"Wah!!, Kamu memenangkannya lagi!!!! "
"Selamat!!! Kamu memang hebat!!! "
"Yo!!! Our Basketball King!!! "
Semua pujian ia dapatkan setelah keluar dari lapangan basket bersama timnya, hanya senyuman yang ia tunjukan serta air mata haru penuh syukur.
Wajahnya yang tampan, matanya yang indah, hidungnya yang mancung, dan bibirnya yang indah membuatnya menjadi populer di kalangan para gadis di kelasnya.
Tidak ada yang tidak mengenal siapa itu Varro Nando, idola para gadis dan The King of Basketball.
Sikap yang ramah dan humoris telah terkenal di sekolahnya,bahkan semua gadis di kelasnya menjulukinya The perfect ideal boyfriend material mengapa material? karena selain bertalenta, ramah, humoris, Varro Nando merupakan anak dari pengusaha terkaya di dunia.
Sempurna bukan?
Itu adalah yang mereka lihat dari Varro Nando, kehidupan sempurna dan kebahagiaan... Tapi tidak bagi Varro Nando, mengapa?
Kedua orang tua Varro telah pergi saat Varro berumur 5 tahun, bukan berarti Varro tidak mempunyai siapa-siapa..
Vano Nando adalah kakak Varro satu-satunya yang membesarkan Varro dan perusahaan orang tua mereka hingga terkenal di dunia.
Vano sangat menyayangi sang adik yaitu Varro hingga sekarang semuanya berubah, Vano yang memang sangat sibuk dengan perkembangan perusahaan dan menuntut Varro untuk menjadi sepertinya.
Vano sering menuntut Varro untuk mendapatkan nilai sempurna, menuntut Varro untuk mendapatkan peringkat pertama, dan bahkan mendaftarkan Varro les hingga jam 9 malam.
Basketball?
Jam menunjukkan pukul 21:30 WIB,
Varro keluar dari mobil pribadinya yang terparkir di dalam garasi oleh supir pribadinya dan berjalan mengendap-ngendap memasuki rumahnya yang begitu besar.
Semua lampu dalam rumahnya mati karena aturan rumah adalah jam 9 harus sampai di rumah atau dikunci di gudang sampai pagi.
Varro dengan hati-hati melangkahkan kakinya ke atas tangga berharap kakaknya sudah tidur atau bahkan lembur di perusahaan tapi...
"Jam berapa ini... " Ucap seseorang yang membuat Varro berhenti melangkahkan dan merinding.
Semua lampu rumah tiba-tiba hidup dan menampilkan sosok sang kakak yang tidak lain adalah Vano Nando yang sedang duduk di sofa besar dekat tangga.
Varro yang melihat sang kakak hanya bisa meneguk ludahnya kasar dan..
"Turun! " Ucap Vano datar membuat Varro langsung saja berjalan menuju sang kakak.
Varro kini berdiri di depan sang kakak dan..
"Jam berapa sekarang? " Ucap Vano tanpa menatap Varro yang menunduk takut.
"JAM BERAPA SEKARANG?! " Bentak Vano meninggikan suaranya membuat Varro terkejut dan takut.
"A-aku.. "
"Kakak bertanya jam berapa sekarang?!.. bukan dirimu! " Ucap Vano yang akhirnya menatap Varro dengan tatapan tajam.
"J-jam S-setengah sepuluh Kak.. " Ucap Varro gemetar bahkan meremat kaosnya.
"Kau tahu peraturan rumah bukan?" Ucap Vano membuat Varro mengangguk sambil menunduk.
"Jadi kau tahu hukumannya bukan? " Ucap Vano diangguki Varro.
"A-aku dikurung d-di gudang.. " Ucap Varro bergetar.
Vano menatap Varro dan...
"Tidak.. " Ucap Vano datar membuat Varro menatap Kakaknya terkejut.
"A-apa?.. "
"Bukan itu hukuman yang pantas untuk pembohong" Ucap Vano membuat Varro terkejut dan menyadari sesuatu..
"Guru lesmu mengatakan jika kau tidak berangkat les tanpa izin.." Ucap Vano membuat Varro semakin menunduk takut.
