Fajar mengemudikan mobilnya dengan hati dan perasaan yang hancur, memikirkan kehidupannya yang selalu berakhir dengan kepiluan.
Setelah satu tahun dia kehilangan istri dan calon anaknya akibat terpisah maut, akhirnya dia bisa kembali merasakan getaran cinta setelah dia bertemu dengan seorang wanita cantik, polos dan sedang dalam keadaan amnesia.
Wanita itu mampu membuatnya move on dari almarhumah istrinya. Ditambah lagi kehamilan wanita itu yang membuatnya berpikir jika wanita dan calon bayinya itu adalah dua sosok, yang dikirim Tuhan untuk menyembuhkan lukanya akibat kematian istri dan anaknya.
Namun ternyata itu semua hanya ada dalam angan-angannya saja! Hanya mimpi disiang bolong, yang berakhir tatkala dia terbangun dimalam hari! Dan saat itulah dia tersadar dan melihat dunianya yang sesungguhnya penuh dengan kegelapan!
Dan itu terjadi saat suami asli dari perempuan itu datang dan membawanya pergi! Dan dia tidak memiliki kekuatan apapun untuk mencegah hal itu terjadi, karena pada kenyataannya perempuan itu memang bukanlah miliknya!! Dan yang lebih menyakitkan lagi adalah.... Pria itu sahabatnya sendiri!!
Jika memang wanita itu tidak diciptakan dari tulang rusuknya, lalu kenapa takdir harus mengirim wanita itu kedalam hidupnya?! Saat taman bunga dihatinya yang telah lama layu dan akhirnya mekar kembali, dalam sekejap bunga itu kembali layu seperti sedia kala!
Kenapa dia merasa jika takdir sedang mempermainkan hidupnya?! Membuatnya merasakan sakit untuk kedua kalinya dengan kehadiran dan kepergian wanita itu!!
Dan sekarang apa yang harus dia lakukan untuk menyembuhkan rasa sakit hati ini?! Haruskah dia belajar untuk move on lagi?! Tapi sampai kapan dia mampu menahan rasa sakit hatinya?!!
Kata Bu Zaitun, kondisi amnesia wanita bernama Zahra itu masih bisa dia manfaatkan untuk membuat dia tetap berada disisinya. Tapi dia tidak bisa melakukannya! Dia bukan tipe orang seperti itu! Orang licik yang rela menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya!
Tidak!! Dia tidak bisa berbahagia diatas penderitaan orang lain, dan dengan milik orang itu!! Apalagi Rahul adalah sahabatnya sejak kecil. Dan dia tidak bisa mencuranginya!
Pikirannya yang sedang galau dan frustasi, membuat Fajar tidak bisa terlalu fokus menyetir atau memperhatikan jalanan. Sehingga tanpa dia sadari, ada seorang gadis yang sedang menyebrang jalan dengan menggeret kopernya. Jarak mereka sudah sekitar 10 centi.
Untung Fajar cepat tersadar dari lamunannya. Dengan terlonjak dia langsung menginjak rem secara mendadak. Meski wanita itu tidak tertabrak, namun dia sedikit terserempet hingga membuatnya jatuh tersungkur diatas jalan bersama dengan kopernya.
"Ya Tuhan" Fajar yang merasa shock mencoba mengatur nafasnya yang terengah-engah. Dia bersyukur karena terhindar dari perbuatan menabrak orang. Setelah merasa tenang, dia keluar dari mobil dan menghampiri wanita itu untuk memastikan keadaannya.
"Mmm, Nona. Anda tidak apa-apa? Saya minta maaf. Saya benar-benar tidak
sengaja. Kamu tidak terluka kan?" Fajar berkata dengan gugup dan dibalut rasa bersalah atas ketidak hati-hatiannya. Dia berharap wanita itu tidak terluka parah.
Gadis itu bangkit berdiri sembari meringis kesakitan. Dia tidak terluka parah lantaran tubuhnya hanya terserempet sedikit. Namun karena dia terjatuh diatas jalanan beraspal, membuat tubuhnya sedikit lecet-lecet.
