NovelToon NovelToon

Sweet Dreams

Auristela Anindya

Terlihat di sebuah kamar sempit persegi empat dan penuh dengan barang-barang yang berserakan. Seorang wanita muda, tengah menggulir sosial medianya melihat kehidupan serba mewah dan megah kaum sultan. Banyak yang tampak dari benda persegi empat itu, mulai dari kehidupan kaum sultan hinggal Idol kelas dunia yaitu BTS. Perlahan perempuan usia 23 tahun itu tertawa lalu menghitung dengan jari dan menengadah dengan mata berkaca.

"Auris, mau sampai kapan begini? Apa tidak capek? Mau sampai kapan cuma scrool dan menonton kesuksesan orang lain?" gadis itu bermonolog pada dirinya sendiri.

"Rena sudah menikah, walau dengan duda beranak 2 tapi sahabat lamamu itu juga sudah punya anak dan kehidupannya baik-baik saja. Lalu dirimu?" tanya Auris lagi dengan wajah tidak kuasa menahan air mata.

Terlebih Auris melihat catatan hutang, selama dia berhenti berdagang. Ya Auris adalah mahasiswa kuda-kuda (kuliah dagang-kuliah dagang). Bukan tanpa alasan Auris berhenti berdagang sementara dan membuat hutang demikian banyaknya. Mendapat beasiswa dari kampus tempat dia berkuliah dan juga jadwal yang kebanyakan pagi membuat jadwal dagang Auris kacau balau. Auris menjual sarapan pagi dengan berkeliling dari pintu ke pintu. Auris tinggal berdua dengan sang Ibunda tercinta yang juga seorang pedagang. Ibunda Auris juga menjual makanan di pagi hari, karena telah mulai berjualan kembali Ibunda Auris sedikit mengeluh jika Auris juga ikut berjualan di karenakan waktu yang terbatas dan masa itu lumayan banyak mengalami kerugian hingga membuat Auris terpaksa berhenti berdagang.

"Jika bisa memutar waktu mungkin lebih baik tidak memaksakan diri untuk mengenyam pendidikan ke perguruan tinggi. Ini menyakitkan, lebih baik bekerja jadi buruh di tempat orang dan bisa memberikan hasilnya pada Ibu. Setidaknya Ibu tidak akan terlilit hutang begitu banyak, apalagi hidup di kota semuanya harus di bayar. Mulai dari kontrakan rumah, listrik, air dan makan sehari-hari," gumam Auris.

Auris kian menggulir ponselnya melihat orang-orang di ponselnya sungguh jiwa miskinnya serasa tertampar. Ada anak muda yang seumuran dia sudah bisa umrohkan orang tuanya, bisa belikan rumah orang tuanya dan bisa berikan uang puluhan juta pada orang tuanya. Sedangkan Auris masih jadi beban dalam kehidupan ibunya. Auris melihat dan mencari peluang di mana dia bisa bekerja tanpa harus menganggu ibunya dan bisa menghasilkan banyak uang dan dengan cara yanh halal.

Auris melihat ada yang berjualan pakaian, tas, kaus kaki dan sampai pada foto para Idol. Seketika Auris mengakumulasi jika ini butuh uang yang lumayan untuk modal. Auris melihat ada banyak sekali konten kreator muda yang sukses. Auris bertanya pada dirinya sendiri apa peluang ini ada untuknya.

"Auris! Auris!" teriak Ibu ketika pulang dari berdagang hanya untuk menunaikan sholat zuhur.

"Iya Ibu tunggu sebentar," Auris membuka pintu dan mengambil barang yang di bawa sang Ibu.

"Ibu ini hasil jualan sarapan tadi. Alhamdulillah habis semua, besok Auris jualan lagikan Ibu?" tanya Auris pada sang Ibu.

"Skripsi sampai mana? Udah selesai revisinya? Kapan jadwal ketemu Miss Yulia lagi?" tanya Ibu pada Auris.

"Hehehe, belum Ibu. Insyaallah besok di antarkan pada Miss Yulia," kata Auris dengan cengengesan.

