NovelToon NovelToon

Salsa

Bab 1. Mendapat Harta warisan

Maaf tapi kita harus menunggu satu orang lagi, baru warisan itu dapat di umumkan" ucap Danuarta seorang pengacara kepercayaan dari Tuan Handoyo.

"semua anggota keluarga sudah berkumpul, memang siapa lagi yang harus datang?" tanya Setyo.

"iya ,siapa sich?" tanya Malika adik Setyo.

bersamaan suara bunyi bel pintu di buka, seorang pelayan segera berlari untuk membukakan pintu untuk tamu rumah itu.

"sepertinya orang yang kita tunggu, sudah datang" ujar Danuarta dengan dinginnya.

semua orang yang berada dalam ruangan itu, menoleh kearah pintu masuk, mencoba melihat siapa yang datang ke rumah ini.

seorang gadis muda dengan pakaian lusuhnya, berjalan perlahan dan sedikit ragu masuk ke dalam rumah mewah itu.

Danuarta yang mengenal siapa yang datang, langsung berdiri dan menyambut kedatangan gadis itu, dengan senyum ramah di wajahnya.

"ayo" ajak Danuarta pada Salsa.

Salsa mengikuti Danuarta untuk duduk di sofa bersama yang lainnya, tapi Malika dan nyonya Nur yang duduk bersebelahan dengan Salsa bangun lalu duduk di sofa yang lain, yang berjauhan dengan sofa yang di duduki oleh Salsa

Salsa mendelikan matanya, melihat sikap Malika dan Nyonya Nur, tapi Salsa tersenyum ketika matanya melihat sosok pria tampan di ujung sofa.

"aku mengenalmu!" seru Salsa pada Setyo.

Danuarta yang mendengar hal itu terkejut, lalu bertanya pada Salsa dengan rasa penasaran.

"Salsa kenal Setyo di mana?" tanya Danuarta penuh selidik.

"pria itu yang pernah menolongku, di lampu merah!" jawab Salsa.

"Setyo pernah menolong kamu?" tanya Danuarta tak percaya.

"dia menolong aku ketika aku di palak oleh preman di jalan" jawab salsa lagi dengan lantangnya.

"kamu tak bisa bicara pelan, ya!" protes Malika.

"kampungan!" Ledek Malika pada Salsa. Salsa merasa tersinggung dengan ejekan Malika padanya.

”justru kamu yang kampungan dan norak" balas Salsa tak mau kalah.

"Bisa kalian hentikan pertengkaran kalian, kurasa sudah waktunya surat wasiat ini saya bacakan, karena semua yang harus hadir di sini sekarang sudah hadir semua" cerocos Danuarta, membungkam mulut Malika dan Salsa.

"Pertama, perkenalkan ini adalah salsa, dia adalah pengamen di lampu merah di perempatan jalan menuju ke rumah ini" jelas Danuarta memperkenalkan Salsa.

"Lalu kenapa dia harus hadir, di sini sekarang?" Tanya Malika tidak sabar.

"Karena dia, adalah salah satu pewaris harta yang di tinggalkan oleh Pak Handoyo, sama seperti kalian" jelas Danuarta lagi.

"Apa maksud semua ini!?" Protes nyonya Nur cepat.

"Memangnya ada hubungan apa dia dengan ayah?" Tanya Malika lebih terperinci.

"Hal itu hanya Almarhum yang tahu"jawab Danuarta.

"Almarhum Pak Handoyo, mewariskan perusahaan dan rumah ini kepada gadis ini" lanjut Danuarta.

Semua yang ada di ruangan, terkejut lalu berteriak protes dengan keputusan tersebut.

"Apa tidak salah kamu, Danuarta!?" Protes nyonya Nur.

"Silahkan nyonya periksa surat wasiat ini, jika anda tak percaya" tantang Danuarta pada nyonya rumah ini.

Salsa yang mendengar apa yang di ucapkan oleh pengacara, terkejut, Salsa menutup mulutnya tak percaya. Bagaimana ini keajaiban ini bisa terjadi padanya, atau pengacara di depannya ini sedang mempermainkannya, bathin Salsa.

