NovelToon NovelToon

Kau satu-satunya yang berharga

01.

Brakk...!!

Pintu dibanting dengan keras, tubuh gadis mungil kira-kira tinggi 155 cm terbanting didorong masuk kedalam kamar toilet.

Dia hanya bisa meringis menahan rasa sakit di tubuhnya begitu terjerembab ke lantai.

"He! ja-lang! jangan coba-coba teriak minta tolong, aku tidak segan-segan melukai wajahmu yang sok imut itu ya!!" sahut Amira melotot pada gadis yang teronggok di lantai kamar toilet tersebut.

"Rasakan! itu akibatnya suka tebar pesona pada Anton!!" ujar Sani dari belakang punggung Amira.

"Cuhh...!!" Lusi berludah di depan gadis yang terlihat mengenas kan itu.

Amira Pho nie, Sani Augustine dan Lusi Amber tiga cewek kampus senior yang ditakuti di kampus Sunkrila, kampus yang meng khususkan para muridnya untuk tinggal di asrama kampus.

Mereka tiga senior yang populer di kampus karena kecantikannya. Dan juga karena latar belakang mereka mempunyai orang tua terpandang dan terkaya di kota tempat ia kuliah tersebut.

Clara Stephanie, gadis yang sebenarnya lebih cantik dari mereka bertiga, hanya bisa meringis menahan sakit, akibat didorong begitu keras ke lantai.

Ia hanya diam saja, tidak menjawab tiga gadis monster yang dianggapnya cemburu padanya.

"Heh! dengar ya! kalau kau coba tebar pesona lagi didepan Anton, jangan panggil namaku Amira, ingat itu! kau tidak pantas menjadi wanitanya Anton!" ujar Amira tersenyum sinis.

Mereka pun meninggalkan Clara sembari tertawa mengejek.

Clara yang ditinggal hanya bisa menghela nafas, tak habis pikir dengan kelakuan tiga seniornya yang selalu merundungnya.

Perlahan dia bangkit dari lantai, ia merasakan ngilu di bagian pinggul, akibat benturan ke lantai tadi.

Dalam diam Clara berusaha bangkit, dengan berpegangan di sisi tembok kamar toilet.

Setelah berhasil berdiri, Clara menyingkapkan bajunya untuk melihat rasa sakit di bagian pinggulnya. Ada warna merah lebam di sana.

Dia melihat penampilannya di depan cermin, sangat berantakan. Bajunya terlihat robek di bagian lengan dan dada, karena tarikan tangan dari Amira , dan rambutnya yang acak-acakan akibat tarikan tangan Lusi Amber.

Clara mengelus pipinya yang terlihat merah karena tamparan Amira. Terasa pedih dan ngilu.

Clara mencuci mukanya dan kemudian membetulkan rambutnya agar terlihat rapi lagi.

Clara melakukannya dalam diam, karena sudah terbiasa menghadapi hal seperti ini setiap hari.

Dia harus bertahan, sebentar lagi sudah mau lulus, dan dia akan meninggalkan kampus ini.

Clara memang satu angkatan dengan ketiga wanita monster tadi, tapi dia tergolong junior, karena ia siswa pindahan ke kampus Sunkrila di kota ini.

Awal masuk saja sudah terlihat seniornya tersebut menaruh rasa tidak suka padanya.

Clara gadis imut dengan tinggi 155 cm, tubuh yang ramping dengan kulit putih bersih. Rambut yang panjang tergerai indah, sangat sedap dipandang mata.

Senyumnya yang menawan, membuat siapa saja pasti merasa terbuai oleh pesonanya.

Saat di usia 14 tahun pamannya sudah menganjurkan Clara untuk tinggal di asrama sekolah saja, agar bisa lebih fokus belajar dan tidak capek pulang pergi sekolah.

Saat di sekolah menengah Clara dulu belum tinggal di asrama, dia selalu diantar jemput oleh sopir pribadi pamannya.

Dikarenakan pamanya akan meluaskan bisnis kedua orang tua Clara, yang diwalikan kepada pamannya tersebut, terpaksa pamannya akan meninggal kan Clara.