"BENAR?! " Bentak Vano membuat Varro menganggukkan kepalanya takut.
"Jangan bilang jika kau pergi untuk bermain basket!!!! KATAKAN!! " Teriak Vano mencengkram kaos Varro dan mengangkat Varro keatas.
Varro hanya diam memejamkan matanya sambil mengangguk...
"Ck!!.... PUSH UP 1000 kali dan malam ini, kakak kunci kamu di gudang!!... Bawa semua buku dan belajar di gudang!!... Kakak akan mengawasi dari CCTV! " Ucap Vano membuat Varro langsung menganggukan kepalanya.
Akhirnya Varro melakukan Push up 1000 kali di depan Vano dan mengambil semua bukunya dan membawanya ke gudang gelap yang hanya ada lentera di sana.
"Kakak tidak ingin nilaimu menurun... Jangan permalukan kakak!.. Kakak hanya ingin kau menjadi penerus kakak nantinya" Ucap Vano kemudian menutup pintu gudang dan menguncinya rapat.
Varro yang melihat itu pun langsung menghela nafas berat dan...
"Varro merindukan Kakak.... Varro ingin Kakak memeluk Varro... dan bermain basket bersama Varro seperti dulu.. " Lirih Varro menahan buliran air mata yang hampir turun melewati pipinya.
Varro kemudian menyalakan lentera di sampingnya dan mulai membaca 10 buku tebal di sampingnya itu hingga pagi.
Jam menunjukan pukul 05:00 WIB, Varro hampir menyelesaikan 10 buku tebalnya karena tinggal beberapa lembar lagi hingga...
Tes tes tes
Bukan suara air yang bocor, karena tidak ada atap yang bocor di rumahnya ataupun hujan... melainkan tetesan darah yang keluar dari hidung Varro.
Varro yang melihat bukunya bernoda darah pun akhirnya menyentuh hidungnya dan...
"Hah~mimisan lagi... " Lirih Varro mengelap darah di hidungnya dengan sapu tangan yang selalu ia siapkan di tas sekolahnya.
"Mataku tinggal 5 watt... Huah"Ucap Varro tersenyum kepada dirinya sendiri dan akhirnya tertidur dengan buku sebagai bantalanya.
Satu jam berlalu dan matahari pun memunculkan kehadirannya tanpa mengusik Varro yang tertidur.
Jam menunjukkan pukul 06:00 WIB,
Cklek!
Pintu gudang tiba-tiba terbuka dan menampakan Vano yang berjalan ke arah sang adik yang tertidur di atas karpet lantai dengan buku-buku yang berserakan di sampingnya.
Vano perlahan berjongkok dan mengulurkan tangannya untuk mengusap rambut adiknya yang sangat ia sayangi.
"Selamat pagi dik, maafkan kakak yang seperti ini.. Kau boleh membenci kakak, tapi kakak ingin kau menjadi orang hebat seperti kakak" Ucap Vano lirih tanpa sadar membuat Varro terusik dan..
"K-kak Vano! " Ucap Varro terkejut dan langsung bangun dari posisi tidurnya.
"Aku m-masih kurang satu lembar kak... Maaf"Ucap Varro menunduk.
" It's okay, get up and take a shower....Sudah jam 6,jangan sampai telat "Ucap Vano datar diangguki Varro yang membereskan buku-bukunya.
" Cepat sana mandi, kakak akan membereskan buku-bukumu"Ucap Vano datar membuat Varro terdiam dan...
"Terima kasih, Kak" Ucap Varro tersenyum kemudian keluar dari gudang.
Pukul 06:15 WIB,
Vano dan Varro sedang melakukan ritual pagi mereka sebelum pergi, yaitu dengan sarapan makanan yang disiapkan oleh Bi Lati pembantu kepercayaan mereka dari kecil.
"Makan yang banyak jangan sampai sakit.. " Ucap Vano membuat Varro mengangguk dan tersenyum melahap makanannya.
"Kakak tidak ingin kamu ketinggalan pelajaran dan nilaimu menurun" Lanjut Vano membuat senyum Varro perlahan memudar dan digantikan dengan senyuman palsunya.
