Beberapa tahun yang lalu Anton [ayah Amelia dan Aurelia] di jodoh dengan seorang gadis cantik dan polos.
Orang tua Anton sengaja menjodoh kan Anton dengan Lusi karena orang tua Anton tidak merestui hubungan Anton bersama Casandra yang mempunyai Agama Hindu.
Sebenar nya jika Anton mau, Anton bisa memiliki anak dari Lusi sejak awal pernikahan.
Namun karena Anton enggan untuk menyentuh Lusi sedikit pun akhir nya hingga 2 tahun lama nya Lusi akhir nya di nyatakan hamil. Itupun karena bantuan dari orang tua Anton dengan memasukan obat kedalam minuman Anton agar Anton mau berhubungan badan dengan Lusi.
Lambat laun Lusi pun melahirkan seorang bayi cantik yang berjenis kelamin perempuan dan memberikan nama bayi itu Amelia. Namun saat Amelia di lahir kan Anton tidak datang untuk menjeguk atau menemani Lusi di rumah sakit.
Anton tidak perna melirik atau menggendong Amelia karena Anton tidak perna mengingikan kehadiran Amelia.
4 Tahun kemudian Casandra pun hamil di luar nikah dan bayi yg di kandung Casandra adalah hasil dari hubungan gelap Casandra bersama Anton. Hingga lambat laun Casandra pun melahir kan seorang bayi cantik yang di beri nama Aurelia.
Setahun kemudian hubungan mereka pun terbongkar saat Anton dan Casandra sedang makan malam bersama di sebuah restoran mewah dan tampa sengaja Lusi juga sedang berada di restoran itu dan melihat begitu jelas Anton sedang bersendau gurau bersama Casandra dan seorang anak perempuan yang berusia 1 tahun.
Mereka terlihat sangat bahagia berbeda dengan Lusi yang hancur berkeping keping melihat pemandangan itu di depan mata nya. Amelia yang saat ini sudah berusia 5 tahun pun kaget melihat Ayah nya begitu hangat ke anak lain sedangkan pada Amelia, Anton selalu saja berbuat kasar dan tidak memperdulikan kebradaan Amelia. Lusi pun menghampiri meja makan mereka.
"Mas, jadi ini yang kamu bilang sedang berkerja di luar kota" tanyak Lusi saat sampai di meja makan Anton.
"Lusi" ucap Anton dengan kaget nya begitupun dengan Casandra yang sangat kaget dan malu.
"Tega kamu mas selingkuhin aku!! aku menunggu cinta mu selama bertahun tahun dan selalu ada buat kamu tapi kenapa kamu tega melakukan ini kepada ku mas. Apa salah ku pada mu?" Air mata Lusi pun mengalir begitu saja di pelupuk mata dengan deras dan badan yang bergetar.
"Dia siapa ayah" Tanyak Amelia sembari menunjuk Aurelia dan Casandra. Belum sempat Anton dan Casandra menjelaskan Lusi sudah menarik tangan Amelia untuk berlari dan meninggal kan mereka bertiga di meja makan.
Anton dan Casandra pun menitip kan Aurelia kecil kepada asisten pribadi nya dan mereka berdua pun mengejar Lusi yang sedang mengendarai mobil dengan sangat kencang.
Anton dan Casandra pun mengejar Lusi dengan kecepatan kencang sembari berdebat kecil di dalam mobil. Namun saat mereka berdebat Anton kurang fokus dan terjadila kecelakaan tunggal. Mobil yang di kendarai Anton terjatuh kesebuah jurang dan mengakibatkan Casandra meninggal di tempat.
Dengan kesadaran yang mulai hilang, Anton menelfon Lusi hingga beberapa kali namun Lusi enggan menjawab telfon dari Anton. Hingga Lusi mendapat kan pesan singkat dari Anton.
