POV Danti
"Dulu kupikir dengan cinta aku bisa menghadapi semuanya. Kupikir dengan kekuatan cinta kami berdua, kami pasti bisa membina keluarga yang bahagia dan dapat mematahkan rintangan yang ada. Tetapi ternyata cinta bukan segalanya, hidup ternyata bukan hanya dengan cinta saja"
...********...
Danti menandatangani surat perceraian di depan nya dengan mengigit bibirnya, berusaha menahan air matanya yang mau turun dan dadanya yang sesak terasa mau pecah.
Tampak Reinhart memandangnya dengan tajam dan menghela nafas kasar.
"Kau terlalu keras hati! Aku sudah bilang aku akan tetap mencintai mu apa pun yang terjadi! Aku menikahi Mira hanya karena kita tidak bisa menepati janji kita pada ibu. Hati ku tetap milik mu seorang Danti! Mengapa kau malah memberi ku pilihan yang sulit dan ingin bercerai?", ujar Rein tidak puas.
"Tapi aku tidak pernah berjanji pada ibu, mas Rein", sahut Danti lirih.
"Kesabaran ku ada batasnya Danti! Aku sudah berusaha memberi pengertian pada mu, tapi kau gak mau mengerti. Baiklah ku turuti keinginan mu kalau itu mau mu, biar kau puas! Jangan menyesal di kemudian hari!", ancam Reinhart mengambil dengan kasar kertas yang sudah ditandatangani Danti.
Danti menatap nanar Rein yang duduk di depannya dengan sedih, baru kali ini Rein berkata kasar padanya. Sejak dari pertama mereka menjalin kasih sampai menikah, Rein tidak pernah bersikap kasar padanya. Walaupun kadang ada perselisihan di antara mereka, Rein lebih banyak memilih diam dan mengalah.
...********...
"Karena kau yang ingin bercerai, maka aku tidak akan memberikan mu ganti rugi apapun juga!", ancam Reinhart.
Danti memandang Rein dengan hati yang terluka. Sepertinya Rein sudah lupa dengan semua janjinya dulu saat ingin mempersunting Danti sebagai istrinya.
Danti sadar Rein mengatakan hal itu tentu untuk mengancamnya agar dia membatalkan niatnya. Tapi dari dulu Danti punya prinsip dalam suatu pernikahan, selamanya suaminya akan menjadi satu-satunya pria dalam hidupnya, dan tentu dia juga ingin menjadi satu-satunya wanita dalam hidup suaminya. Danti memang perempuan yang berhati lembut. tapi saat sudah tidak sesuai dengan prinsipnya, dia akan menjadi sekeras gunung batu.
"Aku juga tidak akan memberi kau tunjangan apa pun, karena perceraian ini terjadi atas kehendak mu!", ancam Rein dengan kejam.
Danti hanya mengangguk mengiyakan tanpa memandang ke wajah Rein lagi, dia khawatir air matanya yang tidak bisa diajak kompromi itu terlihat oleh Rein. Dia tidak mau terlihat seperti perempuan yang lemah, Danti pun segera berlalu dari ruangan itu meninggalkan Rein yang mengepalkan tangannya geram.
...********...
Saat menikah dengan Reinhart, Danti masih sangat muda, berusia delapan belas tahun, Danti baru lulus SMA. Danti mengenal Rein karena Rein sering membeli barang di toko orang tua Danti.
Tanpa sengaja suatu hari Rein bertemu dengan Danti yang sedang duduk di meja kasir itu, langsung menyukai Danti pada pandangan pertama. Saat mengenal Reinhart, Danti masih duduk di kelas dua SMA, sedangkan Rein seorang pria mapan yang sudah berusia dua puluh lima tahun.
Danti yang hanya anak tunggal, dan selalu manja dengan orang tuanya, tentu dengan mudah menyukai Rein yang memiliki wajah tampan dan dewasa.
Jalinan kasih mereka pun dimulai dengan Rein yang meminta ijin pada orang tua Danti untuk membawa Danti sekedar pergi menonton, ataupun makan.
Saat kelulusan SMA, Danti harus menerima kabar buruk kalau orang tuanya mengalami kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orang tuanya.
Danti yang baru lulus dan selalu dimanja kedua orang tuanya itu akhirnya tidak memiliki keahlian apa-apa. Untung saja Reinhart yang tidak tega melihat Danti hidup sendiri, langsung melamarnya dan memperistri Danti.