"Dan juga, jangan bermain basket lagi... Itu akan mengganggu mu dan juga, kakak tidak ingin guru lesmu menelpon Kakak dan membuat kakak malu karena ulahmu" Tambah Vano membuat Varro berhenti menyantap makanannya dan...
"Kak, aku selesai... " Ucap Varro sambil berdiri dan menyaut tas hitam di samping kursinya.
"Kenapa buru-buru? " Ucap Vano mengangkat satu alisnya.
"Tidak, aku lupa ada rumus yang ingin aku tanyakan kepada guruku" Ucap Varro sebagai alasan membuat Vano menganggukan kepalanya.
Varro akhirnya melangkahkan kakinya dan..
"Kakak tidak ingin menghukummu lagi malam ini" Ucap Vano membuat Varro berhenti dan kembali melangkahkan kakinya ke dalam mobil.
"Ayo Pak Jo"Ucap Varro yang telah duduk di belakang.
Selama di perjalanan hanya ada hening dan...
"Den Varro harus bisa sabar, Den Vano hanya ingin yang terbaik untuk Den Varro "Ucap Pak Jo yang iba terhadap majikan mudanya itu.
"Terima kasih Pak Jo, Varro masih kuat kok"Ucap Varro membuat Pak Jo tersenyum.
"Den Varro sudah meminum obat? " Tanya Pak Jo membuat Varro tersenyum.
"Tentu saja, aku selalu meminumnya tepat waktu"Ucap Varro memalingkan wajahnya menatap luar jendela.
" Semangat Den Varro! "Ucap Pak Jo membuat Varro terkejut dan..
" Kkkk... Semangat Pak Jo!! "Balas Varro semangat membuat Varro dan Pak Jo tertawa bersama.
" Aku baik-baik saja... "Ucap Varro dalam hati sambil menatap kalung huruf V kesayangannya pemberian dari sang kakak.
" Semoga Den Varro tetap kuat menjalani tuntutan dari Den Vano.... Den Vano hanya bingung bagaimana cara menyayangi Den Varro setelah beberapa tahun di luar negeri... Den Vano hanya ingin yang terbaik untuk Den Varro, walaupun caranya yang salah"Ucap Pak Jo dalam hati sambil memperhatikan Varro hanya bermain HP.
Senin, 23-01-23
Kim_na
Di SMP Nando,
Jam menunjukan pukul 09:00 waktunya istirahat pertama,sebagian siswa ada berlomba-lomba untuk sampai di kantin dan memesan makanan di sana, ada juga yang memilih pergi ke perpustakaan atau tidur di kelas seperti Varro sekarang.
Hari ini Varro lebih memilih untuk mengistirahatkan matanya ketimbang mengisi perutnya, mengingat semalam ia bergadang untuk membaca 10 buku tebalnya hingga pagi.
Badannya rasanya pegal karena duduk semalaman, matanya terasa berat karena sangat mengantuk, kepalanya bahkan sedikit pusing.
Varro tertidur di kelas adalah pemandangan langka bagi penghuni kelas apalagi bagi sahabat Varro yaitu Sella.
**POV
Sella**
Hari ini adalah hari seperti biasa menurutku, tapi tidak untuk Varro Nando sahabatku. Varro terlihat agak berbeda hari ini, tadi pagi saat dia masuk kelas wajahnya sangat lesu, matanya sayu, dan ada sedikit lingkaran panda di sekitar matanya.
Aku khawatir melihat sahabatku seperti itu, apalagi biasanya dia akan bercanda atau mendiskusikan soal bersamaku tapi hari ini?
Aku rasa Varro tidak baik-baik saja...
Varro hanya diam dan menatap sayu ke arah papan tulis dan guru yang mengajar kami..
Bahkan sekarang!!
Varro yang biasanya mengajak aku ke kantin, sekarang malah tidur di kelas. Baru kali ini aku melihat Varro tertidur di kelas.
Akhirnya aku memberanikan diri untuk mendekati Varro dan berusaha untuk membangunkannya, takut jika Kak Vano memarahi Varro ketika di rumah.
POV End
Sella mendekati Varro yang berada di samping tempat duduknya dan...
