Seorang gadis dengan seragam SMA terlihat tengah menangis dibawah guyuran air hujan di sebuah taman. Namanya Alana, gadis itu baru saja kehilangan sang Abang. Abang satu satunya keluarga yang ia punya, kini sudah pergi meninggalkan dirinya.
Alana benar benar merasa sendiri sekarang, setelah kedua orangtuanya meninggal, abangnya sekarang turut menyusul kedua orangtuanya. Alana jadi ga sekarang sudah tidak memiliki tempat untuk bersandar, tempatnya mengadu dan bercerita.
" Ayah…Bunda… Alana udah ngga punya siapa-siapa lagi sekarang .." ucapnya di sela sela tangisannya yang menyayat hati siapa saja yang mendengarnya.
Alana memeluk lututnya sendiri dan menelungkup kepalanya disana. Meresapi kesendirian sambil berdoa berharap ada orang yang akan menguatkan langkah kedepannya.
Sedangkan di sebuah mobil mewah yang terparkir di sekitaran taman, seorang pria gagah dan tampan dengan masih mengenakan setelan jas kantoran itu tidak berhenti menggerutu. Pria tersebut terpaksa meninggalkan pekerjaannya karena sang ibu yang memintanya untuk menjemput sang ibu yang sedang arisan bersama teman teman sosialitanya.
" Mama lama banget sih, pasti lagi pamer tas keluaran terbaru pasti " gerutu Aldi.
Saat sedang mengedarkan pandangannya, Aldi melihat seorang gadis yang memakai pakaian serba hitam sedang menangis seorang diri di tengah derasnya guyuran hujan.
" Lah tuh bocah kenapa dah? Ngapain nangis disitu?" Katanya heran, tapi semakin lama memperhatikan gadis itu,jiwa kemanusiaan nya meronta dia untuk segera membantu gadis itu.
Aldi melepas jas mahalnya, kemudian ia mengambil patung di jok belakang mobil.
Aldi berjalan perlahan karena jalanannya cukup licin. Namun tiba tiba..
" Ouwwh"
Nasib buruk menimpa Aldi, saat ia terpeleset tepat di hadapan gadis tersebut. Payung nya pun jatuh dan sekarang ia pun basah juga.
Alana yang mendengar suara orang berteriak pun mendongakkan kepalanya terkejut dan dengan cepat berdiri saat melihat seorang pria terjatuh di hadapannya.
" Om ngga papa?" Tanya Alana sambil berusaha menolong pria tersebut. Aldi membulatkan matanya mendengar gadis itu memanggil dirinya dengan sebutan om, apakah dirinya sudah setua itukah sehingga dia memanggil diriku om? ' batin Aldi bertanya tanya.
Aldi mencoba bangun dengan bantuan dari Alana. Saat Aldi hampir berdiri, ternyata kini Alana kehilangan keseimbangannya dan kemudian terpeleset. Tangan Alana yang satu masih memegang tangan Aldi, sedangkan tangan yang satunya lagi refleks menarik kemeja Aldi di bagian depan Aldi hingga kancing kemeja Aldi terbuka.
Aldi yang memang belum berdiri sepenuhnya pun ikut terjatuh lagi dengan posisinya yang menimpa badan mungil Alana. Tangan kanannya tidak sengaja terbentur kursi taman dengan cukup keras.
" Akkhhh"
Mereka berdua berteriak dengan cukup keras, sedangkan sekarang hujan sudah mulai reda. Sandra dan teman temannya pun mendengar teriakan dari arah taman.
" Kaya denger suara orang teriak nggak, sis?" Tanya seorang ibu ibu dengan tangan yang penuh dengan emas.
" Iya nih, suaranya kaya dari arah taman. Yuk kita lihat yuk," jawab Sandra, mama dari Aldi.
" Biasanya sore sore begini ada remaja yang mesum di taman" ujar pemilik rumah yang dekat dengan taman tersebut. Mereka berjalan menuju pintu yang langsung mengarah ke arah taman.
" Masa iya sis? " Saut ibu ibu satunya lagi.
" Iya sis,biasanya sih ABG yang ga punya modal buat ke hotel sis" jawab sang pemilik rumah sambil membuka pintu rumahnya.
Saat pintu terbuka, ibu ibu sosialita itu tercengang.
" Kok kayak kenal yah sama laki laki itu? Anak siapa sih itu, tampilan keren gitu masa *** *** di taman sih" ucap Sandra, lalu tak lama kemudian ia membulatkan matanya.