"ISTRI KU, MAAF KAN AKU YANG BELUM BISA MEMBAHAGIA KAN MU BERSAMA AMELIA DAN MAAF KAN AKU YANG SELAMA INI MENDUAKAN CINTA MU DAN MENGABAIKAN PERASAAN MU, AKU BENAR² PRIA YANG BODOH KARENA TELAH MENYIANYIAKAN CINTA TULUS MU TAPI PERCAYA LAH JIKA AKU JUGA MENCINTAI MU.. AKU MOHON TOLONG JAGA LAH ANAK KU AURELIA, DIA TIDAK MEMILIKI SIAPA PUN DI DUNIA INI DAN HANYA KAU YANG AKU PERCAYA UNTUK MENJAGA PUTRI KU.. AKU MOHON MAAF KAN LAH AKU DAN JAGA LAH AURELIA SEPERTI PUTRI MU SENDIRI YAITU AMELIA" itu lah pesan yang di kirim oleh Anton untuk Lusi sebelum Anton menghembuskan nafas terakhir nya.
Kaki lusi terasa mati rasa dan membuat tubuh nya terjatuh di lantai begitu saja dengan deraian air mata. Hati Lusi bagitu kacau saat ini entah apa yang harus di lakukan oleh Lusi.
Beberapa hari kemudian seseorang datang kerumah Lusi untuk mendiskusikan masalah hak asu Aurelia dan harta warisan yang di tinggal kan oleh Anton untuk anak² nya.
****
Ini kedua gadis itu tumbuh menjadi gadis cantik dan dewasa. Walaupun sifat mereka sangat berbeda jauh. Aurelia yang baru saja lulus dari pendidikan menengah dengan nilai yang memuaskan berhasil mendapatkan Bea Siswa dan belajar di sekolah terbaik. berbeda dengan Amelia yang sedang sibuk mengurus Cafe Shop milik nya sendiri.
Sejak ibu Aurelia meninggal, Aurelia tidak perna lagi merasakan kasi sayang seorang ibu karena Lusi sangat membenci keberadaan Aurelia hingga saat ini. Lusi selalu membeda beda kan mereka berdua. Walaupun bagitu Aurelia tetap menyayangi Lusi.
"Hey! Lihat itu, dia datang"
Seolah terhipnotis, beberapa siswa baru yang sedang berkumpul di parkiran mendadak hebo saat Varrel memasuki area parkiran.
"Ya tuhan, kak Varrel ganteng banget"
"Kak follback aku dong"
"Kak Varrel minta nomor wa nya dong"
Varrel seolah tidak peduli dengan teriakan beberapa siswa yang terus memanggil nama nya dengan hebo dan dengan santai nya Varrel berjalan menuju koridor yang lumayan sepi.
Sebenarnya hari ini sekolah masih libur, beberapa siswa tadi datang hanya untuk membayar uang daftar ulang pasca liburan semester.
"Rel tunggu"
Merasa nama nya di panggil, Varrel pun menoleh dan melihat Amar berlari menghampiri nya.
"Ini berkas dari pak Haris" Kata Amar sembari menyerahkan map berwarna coklat yang dia ambil dari pembina OSIS.
Amar Aditya adalah sahabat Varrel saat mereka baru masuk ke sekolah ini. Mereka juga satu kelas dan Amar juga menjabat wakil ketua OSIS periode ini.
Tangan Varrel terukur meraih map coklat tersebut lalu membaca tiap tulisan di lembaran itu. Setelah membaca nya Varrel menyerahkan kembali map coklat itu dengan alis berkerut.
"Udah?" Tanyak Amar "lo mau kan?" Tanyak Amar lagi.
"Gak tertarik" Jawab Varrel dengan gelengan kapala.
"Panitia PPDB yang minta bukan gue dan lo ngak bisa nolak karena mereka nunjuk lo langsung" Jelas Amar.
"Gak" Tegas Varrel masah bodoh.
"Ayolah Rel, skill lo tuh banyak, cuma satu yang ngak perna lo tunjukin, Public Speaking dan Public Reletion. Masa iya ketua osis tapi kerjaan lo hanya angkat perekap?"
"Amar!" Kesal Varrel.
