MAAF YA CERITAKU SEDIKIT NGAWUR🤭
Seorang perempuan yang cantik,berpakain yang sangat seksi itu sedang menuju ke kantor tempat nya bekerja.Namanya Anindira yang sudah berumur 25 Tahun.
Di kota S Dira hanya tinggal sendirian di apartemennya,karena kedua orang tua nya tinggal di kampung halaman nya di desa X.Dira sendiri hanyalah anak satu-satu nya atau anak tunggal.
Kehidupan Dira memang sangat berkecukupan, karena kedua orang tua Dira adalah jurangan kebun teh di desanya,setelah lulus kuliah S1 Dira sudah merencanakan untuk bekerja.Kedua orang tua Dira tidak bisa berkata apa-apa lagi mendengar permintaan anak nya itu,yang ingin hidup mandiri di kota S tersebut, hingga mereka berdua menyetujui permintaan Dira.Dan sekarang Dira sudah empat bulan bekerja disebuah perusahaan yang besar di kota S.
Visualnya Anindira
Vivi
"Hay Vi selamat pagi?"sapa dira kepada temannya yang bernama Vivi.
"Selamat pagi juga Dira bohai."
"Hey berhentilah memanggil ku bohai Vi!"
"Memang kenyataan nya kan begitu!"jawab Vivi,teman yang paling akrab dengan Dira.
"Terserah kamu saja lah,eh Vi katanya ada yang meninggal ya di tempat parkiran kemaren?"
"Stttttttttt."
"Berbicara nya jangan keras-keras Dir."
"Memang kenapa?"tanya Dira.
"Memang nya kemaren kamu kemana aja sih?"
"Hehe, kan aku kemaren ngk lembur Vi,soalnya badan aku kurang fit.Makanya aku pulang aja."
"Cih dasar,alasan kamu doang itu mah.Bilang aja kamu—"ucap Vivi terpotong karena Dira sudah menyahut duluan.
"Astaga Vivi niat cerita atau bagaimana sih kamu? kok malah ngomel-ngomelin aku."
"Uppsss sorry,jadi begini kata nya sih."
Flashback ON
"Akhhhhhh,tolong-tolong,"teriak gadis itu.Dan datanglah keryawan berbodong-bondong menuju ke arah suara tersebut.
"Ada apa,ada apa..?"tanya salah satu seorang karA
yawan kantor itu.
"Itu...itu....dalam lif,"ucapnya terbata-bata.
"Tenanglah sebentar,"Setelah nafas nya terasa lega gadis itu pun mulai berbicara.
"Itu di dalam lif ada ma...mayat,"gadis itu langsung pingsan di tempat karena sudah tidak sangup lagi menahan ketakutan.
"Hah ma..mayat,ayo cepat periksa,"ucap salah satu karyawan tersebut.
"Akh,"Banyak mereka yang berteriak histeris, karena melihat keadaan seorang wanita tersebut tergeletak di lantai dengan banyak darah,terutama bagian wajah sudah tidak berbentuk lagi,karena di penuhi darah dan tangan sebelah kiri nya terlepas dari anggota tubuhnya.Leher yang tampak seperti di cekik,rambut beserta kulit kepalanya berhamburan di lantai.
"Cepat-cepat, panggil polisi."Baru saja salah satu karyawan tersebut mau mengambil telepon di saku nya tiba-tiba saja mati lampu.
"Blam...blam..blam..blam,"Lampu di kantor mati satu persatu.
"Akhhhhh,"Teriak mereka serempak.
"Diammm!berhentilah berteriak!"Mereka pun terdiam walaupun ada yang menangis dalam diam.
"Ok baiklah hidupkan lampu telepon kalian semuanya."Setelah lampu telepon mereka hidup semua,mereka sedikit tenang namun tetap was-was.
"Blum."Lampu kantor tersebut hidup seketika.
"Cepatlah panggil polis!"
"Baik...baik...."ucapnya terbata-bata.
Flashback OF
"Sebenarnya apa yang sudah terjadi?"gumam Dira dalam hati.
"Brakkkk."
"Astaga,Viviiiiiiiii.Kenapa kamu membuat ku terkejut sih?"
"Kamu sendiri sih melamun aja kerjaan nya,kamu dengar ngak sih apa yang ceritain tadi?"
"Iya dengar lah."
"Terus kenapa kamu diam,tanpa ekspresi begitu sih?"
"Memang nya kenapa?"
