NovelToon NovelToon

Mencari Pecahan Pohon Suci

Makhluk Misterius

Prolog

Dulu dunia ini terdapat banyak sekali ras dan bangsa, tapi semuanya terbantai ketika perang besar yang terjadi 2000 tahun yang lalu. Tidak ada yang tahu apa penyebab perang itu atau bagaimana berakhir nya, tapi yang jelas, ras dan bangsa yang tersisa hanyalah, Manusia,Peri,Duyung, Raksasa, Penyihir, dan juga Iblis.

Masih banyak misteri didunia ini yang masih belum terkuak. Bahkan waktu telah berlalu 2000 tahun lamanya dan misteri itu masih terbungkus rapi di dalam kegelapan. Harus ada yang membukanya dan yang harus melakukan nya adalah aku. Rakka sang petualang. Sembari mencari pecahan pohon, aku akan menguak misteri dunia ini sampai akarnya.

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

Di Negeri manusia, di pedalaman hutan yang rindang. berdirilah kerajaan yang megah dan cantik. Kerajaan itu bernama Kerajaan Daman.

Kerajaan ini sangatlah unik. Dia memiliki sistem yang berbeda di banding kerajaan lain di negeri manusia.

Kerajaan ini tidak memiliki prajurit sama sekali. Raja dari kerajaan itu sengaja melakukan itu karena dia tidak suka peperangan.

Tapi walaupun kerajaan itu tidak memiliki prajurit, kerajaan itu tidak pernah di serang oleh siapapun. Dan itu karena kerajaan itu memiliki sebuah barier yang sangat kokoh dan tidak bisa tidak ditembus walaupun ada hujan meteor. Begitulah kata mereka(para petinggi kerajaan).

Barier itu dibuat oleh sihir, tapi mereka tidak meminta bantuan para penyihir. Mereka membuat barier itu dengan menggunakan sebuah alat sihir ciptaan manusia.

Alat sihir adalah sebuah alat yang dibuat manusia agar manusia bisa menggunakan sihir layaknya penyihir. Alat sihir itu baru ditemukan 5 tahun lalu oleh seorang manusia jenius dari kerajaan Daman.

Dulu alat sihir pertama hanya bisa mengeluarkan air saja, tapi sekarang alat sihir sudah menjadi lebih canggih dan bisa mengeluarkan beberapa elemental. Walaupun kekuatan masih sangat jauh dari penyihir, tapi setidaknya itu bisa membuat manusia tidak jadi makhluk yang lemah lagi.

Kehidupan di kerajaan itu sangat damai dan aman. Walaupun tidak ada prajurit yang mengatur keamanan. Kadang-kadang emang ada pencuri atau penculikan, tapi semua itu bisa teratasi karena ada monster hunter di kerajaan itu.

Monster hunter adalah salah satu pekerjaan di dunia ini. Tugas mereka adalah memburu monster di sekitar kerajaan. Dan hasil buruannya biasanya diberikan ke serikat perdagangan untuk dijual.

Setiap monster memiliki harga jual yang berbeda-beda tergantung tingkat kesulitannya. Walaupun tugas mereka memburu monster, tapi terkadang mereka juga membantu keamanan di dalam kerajaan.

Selain monster hunter ada juga petualang yang terkadang membantu menjaga ketertiban. Para petualang dan monster sangat berbeda. Kalau monster hunter tugasnya memburu monster, tapi kalau petualang biasanya meneliti monster baru, tapi sebenarnya tak hanya meneliti monster, tapi ada banyak tugas mereka, dari meniliti batuan baru, reruntuhan yang baru ditemukan, tempat tempat baru dan lain lain.

Pokoknya tugas petualang itu adalah mencari sesuatu yang baru didunia ini. Jadi kebanyakan mereka ini sering berpindah ke satu tempat ke tempat lain. Mereka tidak punya, rumah mereka ya...alam liar.

Dan sebenarnya itulah yang seru dari menjadi petualang. Kita akan menjadi yang pertama kali menemukan sesuatu yang baru didunia ini. Dan kita akan terkenal dimana-mana ketika kita menemukan yang sangat langka dan juga baru seperti orang tua angkat ku yang berhasil menemukan sebuah pedang legendaris bernama Adamas yang konon tidak bisa patah.

Mereka sangatlah hebat. Mereka adalah petarung yang kuat dan juga pintar. Aku sangat mengagumi mereka sejak kecil dan sebenarnya karena merekalah aku jadi ingin menjadi petualang. Tapi sayangnya aku tidak seperti mereka yang kuat dan juga pintar.

********

Di salah satu rumah yang biasa saja. Terdengar suara yang sangat menggangu, tapi walaupun begitu, para tetangga tidak mempedulikan suara itu dan malah mendekat ke suara itu.

Suara itu tidak lain adalah suara adu pedang antara aku dan ayah angkat ku. Tentu saja kami tidak menggunakan pedang asli kami hanya menggunakan pedang kayu saja.

Kami bertarung dengan sengit, tapi sebenarnya tidak begitu. Sejujurnya ayahku sedang menahan diri saat ini. Sedangkan aku berjuang habis-habisan melawannya.

Tetangga yang melihat kami bersorak menyemangati ayahku. Yah emang rasanya aneh. Kita ini sedang latihan, tapi entah kenapa rasanya kami seperti sedang duel yang mempertaruhkan nyawa kami.

Sebenarnya aku agak gugup ketika dilihat begitu, apalagi yang menonton para wanita-wanita muda yang cantik.

"Ayolah Rakka. Lebih serius lagi." Kata ayahku yang mengayunkan pedang nya dengan santai.

Dia adalah ayah angkatku. Namanya Kris. Dia pria berusia 30 tahunan dengan tubuh tinggi, besar dan berotot. Dia memiliki rambut yang panjang sebahunya, berwarna hitam , Dan juga memiliki jenggot dan kumis yang tidak terlalu tebal. Sesungguhnya dia adalah pria idaman semua wanita.

"Kalau begitu bagaimana kalau ayah serius juga, nanti aku juga akan serius." Kataku bercanda.

Aku sebenarnya tidak jauh dari ayahku, yang membedakan hanyalah aku tidak tinggi, besar dan berotot seperti ayahku. Aku juga tidak berkumis dan berjenggot sepertinya, tapi aku memiliki rambut yang panjang seperti ayahku. Sebenarnya aku bukannya ingin meniru penampilan ayahku, tapi karena aku malas saja memotong rambutku.

"Hoho..begitu ya. Oke...kalau begitu. Siap-siap ya."

Ayahku memasang kuda-kudanya dan siap melesat kearahku.

"Eh..tunggu, aku cuma..." Belum selesai bicara, ayahku sudah berada di depan dan siap melancarkan serangannya. Aku yang panik cuma asal memegang pedangku di samping untuk menahan serangan ayahku.

Tapi karena Aku tidak memasang kuda-kuda. Aku pun terhempas jauh karena serangan ayahku. Bahkan pedang kayu yang seharusnya menahan serangannya malah patah. Yang pada akhirnya serangannya tetap mengenaiku dan itu sangat sakit.

"Aduh duh duh duh. Sakit tahu ayah!"

"Lho bukannya tadi kamu bilang aku harus serius. Ya jadinya aku serius lah."

"Ya tapi aku kan cuma bercanda.."

Ditengah pertikaian kami. Ada seorang wanita yang keluar dari rumah sambil membawa sebuah sarapan. Dia adalah ibu angkatku.

"Sudahlah kalian berdua. Lebih baik kalian kesini dan segera makan sarapan kalian." ibu angkatku duduk sambil meletakkan sarapan di teras rumah

Ibuku sangatlah cantik. Dia bernama Sarah. Dia memiliki kulit putih bersih, tapi ada juga bekas luka ditubuhnya, ya... walaupun tidak terlalu kelihatan sih. Sebagai seorang wanita, dia memiliki badan yang sangat bagus. Pria manapun yang melihat nya pasti tergoda. Rambut ibuku panjang sepunggung dan juga berwarna hitam pekat.

Melihat ibuku memanggil, kami pun segera menghampiri nya. Ayahku membantuku bangun dan kami pun berjalan bersama ke teras rumah.

Kami duduk bersama di teras rumah sambil menyantap roti panggang dengan selai stroberi buatan ibu.

Para tetangga yang melihat pertarungan kami tadi. Sudah pergi setelah ibuku keluar tadi.

"Jadi bagaimana latihannya, apakah ada kemajuan?" Tanya ibu.

"Umm..." Aku ingin menjawab tapi ada keraguan dalam diriku.

"Tidak ada, dia sama seperti dulu." Ayahku menjawabnya dengan gampang nya.

Ibuku terlihat kecewa ketika mendengar itu. Yah itu sudah wajar, aku sudah berlatih selama 3 tahun tapi tidak ada perubahan signifikan pada diriku.

Sebenarnya orang tuaku sudah menggunakan berbagai cara agar aku tambah kuat, tapi hasilnya tetap saja nihil. Aku tidak bisa menguasai yang diajarkan mereka, yang benar-benar ku kuasai hanyalah membuat jebakan. Dan itu sebenarnya tidak terlalu berguna ketika melawan lawan yang tiba-tiba muncul.

"Hah..tidak apa-apa Rakka. Kita berangkat nya masih Minggu depan kok. Kau masih ada kesempatan 1 Minggu lagi."

Ibuku itu sangat baik. Dia bakal terus menyemangati ku walaupun aku terus gagal.

"Benar kata ibumu. Jadi besok kita akan lakukan latihan terakhir sekaligus latihan terberat dalam hidupmu. Jadi bersiaplah."