"Ini sudah hari keberapa? Sudah hari ke dua setelah bahan di kembalikan? Kamu mau lulus berapa lama? Masih niat kuliah apa ngak sih? Kalau memang ngak ada niat buat kuliah jelas pula kamu cari kerja dan hasilkan uang untuk bayar hutang. Hidup kita itu ngak sesenang dan sesantai itu Auris! Kalau memang kamu ngak mau kiliah jelas pula kamu berhenti, jangan di perolok seolah-olah aku terlalu mengharapkanmu untuk sarjana!" Amarah Ibu tidak bisa terkendalikan.

"Ngak Bu, nanti Auris selesaikan," kata Auris dengan wajah bingung dan terlihat banyak pikiran.

"Apasih yang jadi buah pikiran sama kamu itu apa? Apa sesulit itu untuk penulisan bab 4 dan 5? kamu sudah sempro Nak! Selangkah lagi!" kata Ibu semakin kesal pada Auris.

"Itu hutang, uang yang harus di kirim pada Julian kita belum punyakan Ibu? Sedangkan waktunya semakin mepet? Siapa yang bakal kasih kita pinjaman?" tanya Auris dengan mata berkaca-kaca yang membuat Ibu ikut terdiam.

"Kamu ngak usah mikirin utang! Yang penting skripsi kamu siap baru kamu mikir buat bantu Ibu! Udah sekarang mulai kerjakan skripsi kamu! Ingat jika kamu ngak lulus semester ini, maka kamu akan membuat Ibu pinjam uang sana-sini untuk membayar uang kuliah kamu lagi! Apa itu yang kamu mau?" tanya Ibu sarkas yang hanya di balas oleh Auris dengan mata berkaca dan juga gelengan kepala.

Setelah sholat tanpa sempat makan Ibu dari Auris sudah pergi ke luar rumah untuk kembali ke tempat berjualan.

"Bu, bukan auris ngak mau kerja sama orang. Tapi kerja di saat-saat seperti ini palingan kerja 12 jam penuh di bayar 40 ribu. Mendingan Auris jualan sarapan, penghasilannya lumayan dan kerjanya hanya 1 jam selebihnya bisa di gunakan untuk yang lain. Tapi Auris punya bakat apa Bu? Supaya Auris bisa bantu Ibu menghasilkan uang?" tanya Auris dalam hatinya.

Auris yang melihat rumah bagai kapal pecah, lebih memilih membersihkan rumah dan merapikan semua yang ada di rumahnya. Auris merapikannya dalam diam, hingga lewat ashar dan mendekati waktu ibu pulang semuanya masih belum selesai. Baik piring maupun pakaian dan makanan semuanya datang bersamaan minta di kerjakan kedua tangan Auris.

Meski begitu Auris tetap mengerjakannya tanpa melihat skripsinya sama sekali. Otak yang mumet, karena jual-beli dan laba-rugi membuat Auris enggan berpikir terlebih melihat tulisan yang semuanya adalah bahasa asing.

Hingga magrib hampir tiba dan Ibu auris pulang rumah rapi dan bersih. Ibu Auris diam saja dan bersikap biasa marena dia tahu jika terlalu memaksa Auris maka pertengkaran atau Auris kian kacau jika di paksa.

Selesai dari berbenah dan saat ini Ibu dan Auris tengah di kamar dan tengah makan malam.

"Skripsi sampai mana?" tanya Ibu pada Auris.

"Besok di serahin kok Bu. Besok libur jualan. Hari ini aku mau tidur cepat, mata ngak kuat liat laptop nanti bangun jam dua pagi buat selesaikan revisi," kata Auris pada sang Ibu.

"Yakin? Insyaallah, Ibu bantu Do'a ya. Ini ngak akab mudah tapi Insyaallah Auris akan wisuda periode april ini kok Bu. Auris ngak akan lama-lama, sesuai janji 3,5 tahun. Dengan bismillah Auris akan dapatkan gelar sarjana Auris dalam 3,5 tahun," kata Auris dengan senyuman menenangkan pada Ibunya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Kelindes Telur Cicak

"Jika tidak menyukainya maka jangan melihatnya. Jika membencinya maka hentikan membayangkannya. Baiklah ayo matikan televisinya aku lelah melihat drama Anupama yang tersiksa oleh para anak-anak yang tidak tahu diri. Masih untung di kasih Ibu yang begitu pengertian eh malah sibuk membela ayah tukang selingkuh? Apa drama kumenangis indosiar masih kurang?" kata Auris mendumel.

