sangat tajam dan dingin dengan langkah kaki yang lebar meninggalkan Rumah tersebut.

Taxi kembali melaju pergi dari sana, kini Andin tau apa prnyebab sang Suami bergelagat tak biasa sejak 1 bulan terakhir ini.

Andin memutuskan untuk pulang, ia sudah mempunyai rencana untuk sang Suami.

Selama di perjalanan, sorot mata nya terlihat begitu berkaca-kaca dan sesekali helaan nafas terdengar sangat berat.

Apa salahku selama ini? Kenapa kau bermain api sampai berbuat hal seperti itu Mas.

Apa ini alasanmu selama 1 bulan ini berbeda, apa aku sudah tak menarik lagi di matamu? Harus nya kau bicara dan jika memang sudah tak mencintaiku lagi maka aku akan pergi dari hidupmu, Mas.

Bukan seperti ini, rasanya sangat sakit sekali.

Pertahanannya luruh seketika, air mata yang sudah sejak tadi ia tahan kini tak bisa terbendung lagi dan keluar dengan begitu deras nya.

Rasa sesak di dada kian menderu, rasanya saat ini juga Andin ingin pergi dan meninggalkan semua karena sungguh ia tak sanggup.

Khansa, ya aku akan sebisa mungkin tegar untuk Khansa.

Beberapa saat terlewati dan kini Andin sudah sampai di Rumah nya, ia masuk dengan langkah tergesa dan mengurung diri di dalam kamar.

Hiks.

Pecahlah kembali tangis Andin, ia meraung dan berteriak untuk mengeluarkan semua rasa sakit yang sejak tadi berada di dada nya dan membuat nya sangat sesak.

Arrgghhhh

Hiks hiks.

Andin terus saja menangis dengan terisak pilu, ia merebahkan tubuh nya dan menatap langit kamar dengan air mata yang terus saja menetes.

Rasanya sangat sakit dan sesak, aku bertahan selama hampir 7 tahun dalam ikatan ini, manis dan asam nya aku terima dengan senyuman dan kamu, membuat ikatan suci ini tergores dengan sebuah pebgkhianatan yang bahkan kau relakan tubuh mu berbagi dengan wanita lain, Mas.

Kenangan demi kenangan tergambar jelas di ingatan Andin, bagaimana ia dulu dan Candra memulai semua dari awal, dan hingga kini Candra bisa sukses dengan bekerja di salah satu perusahaan ternama di Kota Bandung ini.

🐰

Hampir malam Andin baru terbangun dari tidur nya, ia menatap kesekeliling yang masih berantakan dan sudah lumayan gelap.

Andin bangun dan langsung melangkah ke kamar mandi, ia akan membersihkan diri terlebih dulu sebelum membereskan kekacauan di kamar nya.

Huh.

Helaan nafas keluar dari mulut ranum itu, air dingin mengguyur tubuh Andin dengan deras nya. Tak ada dingin, yang ada hanya segar dan tatapan kosong dari sorot mata indah tersebut.

"Ck, bahkan kau tak pulang"

Andin menatap dirinya dengan dalam dari kaca meja rias nya, ia sudah bertekad akan membuat keduanya kalang kabut dan pelajaran sesungguhnya akan ia berikan nanti.

Kita lihat Mas, kau akan menyesal!

Andin memilih bersantai di ruang keluarga setelah selesai dengan membereskan semua kekacauan di kamar, ia menatap layar ponsel nya yang menampilkan vidio dan beberapa poto Khansa dari sang mertua.

Ceklek.

Candra datang dengan wajah segar, ia bahkan sudah berganti pakaian dan Andin hanya melirik tanpa mau menghampiri nya. Bahkan, wajah teduh nan senyum manis itu pun tak ada lagi di wajah Andin dan di gantikan dengan diam dan datar nya.

Candra yang mendapati sikap lain Istri nya pun terlihat heran dan juga tak tenang.

"Kamu kenapa, sayang? Tak biasanya kamu begini dan mengabaikan aku?"