"Ya peluk aku kek atau teriak,takut atau gimana lah gitu."
"Cih takut jidad mu,lebay amat jadi orang."Sambil menepuk jidad Vivi dengan tangan nya.
"Bukan nya lebay kamu nya aja orang nya aneh,kejadian begitu aja ekspresi kamu biasa-biasa aja."
"Akh,"teriak Dira.
"Akh,kenapa-kenapa,ada apa?"tanya Vivi panik, dengan wajah yang sudah pucat pasi.
"Haha,kan tadi di suruh teriak,"ucap Dira santai.
"Astaga Diraaaaaaaaaa,"teriak Vivi nyaring.
"Woy,di sini bukan tempat paduan suara ya,ingat ini kantor!"ucap salah satu karyawan kantor itu menegur Vivi.
"Maaf,maaf pak, hehe,"Vivi merasa kesal dengan Dira, teman nya itu yang sudah mengerjainya.
"Awas kamu Dira,bikin aku malu saja."
"Cih,yang bikin ulah kan kamu sendiri,kenapa malah nyalahin aku sih?"
"Baiklah,kita tidak usah berteman,"ucap Vivi pura-pura ngambek.
"Ya Tuhan terima kasih,akhirnya uang ku bisa irit sekarang,"ucap Dara.Sambil melirik ke arah Vivi.
"Hhehe Dira,,,Dira,jangan begitu dong kita masih berteman kan,iya kan Dir aku cuman bercanda kok,"Vivi berusaha merayu Dira,ia takut mesin pencetak uang nya hilang begitu saja,karena Dira memang sering mentraktir Vivi membeli makanan atau membayar belanjaan mereka berdua di saat ke mall.Dira memang orang nya tidak pelit dengan uang nya, apa lagi berbagi dengan teman-teman nya.
"Ciiih dasar teman matre amat sih."
"Biarin lah,matre begini kan teman mu juga,emuuuaahhh,"Vivi mencium sebelah pipi Dira.
"Huekk...huekkk,"Dira sambil menutup mulutnya.
"Hey kenapa kamu tiba-tiba muntah begitu Dira?"
"Aku muntah karena mencium bau matre."
"Dira berhentilah mengejek ku!"
"Ok baiklah aku sudah capek,berhadapan dengan teman matre, sebaik nya kita bekerja sekarang!"
"Dir,aku mau minta dong data keuangan yang kemaren,aku lupa nyimpan di komputer ku dan flashdisk ku di rumah,ini flashdisk ku yang baru tolong di salin disini ya."
"Ok siap bos."
Di lain sisi.....
Tampak seorang laki-laki bertopeng berumur 30 Tahun.Nama nya Arsenio Sanjaya, pemilik perusahaan INDOWONDERS terbesar di kota s.Arsen jarang menampakan wajahnya di publik entah apa alasan nya yang sebenarnya.
Banyak rumor mengatakan bahwa wajahnya buruk rupa dan seperti monster,sehingga ia memakai topeng dan jarang bertemu dengan orang lain.Kecuali ada orang tertentu saja yang dapat bertemu dengan nya,itu pun orang yang bertemu dengan penuh ketakutan.
Contoh topeng nya ya😅
Orang yang bertemu dengan nya paling lama hanya 7 menit saja,karena saat mereka ada di dalam ruangan Arseno seperti merasa leher tercekik,susah bernapas dan penuh berkeringat saking takutnya satu ruangan dengan Arseno.
Walaupun ruang tersebut di beri penghalang kain hitam,supaya orang lain yang bertemu dengan nya tidak bisa melihatnya dengan jelas.tetap saja membuat orang semakin takut.
"Halo?"ucap Arseno menelpon sekertarisnya.
"Iya ada apa pak?"jawab sekertaris tersebut.
"Bagaimana tentang mayat gadis tersebut,apa sudah di bereskan dengan baik?"
"Sudah pak,semuanya sudah beres."
"Baiklah,jangan biarkan karyawan di kantor ku bergosip tentang gadis itu,kamu tau kan apa resiko nya."Arsen hanya tidak ingin semua karyawannya menjadi lalai bekerja karena selalu bergosip di kantornya.
"Baik pak,saya akan jamin tidak akan ada yang bisa bergosip satu kata apa pun,tentang gadis itu."
"Bagus."Telepon pun terputus.
#Hay menurut kalian visual hantunya di post atau bagaimana?