Aku menelan roti yang ada di mulutku dan berkata.

"Aku punya perasaan buruk ini."

******

Keesokan harinya.

Biasanya aku itu bangun setelah matahari terbit, tapi kali ini aku disuruh bangun pagi karena aku dan ayahku akan Melakukan perjalanan yang cukup jauh.

Aku tidak diberi tahu latihan apa yang akan aku lakukan, tapi yang jelas aku merasa nyawaku akan terancam kali ini.

Ayahku mengajakku keluar kerajaan, anehnya diatidak membawa senjatanya seperti biasanya dan hanya aku saja yang membawa senjataku.

Setelah berjalan cukup jauh akhirnya kami sampai di sebuah hutan belantara yang sangat lebat, sampai membuat cahaya matahari tidak bisa tembus kedalamnya.

Aura di hutan itu sangat mengerikan, bahkan disana aku tidak bisa melihat hewan satupun. Tidak ada kicauan burung, tapi ada suara aneh yang terus bersuara yang membuat suasana di hutan itu menjadi mengerikan.

"Umm...kita tidak akan masuk kehutan itu kan."

"Tentu tidak..."

"Syukurlah kukira..."

Ayahku mendorong ku ke hutan itu dengan keras sampai membuat ku terjatuh.

"Tapi hanya kau yang masuk kesana."

"Aduh...kenapa harus di dorong sih, kan bisa gunakan cara baik-baik." Aku lekas bangun sambil menepuk bokongku yang kotor.

Aku ingin keluar dari hutan itu, tapi entah kenapa ada semacam penghalang tidak terlihat yang memisahkan hutan yang mengerikan itu dengan hutan biasa.

"Eh...? Jangan bilang kalau..."

"Benar..inilah latihan terakhir mu. Yang harus kau lakukan itu gampang. Kau cuma harus bertahan hidup di hutan ini selama tiga hari saja. Dan kalau berhasil, kau boleh ikut kami berpetualang."

"Bertahan hidup? Gak mungkin aku bisa bertahan hidup di hutan ini, apalagi disini tidak ada hewan sama sekali, nanti bagaimana aku makannya."

"Kata siapa gak ada hewan. Tuh dibelakang mu ada 1 kelinci."

Aku melihat kebelakang dan memang ada 1 kelinci disitu, tapi kemudian kelinci itu dimakan oleh ular raksasa. Kami terdiam sejenak melihat kelinci itu dimakan bulat bulat oleh ular itu. Kemudian aku menatap ayah kembali sambil memasang muka cemas.

"Err... sebenarnya ular juga bisa dimakan kalau kau bisa memasaknya dengan benar."

Aku menatap datar ke ayahku, seakan memberitahu kalau itu tidak mungkin.

"Argh...baiklah."

Ayahku mengeluarkan daging rusa, tapi hanya sepotong saja.

"Ini... kuberikan satu daging rusa, dan sisanya kau lakukan sendiri oke."

Ayahku melemparkan nya dan ternyata daging itu bisa tembus dinding tidak terlihat itu. Aku menangkapnya dan aku sangat senang bisa mendapatkan daging rusa.

"Oke baiklah. Terima kasih ayah."

"Iya ya. Kalau begitu ayah pulang duluan ya." Ayahku berjalan pulang.

"Baik. Hati-hati dijalan ya."

Ayahku tidak menjawab dan tidak berbalik, dia hanya melambaikan tangannya ke arahku.

"Baiklah kalau aku berhasil bertahan hidup disini, aku bisa ikut berpetualang."

Aku pun berjalan lebih dalam kehutan itu dengan rasa percaya diri. Aku pikir, aku bisa melewati latihan ini dengan mudah, karena aku hanya perlu bersembunyi saja sampai lusa, tapi ternyata tidak. Di hutan ini kalau kau bersembunyi, maka kau mati dan kalau kau tidak bersembunyi maka kau juga akan mati.

Di hutan ini ternyata banyak sekali monster yang memiliki penciuman yang tajam dan juga pendengaran yang tajam, jadi kalau kau sembunyi pasti bakal ketemu. Dan satu satunya yang bisa kau lakukan disini hanyalah terus bertarung sampai tidak ada monster disekitar mu.

Selama di dalam hutan aku tidak sempat memasak, karena setiap aku menyalakan api, pasti selalu muncul monster satu-persatu. Dan itu membuatku kesulitan memasak.

Sejujurnya aku sangat kesulitan melawan monster-monster disini. Mereka sangatlah kuat, bahkan ada salah satu monster yang kuat sekali sampai membuatku penuh luka dan aku harus kabur darinya.

Aku pikir, aku tidak bakal bisa melewati latihan ini. Aku sudah penuh luka, belum makan sama sekali, bahkan tenggorokan sudah sangat kering, karena aku tidak bisa menemukan air yang bersih yang bisa kuminum. Saat aku menemukan air bersih, pasti air itu sudah dijaga oleh gerombolan monster dan itu membuatku tidak bisa meminum nya.

Disaat hari sudah malam aku mencoba beristirahat disembarang tempat, aku sudah sangat capek dan ingin menutup mataku, tapi kemudian di kegelapan malam muncul monster yang menyerangku dan itu membuatku kehilangan satu tangan ku. Tidak sepenuhnya hilang sih aku berhasil membunuh monster itu, dan berhasil mengambil kembali tanganku.

Aku menghentikan pendarahanku dengan memakan semacam tumbuhan herbal, dan juga mengikatnya dibagian yang terpotong agar aku tidak kehabisan banyak darah dan mati.

Untungnya dulu ibuku pernah mengajariku tentang tumbuh-tumbuhan herbal dan juga cara mengatasi pendarahan. Jadi untuk sekarang aku bisa selamat. Semoga saja...

Keesokan harinya.

Ayahku kembali ke hutan mengerikan itu untuk memeriksa keadaan anaknya. Dia berjalan santai, karena dia pikir anaknya pasti bisa mengatasi latihan ini, tapi setelah dia berada di depan hutan mengerikan itu. Dia sangat terkejut melihat kondisiku yang kritis.

Dia melihat aku yang sedang terbaring dengan memeluk tanganku yang sudah buntung. Kantung mataku menghitam karena aku tidak tidur sama sekali, bahkan sekarang ini mataku masih melotot terus. Bibirku membiru karena kedinginan, sebenarnya aku kedinginan bukan hanya karena angin malam, tapi juga karena tanaman herbal yang kumakan semalam, efek dari tanaman herbal itu bisa membuat tubuhmu kedinginan. Dan itu juga membuat darah ku membeku yang membuatku selamat kemarin malam.

"Astaga! Kau tidak apa apa nak." Ayahku segera memelukku yang sedang dalam kondisi kritis

Aku melihat ke arah ayahku dengan perlahan. Ketika melihatnya, ada air yang keluar dari mataku. Entah itu karena aku bersyukur masih bisa bertemu ayahku atau karena aku menyesal tidak bisa menyelesaikan latihannya. Aku tidak tahu itu, tapi yang jelas saat itu aku tidak bisa membendung air mataku. Aku hanya menangis dan terus menangis di pelukan ayahku tanpa berkata apa-apa.

Ayahku yang melihatku begitu pun merasa bersalah karena telah memberikan latihan yang cukup berat. Dia pun memelukku dengan kuat dan berkata.

"Tidak apa-apa nak. Tidak apa-apa. Ayo kita pulang."

Ayahku membopong ku dan kemudian berjalan kembali ke rumah. Dan saat itu lah aku akhirnya bisa tertidur nyenyak.

Setelah beberapa jam berjalan kami akhirnya berhasil kembali ke rumah. Ibuku tentu saja terkejut melihat kondisiku yang begitu parah.

Saat itu ibuku sedang memasak, tapi ketika melihatku.dia Langsung mematikan api untuk memasak dan langsung mengambil beberapa obat sihir di kamarnya.

Itu adalah obat sihir yang ibu beli dulu ketika masih berpetualang bersama ayahku. Isian dari obat sihir itu adalah campuran berbagai tanaman herbal dan tentu saja semua campuran itu di beri sihir agar kekuatan penyembuhan nya bertambah kuat dan juga lebih cepat.

Ibuku menyuruh ayahku untuk menempatkan ku di meja makan. Disana masih piring makan, karena sejujurnya sebentar lagi sudah waktunya sarapan, tapi kemudian ibuku menyingkirkan piring piring itu sampai membuat piring itu pecah karena terlempar ke tanah cukup keras.

Aku pun diletakkan di meja makan. Saat itu aku masih tidur, atau mungkin bisa dibilang pingsan. Ibuku memeriksa tubuhku apakah masih ada luka yang parah selain tanganku yang putus dan untungnya tidak ada. Setelah itu dia mengambil jarum dan benang untuk menjahit tanganku yang putus. Tentu saja itu bukan jarum dan benang biasa. Semua itu adalah alat sihir.

Sebelum menjahit tanganku ibuku merapalkan semacam mantra dan jarum dan benang yang dipegang ibuku bersinar. Setelah itu dia pun segera menjahit tanganku agar kembali menyatu.

Ibuku sangat lihat menjahit tanganku. Dia sangat teliti dan sangat rapi menjahit tanganku. Sebenarnya sebelum menjadi petualang. Dulunya ibuku adalah seorang dokter, tapi setelah mengenal ayahku dan menikahinya, dia pun mengikuti jejak ayahku dan menjadi seorang petualang juga.

Beberapa jam telah berlalu, dan akhirnya operasi telah selesai. Setelah berhasil menyatukan tanganku kembali. Ibuku memberiku sebuah minuman. Itu adalah sebuah obat sihir. Dari warnanya yang merah cerah. Itu sepertinya obat sihir tingkat tinggi.