"Pokok nya lo harus mau!! Gue tunggu lo di ruang rapat" Ucap Amar memaksa dan berlalu pergi meninggalkan Varrel yang masih diam membatu.
"Permisih kak, saya mau tanyak ruang TU di mana yah?" Tanyak seorang gadis.
Varrel pun menoleh dan menatap gadis itu tanpa berniat menjawab nya lalu kembali melangkah menuju ruang rapat.
"Kak"
"Kak saya lagi tanyak loh, kakak dengar ngak sih" Gadis itu tidak tinggal diam, Gadis itu mengikuti langkah Varrel hingga mau tidak mau Varrel pun berhenti melangkah dan menoleh ke belakang.
"Brisik" Kata Varrel yang merasa risih.
"Saya tadi bertanyak dengan ramah tapi kakak malah pergi dan sekarang kakak bilang saya berisik" Ucap gadis itu "Memang nya apa susah nya sih tinggal jawab ruangan tata usaha ada di mana!! Capek tau muter muter" Keluh gadis itu.
"Bukan urusan saya" Jawab Varrel masa bodoh dan melanjutkan langkah nya.
"Dasar nyebelin, cowok rese!!"
Namun baru beberapa langkah Varrel mendengar umpatan gadis itu dan kembali menoleh dengan tatapan tajam nya.
"Coba ulang" Tatapan Varrel seakan menusuk jantung gadis itu hingga gadis itu hanya diam mematung tanpa ingin mengulang umpatan nya.
"Lo bisa baca ngak" Tanyak Varrel sembari menunjuk sebuah papan yang menggantung di atas pintu bertuliskan 'TATA USAHA / ADMINITRASION.
Sungguh Aurelia sangat malu dengan tingkah nya sendiri ingin rasa nya Aurelia bersembunyi kedalam lubang sangking malu nya..
Di usia nya yang masi terbilang muda, Amelia mampu mendiri kan Cafe Shop dengan usaha nya sendiri. Cafe itu lumayan terkenal di kalangan anak muda karena konsep dan suasana nya memang cocok buat anak muda untuk nongkrong bersama teman nya.
Aurelia putri kedua dari mendiang suami nya bersama Casandra. Aurelia memawarisi sifat ibu nya yang jarang tersenyum dan tidak mudah akrab kepada siapapun kecuali orang yang dia sayang.
Amelia, putri kandung Lusi yang sejak lahir tidak perna merasakan kasi sayang seorang ayah. Amelia tumbuh menjadi gadis dewasa dan cantik. walaupun sifat keras kepala Anton juga dia warisi.
Sejak Anton meninggal, Lusi mulai melanjut kan usaha pabrik minyak yang di rintis oleh Anton dengan bantuan keluarga Sebastian. Lusi juga telah membangun beberapa rumah kost mewah untuk para pelajar yang rumah nya lumayan jauh.
Dan kemungkinan Aurelia akan tinggal untuk sementara di rumah kost itu karena rumah yg sekarang Aurelia dan Amelia tempati sangat jauh dari sekolah baru Aurelia.
"Tumben kau sudah rapi, biasa nya kau berangkat setengah delapan ke sekolah" tanyak Amelia saat melihat Aurelia yang sedang sibuk mengepang rambut nya dengan seutas pita merah dan memakai segaram putih hitam.
"Hari ini aku lagi masa observasi harus memakai seragam putih hitam dan mengepang rambut dengan pita, Hais memang nya masuk ke SMA harus seperti ini yah" keluh Aurelia dengan cemberut. Amelia pun tersenyum melihat adik nya pagi ini begitu kesusahaan mengepang rambut nya sendiri.
"Mau aku bantu untuk mengepang rambut mu" tanyak Amelia dan Aurelia pun mengangguk tanda nya setuju.
Walaupun Amelia tahu bahwa Aurelia bukan lah adik nya. Namun Amelia tidak perna membenci Aurelia sedikit pun.
Karena Lusi sangat membenci Aurelia dan enggan untuk merawat Aurelia, Alhasil Amelia lah yang merawat Aurelia sejak kecil dan sangat menyayangi Aurelia seperti adik kandung nya sendiri.