Saat di malam hari,
"Tek..tek..tek,"suara ketikan keyboard komputer.
"Dir tugas kamu sudah belum..??"
"Belum Vi,kenapa..??"
"Cepetan,ini sudah jam 8 malam."
"Sabar sedikit kenapa.?"
"Aiiissh teman yang satu ini,ngk ada peka-peka nya,ngk tau apa orang lagi takut dari tadi."
"Selain matre,kamu tuh yah penakut amat jadi orang."
"Hey aku takut begini mah wajar,apa lagi kemaren ada prestiwa yang mengerikan itu hiiiiiii,"Vivi menjadi bergedik ngeri mengingat cerita tentang kematian gadis tersebut.
"Kata nya ngak boleh bergosip tentang prestiwa itu,kenapa malah kamu yang gosip,"ucap Dira sambil mengetik tugasnya.
"Ini mah bukan gosip Dir,aku cuman menceritakan nya sedikit doang kok."
"Sama aja *****,hedeeeh,"Dira pun memutar bola mata nya jengah,mendengar teman nya berbicara yang kurang waras menurutnya.
"Ayo dong Dir,kita pulang aja yuk,besok lagi ya,ya,ya,"Vivi yang berusaha membujuk Dira untuk pulang,karena ia sudah tidak tahan lagi merasakan ketakutan di dalam dirinya saat ini.
"Baiklah-baiklah,asalkan kamu yang traktir aku makan ok."
"Haaa yang benar saja Dir."
"Ya sudah pulang saja sendiri saja,hus...hus,"Dira berpura-pura mengusir Vivi,ia tau teman nya itu tidak akan berani melangkahkan kaki nya, walupun hanya selangkah dari tempat duduknya nya.
"Ok..ok,aku akan traktir,cepetan beresin barang-barang nya."
"Baik ndoro."
"Ciiihh dasar punya teman sangat licik."
"Tentu saja dong,kalau ngk begitu kapan lagi bisa menikmati hidup enak,apa lagi makan gratisan dari teman matre,hitung-hitung irit uang lah,"ucap Dira bercanda.
"Diraaa,isshh cepatan.Malam ini aku tidur di tempat kamu saja ya."
"Terserah kamu saja,asal jangan tidur ngorok,kalau ngak aku tarik kamu lalu aku pindahin ke kamar mandi."
"Teman jahat amat sih."
"Terserah dong,aku kan nyonya nya."
"Ya...ya.Ayo kita pulan,"di saat mereka menuju ke arah parkiran perasaan Dira tiba-tiba saja tidak enak,seperti ada yang mengintip dari lorong kanan.Mata yang berwarna putih dan wajah yang pucat.
"Sepertinya ada tidak beres,sebaiknya aku tenang saja ,aku tidak mau membuat Vivi ketakutan,bisa-bisa merepotkan kalau dia pingsan nanti,"gumam Dira dalam hati.
"Vi kamu saja ya yang bawa mobil,aku lagi malas nyetir nih ."
"Siap bos."
"Astaga kenapa orang itu,masih membututi dari belakang sih,"gumam Dira dalam hati,ia takut Vivi melihatnya dari kaca mobil itu dan membuatnya tidak fokus untuk menyetir.
"Kenapa si Dir..?"
"Ngk apa-apa kok."
"Benaran ngak apa-apa ya."
"Aisshhh,sebaik nya fokus nyetir aja Vi jangan banyak tanya."
"Itu aja ngambek."
Setelah sekian menit di perjalanan menuju ke arah apartemen nya Dira ,akhirnya nya mereka berdua telah sampai di tempat parkiran.
"S***l kenapa mengintip terus dari tadi,"gumam Dira dalam hati,karena sebelah mata orang tersebut bergantungan di pipi nya,yang sedikit lagi akan copot.
Sesampai nya di dalam apartemen,Dira heran melihat wajah Vivi yang begitu pucat pasi,apa lagi dari tadi terdiam.
"Vi kamu kenapa sih...?"namun Vivi tetap diam dan duduk di sofa.
"Aneh,"gumam Dira,tidak biasanya teman nya itu tidak banyak berbicara.
"Vi kamu kenapa,kok diam dari tadi,"Vivi masih terdiam tatapan nya kosong kedepan.
"Astaga jangan-jangan,"Dira pun mulai berpikir dan mulai curiga apa penyebab teman nya begitu.Dira pun berlari mengambil air di dalam wc tersebut.