Obat sihir juga ada tingkatannya. Dan cara membedakan nya adalah dari warnanya. Kalau obat sihir dengan tingkat rendah, biasanya warna obat itu adalah hitam. Sedangkan yang tertinggi adalah obat dengan warna merah cerah seperti obat yang diberikan padaku.

Khasiat dari obat tingkat tinggi tentu saja sangat berbeda dengan obat tingkat rendah. Obat sihir tingkat tinggi biasanya memiliki efek penyembuhan yang kuat dan juga sangat cepat. Obat ini bisa menyembuhkan luka yang parah seperti tangan putus hanya dengan waktu beberapa jam saja. Tentu saja obat ini sangat langka dan mahal. Biasanya obat ini hanya di berikan kepada orang -orang yang terluka sangat parah seperti aku.

Setelah beberapa jam ibuku merasa tegang, akhirnya dia bisa menghembuskan nafas lega karena sejujurnya dia sudah lama sekali tidak melakukan operasi begini.

Ayahku yang dari tadi di samping ibuku, melihat ku dioperasi merasa bingung, apakah sudah selesai atau belum. Dari tadi dia tidak melakukan apa-apa. Dia hanya melihat tanpa tahu apa yang sedang dilakukan istrinya.

"Umm...sudah selesai ini. Bagaimana kondisi Rakka?"

Ibuku mengelap keringat di dahinya dengan tangannya dan berkata.

"Tidak apa-apa. Aku sudah mengecek dia tidak terkena racun atau penyakit apapun yang bisa membahayakan nyawanya. Dan kalau tangan nya, seharusnya dia akan menyatu lagi dalam beberapa jam."

"Hah... syukurlah, kukira kita akan kehilangan dia."

Ayahku menghela nafas lega.

"Omong-omong, kenapa dia bisa jadi begini?"

"Aku juga tidak tahu. Aku cuma membawanya ke lembah di dekat sini untuk latihan bertahan hidup, tapi ketika aku ingin menengoknya. Dia sudah jadi begini."

"Lembah dekat sini? Maksudmu lembah Borh."

"Nah itu. Aku sengaja memilih lembah itu karena kebanyakan monster disana hanyalah Makupa. Dan seharusnya dia tidak apa apa karena monster itu lemah."

Makupa adalah makhluk seperti harimau, tapi memiliki kuping panjang dan juga memiliki bulu putih yang lebat disekitar lehernya, pergelangan kakinya dan juga ujung ekornya. Kalau berdasarkan level bahayanya, Makupa adalah monster dengan tingkat bahaya yang rendah. Dia lebih kuat dari slime, tapi lebih lemah dari Goblin. Monster itu lemah karena ukuran nya yang kecil. Hanya sebesar anjing saja.

"Hmm..kau benar, tapi yang kubingungkan, kenapa tangan nya bisa sampai putus. Yang kutahu, Makupa tidak bakal bisa melakukan hal ini."

"Kalau dipikir-pikir benar juga. Apakah ada makhluk lain yang kuat di lembah itu ya. Kalau iya bisa bahaya ini. Sebaiknya aku beri tahu para monster hunter untuk memeriksa lembah itu dulu. Kalau tidak, mungkin para monster hunter pemula yang biasanya pergi kesitu bakal menjadi korban selanjutnya."

Ayahku pun lekas pergi tanpa berpamitan pada ibuku.

"Eh..tunggu dulu.." ibuku ingin memberhentikan ayahku, tapi sayangnya dia sudah pergi dahulu.

"Malah sudah pergi, padahal aku mau suruh dia beli piring yang baru. Hah ya sudahlah, nanti saja kusuruh lagi."

Setelah itu ibuku pun membereskan piring-piring pecah yang berserakan di lantai.Selesai membereskan piring, dia beristirahat dan tidak melanjutkan masaknya karena pasti tidak akan ada yang makan, dan lagipula dia sudah sangat capek.

Hari sudah sore, tapi aku tak kunjung bangun, bahkan ayahku juga tak kunjung kembali. Lalu tak lama kemudian Ayahku akhirnya kembali, tapi dia kembali membawa sebuah gelang.

Gelang itu terlihat biasa saja. tidak ada hiasan, tidak ada motif, dia hanya polos saja. Warna gelang itu berwarna hitam pekat, berkilau layaknya sebuah emas tapi berwarna hitam. Ibuku yang penasaran dengan yang dibawa ayahku pun bertanya.

"Dari mana saja kamu? Dan gelang apa yang kau bawa itu?"

"Aku tadi ikut para monster hunter untuk memeriksa lembah Borh, dan disanalah aku menemukan gelang ini. Mungkin ini punya seseorang yang jatuh, atau mungkin punya orang yang sudah mati. Jadi daripada jadi fosil lebih baik aku bawa saja."

"Kau tadi ke lembah Borh, jadi ada apa disana? Apa ada monster yang kuat?"

"Kami sudah berjam-jam berkeliling lembah itu dan tidak menemukan monster yang kuat, disana ya cuma ada Makupa. Tapi ada satu hal yang bagiku agak janggal, yaitu kami menemukan cakar yang cukup besar dan itu tidak mungkin karena Makupa."

"Cakar besar?"

"Iya, lebar cakar itu sebesar 1 meteran."

"Itu besar sekali, apa jangan-jangan itu adalah monster yang menyerang Rakka kemarin."

"Aku tidak tahu pasti, tapi yang jelas kalau monster ini tidak segera ditemukan, bakal bisa membahayakan banyak orang."

"Semoga saja tidak ada korban untuk kedepannya.Pokoknya untuk sekarang kita harus merawat anak kita dulu oke."

"Ya kau benar."

Lalu di lembah Borh ada seekor rusa yang sedang memakan rumput yang segar di sana. Dia terlihat santai karena dia pikir di situ aman dari monster.lalu tiba-tiba, tanpa peringatan ada yang menyambar rusa itu sampai membuat tubuh rusa itu menghilang dan hanya menyisakan kepalanya saja.

Sampai Jumpa di Alam Liar

Seminggu kemudian.

Hari ini adalah hari dimana ayah dan ibuku akan pergi berpetualang dan....mereka tidak mengajakku.

Aku sudah siuman 3 hari yang lalu. Setelah siuman aku tidak ingat kejadian minggu kemarin sama sekali. Yang kuingat hanyalah, ayahku mengajak ku keluar kerajaan untuk latihan terakhir ku. Setelahnya aku tidak ingat sama sekali.

Saat siuman aku juga terkejut melihat bekas luka yang cukup besar di bagian lenganku. Ibuku berkata kalau aku hampir saja mati kala itu, tapi untungnya aku bisa selamat gara-gara obat sihir tingkat tinggi yang ibu berikan padaku sebelumnya.

Di pagi buta, sudah ada suara berisik dari rumahku. Suara itu adalah suara ayah dan ibuku yang sedang mempersiapkan barang-barang untuk berpetualang nanti.

Saat itu aku masih tertidur lelap, tapi aku terbangun karena suara itu. Aku pun keluar kamar untuk memeriksa nya. Dan disana aku melihat banyak sekali barang-barang yang sudah tersusun rapi di meja.

Di meja itu ada, peta, lentera, alat untuk membuat api, beberapa tanaman obat-obatan, dan juga peralatan bertarung mereka. Tapi dari banyaknya barang di meja, ada satu barang yang membuatku terpukau, yaitu pedang legendaris Adamas yang konon tidak bisa patah.

Pedang itu berwarna hitam kebiruan dengan motif seperti api di bagian mata pisaunya. Di bagian genggamannya juga ada motif seperti tanaman rambat berduri dan di tengahnya ada sebuah motif mawar berwarna hitam.

Bisa di bilang ini pertama kalinya aku melihat pedang itu, karena ayah tidak pernah mau menunjukkan nya padaku sebelumnya. Ayahku bilang pedang itu memang tidak bisa patah sama sekali. Dia pernah mencoba mengadunya dengan sebuah batu raksasa dan batu itu yang terbelah dua. Tapi sebagai ganti kekuatan yang luar biasa itu, pedang itu sangatlah berat. Hanya orang-orang yang punya kekuatan lebih, seperti ayahku yang bisa mengangkat pedang itu.

"Selamat pagi ayah, ibu."

"Oh..kau sudah bangun ya, maaf ya sepertinya kami terlalu berisik, sampai membuatmu terbangun." Ibuku sedang memasukkan barangnya di tasnya.

"Tidak apa-apa kok, lagipula ini hari terakhir kita bertemu. Jadi aku ingin bersama kalian lebih lama lagi."

Ayah dan ibuku saling menatap dan kemudian mereka mendekatiku dan memelukku.

"Maaf ya nak, kami tidak bisa membawamu." Ibuku memelukku sangat erat.

"Tidak apa bu. Nggak usah minta maaf, lagipula ini salahku karena tidak bisa kuat dalam 3 tahun latihan ini."

Mereka berdua melepaskan pelukannya dariku.

"Tidak apa-apa nak, kau masih ada waktu. Nanti ditempat temanku, kau bisa berlatih lebih serius lagi. Dari yang kudengar, baru-baru ini dia sudah menyelesaikan penemuan terbarunya. Dan dia berkata kalau penemuan nya ini bisa membuat siapapun bisa tambah kuat dalam beberapa minggu saja."

Aku tersenyum tipis.

"Yah..semoga saja begitu."

Ayah dan ibuku tersenyum dan kemudian ayah teringat sesuatu.

"Oh iya..ada sesuatu yang ingin kuberikan kepadamu."

"Hmm?"