"Selesai" kata Amelia saat selesai mengepang rambut Aurelia "Kau sangat cantik dek" lanjut Amelia saat melihat pantulan wajah Aurelia di sebuah cermin besar yang berada tepat di depan Aurelia.
"Berhenti memuji ku kak, aku akan kesekolah jangan sampai aku terlambat di hari pertama ku masuk" Aurelia pun berdiri dari duduk nya dan mengambil tas sembari berjalan keluar kamar dan di ikuti oleh Amelia.
"Morning mama" ucap Aurelia dan Amelia bersamaan saat melihat sang mama sedang menata makanan di meja makan dan Lusi hanya mengangguk sembari tersenyum manis melihat Amel.
"Wah masakan mama menggoda imam, Ahh harum banget ma" ucap Amel yang sedang mengendus aroma masakan Lusi. berbeda dengan Aurel yang langsung mengicip sedikit makanan yang telah tertata rapi lalu mereka bertiga pun sarapan bersama dengan tenang.
****
Hari ini masa orientasi siswa baru seluruh sekolah di mulai serentak. Aurelia melangkahkan kaki dengan ragu menuju aula karena Aurel sangat gugup hari pertamanya mengikuti MOS di tingkat SMA.
Seperti sekolah pada umum nya, hari ini Aurel mengenakan atribut yang menurut nya tidak masuk akal dan tidak berguna.
Hari ini Aurel cosplay menjadi orang gila karena menggunakan papan nama dari kardus dan di gantung di leher menggunakan tali rafia dengan rambut yang di kuncir sesuai tanggal lahir. Benar-benar mirip seperti orang gila.
"Aurelia"
Aurel yang merasa terpanggil pun segera menoleh ke arah sumber suara dan sesaat ada senyuman yang mengembang saat melihat yang memanggilnya adalah Zira sahabat nya sejak SD.
Mereka memang sudah sepakat untuk masuk ke SMA yang sama yaitu SMA High School Internasional.
"Zira" Pekik Aurel saat Zira sudah mendekat ke arah nya.
Dengan nafas yang ngos ngosan Zira sampai di hadapan Aurel. "Cepat ikut gue, lo harus isi daftar hadir dulu karena lo dah terlambat limat menit" Ucap Zira sembari menarik tangan Aurel untuk segera mengikuti nya.
Aurel menepis tangan Zira. "Hah! Terlambat apaan? Mos di mulai kan jam sembilan sedangkan.." Aurel melihat jam tangan yang melingkar di tangan nya "Sekarang baru jam 08.07 masih ada waktu beberapa menit lagi" Ucap Aurel
"Dudul, emang lo ngak baca ralat dari kak Vira kalau jadwal mos di majukan sejam dan itu artinya kegiatan mos di lakukan jam delapan pagi!" Ucap Zira panik.
Aurel pun mengecek hp nya dan benar saja yang di katakan oleh Zira bahwa jam mos di majukan sejam. Semalam Aurel tidak membuka hp nya karena sibuk menyiapkan peralatan dan atribut yang harus dia kenakan hari ini.
"Mampus gue!! Gue ngak baca pengumuman nya semalam" Pekik Aurel dengan panik
"Ayo buruan kita ke aula" Ajak Zira sembari menarik tangan Aurel
Sesampai nya di depan aula, Aurel dan Zira di hadang oleh kakak senior yang bertugas mengecek daftar hadir siswa baru.
"Kamu yang tadi izin ke toilet kan? Bukan nya tadi sendiri?" Tanyak senior itu dengan memasang wajah sinis.
"Maaf kak sa.."
"Dia tadi kesasar kak dan untung nya bertemu dengan saya jadi saya ajak sekalian" Ucap Zira berbohong.
"Mana mungkin, di depan sana sudah banyak anggota osis yang berjaga" Ucap Vira dengan tertawa sinis.