"Byuuurrr,"badan Vivi masih tetap saja menegang.Walaupun tampilan nya menyedihkan karena basah.
"Vi sadar,,Vi sadar,"Dira mengoyang-goyangkan tubuh Vivi,namun tetap saja Vivi terdiam dan semakin pucat pasi.
"Akhhhhh,"Ucap Vivi,merasa tangan nya sakit.
"Nah baru bersuara."
"Kenapa kamu mencubitnya keras sekali sih Dir."
"Kamu sih diam dari tadi,apa lagi wajah kamu pucat begitu."
"Aisshhh,kamu tuh ngk tau apa-apa, aku dari tadi lihat sesuatu dan aku syok dong,aku diam karena aku sedang berpikir itu yang aku lihat nyata atau ngk sih,"ucap Vivi karena sepanjang perjalanan Vivian merasakan apa yang di rasakan oleh Dira.
"Kirain kamu tadi kerasukan roh atau gimana tadi."
"Dan ini kenapa aku basah begini Diraaaaaa,"teriak Vivi yang baru saja menyadari dirinya yang basah kuyub,pantesan hawanya terasa dingin seperti di salju ditambah lagi ac nya yang full.
"Uppss sorry tuman."
"Ciihh kamu tuh yang tuman Dir."
"Sebaiknya aku ganti pakain saja,"Vivi pun hendak bergegas dari tempat duduknya namun tidak jadi.
"Emang nya kamu di sini punya baju ya."
"Ada dong,tuh di dalam lemari banyak pakain,"tunjuk Vivi ke arah lemari Dira dengan tersenyum.
"Ciiihkk,dasar Tuman."
Saat sedang asik memasak di dapur Dira kembali merasakan perasaan yang tidak enak,namun tiba-tiba saja suara bel apartemen nya berbunyi.
"Ting tong."
"Viiiii,"panggil Dira dari dapur.
"Ya ada apa Dir...?"jawab Vivi dari tempat tidur,karena setelah mengantikan pakain nya Vivi langsung merebahkan dirinya di kasur.
"Tolong buka kan pintu dong."
"Iya-iya,"Vivi pun bergegas membuka kan pintu tersebut.
"Ceklek,"Vivi pun mendongakan kepalanya kekiri dan kekanan namun tidak ada orang nya.
"Kok tidak ada orang nya sih,ini apaan coba..?"Vivi pun membuka kotak tersebut.
"Akkkkkhhhhhhh,Diraaaaa,"panggil Vivi histeris.
"Astga,aduuuh,"Dira pun terkejut, hingga tangan nya teriris karena lading saat ia menghiris bawang.
"Hikkksss...Diiirr,aku takut hikss,"ucap Vivi memeluk Dira,Dira yang melihat Vivi menangis merasa heran.
"Kenapa Vi,ada apa..?"
"Iiii..itu buang kotak itu Dir,aku takut hiks..hiks,"Dira pun melihat kotak tersebut dan membukanya tanpa ada rasa takut apa pun.
"Astaga ya Tuhan,"ucap Dira kaget,melihat tumpukan cacing hidup di dalam kotak itu, lalu membuangnya ke tempat sampah di luar.Setelah selesai Dira pun mengahampiri Vivi yang sedang menangis dan menenangkan nya.
"Dir,aku takut hikss,"Vivi masih menangis ketakutan hingga tubuhnya bergetar.
"Stttt,tidak apa-apa,aku di sini Vi.Jangan takut."
"Siapa yang sudah berani melakukan itu Dir."
"Aku juga tidak tau Vi,sebaik kita berdua tidur saja."
"Apa jangan-jangan orang tadi Dir.Hikss,"Vivi masih ingat betul dengan wajah orang tersebut.Apa lagi mata sebelah nya bergantungan yang sudah hampir lepas
itu.
"Stttt,sebaik nya kamu buang rasa takut kamu itu Vi,semakin kamu takut dan menghayal yang tidak-tidak,perasaan itu tidak akan hilang dan semakin akan membuat mu ketakutan,"ucap Dira.Berusaha menenangkan Teman nya itu.
Suasana di kantor tampak sangat riuh, banyak karyawan mondar mandir dengan wajah yang sangat pucat dan ketakutan.
Terutama seorang bapak-bapak yang berusia sudah 50 Tahun, ia tampak sangat gusar. Dia Dianto seorang wakil direktur di perusahaan tersebut.