Maka mulailah Danti dengan kehidupan barunya sebagai istri Reinhart. Sebetulnya ibu Reinhart kurang suka dengan Danti yang masih terlalu muda dan tidak mengerti pekerjaan rumah tangga, dan sepertinya tidak bisa mendukung karier Rein, malah jangan-jangan Rein yang harus momong Danti menurut pemikiran ibu Reinhart. Tapi ibu Reinhart tidak berani menentang keinginan Rein. Rein adalah anak yang mandiri, ibu Rein menjanda sudah lama, dulu kehidupan Rein cukup sulit, tetapi menjelang dewasa, Rein berhasil dalam meniti karirnya, bahkan Rein berhasil menjadi manajer di sebuah perusahaan berskala besar karena kecakapannya
Akhirnya Rein bisa membawa ibunya hidup makmur bersamanya, karena itulah, ibu Rein cukup menghormati keinginan Rein, walau hatinya merasa tidak puas dengan pilihan Rein.
...********...
Danti yang pada dasarnya manja, sering berselisih dengan sang mertua karena ketidakcakapannya dalam mengerjakan hal rumah tangga. Walaupun Danti mengalah terus, terkadang saat moodnya sedang jelek, Danti tentu mengadukan hal itu pada sang suami.
"Mas aku tak tahan dengan ibu, ibu selalu menyalahkan aku! padahal aku sudah berusaha sebaik mungkin untuk mempelajari apa yang ibu ajarkan, tapi selalu ada saja tidak memuaskan hati ibu", keluh Danti suatu saat.
"Sudah! Kau yang sabar ya sayang, lebih banyak mengalah saja sama ibu, maklum ibu ingin kau melayani ku dengan baik. Padahal aku sudah berkali-kali mengatakan pada ibu kalau kau sangat pintar melayani ku!", hibur Rein.
"Tapi aku sering merasa menjadi tidak berguna mas, aku sepertinya hanya menjadi beban kau dan ibu mu saja. Sepertinya ibu tidak menginginkan ku menjadi istri mu", keluh Danti yang perasa itu dengan mata berkaca-kaca.
"Sudahlah, nanti aku akan bilang pada ibu untuk lebih sabar dengan mu lagi. Buat ku kau ada di samping ku saja sudah cukup, padahal aku sudah sering menyuruh ibu untuk memakai pembantu saja. Sudah jangan pikirkan itu lagi sayang, sini aku kangen pada mu setelah seharian bekerja di kantor", rayu Rein yang langsung membawa Danti masuk dalam pelukannya dan mulai mengecupnya. Akhirnya masalah yang ingin disampaikan Danti selalu berhenti sampai di situ saja, ketika Rein mulai merayunya, Danti akan lupa segalanya.
********
Ternyata perasaan Danti menjadi kenyataan, ketika memasuki tahun keempat pernikahan mereka, sang ibu mertua mulai menyalahkan Danti yang masih belum memberinya keturunan juga.
Sampai akhirnya ibu mertuanya mengusulkan hal gila, meminta Reinhart untuk menikahi perempuan yang merupakan anak dari kerabat jauhnya.
"Tidak Bu, aku sudah bahagia dengan Danti saja", ujar Rein yang langsung menolak permintaan ibunya itu.
Mendengar itu tentu Danti bisa bernafas sedikit lega, setidaknya Rein benar-benar mencintai dia dengan segala kekurangannya.
"Baiklah kalau kau tak mau, berarti kau memaksa ibu tua mu ini mati! Kau ingin menjadi anak durhaka hanya gara-gara perempuan sial ini", ujar Bu Tati yang kali ini sudah kehilangan rasa sabarnya dan mengeluarkan kata kasar.
"Baiklah Bu, berilah kami waktu setahun lagi. kalau saat itu Danti belum juga hamil aku akan menyetujui permintaan ibu!", ujar Rein akhirnya.
"Baiklah, saat itu kau harus memenuhi janji mu Rein. Ibu yakin perempuan sial ini mandul, melakukan apa saja tidak becus, bisanya hanya bermanja-manja saja, bahkan memberi keturunan saja pun tidak mampu dan hanya menjadi beban mu saja!", gerutu Bu Tati yang menatap benci ke Danti.
...********...
"Mas, bagaimana kalau sudah setahun aku belum hamil juga? Aku takut mas!", ujar Danti memeluk Rein dengan cemas.