Pamannya sangat super sibuk, hingga jarang berkomunikasi dengan Clara, dia hanya fokus kerja dan kerja.

Hingga hasilnya, perusahaan peninggalan orang tua Clara meluas sampai keluar negeri.

Pamannya memang orang yang kompeten dalam berbisnis. Apapun yang yang diusahakannya selalu berhasil.

Saat itu pamannya masih berusia 20 tahun, orang tua Clara meninggal . Membuat pamannya Alexander menjadi walinya, dan mengambil alih perusahaan orang tuanya.

Alexander bukan paman kandung Clara. Dia adik angkat ibunya yang di adopsi dari panti asuhan.

Ibunya sangat sedih kala itu, melihat kehidupan Alexander, yang tanpa sengaja dilihat ibunya.

Alexander di pinggir jalan dengan sandal lusuh, dan pakaian kusam, membeli makanan di pinggir jalan.

Ibu Clara dan tunangannya, yaitu Ayah Clara, sedang berhenti di lampu merah.

Dan Ibu Clara mengusulkan kepada Ayah Clara, bahwa ia ingin mengadopsi Alexander, menjadi adik angkatnya.

Ayah Clara langsung setuju, karena dia pun merasa sedih juga melihat Alexander saat itu.

Kala itu Alexander masih sangat muda, usianya baru 12 tahun, saat di adopsi ibu Clara.

Dan saat pesta pernikahan Ibu dan Ayah Clara, Alexander muda jadi wali Ibu Clara, mewakili kakek Clara yang sudah meninggal.

Karena saat itu Ibu Clara juga, seorang gadis yatim piatu.

Alexander tumbuh menjadi pria yang tampan dan maskulin. Dia sangat menyanyangi keluarga kakak angkatnya.

Saat kelahiran Clara, dia sangat senang sekali. Dia selalu memanjakan Clara, menjaganya dan menyayanginya.

Bagi Alexander dalam hidupnya sekarang, dan selama-lamanya, hanya keluarga kecil kakaknya.

Merekalah hartanya yang berharga. Karena merekalah, dia bisa merasakan cinta kasih sayang yang tulus.

Clara sangat mengagumi pamannya, pria impiannya adalah pamannya itu. Clara merasa, kalau Pamannnya adalah pria ideal yang tiada duanya didunia.

Gila memang, kalau dipikir-pikir, entah sejak kapan Clara menyimpan rasa pada pamannya.

Mungkin terakhir kali diusia 14 tahun, rasa itu datang tiba-tiba di hatinya.

Saat itu, terakhir kali, setelah 5 tahun, Clara tidak bertemu lagi dengan pamannya.

Waktu itu, paman nya datang dari luar negeri, setelah menyelesaikan bisnisnya, dia pulang ke kota mereka, untuk melihat Clara.

Dan menganjurkan untuk tinggal di asrama sekolah saja, Pamannya mengatakan, akan memenuhi segala keperluannya.

Pamannya tidak ingin Clara terlalu capek, kalau tinggal di asrama sepertinya lebih bagus, dan bisa bergaul dengan teman seasrama.

Awal masuk asrama sekolah menengah atas semuanya berjalan lancar, tidak ada masalah.

Saat masuk asrama sekolah tinggi, masalah mulai datang. Hingga mengubah pribadi Clara menjadi gadis yang pendiam dan dewasa sebelum waktunya.

Saat terakhir kali, Alexander kembali ke kota mereka, Clara sangat gembira sekali.

Dia memeluk pamannya dengan begitu erat, untuk melepas rindunya.

Dan Alexander juga, membalas pelukan Clara dengan erat. Ia juga merindukan keponakannya itu, setelah 2 tahun di luar negeri.

Clara melihat Paman Alexander, menjadi pria matang yang sangat tampan. Saat pertama setelah 2 tahun bertemu lagi, Clara berdebar-debar menatap Pamannya.

Wajah itu penuh berewok yang yang belum dicukur. Tubuh paman tampak semakin kekar, dan semakin tinggi.

Saat Clara berdiri di depan pamannya, tinggi nya hanya sebatas dada pamannya.