Fajar menatap wanita itu dengan terpana. Wajahnya cantik dengan hidung mancung. Matanya bulat dan besar dengan tatapan sayu. Bibirnya seksi serta kulitnya yang putih langsat. Jika dilihat dari penampilannya, tampaknya gadis ini berasal dari kalangan berada.
Namun Fajar merasa heran melihat wajah gadis itu yang tampak babak belur. Seperti habis mengalami kekerasan semacam tamparan keras. Pipinya memar kebiruan. Bahkan sebelah sudut bibirnya pun robek dan berdarah. Matanya tampak memerah seperti habis menangis.
"Makanya kalau nyetir itu pakai mata! Jangan ugal-ugalan!" Damprat gadis itu dengan nada tinggi. Membuat Fajar terkejut mendengarnya. Moodnya yang sedang memburuk semakin bertambah mendengar hardikan gadis itu.
"Nona, tolong jaga bicaramu ya. Aku tidak pernah menyetir dengan ugal-ugalan. Lagipula kenapa kamu menyeberang jalan sembarangan?" Ucap Fajar datar.
"Oh, jadi kamu menyalahkanku?!" Gadis itu menaikkan volume suaranya. Perkataan Fajar yang ikut menyalahkannya membuatnya tersinggung dan semakin marah.
"Nona, tidak ada yang menyalahkanmu disini. Kita sama-sama bicara sesuai dengan argumen kita masing-masing" Sikap galak gadis itu yang hanya menyalahkan pihaknya membuat Fajar merasa geram.
Namun dia masih berusaha mengatur nada suaranya agar tetap terdengar rendah. Karena dia tidak ingin sampai terjadi pertengkaran dengan seorang wanita dan dipinggir jalan seperti ini.
"Argument apa?! Jelas-jelas anda yang menyetirnya ugal-ugalan!" Perempuan itu masih tetap bersikeras dan tidak mau mengalah.
Membuat Fajar semakin geram dan kesabarannya mulai menipis. Ya Tuhan.... Kenapa wanita ini harus muncul disaat yang tidak tepat seperti ini?! Disaat pikirannya sedang kacau balau, namun kesabarannya masih saja diuji hingga membuat kepalanya bertambah puyeng! Sebenarnya apa kesalahan besar yang sudah dia lakukan?!
"Nona...." Fajar hendak kembali memprotes, namun....
"Tari!" Perdebatan mereka terputus saat terdengar suara nyaring milik seorang wanita dari seberang jalan. Keduanya kompak menoleh kearah sumber suara. Pandangan mereka langsung menangkap sosok seorang gadis yang duduk diatas sepeda motor Vespa berwarna pink yang sedang memandangi mereka berdua.
"Ranty!" Gadis cantik yang sedang berdebat dengan Fajar langsung berlari keseberang jalan menghampiri temannya.
"Tar, itu siapa? Tampan sekali. Gebetan baru ya?" Ranty tersenyum menggoda, sesekali dia melirik Fajar dan terpesona melihat ketampanan lelaki itu. Tari menoleh kearah Fajar dengan kesal.
"Hah?! Gebetan?! Yang benar saja! Lelaki menyebalkan seperti itu jadi gebetanku?! Sudah, ayo jalan" Tari berkata dengan ketus.
"Iya, iya. Ayo naik" Ranty yang hafal betul sifat keras kepala temannya itu mau tidak mau mengalah, karena dia tau percuma saja berdebat dengannya.
Tari meletakkan kopernya diatas pijakan kaki Vespa itu. Kemudian dia naik keatas motor dan duduk dibelakang Ranty, yang langsung tancap gas dan melajukan motornya.
Meninggalkan Fajar yang terperangah menatap kepergian kedua gadis itu, dengan sepeda motor yang melaju dan berbaur dengan kendaraan lainnya dijalan raya dan memecah keheningan malam.