"Kita berdua sehat sayang, yakinlah kita akan segera punya anak. Nanti kalau sudah punya anak, ibu juga tidak akan membenci mu lagi", hibur Rein saat itu, membalas pelukan Danti dan mengecup dahi Danti untuk menenangkan sang istri.
Bersambung.........
...Hi pembaca tersayang, bertemu kembali dengan karya author kali ini agak berbeda ya ceritanya, lebih ke rumah tangga....
...Semoga readers ku semua bisa suka dan terhibur walau ceritanya kali ini mengandung bawang ya....
...Happy reading...
...😘😘😘...
Ternyata apa yang dikhawatirkan Danti menjadi kenyataan. Setelah janji Rein pada ibunya, Danti merasa hidupnya semakin tertekan sejak Rein meminta waktu setahun pada sang ibu.
Sementara Rein mengupayakan segara cara agar Danti bisa cepat hamil, Rein juga mengajak Danti bersamanya ke dokter, agar mereka diberi vitamin penyubur, padahal sebelumnya Rein biasa tidak mau, dia selalu berkata pada Danti kalau mereka berdua selalu sehat. Tapi kali ini melihat Danti yang selalu cemas, Rein yang malah berinisiatif mengajak Danti bersama ke dokter.
Tapi Rein dan Danti tidak sadar, kalau rasa cemas Danti yang berlebihan tentu mempengaruhi hal itu. Semakin Danti cemas. dan stres, semakin sulit buat Danti untuk hamil.
Waktu sangatlah cepat berlalu, tidak terasa sudah setahun janji Rein pada ibunya tidak terkabulkan. Rein dan Danti tentu berharap sang ibu sudah lupa akan hal itu.
Tapi harapan tinggal harapan, Bu Tati kembali menagih janjinya pada Rein.
"Ibu sudah memberi mu dan istri mandul mu itu waktu yang cukup, sampai kapan pun kau tak mungkin punya anak, karena ibu yakin Danti itu mandul!", ujar Bu Tati menatap tajam ke arah Danti yang hanya menunduk sedih.
"Tapi aku tak mungkin menikah dengan perempuan lain Bu! Aku hanya mencintai Danti!", ujar Rein menolak kembali.
Tiba-tiba Bu Tati menghampiri Danti dan menjambak rambut Danti dengan marah. "Kau cuman menghabis-habiskan waktu anak ku saja. Sekarang Rein sudah berusia 30 tahun, tapi masih belum punya keturunan. Guna-guna apa yang kau pakai pada anak ku, sehingga membuat dia begitu tergila-gila pada mu!", ujar Bu Tati gusar, melampiaskan kekesalannya.
"Lepaskan Bu, kau jangan menyakiti Danti. Danti wanita yang baik, dia tidak akan seperti itu! Aku menyukainya karena hatinya Bu!", ujar Rein menarik lepas tangan ibunya dengan marah dari rambut Danti, dan segera membawa Danti yang menangis tersedu-sedu masuk ke dalam pelukannya untuk melindungi Danti dari serangan Bu Tati yang kalap.
Maka bertambah panas lah hati Bu Tati yang melihat Rein yang begitu melindungi Danti. Hal yang membuat Bu Tati berbuat nekat. Bu Tati mengambil pisau di atas meja makan dan mengancam Rein dengan melukai urat nadinya sendiri. Tentu saja Rein menjadi serba salah, bagaimanapun ibu nya yang seorang janda sudah membesarkannya dengan baik, tidak mungkin dia membiarkan ibunya mati bunuh diri. Akhirnya Danti kalah sudah dengan sang ibu mertua, Rein akhirnya berjanji akan menikahi perempuan yang disodorkan ibunya itu.
...********...
"Mira, tadi ibu baru saja dikabari Bu Tati kalau sebentar lagi dia akan melakukan lamaran pada keluarga kita!", ujar bu Joko dengan senang.
"Lho bukankah katanya dulu anaknya menolak, walaupun waktu itu aku bersedia menjadi istri kedua?", tanya Mira tidak yakin.
"Akhirnya kesabaran kita membuahkan hasil Mira, bahkan kali ini Reinhart sudah menceraikan istrinya. Kau akan menjadi istri yang sebenarnya, bukan istri kedua lagi!", ujar Bu Joko penuh semangat.