Ayahku masuk kamarnya dan kembali lagi sambil membawa sebuah gelang polos berwarna hitam.

"Ini dia. Kuberikan ini untukmu sebagai kenang-kenangan dari kami."

"Gelang? Apakah ini salah satu alat sihir. Kalau benar, ini kebangetan sih. Kalian tahu kan aku tidak bisa menggunakan alat sihir sama sekali." Aku mengambil gelang itu dan membalik-balikannya

"Bukan...itu bukan alat sihir, aku sudah memeriksanya dan itu hanya gelang biasa."

"Oh gitu ya...terus kalau begitu ini dapat darimana? Apakah dari pasar?"

"Kau ini banyak tanya ya....mau atau tidak sih. Aku ambil balik lho."

"Hehehe...jangan dong. Aku kan penasaran."

Sebenarnya aku sangat senang diberi gelang itu, walaupun itu didapat dari pasar atau tempat sampah pun. Aku pasti tetap menyukainya karena ini adalah hadiah terakhir dari orang tuaku angkatku yang telah menjagaku dari bayi.

"Terima kasih ayah, ibu. Aku terima gelang ini."

Aku pun memakai gelang itu ditangan kananku. Gelang itu tenyata tidak terlalu pas dengan tangan ku. Dia agak sedikit kebesaran. Jadi agak longgar di tanganku.

"Agak kebesaran ya, tapi kalau kau latihan fisik, mungkin gelang itu bisa pas."

"Yah..mungkin saja."

"Oke.. hadiah sudah diberikan. Sekarang bantu kami menyiapkan barang-barang kami, oke."

"Ternyata ini tujuan kalian memberikan gelang ini."

Aku pun langsung kecewa setelah ayahku mengatakan itu. Kukira gelang ini untuk kenang-kenangan, ternyata untuk mengancamku.

"Mau atau tidak, nanti aku ambil lagi lho gelangnya."

"Iya iya, aku bantu."

Aku pun membantu ayahku dan ibuku menyiapkan barang-barang mereka, atau mungkin lebih tepatnya kalau aku yang menyiapkan barang-barang mereka. Setelah menyuruhku, ibuku pergi untuk memasak, sedangkan ayahku malah pergi untuk membeli persediaan untuk perjalanan nanti.

Setelah beberapa menit aku menyiapkan barang-barang mereka. Aku akhirnya selesai dan juga capek karena ternyata barang bawaan mereka sangatlah banyak dan juga sangat berat.

Aku sebenarnya tidak menyangka, selama ini mereka berdua selalu membawa barang bawaan seberat ini berpetualang kemana-mana. Jadi wajar saja kalau ayahku sangatlah kuat dan juga cepat.

Beberapa menit setelah aku selesai. Ibuku juga sudah selesai memasak sarapan. Setelah itu ayahku juga sudah kembali sambil membawa daging rusa yang dikeringkan.

Setelah semuanya sudah siap, kami pun sarapan bersama untuk terakhir kalinya. Menu sarapan kali ini adalah telur mata sapi, 2 potong daging sapi panggang dan juga beberapa sayuran, seperti wortel dan jagung.

Selama sarapan kami juga bercerita tentang kenangan kami selama di rumah ini dan juga bercerita tentang mereka yang mendapatkan pedang Adamas.

Mereka bercerita kalau dulu pedang adamas di temukan di Negeri raksasa, di sebuah reruntuhan kuno di bawah tanah. Dulu banyak sekali orang yang ke tempat itu karena banyak sekali rumor, kalau di tempat itu banyak sekali harta karun. Tapi dari sekian banyak orang yang pergi kesana, tidak ada satupun yang kembali.

Tidak ada yang tahu, apa yang ada disana, apa yang menanti mereka, monster apa yang mendiami reruntuhan itu. Tidak ada yang tahu.

Lalu saat itulah ayah dan ibuku masuk ke dalam reruntuhan itu. Didalam sana ternyata banyak sekali jebakan dan di dijebakan itu ada banyak sekali tulang belulang manusia yang tertusuk sebuah pedang dan tombak.

Walaupun jebakan disana banyak, tapi itu bukan apa-apa bagi ayah dan ibuku. Mereka melewati semua jebakan itu dengan mudahnya.

Setelah melewati banyaknya jebakan mematikan, mereka akhirnya mereka sampai di ujung reruntuhan itu. Disitulah mereka melihat pedang adamas yang menancap di tengah-tengah ruangan yang sangat besar.

Yang menanti mereka disana tidak hanya pedang adamas. Disitu juga ada sebuah mekanisme bergerak raksasa(Robot raksasa). Di sekitar pedang itu juga banyak sekali tulang belulang yang lebih banyak ketimbang sebelumnya.

Ketika mereka baru sampai disana, mekanisme itu bergerak dan matanya memancarkan cahaya warna merah. Mekanisme itu ternyata sangat kuat. Tubuhnya sangat keras. Jadi sangat susah untuk dipotong, dan dia memiliki kekuatan yang luar biasa. Sekali pukul bisa membuat seluruh ruangan itu bergetar cukup keras.

Walaupun mereka sangat kewalahan melawan mekanisme bergerak itu, tapi pada akhirnya mereka berhasil mengalahkan nya dengan menusuk inti di matanya.

Setelah mengalahkan nya mekanisme itu, mereka mencabut pedang adamas. Pedang itu awalnya susah di cabut, tapi akhirnya mereka berhasil mencabutnya bersama-sama. Setelah pedang itu dicabut. Ruangan itu bergetar cukup kuat bahkan langit-langit reruntuhan itu mulai runtuh.

Melihat tempat itu akan runtuh. Mereka pun segera berlari dan keluar dari tempat itu. Mereka sebenarnya hampir saja terjebak di tempat itu karena kaki ibuku tiba-tiba keseleo, tapi kemudian ayahku membuang tasnya yang berisi persediaan makanan mereka dan juga barang berharga mereka yang ada di tas itu. Setelah membuangnya, dia pun menggendongku ibuku sambil membawa pedang adamas yang tentu saja dia tidak buang. Gara gara membuang tasnya dia jadi bisa bergerak lebih cepat sambil membawa ibuku dan itu membuat mereka berhasil keluar.

Setelah berhasil mendapatkan pedang adamas. Mereka jadi terkenal dimana-mana karena berhasil mendapatkan pedang legendaris. Mereka pun juga diberi gelar oleh serikat petualang sebagai petualang paling tangguh dan kuat. Tak hanya itu, mereka juga di beri uang karena menjual tulisan berisi pengetahuan tentang reruntuhan itu, seperti apa saja yang ada didalam dan juga tentang mekanisme bergerak sebelumnya.

Sungguh cerita yang sangat seru dan menegangkan. Itu membuatku jadi tambah semangat menjadi seorang petualang.

Sarapan kami sudah habis, piring-piring kotor juga sudah di bersihkan ibuku. Matahari juga sudah meninggi yang menandakan sudah waktunya mereka berangkat.

Mereka mengangkat tas mereka yang berat dan kemudian keluar rumah. Tentu saja aku menemani mereka, tapi hanya sampai gerbang saja. Di luar rumah ternyata sudah ada para tetangga yang menanti kami keluar dari rumah. Kebanyakan dari mereka adalah wanita muda yang sedang membawa seikat bunga.

Setiap wanita membawa bunga yang berbeda-beda, ada yang mawar, tulip dan bunga bunga yang lain. Aku sudah tahu mereka sedang menanti siapa. Tentu saja ayahku. Semua wanita muda disana menyukai ayahku. Yah..itu wajar sih, dia sangat tampan sih.

Tapi sebenarnya aku sangat heran kepada semua wanita itu. Apakah mereka ini tidak takut dihajar ibuku lagi. Padahal dulu mereka pernah di hajar habis-habisan oleh ibuku sampai babak belur dan itu membuat mereka harus dilarikan kerumah sakit.

Setelah kejadian itu sebenarnya mereka juga tidak kapok sih, mereka masih menggoda ayahku, tapi secara diam-diam. Tapi kali ini sepertinya mereka siap untuk babak belur lagi.

"Umm...tuan kris."

"Oh.... tetangga kita...uh..." Ayah melihat ibuku dan dia terlihat agak kesal.

Para wanita muda tadi langsung ketakutan ketika melihat ibuku, tapi sepertinya mereka masih memiliki keberanian untuk melanjutkan bicaranya.

"Ku-kudengar kalian berangkat sekarang ya. Ja-jadi kami berniat ingin memberikan kalian bunga ini untuk kenang-kenangan." Para wanita itu memberikan bunganya masing-masing ke Kris.

"Oh gitu ya..terima kasih ya." Ayahku ingin menerimanya, tapi bajunya di tarik oleh ibuku yang membuat gerakannya terhenti.

Setelah menarik baju ayahku, ibuku maju ke depan menghadap para wanita itu. Para wanita sempat ingin mundur, tapi tidak bisa karena saking takutnya, mereka jadi tidak bergerak.

"Wah..kalian baik sekali ya. Terima kasih lho."

Ibuku memasang wajah tersenyum, tapi aku tahu dia sedang marah besar. Ibuku mengambil semua bunga wanita muda itu dengan kasar.

"Wah..bunganya cantik sekali ya."

Ibuku menghirup bau bunga itu.

"Hmm..ternyata baunya juga sangat harum. Sekali lagi terima kasih ya."

Para wanita itu hanya diam saja sambil menangguk tanpa tahu yang sedang di kodekan ibuku. Sebenarnya ibuku mengkodekan agar para wanita itu segera pergi dari hadapan nya.