Sebuah pertanyaan lolos begitu saja dari mulut Candra, tanpa ia sadari sudah mematik percikan api di wajah Andin.

Dengan gerakan pelan, Andin menyimpan ponsel nya dan merogoh saku celana yang ia kenakan.

Pluk.

"Transaksi hotel dan total belanjaan yang bahkan aku sendiri tidak pernah kamu kasih uang segitu banyak nya"

Deg.

Candra menatap kertas di atas meja dengan jantung yang berdegup kencang, bahkan ia serasa menahan nafas saat melihat tatapan tajam dari sang Istri.

"Oo i itu punya temen yang ikut transaksi dari kartuku, sayang"

Kau berbohong Mas.

"Oh"

Brak.

Pintu kamar tertutup dengan keras, Candra meremas kertas tersebut dan membuang nya ke dalam tempat sampah.

Hampir saja, gumam Candra seraya mengelus dada nya dengan tegang.

Candra masuk ke dalam kamar, ia melihat lagi dan lagi sang Istri hanya diam dan bahkan membuang pandangannya dari dirinya.

"Ada apa dengan mu, sayang? Apa kamu sakit?"

Hening.

Tak ada balasan ataupun sikap manja Andin yang selalu ia tunjukan pada Candra, semua berubah dengan ekspresi datar dan tatapan kecewa.

"Mas, jika memang sudah tak cinta maka katakan dan jangan bermain api di belakangku"

Bruk.

Saking terkejut nya, jaket yang ada di tangan Candra pun terlepas begitu saja dengan wajah yang tegang.

"Tutupi bekas ciuman wanita lain yang ada di lehermu itu, atau Bunda akan melihat nya saat ia mengantarkan Khansa nanti"

Deg.

Deg.

Tangan Candra refleks memegangi leher nya dan berlalu ke arah kamar mandi, ia sangat ceroboh dan juga ketakutan.

Huh.

"Aku kuat, jangan lemah"

Ting

Nong.

Andin segera pergi dari sana setelah dirasa tak ada air mata lagi di pipi nya, dan benar dugaannya bahwa itu adalah Putri dan mertua nya yang baru saja tiba.

"Bun, sekalian kita makan malam bersama dan kalian menginaplah disini"

Senyuman itu kembali terbit untuk menutupi goresan luka yang amat menganga, ia tak mau kalau masalah nya tercium oleh mertua yang sudah sangat ia anggap orangtua kandung sendiri.

"Baik lah, Nak"

Mereka langsung saja masuk ke ruang makan, dan tak lama kemudian Candra datang dengan senyuman menyambut sang Putri yang sudah berlari ke arah nya.

Hingga pada akhir nya mereka langsung saja memulai makan dengan diam, sesekali Candra melirik Andin yang hanya diam dengan tak biasanya.

Bukan hanya Candra yang merasakan perubahan Andin, kedua mertua nya pun sama dan mereka paham bahwa sedang ada masalah di antara Putra dan menantu nya.

"Aku duluan ya Bun, Ayah"

"Andin, habiskan makanan mu dan jangan membuang-buang makanan"

Deg.

Andin menatap Candra sekilas, ia tak menghiraukan dan berlalu bersama dengan Khansa.

Huh.

Candra menghela nafas saat menyadari ia sudah membentak sang Istri, bahkan disana juga ada kedua orangtua nya dan juga sang Putri.

"Jika ada masalah selesaikan dengan kepala dingin, jangan menyalahkan Istri jika diri sendiri salah dan jangan membentak nya jika dia memang tak salah"

Deg.

.

.

.

.

Bab 3 Diamnya Andin

Pintu terbuka dan masuklah Candra yang baru selesai makan malam bersama orangtua nya.

Langkah kaki nya mendekati Andin yang sedang duduk di punggiran ranjang dengan sorot mata menatap keluar jendela.

Srett.

Gorden pun di tutup oleh Candra, hingga pada akhir nya Andin memutuskan untuk merebahkan tubuh nya dan memejamkan mata.