Aurel dan Zira pun terdiam karena ketahuan telah berbohong. "Tanda tangan di sini kemudian duduk di kelompok kalian. IPS di sebelah sini dan IPA di sebelah sana" Tunjuk Vira pada kelompok yang sudah duduk di tempat nya masing-masing.
Mereka berdua pun menuruti perintah Vira dan segera bergabung ke dalam kelompok nya.
***
Berbeda dengan anggota osis lain nya yang sibuk berperan sebagai senior. Varrel malah asik bermain game di sudut ruangan khusus bagi panitia.
Varrel malas berintraksi dengan banyak orang apalagi orang yang baru Varrel kenal. Sejujur nya Varrel tidak ingin menjabat sebagai ketua osis namun mau bagaimana lagi jika guru nya terus mendesak Varrel dan mau tidak mau Varrel harus ikut serta.
Varrel adalah siswa yang sangat berbakat, prestasi yang cemerlang baik di bidang akademik atau pun non akademik. Varrel juga berhasil membawa tim basket menang di tingkat nasional tahun lalu.
"Rel" Seru Amar dari kejauhan saat melihat Varrel sendang bermain game.
"Varrel" Ucap Amar setelah melepas airphone yang di gunakan oleh Varrel
"Apa" Varrel berdecak kesal karena Amar mengganggu konsentrasi nya bermain game.
"Acara bentar lagi mau di mulai, lo malah asik mojok di mari" Oceh Amar
Varrel tidak mengubris ucapan Amar dan malah melanjut kan bermain game. "Oii cepatan Rel lo udah di tungguin di aula" Amar menarik lengan Varrel agar segera berhenti bermain game.
"Brisik" Dengan kesal Varrel mematikan ponsel nya dan memasukan ponsel kedalam saku celana sembari berjalan mendahului Amar.
"Hadeh!! Sabar Amar sabar!!" Ucap Amar sembari mengikuti langkah Varrel
Sesampai nya di aula, seorang anggota osis menyerahkan beberapa lembar daftar hadir yang berisi kan tanda tangan para siswa baru pada Varrel.
"Ini absensi dari 200 peserta siswa baru. Semua siswa sudah hadir dan siap mengikuti kegiatan"
Varrel hanya mengangguk lalu membuka lembaran daftar hadir. Alis Varrel seketika terangkat saat melihat tanda tangan yang sangat rapi di bagian bawah dengan tag nama Aurelia
"Gue udah share salinan nya ke tim dempok, mereka udah mulai bagi dan siang ini hasil nya akan keluar setelah makan siang" Jelas Vira namun Varrel hanya menanggapi nya dengan deheman saja. Lalu menyerahkan kembali lembaran itu pada Vira.
Di sisi lain terlihat Zira yang sedang sibuk mencari seorang dengan celingukan kiri kanan. "Lo ngapain celingukan gitu?" Tanyak Aurel.
"Gue nyari kak Varrel" Jawab Zira sembari terus mencari cari keberadaan Varrel.
"Varrel?" Aurel menyatukan kedua alis nya. "Mantan lo atau gebetan baru lo" tanya Aurel antusias.
Zira menoleh. "Bukan" Jawab Zira dengan gelangan kepala.
"Terus"
"Jangan bilang lo ngak tau tentang kak Varrel" Zira menatap Aurel dengan curiga.
"Emang penting?" tanya Aurel dengan wajah lugu nya.
"Oh my god Aurel lo benar-bener kudet!!" Pekik Zira. "Kak Varrel itu ketua osis paling populer dan terkenal di sekolah HSI, kata nya Kak Varrel itu pria paling tampan di HSI [High School Internsional]" Jelas Zira dengan hebo.
"Eleh, berlebihan banget lo" Ucap Aurel masa bodoh.
"Beberapa hari yang lalu gue sempat stalking media sosial kak Varrel, ngak ada apa-apa sih tapi gila followers nya banyak banget" Ucap Zira dengan wajah takjub nya.
"Masa sih" Aurel terlihat kurang percaya.