"Tapi bukankah ibu bilang Reinhart sangat mencintai istrinya, tapi kenapa sekarang mereka bercerai juga akhirnya?", tanya Mira penasaran.
"Istrinya yang meminta bercerai, lagipula istrinya mandul. Itu saja sesudah diancam Bu Tati mau bunuh diri, baru Reinhart mengiyakan!", ujar Bu Joko.
"Tapi apakah dia bisa menyukai ku Bu, kalau dia begitu mencintai istrinya?", tanya Mira ragu.
"Kau cantik dan pintar, tentu mudah untuk mencintai mu. Kau pintar memasak, pintar mengerjakan pekerjaan rumah tangga, tentu pria manapun akan dengan mudah menyukai mu. Apalagi nanti kalau kalian sudah tinggal bersama, pasti perlahan dia akan mencintai mu dan melupakan bekas istrinya itu!", ujar Bu Joko dengan yakin.
"Baiklah Bu, saya akan bersiap-siap!", ujar Mira menurut akhirnya.
...********...
Mira menatap bayangannya di depan kaca. Sebetulnya keluarga Mira termasuk keluarga berada di kampung. Tapi Mira bingung mengapa ibunya begitu terobsesi untuk menjadikan Reinhart sebagai menantunya.
Ketika Mira bertanya, ibunya berkata kalau Reinhart adalah pria yang sukses, dan ibunya yakin kalau Reinhart akan lebih sukses lagi kelak, lagi pula ibunya tidak ingin dia menikah dengan Robby yang merupakan preman di kampung mereka.
"Saat itu kau akan hidup bergelimang harta Mira", ujar ibunya dengan yakin!.
"Ibu juga bangga memiliki seorang menantu yang menjabat sebagai manajer di perusahaan besar, nanti tetangga-tetangga kita pasti akan iri dengan keberuntungan ibu, apalagi Reinhart juga tampan duk", ujar ibunya yang memang bertabiat agak sombong dan suka pamer itu.
...********...
Mira memang cantik dan merupakan kembang desa di kampungnya, tapi sejak dia disukai Robby si preman kampung, otomatis tidak ada pria-pria di kampung yang berani menyaingi Robby. Apalagi Mira kelihatannya juga seperti menerima uluran tangan dari Robby.
Tapi Bu Joko juga tidak mengijinkan Mira untuk menjalin kasih dengan Robby, sedangkan Robby juga agak segan dengan keluarga Mira, karena salah satu kakak Mira adalah anggota TNI.
Akhirnya mereka hanya berani diam-diam menjalin kasih
"Apakah ini sebuah keberuntungan buat ku, dan jalan keluar buat ku?", pikir Mira mengelus perutnya tanpa sadar.
Mira baru saja kebingungan ketika dia sudah tidak datang tamu selama dua Minggu, padahal biasanya haid dia selalu lancar.
Begitu hasil tes pack Mira bergaris dua, Mira pun menjadi cemas dan langsung teringat kalau sebulan yang lalu mahkotanya sudah direnggut paksa oleh Robby.
Ketika Mira marah dan menyesali hal tersebut, Robby malah beralasan dia ingin Mira hamil agar keluarganya mau menerima dia sebagai menantu.Tapi sepertinya sampai kapan pun keluarganya tidak akan pernah menyetujui hubungan dia dengan Robby.
Karena itu juga, ibunya ingin menikahkan dia jauh dari kampung mereka, karena sampai kapan pun ibu Joko tidak mengijinkan Mira untuk menjalin hubungan dengan seorang preman.
Mira sebetulnya malam itu cukup menyesali sudah mengikuti ajakan Robby untuk pergi, dan benar saja Robby saat pulang membawanya ke sebuah tempat sepi dan menggagahinya dengan paksa, yang parah lagi akibat hubungan itu dia terlanjur hamil, seperti keinginan Robby.
"Saat ini aku sungguh benci pada mu Robby! Kau sungguh egois melakukan hal itu dengan paksa!", geram Mira yang dendam dan benar-benar sudah menyesal menjalin hubungan diam-diam dengan Robby.
"Benar kata ibu, yang namanya seorang preman tetap preman! Untuk mendapatkan sesuatu dia menghalalkan segala cara. Aku sungguh benci pada mu Robby!", sesal Mira lagi.