"Var... Hei... Varro... Kamu baik-baik saja?.. Hei.."Ucap Sella lembut sambil mengguncangkan bahu Varro.
Varro yang terusik akhirnya bangun dan...
"Hmm... Ada apa? " Liirh Varro menegakkan posisi duduknya sambil mengucek kedua matanya.
"Huh~Aku kira kamu sudah die" Ucap Sella sambil melipat kedua tangannya di depan dada membuat Varro melebarkan matanya dan...
Puk!!
"Yak!!! Sakit!! " Ucap Sella mengelus kepalanya lembut setelah Varro tiba-tiba memukul kepalanya walaupun dengan pelan.
"Salah sendiri kalau bicara tidak bisa disaring"Ucap Varro memutar bola matanya malas.
" Saring apanya?.... memangnya ada penyaring mulut? "Ucap Sella berdiri menatap Varro tak suka.
Varro yang melihat Sella seperti akhirnya berdiri dan..
" Tentu saja!!!... Akan ku buatkan khusus untukmu!"Ucap Varro membalas tatapan tajam Sella hingga tatapan mereka saling bertemu dan...
"Kkkkkkkkkkkkk" Mereka langsung tertawa satu sama lain baik Varro maupun Sella.
"Hah~sudah.. Sudah... Aku lapar.. kkkk" Ucap Sella berusaha menghentikan tawanya begitu juga dengan Varro.
"Huh~Akhirnya... Ayo ke kantin" Ucap Varro kemudian langsung menarik tangan Sella dan membuat Sella tertegun dan mengikuti langkah kaki Varro.
Sementara itu di Perusahaan Nando,
"Semua baik-baik saja? " Ucap Vano datar menatap para karyawan di depannya.
"Semuanya baik-baik saja Tuan, hanya saja... "
"Hanya saja? " Ucap Vano menatap salah satu karyawan yang berada di depannya itu.
"Ada satu klien yang memutuskan kerja sama dengan kita da-"
"Telpon CEO perusahaan mereka dan adakan pertemuan" Ucap Vano kemudian keluar dari ruang rapat menuju ruangan pribadinya.
Cklek!
"Paman? " Ucap Vano mengernyitkan dahinya ketika melihat pamannya berada di ruang pribadinya.
"Vano.. " Ucap paman Vano sambil merentangkan tangannya tapi...
"Paman, Vano bukan anak kecil lagi" Ucap Vano mendekati pamannya dan membalas pelukan pamannya itu.
"Dasar.. " Ucap paman Vano itu terkekeh melihat Vano yang memeluknya.
Vano melepas pelukannya dan..
"Kenapa paman datang ke Indonesia tiba-tiba?"Ucap Vano menatap pamannya bingung, karena perusahaan pamannya di Korea sedang ada masalah.
" Paman sudah menyelesaikan semuanya, jadi paman bisa kembali ke Indonesia dan bertemu kalian "Ucap Paman Vano membuat Vano terkejut tak percaya.
"Really? "Ucap Vano terkejut diangguki pamannya itu.
"Siapa dulu?....Kim Chanwoo "Ucap Chanwoo membanggakan diri membuat Vano terkekeh.
" Mungkin hanya keberuntungan "Ucap Vani membuat Chanwoo berhenti dan...
" Dasar keponakan laknat! "Ucap Chanwoo membuat mereka tertawa bersama.
" Bagaimana keadaan Varro?"Ucap Chanwoo membuat Vano terdiam dan..
"Dia baik-baik saja tentunya" Ucap Vano tersenyum menatap sang paman.
"Kau masih mengekangnya lagi? " Ucap Chanwoo membuat Vano terdiam.
"Aku hanya ingin yang terbaik untuk adikku paman" Ucap Vano menatap pamannya itu.
"Aku tidak ingin adikku menjadi gagal paman"Tambah Vano menatap Chanwoo tersenyum.
"Kau benar Vano, hanya saja cara mu yang salah"Ucap Chanwoo membuat Vano menunduk.
" Biarkan aku mendidiknya dengan caraku sendiri paman "Ucap Vano tiba-tiba.