Auris membuka laptopnya dan mengerjakan skripsinya. Sesuai dengan perkataan dan ambisi gadis 23 tahun itu dia ingin segera lulus S1.

"Baiklah, tidak peduli aiapa yang mendapat bidikmisi dan masuk kampus impian. Mungkin ini memang jalanku. Allah percaya aku sanggup lantas mengapa aku ragu akan diriku sendiri. Insyaallah aku kuat, dan toga akan segera aku sandang di tahun 2023 ini bertepatan dengan Mei mendatang. Karena wisuda periode april di tunda ke bulan Mei," kata Auris mematikan televisinya.

"Bismillah, aku pasti wusuda Mei mendatang! Aku pasti sukses! Aku pasti akan bisa bantu ibu lunaskan hutang. Insyaallah akan ada jalan. Yang jelas sekarang aku akan lakukan apapun yang aku bisa. Hidup itu singkat jadi jangan terlalu banyak merana," kata Auris pada dirinya sendiri.

Tampak layar persegi panjang itu menyala dan ada tulisan jika guru pamong saat dia PLK menelponnya via sambungan telepon. Ada apa ini? Apa dia berbuat salah? Auris ketar-ketir tapi tetap ingin tahu apa yang akan di sampaikan oleh gurunya selama praktek lapangan kependidikan 6 bulan silam.

"Auris apa kabar?" tanya Mam X dari seberang sana.

"Alhamdulillah kabar baik Mam. Mam apa kabar?" tanya Auris kembali dengan nada ceria.

"Alhamdulillah Mam baik, Auris gimana penelitiannya apa sudah selesai?" tanya Mam X lagi pada Auris.

"Alhamdulillah, sudah hampir selesai Mam. Udah penulisan bab 4 dan 5 untuk skripsi," kata Auris kembali.

"Alhamdulillah, Auris sekarang sibuk ngak? Di rumah aja kan?" tanya Mam X pada Auris.

"Ya Mam di rumah aja, ada apa Mam?" tanya Auris.

"Auris bisa gantikan Mam ngajar di hari senin depan? Nanti bahan-bahannya Mam kasih tau? Kira-kira bisa ngak?" tanya Mam X pada Auris.

"Oh, insyaallah Mam. Iya Mam, nanti Auris temui Mam sebelum jadwal ngajar hari senin," kata Auris pada Guru Pamongnya.

Setelah saling mengucap salam sambungan telepon pun terputus.

"Tidak apa Auris, tidak apa jika tepung serbaguna sedangkan kamu di usia 23 tahun masih biasa-biasa saja. Gagal dalam bisnis, di tolak pendidikan dokter sebanyak 3x dan jadi pedagang nasi goreng sejak semester 1 hingga semester 5 itu sudah cukup baik. Kamu pasti bisa sukses! Impian kamu pasti akan tercapai! Ingat kata Jungkook Oppa 'Kamu boleh menangis tapi kamu tidak boleh menyerah'. Dan ingat kata Suga Oppa 'Kamu terlahir untuk menjadi nyata bukan untuk menjadi sempurna,' baiklah ayo Auris lakukan satu per satu," Auris kian bersemangat.

"Aku tidak akan menyerah," kata Auris mulai menyelesaikan pekerjaannya.

Ini adalah hari pertama aku bertekat bagaimana mengubah takdirku. Aku harus mengubah setiap kebiasaanku. Aku tidak ingin terus berlarut-larut seperti ini.

"Auris, ayo selesaikan sekarang," kata Auris.

Pagi hari ini adalah hari yang indah dan penuh dengan harapan. Auris melakukan semua yang terbaik untuk dirinya agar dia tidak merasa kacau.

"Apakah baik-baik saja jika kamu tetap jualan hari ini Auris?" tanya Ibu pada Auris.

"Alhamdulillah Ibu, bantu do'a saja Ibu agar aemuanya berjalan baik-baik saja. Bahan sudah aku masukkan, aku hanya menunggu kabar dari Miss Yulia agar bisa bimbingan," kata Auris pada Ibu.

Tepat jam 7.40 notifikasi dari hpnya membuat Auris menghentikan kegiatannya. Auris membaca jika ada pesan dai sang Dosen tercinta jika dia bisa bimbingan tepat jam 10 pagi ini. Auris segera membalas pesan sang Dosen agar bisa segera bergegas mengerjakan jualan dan segera datang bimbingan ke kampus.