"Dasar wanita aneh. Jelas-jelas dia yang menyeberang sembarangan. Tapi malah menyalahkan orang lain. Semoga aku tidak pernah bertemu dengan perempuan itu lagi" Gumam Fajar yang kemudian kembali masuk kedalam mobilnya dan kembali melanjutkan perjalanannya.
Dia tidak mau ambil pusing memikirkan gadis asing yang tidak dikenalnya. Karena saat ini, beban pikirannya sudah terlalu banyak.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Ayo masuk" Ranty membuka pintu kos-kosannya dan mengajak Tari untuk masuk bersamanya kedalam.
Sembari menggeret koper besarnya, Tari mengikuti langkah temannya untuk masuk kedalam kos-kosan sederhana itu. Begitu sampai didalam, keduanya langsung menghenyakkan pinggulnya diatas sofa yang berada diruang tamu.
"Sekarang coba ceritakan padaku. Sebenarnya ada masalah apa, sampai kamu membawa koper dan barang-barangmu seperti ini? Kamu bertengkar dengan Papamu? Atau.... Dengan Ibu dan saudara tirimu? Lalu kamu pergi dari rumah? Dan ini.... Wajahmu? Kamu habis dipukuli? Dipukul oleh siapa?"
Dengan pelan-pelan Ranty mencoba menyentuh wajah Tari yang tampak terluka. Berbagai pertanyaan berkecamuk dikepalanya melihat keadaan sahabatnya yang tampak menyedihkan.
Entah siapa yang telah bertengkar dengannya, sehingga dia bisa mendapatkan luka pukulan seperti ini. Tari memalingkan wajahnya, menjauhkannya dari jangkauan tangan Ranty sembari meringis kesakitan.
"Aku tidak pergi dari rumah Ran, tapi diusir!" Tari menjawab dengan emosi dan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Hah?! Diusir?! Kok bisa?! Siapa yang mengusir? Papamu?" Ranty terkejut bukan main mendengar jawaban sahabatnya. Hingga dia ingin mendengar ceritanya dengan jelas.
"Ya siapa lagi?!"
"Memangnya kamu melakukan kesalahan apa? Kok sampai diusir segala?" Ranty semakin terkejut dan penasaran saat Tari membenarkan pertanyaannya.
Setaunya selama ini hubungan Tari dan Papanya baik-baik saja, bahkan sangat dekat. Sejak ibunya masih hidup hingga meninggal 4 tahun yang lalu, dia tidak pernah mendengar jika Tari memiliki masalah dengan Papanya.
Hingga Papanya memutuskan untuk menikah lagi dengan janda beranak satu, sekitar satu tahun yang lalu. Hubungan Tari dengan istri dan putri sambung Papanya yang bernama Moza itu cukup harmonis, dan tidak pernah terlibat perseteruan.
Apalagi Moza juga salah satu teman mereka dikampus. Tari dan Moza cukup akrab. Bahkan bisa dibilang sahabat. Karena itulah mereka bisa dengan mudah beradaptasi sebagai saudara, setelah kedua orang tua mereka menjadi sepasang suami istri.
Meskipun diam-diam Ranty memiliki feeling yang tidak enak terhadap Moza. Dia merasa Moza seperti tidak tulus bersahabat dengan Tari. Tatapan gadis itu terhadap Tari seperti menyimpan perasaan iri dan dengki yang mendalam.
Maklum, Tari merupakan putri tunggal dari pengusaha tambang dan kosmetik terbesar dan ternama yang cukup sukses hingga kemancanegara. Dikampus pun dia dijuluki sebagai primadona. Lantaran kecantikannya membuat semua mahasiswa kepincut dan tergila-gila. Dia juga salah satu mahasiswi berprestasi di universitas itu.
Selain itu, dia juga memiliki sifat yang rendah hati, ramah dan humble terhadap semua orang, meski dibalik sifat keras kepalanya. Dan dia tidak pernah memilih-milih teman yang harus berasal dari kalangan yang sama dengannya.