" Lah!! Itukan anak gueee," histeris Sandra yang kini sudah menahan malu dan marah.
" JOVALDI"
Aldi dan Alana yang sedari tadi terdiam, kini mereka terkejut mendengar teriakan itu. Aldi berusaha berdiri, namun ia merasa tangannya sangat sakit. Alhasil ia kembali menimpa Alana. Alana yang melihat itu segera berusaha menyingkirkan tubuh lelaki itu yang kekar dengan cara menggulingkan nya.
Akhirnya pun Aldi sudah bisa berdiri, dirinya kemudian langsung mengambil patung yang tergeletak di sampingnya. Lalu ia berjalan menghampiri sekumpulan ibu ibu sosialita yang sedang menatapnya tidak percaya.
" Mah, ini nggak seperti yang mama liat " ucap Aldi saat melihat wajah mamanya yang sudah memerah. Seperti antara malu dan marah.
" Kamu ngapain hah? Malu maluin mama aja kamu." Aldi meringis kesakitan saat merasa telinganya yang sakit karena dijewer sang mama dengan kuat.
" Pulang" gertak sandra, kemudian mengambil patung yang berada di tangan Aldi dengan kesal.
Sandra menghampiri Alana yang sejak tadi hanya berdiri sambil menatap Sandra dan Aldi. "Ikut Tante yuk sayang!"
Alana yang masih kebingungan itu pun hanya bisa menunduk, Sandra pun langsung menarik tangan Alana dan membawanya ke dalam mobil Aldi.
" Kamu mau pulang nggak?" Teriak Sandra karena kesal dengan putranya itu yang masih diam mematung bersama ibu ibu disana.
Aldi yang mendengar itu pun dengan cepat langsung berlari sebelum sang mama kembali mengamuk disini. Aldi membuka pintu mobilnya dan menutupnya kembali saat ia sudah masuk kedalam mobilnya dengan kondisi basah kuyup.
" Siapa yang ngajarin kamu kaya gini hah? Mama nggak pernah ngajarin kamu berbuat mesum di tempat umum kaya tadi."
" Aldi nggak me-" belum selesai Aldi menjawab, mamanya sudah kembali mengomel.
" Ternyata selera kamu anak yang masih kecil ya? Pantesan aja mama jodohin dari dulu nggak pernah mau," omel Sandra Aldi sudah mulai menjalankan mobilnya.
" Kamu dipaksa ya? Sampai nangis kaya gini." Ucap mama Sandra lagi saat ia melihat hidung dan mata Alana memerah.
" Nggak mah, Aldi nggak ngapa ngapain kok." Sangkal Aldi sembari ia fokus menyetir mobilnya.
" Nggak ngapa ngapain gimana? Orang baju kamu aja kaya gitu. Dia juga?" Tunjuk Sandra pada baju Aldi dan Alana. ****, sejak kapan baju mereka seperti ini? Umpat Aldi dalam hati.
Alana yang duduk di kursi belakang pun kemudian mengaitkan kembali kanci baju yang entah sejak kapan terbuka. Lalu ia memeluk tubuhnya sendiri yang sudah menggigil.
" Kamu tau nggak? Mama itu malu banget tadi. Apalagi tadi ada yang videoin kalian. Pokoknya mama nggak mau tau, kamu harus nikahin dia secepatnya. Sebelum berita itu menyebar." Baik Aldi maupun Alana, mereka membulatkan matanya terkejut.
" Mah! Masa iya gara gara itu aku harus nikah sama tuh bocil sih? Nggak masuk akal banget mah." Protes Aldi
" Mama nggak menerima penolakan Aldi." Ucap Sandra dengan tegas.
Aldi memejamkan matanya sekejap,sudah tau ia tidak akan pernah menang melawan wanita yang sudah melahirkan nya ini, tapi ia tetap saja mau mendebatnya.
" Nak… nama kamu siap?" Tanya Sandra menghadapkan dirinya ke arah belakang.
" Alana Tante " jawab Alana dengan tubuh yang sudah menggigil.
" Ya ampun nak, kamu kedinginan ya? Aldi cepetan bawa mobilnya, pacar kamu udah kedinginan tuh gimana sih." Ucap Sandra dengan menepuk lengan Aldi.
Aldi diam saja, ia sudah lelah berdebat dengan mamanya. Jadi ia biarkan saja mamanya menyebut gadis itu yang bahkan ia tidak ia kenal itu sebagai pacarnya.