"Ya Allah mudahkanlah semua urusanku ya Allah," kata Auris.

"Bu, bantu do'a agar semuanya baik-baik saja Bu. Semoga nanti jualannya cepat habis biar tidak terlambat menemui Miss Yulia ke kampus," kata Auris.

Waktu cepat berputar tidak terasa semua barang dagangan telah siap di distribusikan. Auris segera mengganti pakaiannya dan menunaikan dhuha 4 rakaaat sebelum berangkat jualan. Bagaimanapun 4 rakaat dhuha sebelum beraktivitas sudah seperti rutinitas yang tidak bisa Auris jalankan.

Ya jika kalian pikir Auris adalah gadis yang masa bodoh itu adalah kesalahan terbesar. Auris adalah perempuan muda yang over thingking, semakin dia meninggalkan banyak kebiasaan baiknya semakin Auris merasa jika harinya berantakan.

"Bu, Auris berangkat dulu. Assalamu'alaikum," Auris berpamitan dan mengecup pipi ibunda tercintanya.

Dengan bertemankan istigfar dan sesekali monolog dengan menggunakan bahasa inggris di balik masker yang di gunakan untuk menutupi wajahnya Auris menampilkan 1001 ekpressi.

"Nasi goreng, bihun, mie goreng, kacang ijo, ketan kacang ijo Bang, Kak. Murah, cuma 5000 perbungkus?" kata Auris menjajakan makanan yang telah dia produksi bersama sang Ibunda pagi ini.

"Nasi goreng, bihun, mie goreng, kacang ijo, ketan kacang ijo Bang, Kak. Murah, cuma 5000 perbungkus?"

Sekali lagi Auris menjajakan makanannya ke setiap tokoh yang buka yang di laluinya.

"Nasi goreng, bihun, mie goreng, kacang ijo, ketan kacang ijo Bang, Kak. Murah, cuma 5000 perbungkus?"

"Kak, nasi gorengnya berapa kalau beli dua?" tanya salah seorang pembeli pada Auris.

"Berapa Bang, oh dua 10.000," kata Auris seraya memberikan dagangannya agar sang pembeli bisa memilih.

Setelah berniaga, Auris melanjutkan jualannya dengan berjalan kembali hingga jualan Auris habis ter

"Nasi goreng, bihun, mie goreng, kacang ijo, ketan kacang ijo Bang, Kak. Murah, cuma 5000 perbungkus?"

Dialog yang sama dan juga ekspresi ceria yang sama terus di ulangi Auris hingga semua dagangannya menipis.

Auris berhenti di pinggiran jalan untuk melihat waktu yang berlalu.

"Ya Allah, sebentar lagi bimbingan. Aku harus segera pergi ke kampus," Auris segera menghitung jumlah sarapan yang tersisa meski hari masih lumayan pagi yaitu jam 9.30 pagi.

"Ngak papa, cuma lima kotak nasi goreng. Ini bisa ibu jual di sekolah, aku harus pergi ke kampus sekarang. Bagaimanapun Miss Yulia adalah orang yang tidak suka keterlambatan. Ya Allah semoga ini segera selesai," kata Auris dengan berjalan sigap menyusuri jalan yang cukup jauh di laluinya.

Setiba di sekolah, Auris segera menghampiri ibunya.

"Ibu, Auris harus ke kampus dulu bimbingan. Ini masih ada sisa lima. Kalau nanti memang ngak bisa di jual di sini, biar Auris jual di pasar aja sekalian beli bahan jualan buat besok," kata Auris dengan sigap.

"Ini uangnya pegang dulu, itu hasil jualan tadi. Tapi belum semua, Auris bawa agak lebih nanti takut kelindes telur cicak jadi jaga-jaga karena ngak ada uang pegangan," kata Auris segera pergi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sekte Yoongi Merry Me

Hari berlalu, waktu berjalan cepat tanpa ingin menoleh walau sekencang apapun kamu berlari mengejarnya. Di sisi lain, rasanya semua ini membuat Auris sulit bernafas. Jika Auris melihat kiri-kanan pada teman-teman sejawat yang satu kelas semuanya masih di titik yang sama. Tapi ketika Auris membuka sosial media Auris seketika merasa kacau. Usia 19 tahun sudah umrohkan orang tua, usia 19 tahun sudah punya rumah pribadi. Usia 19 tahun sudah tidak lagi bergantung pada orang tua, tapi Auris merasa rendah diri dan tidak berdaya. Semuanya terasa menyesakkan, Auris tidak iri pada yang berumah tangga lebih awal. Sederhana harapan Auris, dia hanya berharap sang Ibunda tidak lagi mengkhawatirkan soal uang.