"Aku ulangi! sekali lagi terima kasih ya!" Ibuku menggegam bunga-bunga itu sampai membuat tangkainya patah.

Para wanita itu akhirnya tanggap dan kemudian mereka berkata.

"I-iya sama sama, ka-kalau Begitu kami permisi dulu..."

Para wanita itu pun segera pergi dengan terburu-buru.

"Hadeh....dasar wanita centil." Ibuku membuang bunga-bunga itu ke tempat sampah.

"Sudahlah sayang jangan marah-marah terus, nanti cepet tua lho."

Ibuku melihat tajam ke arah ayahku, dan aku bisa tahu kalau dia akan berangkat berpetualang dengan 1 mata saja kali ini.

Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya kami sampai di gerbang utama kerajaan. Disana ternyata sudah ada seseorang yang sudah menunggu kedatangan kami. Itu adalah paman Tapoc, teman ayahku. Yang juga akan menjadi ayah angkat ku selanjutnya.

Paman tapoc itu kalau dilihat dari penampilannya sudah seperti 60 tahunan, tapi sesungguhnya umurnya itu seperti ayahku yaitu 30 tahunan atau sekitar 32 tahun, lebih tua 2 tahun dari ayahku.

Tidak seperti ayahku yang kekar, paman tapoc itu gemuk, tapi tidak gemuk banget, sampai perutnya besar seperti orang hamil 9 bulan. Dia hanya gemuk sedikit saja.

Walaupun dia masih berumur 30 tahunan, dia malah sudah mengalami kebotakan. Dan sejujurnnya, dari kejauhan tadi aku sudah menyadari ada orang menunggu kita, karena aku melihat ada kilauan cahaya yang menyilaukan mataku.

Aku pikir itu awalnya adalah sebuah lonceng dari sebuah toko, tapi setelah kulihat baik baik ternyata itu adalah kepala seseorang.

Paman tapoc juga memiliki kumis dan jenggot yang sangat panjang, sampai membuat mulutnya tidak terlihat.

Di depan sebuah pertokoan, paman tapoc mengelus kepalanya yang botak sambil menengok keatas sedang menunggu kita. Menyadari ada seseorang yang datang, dia berhenti mengelus kepala dan menghadap ke orang itu dan ternyata itu adalah orang yang sedang dia tunggu.

"Oh..temanku, akhirnya...." Paman tapoc berhenti bicara karena dia melihat sesuatu yang menakjubkan.

"Buahahaha....ada apa dengan wajahmu itu?" Paman tapoc tertawa terbahak-bahak sampai keluar air matanya

Dia tertawa karena melihat wajah ayahku yang babak belur, matanya lebam satu dan ada bekas tamparan di bagian pipi kanannya.

"Diamlah! Kau ini ingin berpamitan denganku atau mau menertawakan ku hah...!"

Paman tapoc menghapus air matanya.

"Maaf maaf, aku sudah lama tidak melihat wajahmu babak belur begini. Jadi rasanya aneh saja dan itu membuat ku tertawa."

"Sudahlah. Ini anak kami, kau masih ingat kan." Ayahku menepuk pundak ku.

"Halo paman."

"Oh..Rakka, tak kusangka kau sudah sebesar ini. Aku ingat kalau kita pertama kali bertemu pas kau berumur 7 tahun dan saat itu tinggi mu masih selutut ku." Paman tapoc memeluk dengan erat sampai membuatku sesak.

"Se-senang bertemu denganmu juga paman."

Aku masih ingat saat ketemu paman tapoc saat itu. Dulu seingat ku paman tapoc datang ke rumahku untuk membicarakan sesuatu yang penting dengan ayahku dan saat itu juga aku pertama kali bertemu paman Tapoc.

Walaupun sudah terlewat 8 tahun. Penampilan paman tapoc dulu dan sekarang masih sama saja. Yang membedakan hanyalah pakaian. Dulu pakaian paman tapoc itu biasa saja, sama seperti pakaian ayahku saat ini, tapi sekarang dia berpakaian seperti seorang bangsawan yang kaya raya.

Dulu aku ingat kalau paman tapoc itu adalah seorang pedagang senjata, tapi aku tidak tahu kalau hanya menjual senjata bisa kaya dalam sekejap. Atau mungkin dia mempunyai pekerjaan baru yang membuat dia kaya seperti sekarang. Yah..nanti tanya saja lah.

"Umurmu sekarang berapa, Rakka?"

"Umm...2 bulan lagi umurku menginjak 16 tahun."

"Wah..sudah remaja kamu ya."

"Yah.. begitulah."

"Baiklah, Tapoc. Tolong jaga anak kami, oke."

"Tenang saja. Akan kujaga seperti anak sendiri." Paman Tapoc memeluk pundakku.

Sebelum mereka pergi kami saling berpelukan dan kemudian ayah menepuk pundak ku dengan keras dan berkata.

"Kau harus menyusul kami, oke nak. Kami akan menunggumu di alam liar."

"Benar kata ayahmu, kami akan selalu menunggu mu, Dan juga kamu jangan nakal selagi bersama paman tapoc, oke."

"Bu..aku ini sudah hampir 16 tahun, mana mungkin aku akan melakukan hal kekanak-kanakan begitu."

Ibuku tersenyum dan dia pun mencium kening ku.

"Baiklah kami berangkat dulu ya nak."

"Iya ayah, hati hati dijalan. Dan tolong jaga ibu, oke."

"Kalau itu tentu saja."

Mereka berdua pun segera keluar gerbang dan meninggalkan kerajaan. Awalnya aku masih melihat mereka walaupun dari jauh, tapi lama kelamaan mereka menghilang dan hanya menyisakan kebisingan kerajaan yang selalu ada setiap pagi.

Semua orang mulai keluar rumah, ada yang pergi keladang, ketokonya, bahkan ada yang seseorang di kereta kudanya sedang menunggu penumpang.

Awalnya tempat itu sepi, tapi lama kelamaan tempat itu jadi ramai orang yang keluar kerajaan dan juga masuk.

"Hah..sudah mulai ramai nih. Rakka, ayo ke rumah paman."

Awalnya aku tidak menyadari panggilan paman tapoc karena aku masih fokus melihat keluar kerajaan, tapi kemudian paman memanggil ku lagi dengan lebih keras.

"Rakka!"

Aku pun berbalik ketika dipanggil paman tapoc.

"Ayo pulang." Paman tapoc melambaikan tanganya, mengisyaratkan ayo kita pergi.

Aku tersenyum tipis.

"Baik paman."

Ketika kepergian orang tuaku, aku sudah bertekad kalau aku akan menjadi kuat dan menyusul mereka suatu saat nanti. Dan ketika nanti kita bertemu lagi. Aku akan mengajak duel ayahku lagi dan akan kupastikan aku akan mengalahkan nya

Mandi Uap Yang Menyenangkan

Setelah itu Kami menyewa kereta kuda karena rumah paman tapoc berada di pusat kota dan tempat itu adalah tempat para elit, tempat para orang kaya. Pokoknya tempat itu adalah tempatnya orang-orang pintar dan bermatabat.

Di kerajaan ini, orang-orang nya di bagi jadi 3. Yaitu orang elit, orang biasa dan juga orang kumuh. Tentu saja tempat mereka dibedakan juga. Biasanya orang elit berumah di pusat kerajaan dan disana banyak sekali rumah-rumah besar dan mewah. Tak hanya itu, disana fasilitas nya lebih banyak dan juga canggih. Dulu ayahku pernah berkata kalau di tempat para elit itu banyak sekali alat sihir yang canggih, seperti mereka tidak mandi dengan air, tapi dengan menggunakan uap. Sejujurnya aku masih tidak percaya dengan perkataan ayah saat itu, karena mana mungkin uap bisa membersihkan kotoran dibadan. Lalu kebanyakan orang disana itu adalah petinggi kerajaan dan juga orang dari serikat perdagangan.

Selanjutnya adalah orang biasa. Mereka berumah disekitar gerbang depan utama dan juga dipinggiran pusat kerajaan.orang biasa ya..biasa. tidak ada yang spesial di tempat ini. Semua orang ditempat ini biasanya berprofesi menjadi petani atau juga pedagang. Kalau monster hunter biasanya juga tinggal ditempat ini, tapi terkadang ada juga monster hunter yang tinggal di pusat kerajaan, dan biasanya monster hunter itu adalah monster hunter profesional yang sudah bisa memburu monster yang kuat. Omong-omong aku juga tinggal di tempat ini. Sebenarnya ayahku bisa saja tinggal di pusat kerajaan, tapi dia memilih di tempat biasa karena lebih nyaman dan juga damai.

Selanjutnya orang kumuh. Mereka berumah di pinggiran kerajaan dan juga di gerbang belakang. Dulu gerbang belakang, mempunyai fungsi yang sama seperti gerbang depan, yaitu sebagai tempat masuk dan keluar nya para pedagang, atau juga para bangsawan dari kerajaan lain. Tapi karena kejadian masa lalu yang menyebabkan pintu dari gerbang itu rusak parah sampai membuat pintu itu tidak bisa di perbaiki lagi yang membuat gerbang itu sudah tidak digunakan lagi dan hanya jadi gerbang untuk orang-orang kumuh keluar kerajaan. Kebanyakan orang-orang disana adalah pemulung, pengemis dan juga pengangguran. Selain itu sebenarnya juga ada pencuri yang bersembunyi di tempat kumuh.