Alana menatap mansion yang berlantai tiga di depannya, ia tidak terlalu kagum karena rumah peninggalan kedua orang tuanya pun tidak kalah jauh mewahnya dari ini.
" Ayo masuk nak " ajak mama Sandra dengan memegang bahu Alana. Alana kemudian mengangguk dengan canggung lalu ia mengikuti langkah wanita dihadapannya ini.
Aldi sudah lebih dulu masuk setelah ia melemparkan kunci mobil pada penjaga yang memang selalu siap siaga di mansion mewah tersebut.
Hal yang pertama kali membuat Alana kagum ialah sambutan ramah dari semua pelayan yang berada di dalam rumah. Sandra kemudian memanggil salah satu dari mereka.
" Ada yang bisa saya bantu nyonya?" Tanya wanita paruh baya yang Alana tebak adalah senior disini.
" Tolong bibi bantu bawa calon menantu saya ke kamar tamu dan tolong juga buatkan minuman hangat untuk nya," perintah mama Sandra.
" Baik. Mari nona saya antar," Alana berpamitan pada mama Sandra lalu ia mengikuti pelayan itu sampai di sebuah kamar tamu.
" Ini kamarnya, non. Nona bisa langsung mandi, jika nona butuh sesuatu panggil saya saja, nama saya Nunik." Ucap pelayan tersebut sembari membuka pintu kamar tamu dan mempersilahkan Alana masuk.
"Iya bi Nunik, Oh iya panggil aku Alana aja ya." Ujar Alana yang merasa tidak pantas dengan sebutan nona.
" Baik nona Alana." Alana menghela nafas, lalu berpamitan untuk mandi. Seperti di rumah nya, disini pelayannya memanggilnya dengan sebutan nona. Alana memaklumi itu karena mungkin itu sebagai bentuk sopan
Santun terhadap majikannya, walaupun Alana sendiri merasa tidak nyaman.
Alana mandi dengan air hangat, karena tubuhnya yang sudah sangat kedinginan. Setelah selesai mandi,ia keluar masih dengan menggunakan handuk. Alana tidak mungkin menggunakan kembali bajunya yang sudah basah, tapi ia sekarang bingung harus menggunakan pakaian apa.
Ditengah kebingungan nya, terdengar suara ketukan pintu.
Tok tok tok
" Nona.. ini saya bik Nunik. "
Alana membuka sedikit pintu lalu ia menyembulkan kepalanya. " Iya kenapa bik? Maaf saya nggak bisa buka lebar lebar karena saya belum pakai baju bik, hehehe."
" Tidak apa apa non. Ini saya bawakan baju ganti untuk nona." Ucap bik Nunik sambil menyodorkan paperbag berisi pakaian.
Tangan Alana terulur untuk menerimanya,
" Terimakasih bik. Aku ganti baju dulu ya, udah kedinginan banget ini bik. Maaf ya bik aku tutup dulu pintunya."
Bi Nunik mengangguk. Saat pintunya sudah tertutup, bi Nunik tersenyum karena sikap calon menantu dirumah ini. Beda sekali dengan sifat putri dari pemilik rumah ini yang begitu angkuh dan sombong.
Aldi yang tengah berdiri di lantai dua ikut menyaksikan perilaku Alana yang menurutnya begitu sopan. Akan tetapi, dirinya masih belum terima jika gadis cilik itu yang akan menjadi calon istrinya. Semoga saja ucapan mamanya tadi tidak serius. Walaupun ia sedikit tidak yakin. Apa yang mamanya inginkan pasti dengan begitu mudahnya terwujud.
°°°°
Tok tok tok
" Iya sebentar." Alana segera membuka pintu saat ia mendengar ada yang mengetuk pintu kamarnya dari luar.
Ceklek
" Om..? Ada apa?" Tanya Alana saat melihat orang yang mengetuk pintu adalah Aldi.
Aldi tidak menjawab, dirinya malah mendorong masuk Alana masuk kembali kedalam kamar dan menutup pintunya saat ia juga masuk kedalam.
" Saya cuman mau bilang, tolong kamu tolak permintaan mama." Ucap Aldi to the point.
Alana mengangguk lalu berkata, " Sudah pasti bakalan gue tolak om. lagian mana mau gue nikah sama om."
"Bener ya? Awas aja kalo kamu malah terima. Saya bakalan pastiin kamu akan menderita jadi istri saya. Dan ya satu lagi jangan panggil saya om, Umur saya masih 24 tahun." Tekan Aldi sambil mengukung tubuh Alana ke tembok.