" Hah~Jika itu mau mu, Paman tidak akan memaksamu untuk mengubah cara mu"Ucap Chanwoo membuat Vano tersenyum.
"Tapi Paman tidak akan diam jika Varro terluka karena keegoisan mu" Tambah Chanwoo membuat Vano menghela nafas panjang.
"Sama saja" Ucap Vano membuat Chanwoo terkekeh dan mengusap rambut keponakan kesayangannya itu gemas, bagi Chanwoo... Vano dan Varro adalah bayinya ia sangat menyayangi mereka. Chanwoo adalah tempat Vano dan Varro bermanja.
Di Kantin Sekolah Nando,
"Kamu mau pesan apa? " Ucap Varro menatap Sella yang sedari tadi diam menatapnya.
"Hei!!... Sella!... Hah~Aku tahu aku tampan tapi... Jangan menatapku seperti itu tahu" Ucap Varro menyentil dahi Sella membuat Sella terkejut dan...
"Yak!! Siapa juga yang berpikir jika kamu tampan!... PD! " Ucap Sella memalingkan wajahnya membuat Varro terkekeh.
Di tengah perdebatan kecil antara kedua sahabat itu, tiba-tiba ada beberapa siswi datang dengan membawa berbagai macam makanan ke meja Varro dan Sella.
"Eh... Apa ini? " Ucap Sella terkejut menatap teman-teman perempuannya yang membawa makanan ke mejanya dengan Varro.
"Varro, kami memesankan semua ini untukmu.. Makan yang banyak yah supaya ototmu berisi"Ucap salah satu siswi membuat Varro terdiam dan menganggukan kepalanya, sedangkan Sella hanya menatap Varro tak percaya dengan tangan yang menutupi mulut agar tidak tertawa.
Para siswi tadi akhirnya pergi dari meja mereka dan...
"Kkkkkk... Makan yang banyak yah... kkkkkkk"Ucap Sella meledakkan tawanya membuat Varro mendengus kesal, apalagi semua tatapan kini mengarah pada dirinya dan Sella.
" Shtt... Diam!... Hah~"Ucap Varro berusaha merendam kekesalannya.
"Sudah-sudah... Sini Sella suapin, agar otot-otot Varro dapat terisi.... Hua.. kkkkkkk" Tawa Sella semakin keras dan membuat Varro menatapnya tajam hingga...
"Sini kau!!! Mulut pedas!!!!!" Teriak Varro mengejar Sella yang berlari menghindar sambil mengejek.
"Tidak!!!... Selamatkan Sella dari Tuan Varro yang berotot!!. Kkkkkkk" Ucap Sella sambil berlari hingga terjadi aksi kejar mengejar diantara Varro dan Sella yang membuat iri sebagai siswi.
Mereka berdua melakukan aksi saling kejar hingga berhenti di taman belakang sekolah..
Sella yang lelah begitu juga Varro pun akhirnya berhenti dan memutuskan untuk berbaring di rumput taman belakang sekolah sambil menatap langit.
Mereka berusaha menetralkan nafas mereka dan tertawa bersama.... Itulah sahabat, Kadang-kadang menjadi Tom&Jerry.
"Lari mu terlalu cepat" Ucap Varro tersenyum tanpa menatap Sella di sampingnya.
"Lari mu saja yang terlalu lambat" Ucap Sella membuat keduanya terkekeh.
"Kau tahu Varro? " Ucap Sella tiba-tiba membuat Varro berdehem.
"Aku sangat bersyukur memiliki teman sepertimu"Ucap Sella membuat Varro tersenyum.
"Tentu saja"Ucap Varro membuat Sella mencubit perut Varro dan tertawa.
"Tapi kadang aku iri kepadamu "Lirih Sella membuat Varro menoleh kepada Sella di sampingnya.
"Kenapa? "Ucap Varro bingung.
"Kamu sempurna Varro, baik, berprestasi, bertalenta, populer dan juga kaya raya"Ucap Sella kemudian duduk membuat Varro ikut duduk.
"Kamu pasti bahagia bukan? "Ucap Sella membuat Varro terdiam dan tersenyum menatap Sella di depannya.