Sedangkan keluarga Moza hanya memiliki usaha toko kelontong yang tidak terlalu besar. Ayahnya meninggal sekitar dua tahun yang lalu dipenjara, akibat tersandung kasus narkoba dan pembegalan. Menurut Ranty, mungkin itulah yang menyebabkan Moza merasa iri dengan kehidupan Tari yang terbilang sempurna.
Dan sekarang dia sangat terkejut dan tidak habis pikir. Tiada angin tiada hujan, dia mendengar wanita itu diusir oleh Papanya? Entah kesalahan fatal apa yang telah dia lakukan hingga membuat Papanya bisa semurka itu, bahkan sampai tega mengusirnya dari rumah!
"Kesalahanku adalah, karena aku terlalu bodoh. Sehingga aku bisa dengan mudah masuk kedalam perangkap kedua perempuan ular berkepala dua itu!" Tari berkata dengan tatapan menerawang. Matanya yang sayu tampak berapi-api penuh kebencian dan dendam.
"Maksudmu siapa Tar? Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan?" Ucapan Tari membuat Ranty semakin bingung dan tidak paham.
"Perempuan yang sudah aku anggap seperti ibu dan kakakku sendiri! Aku pikir mereka adalah orang tua, saudara dan sahabatku. Ternyata mereka tidak lain adalah musuh dalam selimutku!"
"Maksudmu.... Tante Claudia dan Moza? Memangnya apa yang mereka lakukan?" Ranty semakin tertarik dan penasaran.
Dengan air mata yang berlinang membasahi wajahnya, Tari memandang lurus kedepan dan menceritakan semua yang terjadi padanya.
Flashback on
Beberapa jam yang lalu. Tari sedang asik dengan laptopnya diatas tempat tidur. Dengan santainya dia mengerjakan tugas kuliahnya, sembari ngemil dan minum jus jeruk kesukaannya seperti biasanya.
"Tari!! Tari!! Tari!!" Seketika Tari tersentak saat tiba-tiba dia mendengar suara teriakan keras Papanya, yang begitu menakutkan seperti petir menggelegar memanggil-manggil namanya. Dia jadi tegang dan bingung.
Sudah satu minggu Papanya berada diluar negeri untuk mengurus masalah bisnisnya, dan meninggalkannya bersama ibu dan saudara tirinya. Serta para pekerja dirumahnya. Setaunya beliau disana selama dua minggu seperti yang dikatakannya sebelum berangkat.
Tapi kenapa sudah pulang sekarang? Cepat sekali? Tidak biasanya Papanya seperti itu. Biasanya dia akan pergi dan pulang sesuai dengan jadwalnya. Ditambah lagi, dia berteriak-teriak seperti sedang marah besar. Membuatnya bergidik ngeri.
Apa Papa sedang marah padanya? Tapi dia salah apa? Atau.... Ini hanya perasaannya saja? Mungkin Papanya kelelahan karena habis perjalanan jauh. Ditambah harus memikirkan dan mengurus masalah pekerjaan. Lagipula tidak mungkin juga Papa marah padanya. Dia tidak merasa berbuat kesalahan.
Claudia dan putrinya Moza menyambut kedatangan Tristan. Mereka mendekati pria itu yang sedang berjalan dengan langkah lebar, sembari berteriak-teriak memanggil nama Tari dengan dengan wajah memerah, dan rahang mengeras saking murkanya.
"Eh Papa. Papa sudah pulang? Mama kangen. Bagaimana pekerjaan Papa di Hawai? Lancar? Kok tumben pulangnya cepat? Katanya dua minggu disana? Apa pekerjaannya selesai dengan cepat?" Claudia bergelayut manja dilengan suaminya dan berbicara dengan semanis mungkin.
"Mana Tari?!" Tanpa menghiraukan sapaan istrinya yang lembut dan romantis, Tristan malah balik bertanya dengan suara lantang dan penuh amarah.