"Paman, rasanya paman kok semakin tinggi saja ya!" ucap Clara waktu itu.

"Ha.. ha.. ha...!" Alexander hanya tertawa terbahak-bahak kala itu, mendengar kata-kata Clara.

Alexander lalu memeluk Clara gemas, dan Clara balas memeluk pamannya dengan posesif.

Dalam hati dia berbisik, "Paman milik ku.. hanya milikku!"

Clara menekan dadanya, menahan rasa sedih yang dideritanya selama ini. Dia menunduk menahan air matanya yang ingin jatuh.

Memori ingatan akan pamannya, membuat dia ingin menghamburkan dirinya, kedalam pelukan pamannya. Dan menceritakan tentang kesedihannya.

Dan ingin memohon pada pamannya, jangan lagi pergi meninggalkannya.

Bersambung...

Halo salam kenal...

ini karya saya yang pertama..

semoga terhibur...

02.

Clara berlahan keluar dari toilet, rasa ngilu di pinggulnya sangat terasa saat bergerak.

Karena pakaian yang sudah robek, dia tidak kembali ke kelas, dia memutuskan untuk kembali ke kamar asmara.

Kamar nya yang kecil terasa nyaman, 3 tahun sudah dia menempati kamar ini. Tempat nyaman yang dia rasa sepanjang tahun di kampus ini adalah kamar nya . Walau sempit ini adalah tempat yang aman, sembunyi dari para monster kampus.

Clara membersih kan diri dikamar mandinya yang sempit. Setelah mandi dia mengoles cream lebam di pinggul nya.

Tiba-tiba perutnya berbunyi meminta makan. Dia berlahan bergegas ke kulkas memeriksa makanan sisa tadi pagi yang tidak dihabiskannya saat berangkat ke kelas kampus.

Bahan makanan nya tinggal sedikit lagi. Dia harus menghemat, karena jatah uang bulanan yang biasa di berikan pamannya akan datang 2 minggu lagi. Clara kadang merasa heran belakangan ini, kenapa uang bulanan yang dikirim pamannya semakin hari semakin berkurang.

Hanya bisa bayar uang kuliah dan kamar asrama, sisa nya dia harus berhemat untung satu bulan ke depan. "Apakah usaha paman mulai bangkrut..."pikirnya.

Dan pelayan pamannya yang biasa pamannya atur buat mentransfer uang bulanan nya sudah beda orang. Dan orang itu terlihat sangat ketus bila menyerahkan uang kepada Clara.

" Gunakan uang nya baik-baik jangan boros! "itu selalu pesan orang tersebut bila menyerahkan uang bulanan pada Clara.

Clara seperti biasa tidak menjawab kata-kata orang tersebut. Dia hanya diam saja menerima uang itu.

Clara menatap foto pamannya di atas nakas, dia mengelus foto tersebut sambil tersenyum. Pamannya lah keluarga satu-satunya di dunia ini, cintanya dari hari ke hari semakin bertambah saja.

Dia tidak mempunyai handphone untuk menghubungi pamannya. 2 tahun yang lalu dia punya satu. Tapi benda kecil itu sudah dihancurkan oleh para monster kampus.

5 tahun tidak bertemu dengan paman, Kira-kira apakah paman sudah mempunyai kekasih? Atau apakah dia sudah menikah? Pikiran itu selalu membayangi Clara akhir-akhir ini.

kalau dihitung jarak usia Clara dengan Alexander terpaut 18 tahun, Clara sekarang berusia 19 tahun dan Alexander 37 tahun.

Yahh... Clara menghela nafas, mungkin paman sudah punya calon istri.

Lama Clara menatap foto pamannya. Ada rasa sakit di dadanya memikirkan pamannya memeluk wanita lain, memanjakannya, memberikan apa yang diinginkan oleh wanita itu.

Clara menekan dadanya dengan remasan jemarinya, hatinya sangat sakit. Air matanya ditahannya agar jangan jatuh. Dia sudah kebal dengan kesedihan. Dia sudah terbiasa, bahkan dia pernah tidak makan dua hari karena uangnya habis. Dia hanya minum air putih saja, dan banyak tidur agar jangan lemas.