"Iya baik OM Aldi." Alana bukannya takut malah semakin meledek Aldi.
" Oh kamu nantangin saya ya? Mau kamu saya cium?" Kesal Aldi karena ia diledek oleh bocil dihadapannya ini.
Alana mendorong tubuh kekar Aldi dengan sekuat tenaga sampai akhirnya ia bisa bebas.
"Nggak minat. Udah sana om keluar, saya nggak bakalan mau juga kalau disuruh nikah sama om. " Aldi memundurkan langkahnya.
"Saya akan pegang ucapan kamu itu." Aldi menunjuk Alana, kemudian ia keluar begitu saja dari dalam kamar tamu itu.
Di dalam kamar, Alana terus menggerutu, mengatai, dan bahkan ia menyumpah serapahi Aldi.
" Lagian siapa juga sih yang mau nikah sama om om itu. " Ujar Alana pada dirinya sendiri.
Malam hari di mansion keluarga Graham.
"Bi, tolong panggilkan Aldi sama Alana ya. Bilang suruh makan malam bersama." Titah Sandra. Salah satu pelayan mengangguk lalu beranjak ke kamar tuan mudanya dan juga ke kamar calon nyonya muda di mansion ini.
" Sudah nyonya." Mama Sandra mengangguk sembari mengucapkan terimakasih.
Maid tersebut sudah kembali melakukan tugasnya di dapur, sedangkan sang nyonya rumah sedang menata makanan di tengah meja makan. Pekerjaan itu sudah menjadi favorit bagi nyonya besar di mansion itu dan juga tidak boleh ada yang ikut membantunya di meja makan. Karena menurut mama Sandra ini adalah tugasnya dan ia selalu senang untuk melakukannya.
" Malam ma" sapa Aldi sembari mencium pipi sang mama. Tak lama setelah Aldi turun,kini terlihat Alana yang baru saja sampai dan juga menyapa mama Sandra.
" Malam Tante"
Mama Sandra hanya tersenyum dan membalas sapaan mereka, " malam juga sayang".
Sedari tadi sore, Alana memang belum diizinkan untuk pulang. Mama Sandra melarang nya dengan alasan akan menindaklanjutinya tentang masalah tadi siang.
" Vanessa mana ma?" Tanya Aldi yang tidak melihat sang adik yang cerewet.
Mama Sandra yang mendengar pertanyaan dari sang putra sulungnya pun menghela nafas, " Dari tadi pagi belum pulang. Pas tadi mama coba telpon katanya masih main sama temen temennya. Emang nggak pernah betah dia kalau di rumah."
Aldi yang mendengar itu pun hendak berdiri untuk mencari sang adik, namun sebelum itu terdengar suara dari arah ruang keluarga yang menghentikan langkahnya.
Terlihat disana sang adik yang masih menggunakan seragam sekolah tengah berjalan dengan angkuh. " Kenapa baru pulang? Terus itu kenapa belum ganti baju juga?"
Vanessa tidak menghiraukan ucapan sang kakak, gadis itu hanya menatap sang kakak datar sebentar . Kemudian ia mulai menaiki tangga untuk menuju ke dalam kamarnya. Bahkan Vanessa tidak mengetahui bahwa ada seseorang yang ikut makan bersama keluarganya.
" Vanes kakak lagi bicara sama kamu ." Teriak Aldi yang akan pergi menyusul sang adik namun dicegah oleh mama Sandra.
" Sudah biarkan saja, nggak enak ada nak Alana."
Aldi yang memang selalu menuruti sang mama pun langsung kembali duduk. Sedangkan Alana, gadis itu masih menatap punggung gadis itu, yang ternyata teman satu sekolah Alana.
" Alana kamu mau makan pakai apa nak? Sini biar Tante ambilkan." Tawar mama Sandra sembari mengambilkan nasi untuk Alana membuat Alana tersadar dari lamunannya.
" Apa aja boleh Tante. " Alana kembali fokus ke meja makan. Alana kemudian melirik Aldi yang sudah memulai makan. Saat dengan tidak sengaja tatapan mata mereka bertemu, Alana dengan cepat mengalihkan pandangannya pada mama Sandra. Alana merasa malu sekali.
" Ternyata pintar juga kamu cari calon istrinya, orangnya nggak sama sekali pemilih sama makanan. " Puji mama Sandra dengan menyenggol lengan sang putra. Sedangkan Aldi hanya memutar bola matanya jengah.