Setyo yang dari tadi hanya duduk diam berdiri lalu mengambil surat wasiat itu lalu membacanya.

"apa yang di katakan pengacara ini, benar ibu" ucap Setyo setelah membaca surat itu.

"kita harus pergi dari rumah ini, Bu" lanjut Setyo, Setyo yang dari awal tidak berminat pada harta warisan ayahnya, bermaksud meninggalkan tempat itu.

"tunggu!" cegah Danuarta.

"aku belum selesai, membaca semua isi surat warisan ini, duduklah dulu" lanjut Danuarta.

"untuk apa, semua telah jelas semua jatuh ke tangan gadis ini, entah ada hubungan apa, ayah dan gadis ini" ucap Setyo sambil mendecih kesal pada Salsa.

Salsa melihat ekspresi jijik dari wajah Setyo kepadanya.

"maaf, tapi saya benar-benar tak mengenal ayah anda" sela Salsa, ia tak mau jadi kambing hitam di sini.

"o_ya, lalu kenapa ayah mewariskan harta itu padamu, sedangkan kami anak-anaknya dapat apa?" ucap Malika sinis.

"maaf tuan pengacara, kurasa aku benar-benar tak mau masuk dalam omong kosong ini, lebih baik aku pergi dari sini" pamit Salsa.

"pergi saja! tak ada juga yang mengundang kamu kemari!" sewot Malika.

"jika kamu menolak harta ini, terpaksa saya serahkan semuanya pada panti asuhan" ucap Danuarta mencegah kepergian Salsa.

semua yang ada di sana terdiam mendengar kenyataan itu.

"sebelum mati kamu selalu menyusahkan aku, sesudah mati pun kamu sama" keluh nyonya Nur, menghela nafas panjang.

"sebenarnya kalian juga bukan tidak mendapat apa-apa, Pak Handoyo berpesan akan memberikan rumah yang lainnya kepada kamu semua kecuali rumah ini, rumah ini milik Salsa" lanjut Danuarta.

Salsa tidak melanjutkan langkahnya pergi dari rumah itu, Salsa duduk di kembali di tempat semula mencoba bersabar, mendengar sampai selesai apa yang di katakan pengacara tentang isi surat wasiat itu.

"Setyo, kamu bisa memiliki perusahaan kamu kembali, jika kamu mau menikah dengan Salsa" perkataan Danuarta yang tiba-tiba itu, membuat jantung salsa berdetak, kencang.

Salsa sangat gembira jika hal itu benar- benar terjadi, karena jika itu terjadi, rasanya seperti mimpi yang menjadi kenyataan.

"apa maksudnya ini!" sentak Setyo marah tak terima dirinya di jodohkan oleh gadis seperti yang di hadapan nya sekarang.

"terus terang salsa bukanlah, tipe nya" bathin Setyo.

"bagaimana putra saya bisa menikah dengan gadis seperti ini!" bentak nyonya nur marah besar, bagamanapun ia tidak terima putra satu-satunya harus menikah dengan gadis gembel yang tidak ia ketahui asal-usulnya itu.

Danuarta menarik nafas panjang, sepertinya kalian harus membaca sendiri isi dari surat wasiat di tanganku ini" cerocos Danuarta

Danuarta memberikan surat wasiat itu pada Setyo, Danuarta mengajak Salsa untuk segera pergi dari rumah itu.

Danuarta tak akan membiarkan Salsa jadi bulan-bulanan nyonya Nur, Danuarta hapal betul bagaimana sifat nyonya besar rumah ini.

"kamu ikut saya, ada surat yang perlu kamu tanda tangani dan aku harus menerangkan sesuatu" ajak Danuarta pada Salsa, Salsa berdiri lalu mengikuti langkah pengacara itu juga pergi.

bab 2. kehidupan Salsa

Danuarta membawa Salsa ke tempatnya, di sana Danuarta bercerita mengapa Tuan Handoyo mewarisi perusahaan dan rumah itu kepada Salsa.

"Tuan Handoyo ingin, memberi pelajaran kepada istrinya dan anak-anaknya, yang sombong itu" ucap Danuarta.