Dok... dokk..

Pintu kamarnya ada yang menggedor. Clara reflek melihat ke pintu, kira-kira siapa yang menggedor pintunya.

Berlahan Clara membuka pintu, tampak Laura tersenyum dibalik pintu menenteng satu bungkusan.

Laura teman sekampusnya yang terbilang masih ramah padanya. Laura selalu diam-diam menegur Clara, supaya Amira cs tidak mencurigainya berteman dengan Clara.

"Hai... aku ada bawa bakso... apa kau mau" tawarnya tersenyum.

"Aku sudah makan. " jawab Clara masih belum mempersilahkan Laura masuk, dia takut nanti Amira melihat.

"Amira tadi kulihat pergi bersama Anton dan yang lainnya. " kata Laura

Clara merasa bimbang, tapi akhirnya dia membuka pintu lebar-lebar.

"Masuklah... " ujarnya

"Makasih.. " Laura tersenyum senang

Clara menutup pintu, lalu bergegas mengambil mangkuk buat bakso mereka.

"Oh ya Clara... apakah kau mau ikut denganku besok malam ke pasar malam, besok kan akhir pekan jadi kita malam mingguan di pasar malam... cuci mata, dari pada di asrama terus bosan ". kata Laura sembari menuang satu bungkus bakso kedalam mangkuk.

" Tidak mau... kau saja yang pergi bersama yang lain". sahut Clara sembari ikut menuang bakso satu lagi untuknya.

"Kenapa... ayolah.. apa kau tidak bosan dikamar terus ".

" Tidak.. "jawab Clara singkat.

Dia tidak ada keinginan untuk bersenang-senang, dia ingin fokus belajar. Dia ingin dapat nilai bagus dan cepat lulus, supaya bisa cari kerja menghasilkan uang. Dan bisa kembali ke kota D tempat asal nya, yaitu rumahnya dan bertemu pamannya.

Laura tahu sifat Clara tidak mau dipaksa, jadi dia pun tidak membujuk lagi agar Clara mau malam mingguan. Mereka makan dalam diam, hanya suara sendok dan kunyahan mereka yang terdengar.

"Bakso nya enak... terimakasih Laura". ucap Clara

Laura tersenyum, dia hanya mengangguk. Laura mengagumi Clara karena Clara sangat cantik dan baik. Clara tampak dewasa dari usianya, membuat Laura merasa nyaman dekat dengan nya.

Clara teman yang tidak banyak mengeluh dan tidak suka bergosip, dan juga gadis pintar, dan banyak cowok kampus yang menyukai nya. Tapi Clara tidak perduli, selalu bersikap cuek. Dia terbilang sangat dingin dengan lawan jenis nya.

"Wahh.... cepat sekali kau selesai makannya". ujar Laura.

" Iya.. baksonya enak" sahut Clara seraya membawa mangkuk kosong nya untuk dicuci.

"Clara... apakah kamu baik-baik saja... tadi aku lihat Amira menarik mu ke lorong toilet ". sahut Laura hati-hati dia merasa kasihan pada Clara.

" Iya aku baik-baik saja".

"Kenapa kamu tidak lapor saja ke Dosen pengawas.. supaya mereka diperingati ".

" Tidak ada gunanya... dulu aku pernah coba, malah aku yang disalahkan".

...****************...

Clara berjalan menuju kantin kampus, pagi ini dia memutuskan untuk sarapan di kantin.

Dia memesan nasi goreng dan teh manis panas, duduk santai disudut kantin sambil melihat berita di tivi.

"Wahh... bukankah itu Alexander Genius... tampan nyaaa " tiba-tiba seorang siswi yang duduk tidak jauh Clara menjerit senang menunjuk ke arah tivi.

"Iya... kau benar, eh...tapi siapa perempuan yang disampingnya itu ". sahut siswi lain yang duduk disebelahnya.

Clara spontan membuka matanya fokus pada layar tivi, iya itu paman bathin nya.

Deg! jantungnya terkejut melihat seorang wanita berdiri disamping pamannya terlihat sangat mesra menggandeng tangan Alexander.