"Baiklah mulai sekarang aku harus menjalani pernikahan ini dengan baik-baik! Aku harus mengambil hati Bu Tati dan suami ku nantinya. Aku mau membuang semua masa lalu ku. Tuhan, berilah aku kesempatan untuk bertobat dan memulai kehidupan baru ku, semoga pernikahan ku nanti dengan mas Reinhart dapat berjalan dengan baik. Berilah aku kesempatan untuk memperbaiki hidup ku ini", harap Mira dalam hati dan mulai menyusun rencana bagaimana mengelabui suami nya nanti.
Bersambung.......
"Kapan kau pergi dari sini? Bukankah kau sudah menandatangani surat cerai dengan Rein ? Masak sudah cerai saja masih tinggal di sini? Memang kami masih harus menanggung hidup mu! Sana! pergi cari suami lain yang bisa membiayai hidup mu, biar kau gak usah kerja seperti di sini! Gunakan saja wajah mu yang cantik itu buat cari suami kaya lagi!", omel Bu Tati yang sengaja menyakiti hati Danti, begitu Rein berangkat ke kantor.
Rein hari ini berangkat kantor dengan marah, karena menerima dan menandatangani surat pengajuan cerai dari Danti.
Dari pengadilan mereka masih diberi waktu untuk meditasi sebelum benar-benar bercerai. Sebetulnya Danti juga sudah berinisiatif akan pergi dari rumah Rein, tapi sebelum dia melaksanakan keinginannya, sang ibu mertua sudah terlebih dahulu mengusirnya.
"Segera Bu, ini saya mau rapikan koper saya dulu!", ujar Danti lirih segera menuju ke kamar nya untuk membereskan barang-barang nya.
"Huh, punya barang apa kamu? semua juga Rein yang berikan! Dasar benalu! Mau ku lihat jadi apa kau di luar sana? Aku yakin kau hanya bisa jadi wanita penghibur dengan modal wajah mu saja!", hina Bu Tati yang masih tidak puas menyindir Danti.
Danti berusaha menahan emosinya, toh dia sudah mau pergi, dia tak ingin membuat masalah lagi dengan sang mertuanya itu. Lagipula kalau dia lawan, dia juga kalah tenaga dengan sang mertua judes.
"Sabar Danti, anggap saja anjing menggonggong!", ujar Danti pada dirinya sendiri.
...********...
Begitu berada di luar, Danti baru merasa hatinya menjadi gentar menghadapi kehidupannya yang baru. Belum ada rencana apa pun di otaknya, bahkan saat seperti ini Danti benar-benar menyesal kalau dulu dia terlalu manja pada orang tuanya.
Bahkan Danti jarang bergaul akrab dengan teman-teman nya, setiap dia pulang sekolah Danti langsung pulang ke rumah. Danti memang anak rumahan dan jarang keluyuran, Danti yakin kalau bukan karena Rein pelanggan toko mereka, mungkin sampai sekarang dia belum menikah.
Dulu Rein pernah memuji Danti yang anak rumahan itu. "Biasanya kalau perempuan yang gak suka keluyuran, aku yakin suatu hari dia akan menjadi ibu rumah tangga yang baik!", puji Rein, yang membuat Danti merasa hatinya berbunga-bunga kala itu, tapi saat ini dia baru menyesali kebodohannya sendiri yang tidak pernah mau bergaul dan bersosialisasi.
Sekarang menyesal pun sudah terlambat, saat seperti ini dia baru sadar, tidak ada seorang teman pun yang dia punya untuk meminta bantuan atau mendengar keluh kesahnya.
Untung saja dia masih punya rumah peninggalan orang tuanya, yang masih sering dia bersihkan sebulan sekali.
Dulu dia pernah berniat menyewakannya, tapi Rein mencegah dia untuk melakukan hal itu. "Jangan Danti, nanti rumah peninggalan orang tua mu rusak, kalau disewakan!", ujar Rein mencegah.
Danti yang penurut tentu mengikuti perkataan Rein, dan sekarang dia cukup mensyukuri keadaan itu, setidaknya dia ada tempat tinggal untuk saat ini. Kalau dulu jadi disewakan ke orang, tentu saat ini dia akan kebingungan mencari tempat tinggal. Setidaknya dia sudah familiar dengan lingkungan sekitar rumah tinggalnya itu.
...********...