"Tari ada dikamarnya Pa. Biar aku panggilkan ya" Jawab Moza yang lantas berbalik dan hendak berjalan. Namun langkahnya terhenti oleh suara ayah tirinya yang masih lantang.
"Tidak perlu! Biar Papa panggil sendiri! Tari!! Tari!!" Tristan melepaskan dirinya dari istrinya dan kembali meneruskan langkah dan teriakan memanggil anaknya. Hingga Tari muncul dihadapannya.
"Papa? Papa sudah pulang? Ada apa Pa? Kenapa Papa teriak-teriak segala?" Tari bertanya dengan perasaan senang dan bingung. Dia senang karena Papanya sudah pulang lebih cepat dari biasanya. Namun dia bingung melihat kemarahan diwajah pria itu terhadap dirinya. Seakan dia telah melakukan kesalahan besar.
PLAKK!!
Bukannya menjawab pertanyaan Tari, Tristan malah melayangkan tangannya dengan sangat keras kewajah putri semata wayangnya itu. Membuat Tari jatuh tersungkur dan menimpa meja didepannya. Semua benda yang ada dimeja itu jatuh berserakan dilantai. Moza dan Mamanya terkejut dan bergidik ngeri melihat adegan itu. Tari bangkit berdiri.
"Pa, ada apa ini? Kenapa tiba-tiba Papa menamparku?" Tari menatap Papanya dengan semakin kebingungan sembari memegang pipinya yang terasa nyeri dan sakit akibat tamparan barusan.
"Kamu bertanya kenapa Papa menamparmu?! Seharusnya Papa yang bertanya, apa yang ada dalam pikiranmu, sampai kamu bisa melakukan perbuatan yang menjijikkan dan memalukan seperti itu?!! Perbuatan yang membuat Papa malu, memiliki anak sepertimu!!" Tristan meraung-raung dengan mata melotot berapi-api.
"Apa maksud Papa?! Aku tidak mengerti apa yang Papa katakan! Tolong jelaskan apa salahku!" Tari berkata dengan kesal. Dia tidak habis pikir kenapa Papanya bisa semarah itu terhadapnya. Selama 20 tahun dia hidup, baru kali ini dia merasakan kemarahan besar Papanya yang bahkan sampai main tangan!
PLAKK!!
Tamparan keras yang berasal dari tangan Papanya kembali diterima Tari. Kali ini jauh lebih keras dari sebelumnya.
Claudia dan Moza menjadi dua penonton yang menyaksikan perseteruan itu dengan senyum tipis yang tersungging dibibir mereka, tanpa ada niat untuk melerai atau membantu Tari yang kembali jatuh tersungkur kelantai. Tampaknya mereka tau apa yang terjadi hingga membuat Tristan bisa semurka itu, sampai tega menghajar putri kesayangannya.
"Masih bisa ya kamu, berlagak seperti gadis lugu yang tidak berdosa?! Yang masih suci, setelah apa yang sudah kamu lakukan?!! Apa kamu tidak pernah berpikir, jika perbuatan tidak senonohmu itu bisa menjadi aib yang akan mencoreng reputasi keluarga kita?!! Apa kamu tidak pernah memikirkan hal itu Tari?!!"
Kemarahan Tristan semakin menjadi-jadi dan tidak bisa terkontrol lagi. Tari yang masih terduduk dilantai dengan pipi memar dan sudut bibirnya yang robek hingga mengeluarkan darah, semakin tidak mengerti dengan kemarahan Papanya yang sangat brutal terhadap dirinya.
Dia bangkit berdiri dengan susah payah karena kepalanya terasa sedikit pusing, sembari memegang pipinya yang semakin terasa panas dan nyeri.
"Pa, Papa tolong tenang dulu! Aku memang tidak mengerti apa yang Papa katakan! Setidaknya tolong Papa jelaskan, agar aku tau dimana kesalahanku!" Tari mulai menaikkan nada suaranya. Dia masih belum bisa memahami apapun yang dikatakan oleh Papanya yang sedang kalap itu.