Clara tidak tahu ternyata pamannya sangat terkenal dan populer di kalangan para wanita.

Rasa tak enak memenuhi dadanya. Lama tidak bertemu, banyak perubahan di diri pamannya. Pamannya semakin tampan saja, tubuhnya terlihat atletis walau memakai pakaian formal.

Kira-kira bila mereka bertemu apakah paman mengenalinya. 5 tahun tidak bertemu, Clara juga mengalami banyak perubahan di pertumbuhan tubuhnya.

Rambutnya yang tidak pernah dipotong nya, semakin panjang dan lebat. Wajahnya nampak berubah dari usia terakhir kali mereka berpisah yaitu saat diusia 14 tahun. Sekarang dia semakin cantik dan ramping, kulitnya terlihat semakin putih bersih.

Clara jadi tidak berselera lagi sarapan, perasaannya tidak tentu. Kalau paman sudah menemukan jodohnya, berarti dia tidak ada harapan lagi. Percuma dia kembali ke kota D, sudah ada nyonya baru menempati rumah paman.

Berarti dia tidak dibutuhkan lagi, mungkin karena itulah pamannya menganjurkan dia waktu itu untuk tinggal di asrama kampus, pikir Clara.

Bersambung.....

03.

Clara menatap layar tivi tak percaya, wanita yang berdiri di samping pamannya terlihat cukup cantik dan dewasa. Clara merasa sendi-sendi lututnya lemas, cintanya pupus sudah, dia merasa tidak punya tempat untuk berlindung lagi.

Dia harus cepat dapat pekerjaan, harus bisa menabung supaya tidak mengharapkan bantuan dari pamannya lagi.

Kalau pamannya menikah pasti segala sesuatu istrinya yang akan mengontrol, dan tentu saja Clara harus tahu diri. Dia tidak ingin dikatakan sebagai beban dan menumpang hidup di rumah orang.

Dia tahu perusahaan Ayahnya dikelola oleh pamannya, tapi setelah kematian kedua orang tuanya, semua aset perusahaan Ayah paman Alexander nya lah yang membuat perkembangan bisnis nya merajai seluruh negeri. Tentu itu semua hasil kerja keras pamannya, hingga maju pesat.

Tapi Clara heran kenapa akhir-akhir ini pamannya mengurangi uang bulanannya, apa yang terjadi. Clara menggeleng kepala lemah, dia hanya bisa pasrah saja dengan keadaan.

"Hai Clara... boleh aku duduk disini ". sahut sebuah suara membuyarkan lamunan Clara.

Clara menoleh, dia melihat wajah seorang siswa tampan tersenyum manis padanya. Siapa lagi kalau bukan Anton. Clara langsung merasa tidak nyaman dengan keadaan ini.

" Maaf.. aku sudah selesai, kalau mau duduk silakan, aku mau pergi.. " ujar Clara seraya mengambil piring dan gelasnya. Dia tidak ingin ada masalah lagi, Anton siswa populer yang digilai oleh Amira cs.

" Clara.. " sahut Anton merasa diabaikan oleh Clara, dia sudah lama memendam rasa suka pada Clara. Dia ingin mengenal Clara lebih dekat lagi.

" Maaf.. ". Clara berlalu dari hadapan Anton.

" Kenapa bro.. ".sahut Julius teman akrab Anton " apa dia menolak mu lagi... sudah lah, jangan dipaksa, Amira nanti tidak senang.. ".

" Aku tidak suka sama Amira... "

"Hei kenapa... ditolak lagi ya.. " sahut Dodi cengengesan " Bro pelan-pelan aja, jangan putus asa... kalau jodoh pasti akan dapat juga" ditepuk nya bahu Anton memberi semangat.

Tak jauh dari situ di ujung kantin sepasang mata sudah menunjukkan rasa tak suka melihat situasi tersebut. Tangan nya mengepal erat menahan emosi, matanya menatap tajam ke arah Clara.

"Dasar ****** sialan... aku semakin membencinya " ucapnya marah.