" Tentu saja aku bahagia, kau juga bukan? "Ucap Varro diangguki Sella.
" Tapi Sella, dengarkan aku... Yang kau lihat kadang tidak sesuai dengan apa yang terjadi, kau harus tahu itu"Tambah Varro membuat Sella terdiam.
"Apa mak-"
Ring!!!! Ring!!! Ring!!!!
Bel masuk akhirnya berbunyi membuat Varro berdiri dan menatap Sella yang masih duduk kemudian...
"Siapa cepat dia menang!!!! Siapa lambat akan membawa tas selama satu minggu!!!! " Teriak Varro kemudian berlari membuat Sella terkejut dan langsung berdiri mengejar Varro...
"KAU CURANG!!! " Teriak Sella sambil berlari dengan cepat membuat Varro diam-diam tersenyum dan mempercepat langkahnya ke kelas.
"Hal yang kau lihat bukan berarti yang sebenarnya.... Mungkin tawa yang kau dengar tapi rintihan yang dia rasakan" Varro Nando.
Senin, 23-01-23
Kim_na
Bel pulang akhirnya berbunyi membuat semua siswa di sekolah berhamburan untuk keluar dari kelas mereka kecuali Varro dan Sella yang setia duduk di bangku mereka.
"Kenapa tidak pulang? " Ucap Varro menatap Sella di sampingnya sedangkan Sella malah menyembunyikan wajahnya ke dalam lipatan tangannya di atas meja.
"Males" Jawab Sella singkat dan padat membuat Varro terkekeh.
"Really? " Ucap Varro sambil mengusap rambut Sella kasar membuat sang empu kesal dan menepis tangan Varro hingga...
Dug!
"Akh... " Ringis Varro ketika tangannya tanpa sengaja terbentur dengan meja di samping Sella membuat Sella terkejut.
"Kau terluka?!!... Yak!! Maafkan aku! " Ucap Sella lalu menarik tangan Varro yang terluka dan semakin membuat Varro kesakitan.
"Yak!! Lepas!!... Kau mau membunuhku?!" Ucap Varro melepas tangan Sella membuat Sella kesal.
"Aku hanya ingin mengobati mu" Lirih Sella menunduk me membuat Varro menghela nafas panjang dan...
"It's okay,don't worry... " Ucap Varro tersenyum memegang bahu Sella pelan, inilah resiko memiliki sahabat perempuan... Kita mau tidak mau harus selalu mengalah, benar bukan?
"Maafkan aku.. " Lirih Sella menatap Varro dengan mata berkaca-kaca membuat Varro terkejut.
"Yak!! Kau menangis?... Hei!! Seorang Sella menangis?.... Kkkkk" Ucap Varro tertawa membuat Sella mendengus dan...
"Aku tidak menangis!!! Itu kelilipan!! " Ucap Sella memalingkan wajahnya membuat Varro menghela nafasnya.
"Oke-oke aku percaya" Ucap Varro mengalah dan..
"Tapi ceritakan masalahmu... Kenapa tidak mau pulang? " Ucap Varro membuat Sella terdiam menatap Varro.
Sella memalingkan wajahnya dan menatap ke arah papan tulis di depannya hingga..
"Aku hanya malas Var,..telingaku ini selalu saja panas setiap hari" Ucap Sella lirih membuat Varro mengerutkan dahinya dan...
"Kenapa? "
"Orang tuaku selalu saja bertengkar... " Ucap Sella membuat Varro terkejut.
"Baik di rumah maupun di perusahaan..."Ucap Sella menundukkan wajahnya membuat Varro terdiam.
" Aku tidak bisa Var,..hiks Tidak bisa... "Lanjut Sella lirih menatap Varro yang terdiam dengan mata yang berkaca-kaca.
"Bagaimana bisa seorang anak disuruh untuk memilih diantara kedua orang tuanya... Bagaimana bisa?! "Tambah Sella yang akhirnya menetes air matanya membuat Varro langsung saja memeluk sahabatnya itu.
"Aku tidak bisa.. Hiks... " Isak Sella memeluk Varro erat.
"Sudah puas? " Ucap Varro tersenyum membuat Sella langsung melepas pelukannya pada Varro dan memalingkan wajahnya.