"Tapi sayang nya kak Varrel seperti manusia kutub utara yang sangat dingin dan galak banget"
"Yaelah udah tau begitu, kenapa masih jadi idola coba" protes Aurel sembari memutar malas kedua bola mata nya.
"Karena kak Varrel itu pintar dan gue dengar dia juga menang olimpiade beberapa kali bahkan tahun lalu kak Varrel juga berhasil nge-lead tim basket sampai menang tingkat nasional".
Baru saja Aurel ingin membuka mulut untuk menjawab ucapan Zira, tiba-tiba saja suara mic berdengung dari atas panggung sontak Aurel pun mengalihkan pandangan nya pada Vira yang ingin menyampaikan sesuatu.
"Selamat pagi! Sebentar lagi acara akan di mulai di mohon pada adik-adik untuk menyiapkan alat tulis dan menyimak penjelasan dari ketua karena tidak akan ada pengulangan penjelasan" Kata Vira lalu berjalan mundur mengikuti posisi anggota osis lain nya.
Sedetik kemudia terdengar suara langkahan kaki yang mengema di seluruh aula, ada sekitar 15 orang rombongan Osis laki-laki yang berjalan melewati seluruh peserta Mos.
Setelah anggota Osis duduk di tempat nya, kini datang tiga laki-laki yang muncul dari arah pintu masuk. Sontak seluruh peserta hebo melihat Varrel, Amar dan Evan berjalan menuju tempat duduk nya.
"Kak Varrel"
"Akh kak Varrel ganteng banget"
"Demi apa!! Ketua osis nya adalah kak Varrel!"
Beberapa perempuan memekik dan melongo saat melihat Varrel walaupun Varrel memasang wajah dingin nya.
"Baiklah perkenal kan nama saya, Vira kelas 3A, saya adalah sekretaris osis dan selama masa observasi kalian harus mematuhi perintah saya dan seluruh kakak kelas kalian, apakah kalian faham" Vira berbicara dengan nada tegas nya tanpa senyum sedikit pun.
"Faham" jawab seluruh siswa bersamaan.
"Oh iya kenal kan dia adalah Varrel kelas 3A ketua osis di sekolah ini" kata Vira sembari melirik ke arah Varrel dengan tersenyum.
"Dia Amar wakil ketua osis kelas 3A dan.. " Vira menatap Evan dengan malas. "Dan cowok tengil yang ada di samping aku ini adalah Evan, cowok paling rese dan nyebelin sejagat Mangatoon" Vira seakan enggan untuk memperkenal kan Evan ke siswa baru.
Bagaimana tidak, Evan terkenal sebagai murid yang sering bolos, sering tidur di kelas dan sering langgar peraturan sekolah. Berbeda dengan Amar dan Varrel yang terkenal sebagai cowok yang sangat pengertian dan rama ke semua orang.
Varrel berjalanan menaiki panggung sembari membawa beberapa lembar kertas putih di tangan kiri nya. "Selamat pagi!" Sapa Varrel pada seluruh peserta Mos dengan suara berat dan menggelegar ke seluruh ruangan.
"Selamat pagi, kak" Jawab seluruh peserta Mos termasuk Aurel dan Zira.
"Selamat datang di High School Internasional. Perkenalkan nama saya Varrel Caesar ketua Osis tahun ini"
"Seperti yang kalian lihat di layar proyektor, ada sistem peraturan yang harus kalian taati saat Mos berlngsung"
Sontak semua mata mengalihkan pandangan nya pada layar proyektor dengan alis yang terangkat sebelah saat melihat tulisan 'DIES GED CREEID. EEN VOOR ALLEN'.
Entah Devan merangkum bahasa itu dari mana hingga seluruh peserta saling lirik dengan kebingungan karena tidak mengerti.
"Hah? Gue ngak paham, lo paham ngak" tanya Aurel sembari melirik Zira.
Zira mengangkat bahu. "Gue juga ngak ngerti maksud nya".
"Hanya ada dua peraturan" kata Varrel dan kini seluruh pandangan teralihkan ke arah Varrel. "Een Voor Allen artinya, satu untuk semua. Salah satu maka semua dapat hukuman dan kedua aturan itu akan berlaku selama masa Mos" lanjut Varrel.