Salsa teringat bagaimana pertemuannya dengan Tuan Handoyo, hari itu.

"Tuan! Tuan!!" Panggil Salsa memanggil Tuan Handoyo, yang saat itu sepertinya sedang terburu-buru.

Setengah berlari, Salsa mengejar Tuan Handoyo.

"Ada apa!?" Tanya Tuan Handoyo ketus melihat penampilan Salsa.

"Dompet anda terjatuh, Tuan" jawab Salsa.

Handoyo menatap ke arah dompet yang di sodorkan oleh Salsa, Handoyo merogoh, saku celananya, dan ternyata dompetnya memang tidak ada.

Handoyo mengambil dompet itu, lalu memeriksa isinya, masih utuh semua, Handoyo menatap Salsa lagi, Handoyo menatap Salsa dari atas hingga bawah, membuat Salsa salah paham.

"Ada apa, Tuan!? Apa ada yang salah dengan penampilanku? Aku biasa berpakaian seperti ini" cerocos Salsa dengan nada sedikit kesal.

"Kamu pengamen di perempatan itu kan?" Tanya Handoyo.

"Iya" jawab Salsa cepat.

"Siapa nama kamu?" Tanya Handoyo lagi.

"Salsa"

"Salsa, baiklah karena saat ini aku sedang terburu-buru, aku tak akan bisa membalas kebaikan kamu telah mengembalikan dompet ku ini, tapi aku janji akan membalas kamu, dengan hal yang akan merubah hidupmu menjadi lebih baik dari sekarang" ucap Handoyo, setelah itu Salsa tak pernah lagi bertemu dengan Handoyo, ternyata itu adalah pertemuan pertama dan juga pertemuan yang terakhir untuk mereka.

"Apa yang akan kamu lakukan setelah menerima warisan ini?" Tanya Danuarta pada Salsa, membuyarkan ingatan Salsa pada Almarhum Tuan Handoyo.

"Aku tidak tahu" jawab Salsa polos.

"Apa kau percaya padaku?" tanya Danuarta kepada Salsa

"Untuk saat ini siapa lagi yang aku percaya, selain kepada anda, Anda pasti tahu bagaimana keluarga Tuan Handoyo, semua sekarang membenciku karena warisan ini" cerocos Salsa.

Danuarta terdiam, apa yang dikatakan Salsa memang benar, dalam hal ini tak ada seorangpun yang mendukung Salsa.

"Baiklah aku punya rencana terhadapmu, agar kamu bisa menjaga warisan ini" ucap Danuarta

"Apa kamu bisa baca tulis?" Tanya Danuarta lagi.

"Tentu saja tuan, aku pernah ikut sekolah walaupun hanya sekolah gratis, di kolong jembatan" jawab Salsa.

"Bagus" jawab Danuarta.

"Sampai Kelas berapa kamu sekolah?"

"Hanya sampai sekolah dasar, waktu itu ibuku meninggalkan rumah, ayahku yang seorang pemabuk, tambah jadi pemabuk, terpaksa aku putus sekolah untuk mengurus adik-adikku" cerita Salsa.

Danuarta terdiam mendengar cerita tentang kehidupan Salsa, semua yang diceritakan oleh Salsa seperti cerita dalam novel, tapi ini terjadi dalam kehidupan nyata.

"nanti saya akan memanggilkan guru untuk mengajar kamu, bagaimana cara bersikap dan berbicara kepada orang lain dan juga guru tentang ilmu bisnis" lanjut Danuarta.

"memangnya ada yang salah dengan cara bicaraku sekarang?" Tanya Salsa sedikit tersinggung mendengar ucapan Danuarta.

"Bukan begitu, setiap orang pasti berbeda jadi kita harus pandai-pandai bersikap dan berbicara di depan orang, apalagi nanti kamu akan bertemu dengan orang-orang penting, kamu harus bisa menjaga sikap kamu" jelas Danuarta lagi.