Namun, sebelum benar-benar terpejam ia di kagetkan dengan ucapan dari Candra, Suaminya.

"Bisakah kita bicara dulu, kamu ini kenapa tiba-tiba berubah?"

Heh.

Andin mendengus kasar dan menatap Candra dengan tajam, ia bahkan menggelengkan kepala saat dengan santai nya Candra tak merasa bersalah sama sekali dengan apa yang sudah terjadi.

"Kamu mau tau kenapa aku berubah?"

Anggukan Candra sebagai jawaban, bahkan langkah kaki nya sudah sampai di hadapan Andin yang mana Andin sendiri memilih untuk berdiri dan berhadapan dengan Candra.

"Baik, dengarkan ini baik-baik Tuan Candra Mahendra yang terhormat.

Apa kamu merasa sudah berbuat salah padaku? Tidak!, itulah yang akan kamu katakan. Namun, hari ini dengan mata kepalaku sendiri aku melihat Suami ku, sahabat, Ayah dan juga sandaran ku menghancurkan semua nya"

"Apa maksudmu, Andin?"

Hah.

Hah.

"Kau berkhianat di belakangku, bahkan kau telah melakukan hubungan badan dengan wanita itu Candra, aku melihat nya Candra"

Duar.

Kaki Candra merasa lemas seketika dan ia mundur perlahan, ia menatap tak percaya pada sang Istri yang sudah bersimpah air mata dengan tubuh yang bergetar hebat.

"Aku menemukan transaksi itu dan nota itu di saku kemeja yang kau pakai saat lembur, hingga siang hari nya kau kembali pergi tanpa tau aku bagaimana di Rumah menunggumu semalaman.

Dan, setelah aku mengikutimu hiks hiks aku melihat kau bercumbu dengan penuh nafsu dan gairah dengan wanita lain"

Hiks.

Hiks.

Andin menjeda ucapannya, ia sungguh tak kuat dan akhir nya ambruk di hadapan Candra.

Dia menangis sejadi-jadi nya, bahu bergetar dan air mata yang sudah tumpah membuat Candra menatap pilu pada sang Istri.

"Maafkan aku, sayang. Sungguh, aku khilaf"

"Bohong, jika memang kau sudah bosan dan tak mencintaiku maka kau bisa katakan dan aku akan pergi bersama dengan Khansa"

Candra menggelengkan kepala nya, ia bahkan ikut ambruk dan memeluk tubuh sang Istri yang terus saja meronta ingin di lepaskan.

"Aku sangat mencintaimu, Andin. Aku hanya bermain-main saja dengan wanita itu"

Haha.

Haha.

Andin tertawa dengab air mata yang masih menetes, dia menghentkan pelukan Candra dan menatap Candra dengan dingin.

"Cinta? Jika memang kau mencintaiku maka kau tak akan mengkhianati dan melukai ku"

"Baik, sekarang pilih saja! Tinggalkan dia atau biarkan aku pergi"

Gelengan kepala segera Candra berikan, dia lalu bangkit dan menatap Andin dengan dalam.

Bahu yang bergetar, air mata yang masih menetes itu membuat nyeri di hati Candra, dia kemudian memegang bahu Andin dengan erat.

"Aku tak akan membiarkan kamu pergi, dan aku juga tidak akan meninggalkan Marisa saat ini karena ia akan menjadi batu loncatan agar aku bisa di posisi lebih dari sekarang"

"Kau egois, Mas"

Brak.

Bertepatan dengan pintu di tutup kasar dan saat itu juga tubuh Andin luruh seketika ke lantai. Tangannya meremas dada yang sangat sesak, bahkan ia menangis dengan meraung karena mendapati kenyataan bahwa sang Suami tak mau melepaskan wanita itu.

Hiks.

Hiks.

"Apa yang harus aku lakukan, aku tak mungkin bertahan"

🐰

Sedangkan di kamar tamu, Candra merutuki kebodohannya yang sudah teledor dengan semua ini dan pada akhir nya rahasia yang ia jaga terbongkar oleh sang Istri.