Sebenarnya semua orang sudah tahu kalau banyak pencuri bersembunyi di tempat kumuh, tapi semua orang tidak mau ketempat itu karena terlalu kotor dan juga menjijikkan. Banyak orang ditempat itu tidak pernah mandi ataupun membersihkan tempat mereka dan itu membuat tempat kumuh jadi tempat paling kotor dan menjijikkan di kerajaan ini. Ditempat kumuh juga ada pasar dan harga barang-barangnya sangatlah murah, tapi jangan terlalu berharap tinggi dengan kualitas barangnya. Di pasar itu biasanya menjual barang barang bekas yang masih kelihatan bagus, atau sayuran yang hampir busuk.

Sejujurnya aku agak kasihan dengan orang-orang yang tinggal ditempat kumuh, mereka disana jarang makan dan kalau makan pun, mereka harus mengais sisa-sisa makanan di tempat sampah. Yang tentu saja itu tidak higienis dan mungkin saja itu bisa membuat mereka jatuh sakit. Dan kalau sakit, mereka tidak bisa berobat ke dokter karena biaya pengobatan yang mahal.

Setelah 15 menit kami menunggangi kereta kuda, akhirnya kami sampai di pinggiran pusat kerajaan. Kami berhenti disini karena kereta kuda dilarang masuk ke pusat kerajaan karena untuk menjaga kebersihan dari kota itu. Dari situ kami pun berjalan ke tempat rumah paman Tapoc. Kukira perjalanan nya masih panjang, tapi hanya beberapa menit kami sudah sampai di rumah paman Tapoc.

Awalnya aku terkejut karena melihat rumah paman Tapoc yang besar, tapi aku sudah menduga itu. Jadi aku tidak terlalu terkejut.

"Wah rumah paman besar juga ya."

"Hehehe. Itu cuma biasa. Masih ada rumah yang lebih besar dari ini."

"Tapi tetap saja, ini masih lebih besar dari rumah ku."

"Sudah sudah. Jangan memujiku terus, lebih baik kita segera masuk kerumah."

Aku mengangguk tanpa bicara dan kemudian aku langsung berjalan ke rumah itu sambil memandang kemegahannya. Walaupun kulihat beberapa kali, dan dari segala sisi. Rumah itu memang sangat bagus sekali. Dilihat dari tinggi nya mungkin rumah itu memiliki 2 lantai. Aku bisa menebak kalau Jendela dan pintu itu terbuat dari kayu yang berkualitas dan juga mahal. Bisa terlihat dari betapa halusnya dan ratanya kayu itu. Motif dari ukiran kayu di pintu itu terlihat rumit, tapi juga sangat menawan. Seperti ada karya seni di pintu itu.

Aku sudah berada di depan pintu itu dan ingin membukanya. Aku memegang daun pintu itu yang berbentuk bulat. Ketika menyentuhnya aku tahu itu bukan besi, melainkan sebuah emas murni. Di daun pintu itu juga ada ukiran yang rumit, tapi menawan. Yang sejujurnya ketika aku memegangnya, tubuhku langsung merinding. Entah itu karena daun pintu itu yang dingin atau karena daun pintu itu yang terbuat dari emas yang sangat mahal. Aku tidak tahu, tapi yang jelas tubuhku merinding ketika memegangnya.

Ketika aku membuka pintu itu. Tidak ada suara decitan seperti suara tikus kejepit yang keluar dari engsel pintu itu. Aku juga membuka pintu itu dengan sangat mudah seperti aku membalikan sebuah kertas. Disaat pintu sudah terbuka sepenuhnya, tiba-tiba ada yang memanggil ku dan itu adalah paman Tapoc.

"Rakka!"

Aku pun berbalik badan, tapi pintu itu masih terbuka lebar.

"Ada apa paman? Katanya kita akan masuk."

"Itu bukan rumahku."

"Hah?"

"Itu..bukan..rumahku!"

Setelah mendengar itu aku memasang wajah datar, sambil mengedipkan mataku berkali-kali. Aku menghadap depan lagi dan di dalam rumah ada sekelompok keluarga yang sedang bersantai.

Disitu terlihat ibunya sedang memegang sendok sayur, ayahnya baru turun kebawah. Dia terlihat sudah rapi dan ingin pergi berkerja, dan juga ada 2 anak yang tadinya main kejar-kejaran, sekarang terdiam melihat kearahku. Semua orang didalam rumah melihat ke arahku dengan tatapan bingung. Aku yang ditatap pun juga bingung dan juga merasa malu. Lalu untuk menutupi rasa malu aku pun melakukan sesuatu.

"Halo bapak ibu. Apakah kalian ingin berlangganan air bersih dari pegunungan. Airnya segar lho."

Ya..aku berdalih sebagai seller air. Agar aku tidak malu-maluin salah masuk rumah orang.

"Ah..maaf kami tidak butuh lagi, karena kami sudah berlangganan di perusahaan Merula."

"Oh gitu ya. Sayang sekali, padahal air kami lebih segar lho."

"Maaf ya, tapi kami memang sudaj tidak butuh lagi."

"Hah.. yasudahlah. Aku akan cari orang lain saja. Kalau begitu aku permisi ya." Aku pun menutup pintu rumah itu dan segera berjalan cepat ke paman Tapoc.

"Kenapa paman tidak beritahu dari awal." Aku memarahi paman Tapoc

"Aku sudah teriak dari tadi, tapi kamu malah bengong dan malah nyelonong terus."

Ya itu tidak salah, aku dari tadi memang bengong melihat keindahan rumah itu dan itu membuatku tidak bisa membalas perkataan paman tapoc.

"Sudah sudah, tidak usah marah marah. Sudah biasa orang salah masuk rumah disini, jadi tidah usah malu-malu, apalagi harus berdalih sebagai seller air." Paman tapoc tertawa sedikit.

Aku meresa jengkel ketika ditertawai paman tapoc, tapi aku tidak bisa apa-apa karena tadi salahku sendiri. Dan sejujurnya aku juga tidak tahu kenapa aku harus menjadi seller air tadi dan setelah kupiki-pikir lagi ternyata itu cukup memalukan.

"Sudah. Ayo kerumah ku sebenarnya.dia tepat berada di belakang rumah ini."

Kami berjalan kesamping rumah itu. Disamping rumah itu ada jalan kecil seperti gang. Jadi kami lewat jalan itu untuk kerumah paman Tapoc.

Walaupun itu sebuah gang, tapi disitu tidak ada sampah, atau tempat sampah seperti yang selalu ada di setiap gang di tempat orang biasa. Gang itu sangat bersih, bahkan terlalu bersih, seperti ada seseorang yang selalu membersihkan jalan itu.

Ternyata gang itu cukup panjang dan itu memakan waktu sampai 2-3 menit untuk keluar dari gang itu. Setelah keluar, disana ada jalan besar lainnya yang menanti kami.

Disana juga banyak sekali orang yang berpakaian rapi dan juga mewah berlalu lalang di jalan besar itu. Tidak ada yang menggunakan kereta kuda disini, semuanya berjalan kaki.

Disaat kami juga ikut berjalan bersama dengan orang-orang disana. Disitulah aku melihat rumah yang sangat besar. Besarnya 3 kali lebih besar dari rumah sebelum nya. Bahkan di rumah itu juga ada halaman yang sangat luas dengan di hiasi pepohonan dan bunga bunga yang cantik.

Tidak hanya pepohonan, disitu juga ada banyak patung tentara berwarna emas yang menghiasi halaman itu. Dihalaman itu juga banyak sekali pekerja yang sedang merapikan rumput, menyirami tanaman, dan juga memoles patung berwarna emas tadi. Kalau di hitung-hitung. Mungkin jumlahnya ada 10 orang yang melakukan pekerjaan yang berbeda-beda. Awalnya aku berpikir kalau rumah itu milik salah satu petinggi kerajaan. Tapi kemudian paman tapoc berbicara begini.

"Ini dia rumahku."

Aku pun terkejut mendengar perkataan paman tapoc. Bahkan aku sempat tidak percaya dengan perkataan nya. Tapi kemudian dia berjalan santai ke rumah itu dan juga dia disambut hangat oleh pekerja disana.

"Selamat datang kembali, tuan tapoc." Para pekerja itu menyambut tuannya sambil membungkukan badannya.

Disitu aku masih terdiam sambil mulutku ternganga sedikit. Seakan tidak percaya dengan yang kulihat saat ini.

Melihatku bengong lagi, paman tapoc pun menghampiriku lagi dan menepuk pundak ku yang membuatku tersadar.

"Hei..jangan bengong lagi. Tenang saja ini rumah paman beneran kok. Ayo segera masuk."

"Umm. Baik paman." Aku mengangguk, tapi aku masih terkagum-kagum dengan rumahnya.

Kami pun berjalan bersama ke pintu depannya yang sangat besar. Selama berjalan aku berpikir. Sebenarnya apa pekerjaan paman tapoc. Bagaimana bisa dia punya rumah sebesar ini. Pertanyaan itu terus berputar di kepalaku sampai membuatku tidak sadar kalau kita sudah berada di depan pintunya.

Setelah sudah dekat ternyata pintu itu lebih besar dari sebelumnya. Bahkan aku berpikir bagaimana cara membukanya, pasti pintu sangat berat. Tapi kemudian paman tapoc hanya menyentuhkan jarinya di pintu itu dan pintu itu terbuka dengan sendirinya.

Ketika pintu itu terbuka, sudah ada para wanita muda yang cantik dengan pakaian maid. Menyambut kedatangan kami.

"Selamat datang tuan Tapoc dan tuan Rakka." Para pelayan itu membungkukan badannya dengan kedua tangannya diletakkan di bagian perut meraka.

"Saya sudah menunggu kedatangan anda tuan Rakka. Tolong ikuti saya,tuan. Saya akan mengganti pakaian anda." Salah satu wanita berambut pirang maju kedepan dan mengajakku ke ruang ganti.