"Aku akan pastikan selama 7 tahun mendatang, kamu sudah menjadi perempuan yang mandiri dan sukses"

"Ingat Tuan Handoyo hanya memberi kewenangan harta ini atas namamu hanya selama 7 tahun, jangan buang kesempatan ini, dengan hanya berfoya-foya" pesan Danuarta.

Salsa terdiam, yang di katakan pengacara di hadapannya, sekarang memang benar,kesempatan ini tak akan datang dua kali, mungkin benar yang di katakan Tuan Handoyo, bahwa hidupnya akan lebih baik dari sekarang.

"Apa aku dapat jatah uang setiap.harinya, mulai sekarang?" Tanya Salsa ragu.

"Tentu saja, kamu akan menerima uang harian kamu sebanyak 5 juta setiap hari" jawab Danuarta.

"Tidak, itu terlalu banyak, aku hanya butuh sekitar 500 ribu setiap hari, itu juga sudah lebih dari cukup" ucap Salsa.

"Baiklah jika itu mau kamu, tapi ingat sekarang kami orang kaya, jika membutuhkan uang segera hubungi saya" pesan Danuarta lagi.

"Apa kamu bisa memberikan uang jatah harian ku itu sekarang? aku dari pagi belum bekerja, tentu belum ada uang untuk bisa ku bawa pulang" jelas Salsa.

"Tentu saja, ini atm yang bisa kamu gunakan untuk mengambil uang yang kamu butuhkan, apa kamu bisa menggunakannya?"

"Belum, apa anda bisa mengajarkan aku?" Ucap Salsa dengan malu-malu.

"Kalau begitu ayok, kita ke ATM terdekat, lalu ku antar kamu pulang"

Timpal Danuarta.

Sore itu, Danuarta mengajarkan Salsa mengambil uang di ATM dan mengantarnya pulang ke rumah.

"Tuan bolehkah aku terus mengamen di jalan?" Tanya Salsa sebelum turun dari mobil.

"Kenapa harus mengamen lagi, kamu sudah punya uang, kamu tak perlu capek-capek lagi" jawab Danuarta.

"Bukan begitu Tuan, kalau saya tidak mengamen lagi, orang rumah pasti akan curiga dan bertanya-tanya dari mana aku mendapatkan uang untuk membiayai adik-adik ku" oceh Salsa.

"Terserah kamu, kalau begitu" jawab Danuarta akhirnya, mendengar alasan Salsa.

"Terimakasih Tuan" balas salsa.

"Tapi jangan lupa setiap jam dua siang kamu harus mampir ke kantor untuk belajar" pesan Danuarta lagi.

"Baiklah, akan aku usahakan" janji Salsa, setelah itu dia segera turun dari mobil Danuarta.

***

Salsa mengetuk pintu rumahnya, dibuka oleh adik perempuan nya yang bernama Chika, dengan wajah cemberut.

"Kakak dari mana sih!? adik-adik pada menangis semua, lama-lama aku pusing tinggal di rumah ini!" omel Chika kesal.

"Memangnya Restu ke mana? dia tidak membantu kamu menjaga adik" Salsa menanyakan adik laki-laki nya.

"Mana aku tahu" jawab Chika dengan ketus.

"Kakak, aku lapar, aku belum makan" adu Siska adik ketiganya.

"Chika! apa kamu belum masak tadikan uangnya sudah aku kasih" omel Salsa.

"Uangnya sudah diambil sama Restu, dibawa lari sama dia" jelas Chika kesal, mengingat bagaimana tadi ia bertengkar dengan Restu memperebutkan uang itu.

Salsa terdiam mendengar cerita Chika, Restu adiknya yang satu itu memang sudah salah bergaul, bisanya hanya menyusahkan saja, Salsa menarik nafas panjang, rasanya dada Salsa terasa sesak.

"Kakak, apa kamu sudah siapkan uang untuk ujian aku?" Tanya Chika.

"Sudah" jawab Salsa, Chika menatap Salsa.

"Kakak pinjam dari siapa uang itu?" Tanya Chika penuh curiga.