"Ada apa ini?" tanya pak Dianto heran.
"Itu pak, ada mayat seorang laki-laki di dalam Toilet," ucap salah satu karyawan tersebut, bapak Dianto pun langsung melihatnya.
" Astagfirullah, " ucap Pak Dianto, ia benar-benar sangat terkejut melihat keadaan mayat yang sudah tidak dapat di kenali lagi. Mayat tersebut nasibnya, sama seperti korban yang berada di dalam lif kemarin, namun lebih sedikit lebih mengerikan, karena kedua bola mata nya sudah hilang dan kaki kirinya terputus.
Entah apa penyebab kematian orang tersebut. Polisi juga tampak bingung saat mengecek semua scctv, tidak ada hal yang mencurigakan saat ini.
"Sebaiknya kita telepon pihak polisi saja dengan segera," perintah Dianto.
"Vi, ada apa ya rame-rame?" tanya Dira
"Entahlah Dir, yuk kita coba kesana!" ajak Vivi.
Mereka berdua pun langsung bergabung di tengah-tengah perkumpulan karyawan itu.
"Hey, ada apa?" tanya Vivi kepada salah satu karyawan tersebut.
"Itu, ada mayat di dalam Toilet," jawab gadis itu dengan wajah pucatnya.
"Astaga!" ucap Vivi memegang dada nya yang hampir copot, namun Dira hanya diam saja.
"Sepertinya orang itu ada hubungan nya dengan kematian para korban akhir-akhir ini," ucap Dira dalam hati, ia melihat seseorang dari lorong tampak tersenyum dengan wajah pucat itu. Dira yang ingin menghampiri sosok tersebut, tiba-tiba saja tangan nya di pegang.
"Kamu mau kemana Dir?" tanya Vivi.
"Aku mau kesana dulu," jawab Dira.
"Sebaiknya kamu jangan kemana-kemana dulu Dir, keadaan sekarang sedang tidak baik." peringat Vivi.
"Sebentar saja."
"Ya sudah kamu hati-hati ya."
"Hmm."
Dira pun berlari kecil mengikuti sosok tersebut, hingga tiba lah di lantai 45, di tempat ruangan kosong yang sangat kumuh. Tampaknya ruangan tersebut sudah lama tidak terpakai dan akhirnya seperti gudang.
"Tak, tak, " suara langkah kaki Dira.
"Prankk." Suara benda terjatuh dengan tiba-tiba, sehingga membuat Dira terkejut. Perasaan Dira semakin tidak tenang, tengkuk nya terasa dingin, bukan berarti Dira takut, namun seperti nya akan ada sesuatu terjadi kepada nya.
"Akh!" Dira terkejut, karena tiba-tiba saja merasakan ada orang mengandeng tangan nya, namun tidak ada.
"Keluarlah jangan menjadi pengecut!" Dengan penuh berani Dira menyuruh sosok tersebut langsung menghadapinya dengan secara langsung.
"Na, na, na." Suara seseorang yang sedang bernyanyi entah dari mana, namun suaranya sangat mengerikan.
"Berhentilah bermain-main, sekarang keluar kamu!" Suara Dira tampak terdengar sangat dingin.
"Kring, kring." lagi-lagi ada suara lampu hias di atas kepala Dira, Dira pun mendongakan kepala nya ke atas
"Brak!" Lampu tersebut Jatuh, namun tidak mengenai Dira, karena Dira dengan cepat menghindari nya. Dira pun menarik napas nya lega, tetapi lagi-lagi Dira merasakan rambutnya perlahan-lahan di tarik ke belakang.
"Lepaskan!" bentak Dira, namun tetap saja rambut Dira di tarik kebelakang, rasa sakit yang luar biasa Dira rasakan saat ini, rasanya kepala Dira seperti hampir putus dari lehernya. Dira yang sudah di tahan akhirnya mengambil sebuah balok dan berbalik memukul apa saja di dekatnya.
"Akh!" Suara teriakan tersebut seperti nya menjerit kesakitan, namun sosok yang tidak kelihatan. Sepertinya pukulan Dira mengenai sosok tersebut.
Saat Dira menghembuskan nafasnya dengan sangat lega, tiba-tiba saja darah mengalir dari atas. Dira pun langsung melihat ke atas, namun tidak ada apa-apa.
"Hey! Keluar kamu sekarang juga!" Dira pun lebih was-was lagi, karena ia merasa ada sesuatu sosok berada di belakang nya dan Dira pun menoleh.