"Ck, aku tak akan melepaskanmu sama sekali Andin. Karena aku sangat mencintaimu, sedangkan Marisa? Ia hanya aku jadikan alat agar naik jabatan"

Egois.

Candra memang sadar ia egois, namun ia tak mau jika harus kehilangan sang Istri yang amat sangat ia cintai.

Dia sama sekali tak merasa bersalah dan langsung saja merebahkan tubuh nya di atas ranjang.

Malam ini Candra akan membiarkan Andin sendiri dulu, dia tak merasa risau karena Andin tak akan kabur setelah ia sendiri memastikan tak ada celah untuk kabur.

Hingga perlahan mata nya terpejam dan Candra masuk ke alam mimpi dengan dengkuran halus.

...****************...

Ke esokan pagi nya, Andin mengantarkan sang mertua pagi-pagi sekali ke halaman depan, keduanya akan pulang dan akan datang akhir pekan yang akan tiba nanti.

Andin melangkah masuk kembali dan membereskan semua nya, ia juga memasak untuk sarapan pagi ini hanya untuk berdua. Karena Khansa ikut bersama kedua mertua nya yang sudah pulang tadi.

Ceklek.

Pintu kamar tamu terbuka, Andin melangkah ke dapur dan menghindari Candra.

Bahkan dengan cepat ia merubah raut wajah nya dan mengabaikan sang Suami.

Candra menghela nafas dalam, ia menuju ke kamar nya dan akan bersiap untuk ke perusahaan.

Tak ada sapaan manja dan bahkan senyuman manis itu hilang dengan di gantikan wajah datar serta diam nya Andin.

Sampai Candra akan berangkat bekerja pun Andin tetap diam dan tak menghampiri ataupun berbasa-basi dengan dirinya.

Huh.

Aku akan membiarkanmu melakukan apapun sesuka mu, namun untuk pergi? Jangan harap!

Candra pergi dengan segera, ia juga bahkan mengunci seluruh pintu dari luar dan menyuruh penjaga agar tak membiarkan Andin keluar sama sekali.

Andin menatap Candra penuh kebencian dan kecewa, ia saat ini akan diam untuk melakukan rencana nya pada Candra.

Kau sangat egois Mas, aku tak mengenali dirimu lagi dan demi ambisimu kau bahkan rela mengkhianati ketulusanku seperti ini.

Aku kecewa, aku benci dan kamu akan tau apa yang akan aku lakukan padamu nanti.

Andin berbalik dan masuk ke dalam kamar, ia mengurung diri dengan merebahkan tubuh nya di atas ranjang.

Ting.

*Selesaikan dulu masalah kalian, biar Khansa bersama Bunda disini.

Datanglah jika memang kau butuh teman, Nak.

Bunda*.

Pesan singkat dari sang mertua membuat haru Andin, tetapi ia sudah bertekad tak akan memberitahukan sang Bunda dan semoga Candra mau meninggalkan wanita itu sebelum mertua nya tau.

Tes.

Air mata Andin kembali menetes, namun dengan segera Andin menyeka nya dan menggelengkan kepala.

Jangan cengeng, kau harus kuat dan lawan semua ini. Aku tau bahwa Candra tidak akan dengan begitu saja melepaskan aku ataupun wanita itu.

Andin sangat tau, Candra adalah pria yang sangat keras kepala dan pantang menyerah dalam hal mendapatkan apapun.

Dan Andin sudah menebak, jika kedudukan di perusahaanya belum terpenuhi, maka dia juga tak akan berhenti bermain dengan wanita itu.

Andin terus saja memikirkan cara bagaimana menghadapi masalah ini, ia akan memberikan kesempatan dan berharap Candra mau melepaskan wanita itu.

Namun, Andin juga akan bertekad pergi jika sampai Candra tak mau melepaskannya dan tetap melakukan hal menjijikan ini.

.

.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!