Tangis Auris kian tergugu ketika melihat Boy band palng ngetop asal korea yang selalu menjadi perbincangan panas. Siapa lagi jika bukan BTS, sekali lagi ketika melihat mereka air mata Auris tidak kuasa di bendung, bahagia melihat tingkahnya dan terkadang juga tertawa tapi jujur saja Auris bertanya banyak hal pada dirinya. Apa dia bisa sukses? Apa Auris mampu untuk sukses? Tidak perlu harus kaya raya layaknya pengusaha nomer satu di Indonesia itu terlalu jauh. Auris hanya ingin bisa lepas dari hutang, bisa membuat sang Ibunda pensiun mendorong gerobak dorong yang selama ini menjadi jalan kehidupan Auris dan Ibunya.

"Yaudah ayo berhenti meratap dan mengeluh, sekarang bangkit dan kerjakan skripsimu supaya bisa segera tamat," kata Auris segera mengerjakan skripsinya.

Semua kertas bertebaran di kasur lantai yang diduduki oleh Auris. Ya jangan sangka Auris tengah duduk di ruang keluarga, tidak sayang Auris duduk di kamar dengan menggunakan kasur lantai yang di sulap menjadi kasur tidur tempat dia dan Ibunda tercinta melepas lelah.

Lembayung senja menghampiri dan hari mulai gelap. Terdengar suara Ibu memanggil dari luar meminta di bukakan pintu. Auris bangkit dan meninggalkan sejenak pekerjaannya untuk membantu mengangkat barang sang Ibunda tercinta.

"Assalamu'alaikum, udah siap skripsi?" tanya Ibu begitu melihat wajah Auris.

"Udah ke angsur sedikit," kata Auris menanggapi dengan tenang seraya mengangkat barang-barang dari gerobak tau itu ke dalam rumah.

"Sudah berapa lembar? Sudah ada separuhnya?" tanya Ibu kembali.

"Belum Bu, sabar aku olah datanya lagi. Do'akan saja supqya besok segera memberikan bahan pada Miss Yulia," kata Auris dengan wajah berusaha tenang di tengah kekacauan otaknya.

"Usahakan selesai besok, kalau belum siap ngak usah jualan dulu. Siapkan saja dulu, waktunya semakin sedikit," kata Ibu di sela-sela mengganti pakaian dari dalam kamar.

"Iya," kata Auris.

Auris yang merasa jenuh membuatnya berselancar di sosial media. Berbekal dengan paket yang di beli dari cuntingan keuntungan jualan Auris mencari ide apa yang bisa menghasilkan uang tanpa mengeluarkan uang sepeserpun.

"Kelihatannya banyak banget cara buat hasilin cuan, tapi gimana caranya? Kalau modal lagi aku kayaknya belum mampu dalam waktu dekat. Apa aku coba buat konten masak ala Mak-Mak aja ya, buat awalan aja, nanti perlahan-lahan moga-moga bisa bantu Ibu. Kalaupun belum banyak ya sedikit tapi ada," kata Auris optimis.

"Ya sudah sekarang aku tidur dulu, besok pagi aku coba take video Ibu masak buat bikin channel youtube!" Auris segera menutup laptop dan mematikan paket datanya. Auris merapikan semua barang-barangnya yang bertebaran agar bisa segera merebahkan tubuhnya untuk beristirahat, terlebih hari kian larut.

Pagi-pagi sekali Auris sudah sibuk dengan kegiatan sehari-harinya, mengingat jika dia ingin membuat konten youtube dia berusaha mengambil beberapa Video otodidak yang walaupun terlihat alakadarnya dan juga pencahayaan alakadarnya.

"Tidak apa yang penting nyemplung aja dulu, kebanyakan takut yang ada aku malah ngak ke mana-mana," kata Auris seraya merekam beberapa Video sang Ibunda tengah memasak dan juga mengambil beberapa spot di rumah kecil kontrakannya.