" Dihabiskan ya nak," ucap mama Sandra sambil meletakkan piring yang berisi nasi dan lauk pauk kehadapan Alana.
" Terima Kasih tante. " Ucap Alana sembari mengangguk. Sudah jelas akan Alana habiskan, karena jujur saja Alana sudah sangat lapar. Dari tadi siang ia belum makan sama sekali. Ia tidak sempat makan karena ia masih bersedih atas meninggalnya sang Abang.
Saat mereka sedang asik asiknya makan, terdengar teriakan dari lantai dua. " Mah… mama, suruh pelayan antar makanan ke kamar ku mah."
" Iya sebentar," jawab mama Sandra teriak juga lalu ia memanggil maid untuk mengantarkan apa yang tadi di minta oleh Vanessa.
" Bi tolong antarkan ke kamarnya Vanessa ya bi."
" Baik nyonya," maid pun langsung mengangguk dan segera mengantarkan pesanan sang nona muda di keluarga Graham.
" Maaf ya Alana, Vanessa memang begitu sifatnya." Ujar mama Sandra yang merasa tidak enak dengan Alana.
Alana mengangguk sambil tersenyum maklum, " iya Tante nggak papa."
Ternyata sifat Vanessa tidak terlalu jauh dengan di sekolah, sama sama merasa bahwa dirinya adalah seorang ratu yang harus dilayani.
Mereka akhirnya kembali melanjutkan acara makan yang tadi sempat tertunda karena teriakan dari Vanessa.
" Papa pulang". Suara dari arah ruang tamu yang membuat mama Sandra berdiri lalu berjalan menghampiri nya. Alana tebak itu mungkin suara dari sang kepala keluarga yaitu suaminya mama Sandra.
" Alana, perkenalkan ini suaminya Tante papanya Aldi." Ucap mama Sandra memperkenalkan pria paruh baya yang ia gandeng tangannya, Alexander Graham.
Alana mendongakkan kepalanya dan seketika ia membulatkan matanya saat melihat sosok dihadapannya ini. Pria paruh baya itu pun sama, mereka sama sama saling terkejut dan terdiam untuk beberapa saat.
" Kenapa pa?" Tanya mama Sandra saat melihat suaminya itu tidak berkedip ketika menatap Alana.
" Oh nggak mah, dia siapa mah?" Alex berusaha untuk tetap bersikap biasa saja, seolah olah ia tidak mengenal Alana.
Alana sendiri sudah mengepalkan tangannya menahan amarah yang sedang memuncak. Alana sangat membenci pria paruh baya di hadapannya Sekarang ini. Seseorang yang sudah membunuh kedua orang tuanya beberapa tahun kemarin. Tapi sebisa mungkin Alana tetap bersikap tenang.
" Ini Alana pah, calon menantu kita." Ujar mama Sandra yang membuat Alex kembali terkejut dengan ucapan mama Sandra barusan.
Gadis yang ada di depannya saat ini adalah seseorang yang telah lama ia incar selama ini. Semakin mudah ia untuk menghabisi satu satunya anggota keluarga Erlangga yang tersisa satu satunya, pikir Alex.
Alana yang melihat Alex pura pura tak mengenalnya, ia tersenyum miring.
" Kenalin om, saya Alana. Calon istrinya anak om." Ucap Alana.
Aldi yang mendengar itu membulatkan matanya, perasaan tadi Alana bilang tidak akan setuju untuk menikah dengannya. Kenapa sekarang malah berbeda?
" Kamu…!!! Ikut saya sekarang," ujar Aldi dengan geram menarik tangan Alana dan membawa gadis itu ke dalam kamarnya.
" Aldi jangan diapa apain dulu Alana, tunggu sah dulu." Ujar mama Sandra berteriak ketika melihat anak membawa Alana kedalam kamarnya.
" Maksud kamu apa ngomong kaya gitu tadi hah? Kamu mau main main sama saya?" Geram Aldi. Alana sudah Aldi cengkram pundaknya, sehingga Alana sudah tidak bisa kabur.
" Apaan sih om, lepasin gak." Ucap Alana. Alana yang pada dasarnya pemberani pun tidak merasa takut sama sekali dengan amarah seorang Aldi.
" Coba deh om pikirin lagi, gimana malunya Tante Sandra kalau temannya yang sudah memvideokan kita tadi menyebarkan video itu?" Lanjut Alana. Aldi terdiam, benar juga apa yang dikatakan Alana. Tapi ia tidak harus menikah dengan dia kan?
"Bukannya kalau kita nikah, berarti kita mengakui perbuatan yang nggak kita lakukan?" Balas Aldi.