"Aku punya rencana.., aku bisa menyingkirkannya keluar dari kampus ini " kata Lusi tersenyum jahat.

"Oh ya.. kau yakin "

"Iya.. yakin "

"Baik, apa itu rencanamu"

Lusi membisikkan rencananya pada Amira. Tampak wajah Amira berbinar-binar, setelah Lusi memberitahukan rencananya agar Clara bisa dikeluarkan dari kampus. Mereka menganggap Clara adalah semacam bakteri yang mengganggu .

"Bagus... ide mu luar biasa, aku yakin dia akan meninggalkan kampus sebelum lulus, gadis miskin yang sombong... huh tunggu saja kau akan merasakan akibatnya karena tebar pesona pada suamiku Anton". Amira mendengus sinis.

Lusi dan Sani sama-sama mengangguk mengiyakan ucapan Amira tersebut, kemudian mereka tertawa senang.

...****************...

Hari yang dinantikan Clara akhirnya datang juga, hari ini dia akan menerima uang bulanannya. Dia akan membayar uang kuliah dan asrama. Clara menunggu pelayan pengganti pamannya diruang tunggu asrama.

Sudah satu jam dia menunggu, tapi orangnya belum muncul juga. Biasa jam segini sudah datang, kenapa belum tiba juga pikir Clara melirik jam.

Dua jam berlalu, tiga jam berlalu, tidak ada yang datang menemui nya. Clara menghela nafas frustasi, pikirannya tidak tenang. Dan satu harian Clara menunggu tidak ada yang datang. Clara dengan langkah lunglai kembali ke kamarnya, perasaannya benar benar tidak tenang. Ada apa kenapa jadi begini, pikirnya.

Clara duduk di tepi tempat tidur dengan lesu, dia menunduk menatap lantai tanpa berkedip. Dalam diam dia merenungi nasib nya yang benar-benar sial. Bagaimana aku harus bayar uang kuliah dan kamar asrama, apa aku harus kerja part time saja ya, pikirnya lagi.

Clara menyambar jaketnya, dan kemudian bergegas keluar kamar, menguncinya dan kemudian dia pun dengan langkah pasti keluar dari asrama untuk cari kerja part time yang cocok buat anak kuliahan seperti dia.

Dia mencoba peruntungannya ke toko kue yang tidak begitu terlalu jauh dari kampus. Di sana ada beberapa toko pembuat kue. Dengan tekad bulat dan berani dia pun memasuki toko pertama.

"Sore kak...apakah disini membutuhkan karyawan ". sahutnya dengan ramah pada salah satu karyawan toko tersebut.

" Sore juga... coba tanya manager nya aja dek, nah.. itu dia manager nya " karyawan tersebut menunjuk seorang wanita yang sedang mengatur roti roti yang baru keluar dari oven kedalam etalase.

"Sore kak.. " sapa Clara ramah

"Ya ada apa dik.. "

"Apakah disini membutuhkan karyawan lagi ? " tanya Clara

"Oh sudah penuh... tidak ada lagi " ucap sang manager

"Terimakasih kak.. "

"Iya sama sama.. "

Clara keluar dari toko tersebut, dia tidak putus asa. Dia berjalan lagi menelusuri setiap jalan melihat toko yang kemungkinan menerima nya. Dia masuk lagi ke satu toko lain, dengan ramah menanyakan apakah disitu memerlukan seorang karyawan lagi.

"Apakah kamu mau kerja ditempat lain, kalau disini sudah penuh... saya ada teman yang membutuhkan karyawan, tapi tidak di toko roti " sahut si manager pada Clara

"Iya kak.. boleh, saya bisa nya kerja dari jam 5 sore sampai jam 9 malam saja " ucap Clara

"Kalau begitu cocok sekali, ini alamatnya... kamu bisa pergi kesana, katakan saya yang merekomendasikan kamu kerja di sana.. "

"Terimakasih kak... " sahut Clara senang sekali "Oh ya nama kakak siapa? "

"Diana... "

...****************...

Clara tidak menyangka dia bisa bekerja di sebuah restoran, sebuah keberuntungan yang tak terduga. Dia akan bekerja dengan sepenuh hati, dia bertekad menabung untuk masa depan.