"Kamu tak perlu tahu, besok aku akan berikan uang itu padamu"

"Aku akan membeli makanan untuk kalian,kalian tunggu sebentar" lanjut Salsa, ia keluar lagi dari rumahnya, untuk membeli makanan buat adik-adiknya yang sudah kelaparan.

Setelah membeli makanan, salsa segera kembali ke rumahnya, begitu masuk rumah, Salsa melihat ayahnya sudah ada di dalam rumah.

"Dari mana kamu, hari gini baru pulang!" Omel ayah Salsa, tentu saja dengan keadaan setengah mabuk, bau minuman keras, langsung tercium hidung Salsa begitu ayahnya bicara.

"Ayah pasti habis menum-minuman lagi!" Sentak Salsa kesal.

"Aku hanya minum sedikit" protes ayah.

"Mana kami percaya ayah" timpal Chika.

"Diam kamu kecil!!" Bentak ayahnya pada Chika.

Salsa membuka bungkusan nasi yang di bawanya untuk di berikan kepada adiknya yang sudah kelaparan.

"Restu mana, anak itu tambah nakal saj, ayah harus memukulnya, biar dia kapok" cerocos ayah di antara sadar dan tidak.

"Bagaimana ayah akan memukulnya, ayah saja tidak sadar!" Timpal Chika lagi.

"Sudah ku bilang kamu masih kecil, jangan suka ikut campur urusan orang dewasa!" Omel ayah sekali lagi pada Chika.

"Dor!, Dor!, Dor!" suara pintu rumah di gedor keras dari luar, Salsa segera berlari untuk membuka pintu rumahnya sebelum pintu rumahnya roboh karena nya.

"Ada apa!?" Tanya Salsa sinis begitu Tahu Tuan Damara yang datang.

"Restu di tangkap polisi" jawab Tuan Damara dengan angkuhnya.

"Apa!? Kantor polisi!!" Teriak Salsa.

bab 3. Salsa.

"ditangkap polisi" teriak Salsa

Salsa yang terkejut mendengar Restu ditangkap polisi menangis sedih, Tuan Damara yang melihat Salsa menangis merasa terenyuh hatinya, " "jika kamu ingin menembus adik kamu, saya bersedia meminjamkan uang, tapi dengan satu syarat" ucap Tuan Damara, duda tua pemilik rumah kontrakan yang Salsa dan keluarganya tempati.

Salsa menatap sinis kepada tuan Damara, Salsa tahu apa syarat yang akan diajukan oleh Tuan Damara kepadanya.

"Tidak usah terima kasih Tuan" tolak Salsa halus.

"Kalau begitu kamu menangis saja terus, karena adikmu tidak akan keluar jika tidak ada uang tebusan" ucap Tuan Damara ketus.

"Itu bukan urusan Anda tuan" balas Salsa kesal.

"Terserah kamu" ucap Damara akhirnya, lalu dengan kesal meninggalkan Salsa. Salsa kembali ke dalam, melihat adik-adiknya yang lain sedang makan, tapi Restu tak ada di sana, wajah Salsa berubah menjadi sedih.

"Siapa tadi yang datang?" tanya ayah

"Tuan Damara, menagih uang kontrakan" bohong Salsa.

Salsa masuk ke kamar mandi, Iya menangis sendirian di dalam sana, Iya ingat janjinya kepada ibu untuk menjaga adik-adiknya.

Setelah bisa menguasai dirinya, Salsa pun keluar dari kamar mandi untuk ikut makan bersama adik-adiknya malam itu.

Keesokan harinya Salsa langsung pergi ke kantor polisi, untuk melihat keadaan Restu, Restu menangis ketika Salsa datang, Salsa memeluk Restu, bagaimanapun keadaan Restu, Restu tetap adalah adiknya.

"Tolong keluarkan aku dari sini" rengek Restu.

"Tenanglah akan aku coba bicara dengan polisi yang menangkap mu" ucap Salsa.

"Dia tak mungkin mendengarkan kamu, kecuali kamu menyewa jasa pengacara" timpal Restu, sambil menarik nafas berat. Salsa teringat dengan Danuarta yang juga seorang pengacara, Salsa mencoba menelepon Danuarta saat itu juga, meminta Danuarta mengurus kasus adiknya.