"Buhg." Dira pun langsung terkapar di lantai.
Di sisi lain Vivi sedang gelisah, karena teman nya tidak kunjung datang setelah kepergian Dira 2 jam yang lalu, Vivi yang hendak menyusul Dira, namun ketakutan di dalam diri nya membuatnya tidak bergerak mencari Dira.
"Aduh, Dira kemana sih? Kenapa lama sekalj pergi nya, ponselnya juga kenapa tidak di bawa sih?!" kesal Vivi.
"Astaga!" Vivi seketika terkejut, karena tiba-tiba saja ada orang yang memegang pundak nya. Vivi yang tidak berani menoleh ke belakang hanya mengigit bibir nya, karena sangat takut, hembusan nafas di telinga nya semakin dekat, sehingga membuat nya merinding ketakutan.
"Ya Tuhan, tolong bantu aku," ucap Vivi di dalam hati, karena saat ini Vivi lagi sendirian di tempat parkiran mobil.
"Akh! " teriak Vivi, ketika melihat wajah itu.
"Ada apa sih Vi?" tanya sesorang dari belakang.
"Kamu kenapa tiba-tiba muncul dari belakang aku sih?" kesal Vivi ternyata itu adalah teman nya sendiri yaitu Rio.
"Hey, gadis matre! Aku cuman ingin nyamperin kamu doang, kamu ngapain di sini sendirian hah?"
"Kenapa kamu ngak bilang dulu, kalau mau nyamperin sih, biar akau tidak kaget." Vivi benar-benar sangat kesal dengan teman nya itu, di tambah lagi sekarang teman nya Dira belum juga kunjung datang.
"Dasar nenek peot! Malah di omelin. Ya sudah aku pergi saja," ucap pria lembe itu.
"Hey-hey tungguin dong, aku juga mau ikut."
"Ya sudah cepetan!"
Di lorong parkiran, tampak sosok yang terlihat tersenyum dari kejauhan, melihat ke dua orang itu yang baru pergi.
Disisi lain...
"Brak, duar." Suara barang-barang berjatuhan, kaca pecah berhamburan di mana-mana, karena sosok itu sedang marah besar.
"Aku sudah bilang kan, jangan sampai ada orang lain satu langkah pun, masuk ke dalam ruangan itu.Tapi sekarang kamu malah bekerja tidak becus!" ucap sosok tersebut kepada suruhan nya itu.
"Saya minta maaf pak, tadi saya melihat ada mayat di dalam toilet, jadi saya tidak memperhatikan orang tersebut masuk ke dalam ruangan itu, maaf kan saya pak, "ucap suruhan sosok itu, sambil membukukan badan memohon ampun.
"Cih, kali ini saya maafkan kamu, sekarang juga kamu keluar dari sini, cepat!" bentak sosok itu.
Sosok tersebut pun menghampiri Dira yang sedang berbaring.
"Aku berharap kamu tidak lagi terlibat lagi," gumam sosok itu, sambil mengusap kepala Dira.
"Emh." Perlahan-lahan Dira bangun dari tidurnya, namun sosok tersebut tiba-tiba saja ada di depan nya, hingga membuat nya terkejut seketika.
"Siapa kamu ?"Suara Dira terdengar dingin.
"Haha." Sosok tersebut hanya tertawa mendengar Dira berbicara.
"Kamu tidak perlu tau siapa aku, yang harus kamu tau itu adalah jangan pernah berani-berani kamu untuk ikut campur!"
"Ciuh saya tidak akan ikut campur, kalau itu tidak akan pernah membahayakan nyawa orang lain, ingat itu!" peringat Dira, Dira yang terlihat santai berbicara namun tersenyum devil.
"Kau berani?" suara dingin itu tampaknya benar-benar seperti mengancam.
"Apa hah?" tantang Dira sambil melipatkan tangan nya di dada nya.
"Diam!" bentak sosok tersebut terlihat sudah murka mendengar omongan Dira.
"Haha, ternyata kamu bisa marah juga." Dira tertawa mengejek.
"Sekali lagi, ini peringatan terakhir untuk mu, kalau kamu tidak mendengarkan apa yang aku katakan, bersiap-siaplah menangung resikonya!" Sosok tersebut langsung mendekati Dira dengan sekejab.
"Brugh." Dira seketika ambruk di lantai.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!