Araya terus menatap Varrel dan benar jika Varrel sangat tampan walaupun tidak tersenyum apalagi sekarang Varrel sedang menjelaskaan sesuatu ahh makin ganteng aja. Walaupun Varrel minim expresi dan datar tapi itu semakin membuat kaum hawa semakin tertarik mendekati nya.
"Pertama kalian wajib meminta tanda tangan kepada pendamping kelompok setelah sesi kegiatan selesai dan kalian juga harus meminta tanda tangan seluruh panitia osis lalu kumpul kan saat Mos akan berakhir yaitu minggu depan" Varrel menjeda ucapan nya mengambil nafas lalu melanjutkan nya.
"Kemudian kalian akan di pecah dalam sebuah kelompok beranggotakan 10 orang secara acak" Lanjut Varrel.
"Saya tidak akan menjelaskan apa arti dan makna peraturan satu! Kalian harus menganalisa nya selama masa mos berjalan dan semua panitia berhak menghukum dan menegur jika kalian melakukan kesalahan" Jelas Varrel
Ini lah yang Varrel tidak ingin kan saat mejadi ketua Osis pasti akan selalu di tuntut untuk berbicara dan menjelaskan sesuatu, sedang kan Varrel adalah orang yang malas berbicara.
"Yang terakhir, saya ingin kalian membuat portofolio arti dan makna Dies Ged Creeid. Een Voor Allen sesuai dengan pengamatan kalian di tulis dengan kertas folio di kumpulkan hari rabu! Faham"
"Faham kak.." Jawab seluruh peserta dengan ragu karena mereka memang kurang faham.
"Ada pertanyaan" Tanyak Varrel sembari melihat seluruh peserta. Namun semua peserta hanya diam tidak ada yang berani bertanyak pada Devan.
"Tunggu!" Seru Aurel saat melihat Varrel ingin turun dari panggung dan sontak Aurel pun menjadi pusat perhatian seluruh peserta dan anggota Osis.
"Ya" Jawab Varrel dan kembali pada posisi awal nya sembari menatap Aurelia.
Semua mata tertuju pada Aurel yang cukup berani menurut nya. Aurel berdiri ia tidak memperdulikan tatapan tajam dari para peserta.
"Kalau kakak tidak menjelaskan aturan satu, bagaimana kami tahu aturan seperti apa? Lalu bagaimana jika salah satu dari kami tanpa sengaja melanggar tetapi kami tetap di hukum? Apakah itu adil?" Aurel terlalu berlebihan menyampaikan keluhan nya bahkan Aurel bertindak kurang sopan.
Varrel masih bungkam dan membiar kan Aurel malanjutkan argumen nya. Namun seorang senior perempuan menegur Aurel karena merasa tidak sopan saat berbicara. "Hey kamu!! Yang sopan kalau berbicara!!" Tegas nya sembari menatap sinis Aurel.
Devan mengangkat tangan nya memberika kode pada Vira agar tetap diam. "Sudah selesai" tanya Varrel pada Aurel yang terlihat diam setelah di tegur oleh Vira. "Peraturan di buat untuk di taati bukan untuk di bantah" Tegas Varrel namun tetap terlihat tenang.
"Yaa! Tapi bagaimana kami ingin taati jika kami tidak tau peraturan nya seperti apa? Bagaimana kami berkerja sama dalam kalompok jika kami saja tidak tau apa yang harus kami terapkan?" Ucap Aurel nyolot.
Varrel mengangkat dagu kemudian kembali berbicara dan memandang tajam ke arah Aurel. "Saya berekspektasi jika kalian bisa berpikir pintar! Saya tidak meminta kalian untuk berkerja sendirian, kalian harus berkerja sama dengan kelompok! Tetapi jika salah satu dari kalian melanggar itu arti nya kalian tidak menghargai usaha teman-teman kalian!!" telak Varrel seketika membuat Aurel bungkam seribu bahasa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!