"Danti ke mana Bu?", ujar Rein gusar, saat pulang tidak ada Danti yang menyambutnya seperti biasa. Setiap hari Danti akan menunggu dia pulang di halaman dan segera membawa tasnya. Padahal Rein selalu mencegah Danti untuk melakukan itu.
"Jangan mas, ini sudah kewajiban ku, kau tahu sendiri aku gak becus mengerjakan apa pun. Jadi aku hanya bisa melayani mu saja, kalau kau masih mencegah ku melakukan ini, lama-lama aku akan menjadi orang tidak berguna", ujar Danti yang kadang membuat Rein merasa sedih mendengar perkataan istrinya itu.
Tapi lama-lama dia terbiasa dilayani dan merasa senang dilayani Danti. Danti akan dengan telaten membantunya membuka dasi nya, membawakan dia minuman setiap dia pulang kantor, bahkan kadang memijat bahunya.
Danti memang agak rendah diri karena pendidikannya yang cuma tamatan SMA, sedangkan Rein lulusan luar negeri cumlaude. Belum lagi ibunya yang suka mencemooh pekerjaan Danti, sehingga membuat Danti semakin rendah diri. Semua yang dikerjakan Danti selalu salah!
Begitu juga ketika kalau ada teman Rein yang datang berkunjung, biasanya setelah menyajikan minuman, Danti langsung menghilang dan tidak kelihatan lagi. Karena Rein punya sifat cemburu yang besar, Rein malah senang dengan kelakuan Danti itu. Karena pernah suatu kali temannya memuji Danti. "Wah, kau pintar cari istri ya! diam-diam gak pernah dengar kabar kau pacaran tahu-tahu bisa dapat istri yang begitu cantik, keibuan dan anggun. Pantas saja dulu kau menolak Pamela di tempat kuliah kita! Beri tahu aku dong, bagaimana kau mendapat perempuan seperti itu."
...********...
"Lha, kalian kan sudah bercerai, tentu dia sudah pergi!", sahut ibunya tanpa merasa bersalah.
"Apakah ibu yang mengusirnya? Kami kan belum benar-benar bercerai! Kami masih dalam tahap meditasi bu, siapa tahu dalam waktu itu nanti Danti berubah pikiran Bu!", protes Reinhart.
"Heran kau ini, entah dikasih makan guna-guna apa sampai bisa begitu tergila-gila pada perempuan itu! Dia saja dengan santainya meninggalkan mu, masak kau gak bisa melupakan perempuan itu?", sahut Bu Tati kembali menjelek-jelekkan Danti.
Sebetulnya selain tidak menyukai Danti yang tidak bisa bekerja dengan baik setiap dia ajari, Ibu Tati kadang merasa Danti sudah menjadi saingannya. Karena Bu Tati adalah seorang janda, dan membesarkan Rein seorang diri, hubungannya sangat dekat dengan Rein.
Tapi ketika Danti datang, Rein terlihat begitu menyayangi dan memperhatikan Danti, akhirnya Bu Tati tanpa sadar merasa iri dan merasa Danti sudah merebut semua perhatian Rein dan mengambil Rein darinya!
...********...
"Percuma aku bicara dengan ibu! Mau sebagus apa pun Danti, tetap saja dia kurang di mata ibu!", ujar Rein dengan kesal dan langsung meninggalkan sang ibu yang berdiri terpaku.
"Dasar wanita sial! Bahkan dia sudah tidak berada di sini saja, setiap namanya muncul sudah bisa membuat hubungan ku dan Rein merenggang! Kenapa tidak sekalian menghilang dari permukaan bumi saja perempuan sial itu!", gerutu Bu Tati dengan geram.
...********...
Begitu sampai di kamarnya, Rein langsung membuka lemari pakaian mereka. Ketika melihat lemari bagian Danti yang kosong, Rein langsung terduduk lemas di atas tempat tidur dan menatap ke lemari itu dengan pandangan kosong. Rein merasa ada sebagian jiwanya yang hilang.
"Danti! Kau sungguh keras kepala!", gerutu Rein sambil menarik lepas dasinya dengan kasar dan melemparnya ke sudut kamar.
"Apakah tindakan ku sudah benar? Tidak memberikan uang sepersen pun padanya?", pikir Rein mulai ragu, sambil menjambak rambutnya sendiri dengan kesal.
"Tapi aku harus tega, kalau tidak dia tidak akan kembali pada ku!", putus Rein dalam hati.
Bersambung........
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!