Alana berpikir kembali, " yaudah deh gini deh, gimana kalau om sendiri aja yang bilang ke Tante Sandra. Emang om berani?" tantang Alana.
Kini Aldi yang terdiam, mana mungkin ia berani menolak permintaan sang mama. Seorang wanita cinta pertamanya yang sudah rela berkorban untuk melahirkan dirinya ke dunia ini.
" Oke baik, kita bakal menikah. Tapi gimana kalau kita bikin perjanjian kontrak gimana?" Tawar Aldi yang langsung ditolak oleh Alana.
" Om… memangnya nggak pernah menghargai akan makan pernikahan ya? Kenapa harus pakai kontrak kontrak segala sih om? Kontrak apaan lagi sih?"
Aldi kini bingun dengan ucapannya sendiri, dapat apa dia dari sebuah kontrak itu.
"Kontrak nya akan saya pikirkan nanti. Saya juga masih belum percaya kenapa kamu dengan semudah ini menerima pernikahan konyol ini."
Bisa bisanya bocil dihadapannya ini mau mau saja disuruh menikah dengan dirinya. Padahal umur mereka terpaut sangat jauh, "Apa kamu mau pernikahan ini karena uang? Berapa sih yang kamu butuhkan ?"
Mendengar apa yang dikatakan Aldi, Alana mengepalkan kedua tangannya, ia sama sekali tidak membutuhkan uang. Padahal Alana sendiri tidak begitu yakin dengan pernikahan ini.
Alana menggelengkan kepalanya, " gue yatim piatu om, gue nggak butuh uang. Gua butuh nya temen." Ujar Alana yang membuat hati Aldi tersentil. Ternyata gadis dihadapannya ini hanya membutuhkan teman, pantas saja ia menangis di taman sendirian seperti tadi.
" Baik saya bakal jadi teman kamu." Ucap Aldi yang tidak tau, apa keputusan nya benar atau tidak. Tapi ketika Aldi melihat sang mama yang begitu bahagia akan kehadiran Alana, Aldi tidak bisa menolaknya.
°°°
Pagi ini Alana pulang dari mansion Graham. Begitu ia membuka pintu rumah, Alana sudah di todong berbagai pertanyaan dari wanita yang sedikit lebih tua dari dirinya yaitu Thea.
Thea merupakan orang kepercayaan dari almarhumah sang bunda yang sekarang juga telah menjadi kepercayaan dirinya.
" Ya ampun Alana.. kamu dari mana aja sih? Mbak khawatir banget loh. Apalagi handphone kamu mba temuin di di taman." Ucap Thea.
" Hehehe maaf mbak, kemarin ada sedikit kejadian gitu di taman." Alan masuk kedalam rumah kemudian menjatuhkan dirinya ke atas sofa ruang tamu.
" Kejadian apa na?" Tanya mbak Thea yang ikut duduk disebelah Alana. Thea sendiri tidak tinggal di rumah Alana, ia hanya sesekali mengunjungi Alana dan juga ketika ada masalah yang perlu mereka berdua selesaikan.
Alana menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan Thea. " Pokoknya intinya Alana sama om om itu nggak sengaja jatuh bareng, dan sialnya mamanya om om itu malah liat dan langsung marah marah minta buat kita nikah."
"APA!" Kaget mbak Thea.
"Om om? Siapa dia Alana? Jelek nggak? atau mungkin gendut, terus kumisnya tebel apalagi perutnya buncit? Dia udah punya anak atau malah udah punya cucu?" Tanya mbak Thea beruntun, Thea jadi ngeri sendiri membayangkan nasib Alana yang diperhatikan layaknya berlian permata malah harus bernasib menikah dengan lelaki tua yang jelek.
" Mbak Thea mungkin kenal, om itu om Aldi. Lebih tepatnya Jovaldi." Jawab Alana.
Mbak Thea terlihat berpikir sebentar, karena sepertinya ia mengenal nama itu. Mbak Thea menegakkan duduknya ketika ia mengingat sesuatu.
" Jovaldi? Jovaldi zeen Graham maksud kamu?" Alana mengangguk, mbak Thea membulatkan matanya dengan satu tangannya yang menutup mulutnya.
" Kamu kaget kan mbak? Sama aku juga begitu kemarin. Awalnya tuh aku nggak tau kalau om Aldi tuh anaknya Alex." Ujar Alana sembari melihat jam tangannya. Ternyata sudah jam delapan pagi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!