"Eh..ada apa ini?" Aku pun bingung karena tiba-tiba diajak oleh seorang wanita cantik.

"Tenang saja, dia hanya akan mengganti pakaian mu. Jadi lebih baik ikuti saja."

"Okelah kalau paman bicara begitu."

Aku pun mengikuti wanita berambut pirang itu melewati lorong demi lorong. Selama kami berjalan, wanita itu berbicara padaku

"Salam kenal tuan Rakka, saya Vivi. Saya adalah asisten pribadi anda mulai hari ini. Jadi kalau anda butuh sesuatu bilang saja pada saya. Nanti saya akan penuhi permintaan anda dengan segera."

Aku agak terkejut kalau akan mendapatkan asisten pribadi, apalagi asistennya adalah wanita secantik dia. Jadi saat itu aku hanya mengiyakan saja.

Setelah beberapa menit berjalan di lorong, akhirnya kami sampai di suatu ruangan. Vivi membukakan pintu itu dan aku disuruh masuk duluan.

Aku pun hanya menuruti nya dan aku masuk duluan. Setelah masuk, betapa terkejutnya aku melihat banyak sekali baju mewah yang tersusun rapi di lemari. Di dalam ruangan itu ada berbagai baju dengan model yang berbeda-beda. Ada yang model berjas seperti punya paman tapoc, ada juga pakaian berkerah yang juga sangat bagus dan tentunya mahal. Tak hanya itu ada juga kaos yang sangat halus dan lembut ketika kusentuh. Pokoknya di ruangan itu penuh dengan baju mewah dan juga berkualitas tinggi.

"Baik tuan. Anda ingin menggunakan baju yang mana?"

Karena terlalu banyaknya baju disini aku jadi bingung ingin memakai apa jadi aku pun menyuruh Vivi yang memilihkan saja.

"Umm...kau sajalah yang memilihkan,Vivi."

"Baiklah. kalau begitu ,Mohon tunggu dulu,tuan."

Aku pun menunggu sambil melihat Vivi memilihkan baju untukku. Terlihat disitu kalau Vivi memilihkan jas seperti milik paman Tapoc, tapi jas itu berwarna biru tua.

"Bagaimana kalau ini tuan?"

Karena aku tidak terlalu peduli mau makai yang mana, jadi aku mengiyakan saja.

"Itu juga tidak apa-apa."

"Baiklah akan kubawa jas ini. kalau begitu ayo kita ke kamar mandi tuan?"

"Untuk apa?"

Vivi membukakan pintu dan mempersilahkan aku maju duluan.

"Tentu saja mandi, tuan."

Kalau dipikir-pikir, tadi pagi aku memang belum mandi sih. Aku terlalu sibuk menghabiskan waktuku dengan orang tuaku. Bahkan, biasanya aku tidak mandi karena pasti bakal berkeringat lagi karena latihan. Biasanya aku itu mandinya setelah latihan dan itu bisa siang atau sore.

Aku mencium ketiak ku dan tidak ada bau, karena aku baru mandi semalam dan setelah mandi aku tidak melakukan apapun yang membuatku berkeringat. Awalnya aku tidak mau menerima tawarannya untuk mandi, tapi karena dipaksa, aku pun ikut saja.

Seperti sebelumnya, rumah ini ternyata sangat besar, banyak sekali lorong demi lorong yang kulewati hanya untuk bisa sampai ke kamar mandi.

Setelah 3 menit akhirnya kami sampai di sebuah pintu. Tidak seperti ruangan yang lain, yang hanya memiliki satu pintu kecil. Ruangan kamar mandi ini memiliki dua pintu dan juga besar. Walaupun tidak sebesar pintu depan, tapi ini sudah setengah dari besarnya pintu depan.

Seperti paman tapoc yang membuka pintu depan dengan menyentuhnya. Vivi juga menyentuhkan jarinya di pintu itu dan pintu itu terbuka sendiri.

Ketika terbuka, ada uap yang keluar dari sela-sela pintu. Uap itu menyentuh kakiku dan itu terasa hangat dan juga sangat nyaman. Setelah pintu itu terbuka lebar. Disana ada banyak sekali wanita yang menunggu ku. Mereka berpakaian seperti maid, tapi agak berbeda. Pakaiannya seperti dikhususkan untuk di kamar mandi ini.

"Selamat datang,tuan Rakka. Mari..biar kami bersihkan tubuh anda." Pelayan itu membungkuk dengan sopan.

"Eh..kenapa ada para pelayan disini?"

"Mereka yang bertugas memandikan anda, tuan. Anda tidak usah ragu. Mereka akan membersihkan sejengkal kotoran yang ada di tubuh anda."

"Bukan itu yang kupikirkan, tapi.." aku belum sempat bicara, Vivi langsung mendorong ku ke kerumunan para pelayan itu.

"Baik kalau begitu. Aku akan menunggu diluar, tuan. Selamat menikmati." Vivi membungkuk dengan sopan dan pintu itu mulai tertutup.

Aku ingin keluar, tapi pintu itu tertutup lebih cepat dariku. Para pelayan itu mengerumuni aku dan mereka tersenyum seakan menyukai pekerjaan ini.

"Baik tuan. Lepas baju anda, biar kami bersihkan tubuh anda."

Saat itu perasaanku bimbang, aku tidak tahu saat ini sedang senang karena di kerumuni banyak wanita-wanita cantik, atau malu karena aku akan di telanjangi mereka. Tapi saat itu aku pasrah saja. Aku lebih baik menuruti mereka. Lagipula kalau aku menolaknya, meraka pasti tetap bersikeras untuk memandikan ku karena perintah dari paman Tapoc.

Aku di telanjangi dan dimandikan oleh mereka. Setiap jengkal dalam tubuhku dibersihkan dengan teliti dan juga sangat baik. Bagian punggung yang biasanya tidak pernah kubersihkan karena aku tidak bisa menjangkau nya. Sekarang di bersihkan oleh para wanita itu.

Setiap wanita membersihkan 1 dari setiap tubuhku. Ada yang membersihkan tanganku, ada yang membersihkan kakiku, bahkan ada yang membersihkan ******** ku. Sejujurnya aku sangat malu saat ini. Yah...semoga saja tidak ada yang berkomentar apalagi bergosip tentang tubuhku.

Untuk membersihkan tubuhku membutuhkan waktu sekitar 15 menitan. Setelah selesai salah satu wanita memberikan handuk hangat kepadaku untuk menutupi kemaluanku dan kemudian dia bertanya.

"Apakah anda ingin mencoba berendam air panas,tuan."

"Berendam air panas?" Aku membungkus ******** ku dengan handuk yang diberikan.

"Iya tuan. Biasanya tuan tapoc, Setelah kami bersihkan akan mencoba berendam air panas sebentar. Dia berkata kalau berendam air panas bisa merilekskan tubuhnya."

Sejujurnya itu sangat bagus. Karena saat ini tubuhku masih sakit semua akibat pelatihan ku minggu kemarin dan mungkin saja bisa sembuh karena berendam air panas.

"Hmm...emangnya boleh ya?"

"Tentu saja tuan. Sekarang kan anda menjadi tuan muda kami."

Setelah memikirkan nya matang-matang, aku pun menerima tawarannya.

"Baiklah kalau begitu. Aku akan mencobanya."

"Baik kalau begitu, tolong tunggu sebentar. Kami akan segera menyiapkannya."

Awalnya tempat itu rata, tapi kemudian muncul gundukan yang ada lubang di tengahnya. Kemudian lubang itu terisi air panas yang membuat tempat itu penuh dengan uap. Aku tidak bisa melihat karena uap itu, lalu kemudian di dinding di bagian pojok atas ada semacam ruang udara yang membuat uap itu tersedot kesana dan uap itu pun menghilang.

"Air panas sudah siap, tuan." Pelayan wanita tiba-tiba berada di sampingku. Aku pun terkejut karena hal itu.

"Ini aku tinggal masuk saja ini."

"Iya tuan, tapi anda harus melepaskan handuk anda dahulu."

"Begitu ya." Aku pun melepaskan handukku dan memberikan nya ke pelayan. Setelahnya aku mendekati bak air panas itu. Awalnya aku mencoba menyentuhnya dengan jariku, Dan itu tidak terlalu panas, tapi tetap saja secara reflek aku langsung mengeluarkan jariku dengan cepat, seperti merasakan kalau air itu sangat panas.

"Ada apa tuan? Apakah terlalu panas."

"Tidak tidak, ini sudah pas kok."

"Bagus kalau begitu, tapi kalau tuan butuh apa-apa bilang saja, tuan."

"Iya nanti akan kupanggil, kalau aku butuh sesuatu. Jadi untuk sekarang bisa tidak biarkan aku sendiri."

"Baik tuan, kalau begitu kami akan menunggu diluar."

Para wanita itu lekas pergi setelah kuperintahkan. Tempat itu sudah sunyi, tidak ada seorangpun disana kecuali aku. Tapi aku lebih suka begini, aku sudah tidak tahan menahan maluku lagi.

Setelah para pelayan pergi aku pun mencoba merendam diriku secara perlahan. Ketika tubuhku sudah terendam. Ada perasaan rileks di tubuhku yang membuat diriku seperti tidak mau bergerak dari tempat itu. Otot-otot ku mengendur, detak jantungku berdetak perlahan, mataku menutup setengah. Tubuhku terlihat sangat nyaman sampai membuat rasa sakit yang mengahantuiku sebelumnya menghilang

"Ah..nyamannya. tak kusangka berendam air panas bisa senyaman ini."