Benar saja dengan bantuan Danuarta, hari itu juga Restu dapat keluar dari kantor polisi.

"Kak ada yang aneh dengan polisi di sini" bisik restu.

"Apanya yang aneh?" tanya Salsa

"tadi kata polisi ada seorang pengacara menjamin diriku, apa kakak menyewa seorang pengacara untukku?" Tanya Restu penasaran.

"Mana mungkin, aku mampu!" Jawab Salsa berbohong.

"Jangan di pikirkan, anggap saja kamu beruntung kali ini, ada yang berbaik hati menjamin kamu, entah lain kali, bisa saja kamu di penjara seumur hidup!" Ucap Salsa mengingatkan Restu, Restu mengangguk mengerti.

"Maaf kak, aku terbawa oleh Rizal temanku" bela Restu.

"Masih saja, dari dulu alasanmu hanya itu saja" omel Salsa

Salsa membawa Restu pulang ke rumah tanpa memberitahu siapapun kalau Restu semalaman menginap di kantor polisi.

***

Salsa siang itu pergi ke perempatan jalan seperti biasanya, dia berniat untuk pergi pengamen di sana, Salsa tidak menyangka akan bertemu dengan Setyo kembali.

Setyo yang melihat Salsa sedang mengamen, tersenyum sinis kepada Salsa.

"Masih kurang uang yang diberikan ayahku sehingga kamu masih mengamen di sini" ledek Setyo

Salsa diam walau hatinya sakit, pura-pura tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Setyo, Salsa terus saja menyanyi.

Setyo Yang merasa diabaikan sedikit kesal, dia pun langsung menancap gas begitu lampu merah berubah menjadi hijau, tanpa memikirkan Salsa lagi.

Salsa yang teringat janjinya kepada tuan Danuarta, segera pamit kepada teman-temannya, untuk segera menemui Tuan Danuarta, saat itu juga.

Salsa memutuskan untuk mengikuti saran dari Danuarta, yang memintanya untuk belajar bagaimana bersikap dan berbicara dengan orang lain.

Setyo yang merasa kesal melihat Salsa tadi, pulang ke rumah dengan marah-marah. Nyonya Nur yang melihat Setyo marah-marah, hampiri Setyo.

"Ada apa?" tanya Nyonya Nur

"Aku bertemu dengan gadis itu, di perempatan lampu merah" jawab Setyo.

"Buat apa dia masih mengamen, bukankah dia sekarang sudah banyak uangnya!" timpal Nyonya Nur kesal, ia masih tak mengerti bagaimana mungkin suaminya mewarisi rumah ini dan perusahaan pada gadis seperti itu.

"Entahlah aku juga tidak tahu" jawab Setyo.

"Sepertinya kita harus membuat suatu rencana, Ibu tidak rela Salsa menggunakan uang Ayah apalagi rumah ini, selama 7 tahun" ucap Nyonya Nur.

"Rencana apa Ibu?" Tanya Nyonya Nur

"Kamu menikahlah dengan Salsa, sesuai dengan isi surat wasiat tersebut, sebelum kita terusir dari rumah ini" cerocos Nyonya Nur.

Setyo menatap ke arah ibunya, dengan pandangan mata tak percaya, bagaimana mungkin ibunya meminta dia menikahi gadis pengamen itu.

"Gila! Bu_masak aku harus menikah dengan seorang pengamen!" Seru Setyo marah

"Apa kata teman-temanku nanti!" Lanjut Setyo.

"ingat dia sekarang bukan pengamen lagi, dia seorang wanita kaya raya!" Ucap ibu mengingatkan.

"Tetap saja Bu! pada dasarnya dia adalah seorang pengamen! lihat saja penampilannya! wajahnya yang dekil, kumal, tak terawat karena matahari!" Ucap Setyo marah.

"Kalau soal penampilan Ibu akan merubahnya, ibu lihat dia tidak terlalu jelek-jelek banget!" Timpal Nyonya Nur

"Apa maksud ibu, tidak! pokoknya aku tidak mau menikah dengannya!" ucap Setyo kesal

Setyo masuk ke dalam kamarnya dengan kesal, hingga membanting pintu dengan keras, Nyonya Nur yang mendengar itu hanya menarik nafas.