Dia akan mengandalkan dirinya sendiri mulai sekarang, harus lebih kuat lagi, tidak boleh cengeng. Suatu saat bila pamannya menikah dengan wanita itu, dia pasti tidak harus terus bergantung lagi pada pamannya.

Dia masih muda, masih panjang perjalanannya. Mungkin empat atau lima tahun lagi, akan ada muncul pria idamannya yang mirip sifat dan karakternya seperti pamannya.

Dia harus berusaha melupakan pamannya, dia tidak bisa memiliki pamannya lagi.

Dua hari sudah Clara bekerja di restoran, dan dua hari Clara belum membayar uang kuliah dan asrama untuk bulan ke depan.

Pagi ini seperti biasa Clara sarapan dikamar, dia tidak mau lagi sarapan di kantin. Dia tidak mau ada masalah lagi seperti biasanya, Amira sangat membencinya.

Baru saja Clara mengunci kamarnya, kepala asrama datang menghampirinya. Wajahnya tampak tidak senang memandang Clara.

"Clara... kau belum bayar kamar asrama ya..., ini sudah telat dua hari, dan juga ku dengar juga kau belum bayar uang kuliah " cecar nya tidak senang.

" Pamannya saya ada masalah Nyonya...jadi dia belum bisa mengirim uang buat saya.. " sahut Clara.

"Kau pasti bohong... biasanya tidak seperti begini, kau pakai uangnya buat ke club malam ya.. dua hari ini ku lihat kau asik pulang malam ".

" Tidak nyonya... saya kerja part time, saya akan bayar kalau saya sudah gajian.. "

"Banyak alasan... dua hari lagi aku tunggu kau bayar, kalau tidak angkat kaki dari sini.. " ujar kepala asrama ketus, kemudian pergi meninggalkan Clara dengan marah.

Clara menghela nafas berat, dia harus tenang menghadapi semua ini. Kepala harus dingin, pasti ada jalan keluar mengatasi masalahnya.

Clara kemudian melanjutkan langkah nya untuk masuk kampus. Di tengah jalan Clara dicegat Anton.

" Clara... " panggilnya.

Clara mempercepat langkahnya, dia sudah tahu siapa kira kira cowok yang memanggilnya tanpa perlu menoleh lagi.

"Clara... tunggu". Anton berhenti didepan Clara.

Clara menatapnya dingin, dia sangat kesal sekali dengan laki laki yang satu ini. Apakah dia ingin aku dapat masalah terus, pikir Clara sebal.

" Mau apa.. ". tanya Clara dingin.

"Aku dengar kau ada masalah dengan keuangan ya... kau belum bayar uang kuliah dan asrama..., aku ingin membantu mu".

" Terimakasih... tapi tidak perlu, maaf aku mau lewat " . kata Clara dengan wajah datarnya.

"Tapi Clara... aku memang tulus mau bantu, tolong aku ingin berteman denganmu.. "

"Anton... kumohon.., jangan menambah beban ku saja, aku tidak ingin berteman dengan mu, permisi... aku mau lewat " Clara berjalan melewati Anton.

Reflek Anton menarik tangan Clara. Tentu saja Clara terkejut dengan tindakan Anton tersebut.

"Heii...!! " pekik Clara tidak senang, wajahnya menunjukkan rasa tidak suka " kau benar benar tidak sopan.. ini di tempat umum, apa kau sengaja membuat aku jadi bahan lelucon, dan dikatakan perempuan tidak tau malu ya! " Clara menepis tangan Anton kasar.

"Bukan begitu Clara.. "

"Lantas.. maksud mu apa berbuat begitu " tatap Clara tajam.

"Aku ingin membantu mu ".

" Menjauh lah dari ku... itulah cara nya kau membantu ku " kata Clara tajam.

Clara kemudian berbalik melanjutkan langkah nya, dia tidak memperdulikan banyak pasang mata memperhatikannya. Dia akan menyiapkan dirinya untuk menghadapi, kira kira sebentar lagi apa yang terjadi padanya.

bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!