Setelah mengambil rekaman video di sela-sela jam padat karena harus bersiap membantu Ibundanya berjualan.

Waktu cepat berputar, layaknya kehidupan pedagang di sekolah begitu juga dengan Auris. Hati sumpet, pikiran sumpet dan sedang tidak punya ide baik untuk skripsi maupun channel yang baru saja lahir hari ini. Auris bergegas berpakaian rapi untuk sekedar menghampiri sang Ibunda yang sedang berjualan di SD dekat rumah mereka tinggal. Tiba di sana, pikiran Auris yang ruwet berganti rilex melihat ramenya anak-anak yang tengah berburu makanan di jam istirahat sekolah.

"Saya duluan kak!"

"Jasjus jeruk satu kak, pake susu berapa kak?" tanya satunya lagi.

"Ok, 3000 aja," jawab Auris riang.

"Roti susu 3000 kak," kata anak satunya lagi.

"Oke," kata Auris bergegas mengambil dagangan Ibu nya untuk di perjualkan.

"Ma, mie pedas 3000 Ma,"

"Minas 2000," Ibu juga tqmpak kerepotan mengambil dagangan yang di pegangnya.

Jual beli yang menyenangkan dan suasana yang rame anak-anak menjadi pelipur kegundahan tersendiri oleh Auris.

Tettt.......

Nyaring terdengar suara bel yang menandakan jika jam pelajaran terakhir sebelum sore akan segera di mulai.

Anak-anak sudah sepi bahkan sudah masuk semua ke kelas masing-masing. Auris duduk bersama sang Ibunda tercinta seraya Auris memakan makanan yang di perjualkan Ibunya kerena Auris belum bersantap siang sedang waktu telah pukul 4.30 sore.

Saat duduk dengan santai seraya melurik-larik sosial media sekedar memandangi wajah tampan sang Idol kesayangan Member BTS ataupun si tampan Park Jimin, datanglah Pak RT di komplek yempat tinggal mereka yang lama.

Auris sebenarnya paling malas menyapa, apalagi menyapa laki-laki itu adalah kegiatan paling menyebalkan yang Auris rasa tapi kalau tidak negur di bilang sombong, parahkan? Padahal mulut-mulut gua, suara juga suara gua kenapa malah jadi penyakit buat dia. Ya begitulah hidup bermasyarakat.

"Pak!" kata Auris hanya sekedar basa-basi. Ingat! Basa-basi bukan mau ngajak ngobrol.

"Hei Auris, gimana udah lulus kuliah?" pertqnya julid klasik yang di miliki Pak RT dan sekomplotan orang kurang kerjaan yang sibuk nguruain hidup orang.

Sensi? Emang woi, gua sensi abis di sini tapi ditutup dengan senyuman manis aja. Biar ngak panjang.

"Inysyaallah, april atau mei mendatang akan wisuda Pak, bantu do'a saja," ucapa Auris dengan lemah lembut dan senyuman yang di usahakan dan malah terlihat seperti gula aren manis dan pahit.

"Gimana, udah ada calon suami?" tanya Pak RT to the point.

"Masih jauh Pak! Belum kelihatan hilalnya," kata Auris yang mulai kebawa emosi.

"Jangan lama-lama, nanti kayak Ibu kamu (Janda tua dan sendirian)" kata Pak RT yang kian menebar bensin di hati Auris.

"Belum kelihatan hilalnya Pak, perkara itu biar takdir Allah yang menentukan," kata Auris mulai malas berbincang dengan RT julid kurang kerjaan dan sibuk ngurusin hidup orang.

"Itu bukan perkara takdir....

Tub suara gelas plastik jatuh tepat di kaki Auris bertepatan dengan perkataan Pak RT Julid seolah mewakili kekesalan Auris pada si RT julid.

"Masa bodoh soal jodoh, yang penting sekarang gua mau ngasilin duit dulu. Lee Dong Wook aja yang 40 lebih masih santai sendirian masa gua yang baru 23 keburu-buru nikah mau ngapain!" Auris mendumel dalam hati dengan rasa kesal tiada tara.

"Walau gimanapun, meski stand sama Jimin Oppa. Gua masih oleng sekte Yoongi merry me!" kata Auris dalam hati dengan tatapan yang sulit di sembunyikan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!