"Lihat ulahmu pah, putramu jadi korbannya" bathin Nyonya Nur, menyalahkan almarhum suaminya.

Setyo membaringkan tubuh lelahnya di atas tempat tidur, ia melonggarkan dasinya yang terasa mencekik lehernya, saat itu.

Setyo merasa galau menyelesaikan masalah ini, ia merasa tak tega kepada ibu dan adiknya yang seminggu lagi harus meninggalkan rumah ini, tapi Setyo pun tak mungkin menikah dengan gadis pengamen yang dekil itu,apa kata teman-temannya nanti.

***

Salsa yang sudah sampai di kantor Danuarta, segera menerima pelajaran pertamanya, dari seorang guru. Yang telah di sewa khusus oleh Danuarta.

"Seminggu dari hari ini,akan ada pertemuan pemegang saham, mau tidak mau kamu harus bertemu dengan mereka" ucap Danuarta.

"T_tapi" sela Salsa yang merasa tak siap.

"Tenang aku akan menemani kamu, sekarang tugas kamu hanya mengikuti guru kamu, ingat kamu jangan buat malu Almarhum Tuan Handoyo!" Lanjut Danuarta mengingatkan Salsa.

"Baiklah" balas Salsa sambil mengangguk.

Hari demi hari pun berjalan dengan cepat, sudah seminggu Salsa belajar, hari ini waktunya dia mempraktekkan apa yang dia pelajari, Danuarta membelikan Salsa pakaian yang akan dia gunakan, di pertemuan hari ini, Danuarta pun tak lupa membawa, salsa ke sebuah salon langganannya.

"Aku siap, pak pengacara" ucap Salsa pelan begitu selesai di make up.

Danuarta yang sedang memainkan handphone terkejut dengan seorang wanita cantik yang sekarang berdiri di hadapannya.

"Salsa" seru Danuarta, Danuarta menatap Salsa dari ujung kaki hingga ujung kepalanya.

"Apa aku aneh, tuan?" Tanya Salsa yang merasa risi di tatap tajam oleh Danuarta seperti sekarang.

"Cantik" puji Danuarta pelan.

Salsa yang mendengar itu, menjadi malu, wajahnya memerah.

"Apa kita bisa pergi sekarang" ucap. Salsa pelan membuyarkan tatapan penuh pesona Danuarta kepada Salsa.

"I_iya mari" jawab Danuarta gugup, Danuarta sendiri bingung mengapa ia harus gugup di depan Salsa.

Tak butuh waktu lama, Salsa dan Danuarta pun tiba di kantor Tuan Handoyo, para karyawan yang kenal siapa Danuarta, memberi salam padanya, tapi setiap karyawan di sana tampaknya lebih tertarik melihat wanita cantik di sampingnya, mereka semua hampir menghentikan langkah mereka untuk sekedar melirik Salsa.

Danuarta sedikit tidak menyukai hal ini, tapi dia tak bisa berbuat apapun, karena memang hari ini Salsa sangat menarik perhatian.

Ruang meeting telah siap, mereka hanya tinggal menunggu kedatangan Salsa dan Danuarta.

Salsa menarik nafasnya dalam-dalam, mencoba meredakan gemuruh di hatinya.

Setyo yang sedang gelisah memainkan pena yang ada di tangannya, Setyo membayangkan bagaimana mungkin dia bisa bekerja dengan gadis pengamen yang terlihat bodoh itu, nantinya.

"Ayah, mengapa harus gadis seperti dia!" Umpat Setyo kepada Almarhum ayahnya.

Pintu ruang meeting yang besar telah terbuka lebar, seorang gadis cantik berjalan anggun masuk ke dalam sana,membuat semua yang hadir di sana terkesima olehnya.

Tidak terkecuali Setyo, ia sampai berdiri dari tempat duduknya, melihat siapa yang datang.

"Siapa gadis cantik itu?" gumamnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!