Dulu ketika aku bersama orang tuaku, aku tidak pernah sekalipun, berendam air panas. Bahkan aku tidak tahu kalau air panas bisa buat berendam.

Ketika aku memikirkan orang tuaku, aku tersadar perkataan ayahku kalau orang-orang elit itu mandi dengan uap panas. Kukira dulu kalau yang dimaksud ayah itu adalah mandi dengan uap beneran, tapi sekarang aku tahu maksud sebenarnya dari ayah.

"Apa ayah pernah mandi disini ya? Kan mana mungkin dia tahu kalau orang-orang elit mandi dengan uap tanpa pernah mencobanya. Jadi mungkin saja ayah juga pernah dimandikan oleh wanita-wanita cantik tadi."

Pertanyaan tentang bagaimana ayah tahu kalau orang elit mandi dengan uap terus berputar dikepala. Tapi karena kenyamanan air panas ini, aku tidak melanjutkan nya dan memilih bertanya pada paman tapoc nanti saja.

Setelah beberapa 10 menit aku berendam ada satu pelayan yang menghampiriku. Padahal aku tidak memanggil, tapi dia datang sendiri kepadaku dan itu membuat ku bingung.

"Hmm?" Aku melihat bingung ke arah salah satu pelayan yang menghampiriku.

"Maaf mengganggu anda, tuan. Tapi tuan Tapoc memanggil anda."

"Untuk apa paman memanggil ku."

"Aku tidak tahu pastinya, tapi dia bilang ini penting."

Karena dia bilang ini penting, aku pun segera bangkit.

"Baiklah kalau begitu aku akan segera menemuinya."

Pelayan itu ingin pergi tapi aku memanggil nya lagi.

"Oh iya. Tolong bawakan juga bajuku yang dibawa Vivi."

"Baik tuan." Pelayan itu membungkuk sopan dan kemudian pergi.

Aku pun keluar dari bak itu dan tak lama setelah itu muncul para pelayan yang memandikan ku tadi sambil membawakan jas yang dipilih Vivi tadi.

Walaupun aku masih telanjang bulat saat itu, tapi entah kenapa aku tidak malu lagi, atau mungkin ini karena aku tidak peduli lagi. Lagipula mereka semua sudah melihatnya dengan jelas tadi.

"Tuan, tolong keruangan kecil disana dulu, biar kami dandani anda dahulu."

Aku pun menuruti katanya dan kemudian masuk ke kamar kecil yang ada di pojok kanan kamar mandi. Aku tak masuk sendirian ada dua wanita yang ikut bersamaku dan salah satu dari mereka membawakan jasku dan juga sebuah handuk.

Ketika didalam, ada cermin sebesar 2 meteran dan juga rak yang berisi banyak sekali wadah berbentuk tabung yang aku tidak tahu isinya apa.

Aku dan 2 wanita itu sudah didalam ruangan kecil itu. Salah satu pelayan itu mengering badanku dahulu dengan sebuah handuk yang dia bawa sebelumnya. Tak hanya badanku, rambutku juga di keringkan dengan handuk.

Setelah badan ku agak kering, pelayan yang lain mengambil salah satu wadah dan membukanya. Didalam wadah itu ternyata ada sebuah gel berwarna putih dan gel itu sangatlah harum sekali.

"Itu apa?" Aku bertanya karena sangat penasaran itu apa.

"Ini lotion,tuan. Ini berguna untuk melembabkan dan juga mengharumkan tubuh anda."

"Lotion? Terbuat dari apa itu?"

"Bahan bahan alami yang berkualitas, tuan. Seperti, minyak zaitun, lidah buaya, dan juga mentega shea."

[Note: Mentega shea adalah lemak yang diektrak dari kacang pohon shea afrika. Kalau butuh informasi lebih lanjut cari aja di google, karena aku juga cari disana hehehe]

Yah bisa dibilang itu bahan yang sangat berkualitas. Karena aku tidak pernah mendengar tanaman itu semua. Aku sudah mempelajari berbagai tanaman didunia ini dengan membaca buku yang diberikan ibuku saat kecil. Namun walaupun aku sudah membaca banyak buku. Tanaman yang disebutkan pelayan tadi belum pernah kudengar sebelumnya.

Pelayan itu mengoleskan lotion itu kebadanku.

"Umm...kalau boleh tahu itu tanaman apa ya? Kok gak pernah dengar."

"Ya..itu wajar kalau tuan tidak tahu tanaman itu, tuan. Karena tanaman itu baru saja di budidayakan oleh tuan tapoc 3 bulan ini."

"Hah..paman tapoc membuat tanaman baru dan juga lotion ini."

"Iya tuan. Sebenarnya lotion ini sudah diperjualbelikan kepada para bangsawan 1 bulan yang lalu dan lotion itu mendapat ulasan positif dari para bangsawan yang membuat permintaan sangat tinggi saat ini. Kabarnya lagi kalau tuan tapoc juga akan menjual lotion ini ke penduduk biasa dengan harga yang lebih murah dan mungkin saja itu bisa membuat perubahan yang besar di kerajaan ini, tidak mungkin di seluruh dunia."

"Hum...hebat juga ya paman tapoc."

"Memang. Selain membuat perubahan dalam teknologi, dia juga ingin membuat perubahan dalam hal kosmetik."

"Perubahan dalam teknologi?"

"Iya tuan, apakah anda tidak tahu."

"Tahu apa?"

"Anda sungguh tidak tahu, tuan." Para pelayan terkejut dengan pernyataan ku itu dan itu membuat ku semakin bingung, siapa sebenarnya paman Tapoc ini.

"Tidak tahu, emangnya kenapa sih?"

"Tuan tapoc itu sudah terkenal dimana-mana, tuan."

"Benarkah, kok aku gak tahu."

"Apakah anda tidak pernah membaca koran, tuan. Sudah bertahun-tahun, tuan tapoc selalu muncul dikoran karena kehebatannya."

Aku memang senang membaca buku, tapi aku tidak suka membaca koran karena itu sangatlah membosankan. Aku pernah sekali mencoba membaca koran saat kecil, tapi karena isinya hanya politik dan politik. Aku pun menjauhinya karena aku tidak suka berurusan dengan politik.

"Tidak pernah, memangnya siapa sih paman tapoc itu? Apakah dia sangat terkenal sampai sampai dia terus muncul di koran bertahun-tahun?"

"Dia adalah seorang jenius yang berhasil membuat alat sihir tuan. Dia sudah terkenal dimana-mana karena hal itu."

"tunggu..paman yang membuat alat sihir? Dia yang membuat semua alat sihir yang menakjubkan itu."

"Iya tuan, bagaimana anda tidak tahu. Kalau tidak salah anda itu adalah anak dari teman tuan tapoc kan. Apa dia tidak memberitahu anda?"

"Dulu aku pernah di beritahu kalau paman tapoc itu adalah seorang penjual senjata dan sejak saat itu aku masih berpikir kalau dia penjual senjata."

"Itu sudah 6 tahun yang lalu, tuan. Dan dulu dia tidak hanya menjual, tapi juga membuat senjata di toko nya."

"Oh gitu ya, tapi bagaimana...." Kata kataku terhenti karena pelayan itu sudah selesai mendandani ku.

"Sudah selesai, tuan. Kalau mau tanya lebih lanjut, lebih baik tanya langsung saja kepada tuan tapoc, tuan."

Aku yang tadinya terlalu fokus bicara dengan pelayan akhirnya melihat cermin dan ternyata jas itu sangat cocok dengan tubuhku. Warna biru tua dari jas itu yang seperti langit malam membuat penampilan ku misterius dan juga menawan.

Kulitku yang awalnya kering dan kusam. Sekarang sudah lembut layaknya kulit bayi. Rambutku juga terasa lembut dan halus layaknya benang sutra, Tapi rambutku masih ikal seperti sebelumnya.

"Wow...apakah baju ini cocok denganku? Entah kenapa, aku merasa baju ini terlalu mahal untukku."

"Tentu saja cocok tuanku. Karena postur tubuh anda yang ideal, Membuat jas itu cocok di tubuh anda."

"Benarkah begitu."

"Benar tuanku."

"Gitu ya. Terima kasih ya umm...."

"Panggil saja saya Sani, tuan"

"Dan saya, Rani, tuan"

"Hum...Terima kasih Sani, Rani. Kalau begitu aku akan pergi. Aku yakin paman Tapoc sudah menunggu ku terlalu lama."

"Baik tuan, akan kami antar ke keluar." Aku keluar bersama kedua pelayan itu.

Sebenarnya aku ingin bertanya apakah mereka kembar atau tidak, tapi karena paman tapoc menyuruhku mendatangi nya. Aku pun mengurungkan niatku dan lekas pergi dari kamar mandi.

Ketika diluar, sudah ada Vivi yang menunggu ku. Dia membungkuk kepadaku ketika aku keluar dan kemudian berkata.

"Anda sangat cocok dengan jas itu tuan. Anda sudah seperti pangeran dari negeri dongeng."

Sejujurnya aku agak tersipu malu dengan perkataan nya, tapi aku menahannya, sambil pura pura batuk.

"Uhuk..tadi paman tapoc menyuruhku untuk mendatangi nya kan. Kamu tahu dimana tempatnya."

Vivi berdiri tegak kembali, tapi tangannya masih berada di perutnya.

"Iya tuan, tadi aku sudah di beri tahu tempatnya."

"Bagus, kalau begitu bisa tolong antarkan aku."

"Baik tuan. Kalau begitu ikuti saya." Vivi menganggukan kepalanya dan kemudian pergi. Aku berada dibelakangnya, mengikuti nya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!