"Sudah berapa lama kamu suka dugem dan mabuk-mabukan? Dan sudah berapa banyak pria yang kamu tiduri?!" Ucapan Papanya membuat Tari terhenyak dan termangu. Perkataan yang terdengar pelan, namun terasa sangat menusuk hingga kehatinya.
Dia tidak pernah menyangka akan mendengar kata-kata sekotor itu dari mulut lelaki yang sangat dia sayangi sejak lahir. Bagaimana bisa Papanya menyebutnya sehina itu?! Padahal selama ini dia sangat berhati-hati dalam menjaga pergaulannya!
Dan hingga saat ini dia masih suci. Karena dia tidak pernah menyerahkan kesuciannya pada pria manapun, termasuk kekasihnya sendiri yang sudah dia pacari selama empat tahun. Karena baginya itu adalah harta paling berharga, yang hanya akan dia hadiahkan pada suaminya kelak.
Tapi kenapa Papanya bisa berkata seperti itu?! Sebenarnya apa yang terjadi padanya?! Siapa orang yang berada dihadapannya saat ini?! Papa yang selama ini dia kenal adalah sosok yang berwibawa, lembut dan penyayang yang selama ini sangat memanjakannya.
Tapi sekarang....? Kenapa seketika dia berubah menjadi sosok yang sangat menakutkan seperti ini?!
"Apa? Maksudnya?" Dengan kening mengernyit, Tari bertanya dengan suara lirih. Namun lagi-lagi tangan Papanya kembali terangkat dan hendak dilayangkan kewajahnya.
Namun kali ini Tari melakukan perlawanan. Sebelum tangan kokoh itu sampai kewajahnya, Dia sudah terlebih dahulu menahannya dengan kuat. Kemarahan yang mulai menghampiri membuat dia mendapatkan kekuatan untuk melakukan sedikit perlawanan.
"Cukup Pa!! Setidaknya tolong jelaskan apa kesalahan yang sudah aku lakukan! Bukan malah menghajarku secara membabi buta seperti ini! Jika memang aku bersalah, aku terima kemarahan Papa! Jika tidak, maka aku juga tidak akan tinggal diam!!"
Tari berujar dengan suara kencang. Kesabarannya sudah habis menghadapi sikap brutal Papanya. Tristan menarik tangannya dengan kasar. Membuat Tari terhuyung kebelakang.
"Kamu minta penjelasan?! Baiklah, tunggu sebentar!" Dengan gigi yang gemeretak, Tristan merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya. Setelah dinyalakan dia memperlihatkan layar ponsel itu pada putrinya.
"Apa ini?! Bisa kamu jelaskan, apa maksud dari semua foto dan video-video ini?!!"
Tari menatap layar ponsel itu dengan terkejut hingga mata besarnya terbelalak. Dengan shock dia merebut ponsel itu dari tangan Papanya. Dan melihat satu persatu foto dan video yang ada disana.
Dimana isinya adalah adegan dirinya dugem dan mabuk-mabukan diclub malam, bersama banyak lelaki dan mengenakan pakaian yang sangat ketat dan minim yang hampir menyembulkan bagian intimnya.
Dan yang lebih parahnya lagi, foto dan video berisi adegan panas dirinya dengan lelaki-lelaki dalam kamar hotel yang berbeda-beda. Namun anehnya, dia tidak pernah merasa melakukan satupun adegan yang ada dalam foto dan video itu. Lalu bagaimana bisa wajahnya ada disana?!
Tidak!! Ini bukan dirinya!! Dia yakin semua ini adalah rekayasa dan tipu muslihat yang dilakukan oleh orang yang berniat untuk menjatuhkannya!! Tapi siapa?! Seingatnya, selama ini dia tidak pernah memiliki musuh. Dia selalu berusaha menjaga sikapnya terhadap semua orang. Termasuk pada semua temannya dikampus.
Tari mengamati pria-pria yang ada dalam ponsel itu dengan seksama. Dan dia mulai merasa familiar dengan wajah beberapa lelaki yang ada dalam foto itu. Tapi dimana dia pernah bertemu mereka?
Tari berusaha mengumpulkan ingatannya. Perlahan-lahan dia mulai teringat bahwa beberapa pria itu adalah teman-teman SMA Moza, yang pernah bertemu dengannya dalam acara reunian diclub malam beberapa minggu yang lalu.
Iya, waktu itu dia menemani Moza keacara reunian bersama teman-teman SMAnya. Sebenarnya dia sudah berusaha menolak untuk ikut, karena mereka tidak satu sekolah saat SMA. Tari mengenal Moza saat kuliah. Mereka satu angkatan, meski berada difakultas yang berbeda. Dan dia tidak ingin mengganggu acara Moza dan teman-temannya.
Namun Moza terus memaksanya hingga dia merasa tidak enak kalau terus menolak. Akhirnya mereka berdua keclub itu. Sebenarnya dia juga terkejut karena ternyata acaranya di club malam. Tadinya dia berpikir acaranya dicaffe biasa.
Dan disanalah dia bertemu dengan teman-teman SMA Moza yang kebanyakan lelaki yang sama dengan yang berada dalam foto dan video itu. Hanya ada beberapa wanita saja saat itu. Awalnya acara itu nampak biasa saja. Hanya acara makan dan ngobrol santai.
Namun lama-kelamaan dia mulai merasa tidak nyaman, saat mereka mengajaknya untuk dugem-dugem. Dia sudah menolaknya, namun mereka semua membujuknya dengan keras. Mereka juga membujuknya untuk mencoba minuman yang ada disana.
Namun untuk kali itu dia berhasil mempertahankan pendiriannya. Karena baru saja sedikit mencicipinya, minuman itu sudah terasa sangat pahit dan tidak cocok dilidahnya, hingga dia memuntahkannya. Dia bahkan melarang Moza untuk minum dengan mengancam akan memberitau Papanya.
Meskipun dia sendiri terkejut saat mengetahui ternyata Moza sudah sangat akrab dengan minuman keras, dan tempat hiburan malam semacam itu. Berbanding terbalik dengan dirinya yang sangat anti dengan minuman dan tempat semacam itu.
Namun dia tidak ingin negatif thinking terhadap saudara tirinya itu. Moza masih remaja. Mungkin wajar jika dia menyentuh tempat dan minuman seperti itu. Dia tidak bisa menyamakan semua gadis harus sama sepertinya kan? Meskipun dalam didikan keluarganya hal itu sangat dilarang keras. Ternyata ada yang merekamnya tanpa sepengetahuannya saat itu?!
Tapi yang membuatnya bingung adalah, kenapa foto dan video itu tidak sesuai dengan kejadian yang sebenarnya?! Disini terlihat dia begitu menikmati dugem dan mabuk-mabukan malam itu.
Bahkan ada belasan foto dan video dengan kegiatan yang sama, namun dengan latar belakang yang berbeda. Seakan dia sering pergi ketempat itu dengan mengenakan pakaian yang tidak pantas.
Padahal selama hidupnya, dia hanya sekali menginjakkan kakinya ditempat itu. Dan itu pun mengenakan pakaian biasa dan masih tertutup. Dan soal adegan syur bersama belasan lelaki dalam kamar hotel, sekalipun dia tidak pernah melakukannya!! Dia tidak pernah menyerahkan kegadisannya pada pria manapun dan sekalipun!
Hingga saat ini keperawanannya masih utuh. Lalu kenapa bisa ada foto dan video bugil seperti ini?! Seakan-akan dia adalah wanita murahan yang sudah terbiasa melakukan perbuatan memalukan seperti ini!
Siapa yang telah menjebak dan memfitnahnya, dengan merekayasa foto dan video palsu seperti ini?!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!