"Heleh... Tadi nangis, sekarang ngambek" Ucap Varro mengejek membuat Sella menatap Varro dan...
"Akh... Yak!!! Lepas!!! Sakit Sella!! " Teriak Varro ketika Sella tiba-tiba saja menjambak rambutnya lumayan keras bagi Varro.
"Tidak!!! Salah siapa... Mulut mu tidak bisa disaring!! " Ucap Sella membuat Varro menghela nafasnya panjang dan...
"OKE!!... Aku minta maaf!! " Ucap Varro mengalah tapi tidak membuat Sella melepaskannya.
"Apa?!!! "
"Oke-oke!!! Aku akan mengajakmu jalan-jalan ke perpus!!BESOK PAGI!!" Ucap Varro membuat Sella tersenyum dan langsung melepas jambakannya.
Aneh bukan?
Jalan-jalan kok ke perrpus, tapi ingat!! Varro dan Sella adalah kutu buku.
"Baiklah!!! Ayo pulang! " Ucap Sella menarik tangan Varro.
"Akh! " Ringis Varro membuat Sella terkejut dan...
"Aku lupa..." Ucap Sella tersenyum kikuk tapi..
"Varro!!!.. Kenapa sampai lebam huh?! " Ucap Sella terkejut melihat tangan Varro yang lebam, perasaan sepertinya tadi terbentur tidak terlalu keras.
"I-ini... Yak! Sudahlah ini baik-baik saja... Ayo pulang,,, Aku tidak mau terkena hukuman" Ucap Varro membuat Sella terdiam dan..
"Baiklah... Aku nebeng yah.. " Ucap Sella diangguki Varro yang berjalan di depannya.
Hari menunjukkan pukul 5 sore,
Kini Varro berada di taman bersama Pak Jo, awalnya Varro ingin pergi ke Mall tapi karena tidak ada izin dari Vano akhirnya Varro memutuskan untuk pergi ke taman.
"Kenapa ke sini, Den? " Ucap Pak Jo yang duduk di samping Varro.
"Merenung" Ucap Varro singkat membuat Pak Jo tersenyum.
"Den Varro sudah meminum obat? " Ucap Pak Jo membuat Varro menghela nafas dan..
"Sudah"
"Den Varro punya masalah?.... Den Varro bisa cerita dengan Pak Jo jika ingin, bukannya biasanya seperti itu? " Ucap Pak Jo tersenyum membuat Varro menatap Pak Jo dan...
"Varro ngantuk Pak Jo... " Lirih Varro menunduk wajahnya sambil memainkan jari-jari tangannya.
"Varro ingin sehari saja bisa tidur dengan baik... setidaknya lima jam atau kalau bisa Varro ingin tidur dengan normal" Lanjut Varro membuat Pak Jo terdiam menatap iba tuan mudanya.
"Varro kangen Kak Vano Pak Jo.... Kangen sekali.."
"Varro ingin Kak Vano tersenyum Pak Jo, tersenyum saja sekali kepada Varro... Kalau bisa, Varro ingin Kak Vano memeluk Varro... Sekali saja" Lirih Varro membuat Pak Jo menghela nafas panjang berniat untuk menangkan sang tuan muda tapi...
"Den!... Mimisan!.. " Ucap Pak Jo terkejut menatap Varro dengan hidung yang mengeluarkan darah..
Varro yang menyadarinya pun menyentuh hidungnya dan...
"Ini lagi... " Lirih Varro tersenyum menatap tangannya yang terkena darah setelah menyentuh hidungnya dan..
Bruk!!
Varro merasa pandangannya mulai memburam dan tubuhnya melemas hingga tak mampu lagi menopang tubuhnya dan ambruk ke arah Pak Jo di sampingnya yang terkejut.
"Den... Den Varro baik-baik saja?... Den! " Ucap Pak Jo panik sambil menepuk pipi sang majikan dan membuat tangannya terkena sedikit darah.
"Den Varro buka mata Aden... Den.. " Ucap Pak Jo berusaha membuat Varro sadar dan..
"S-sakit P-pak J-jo... akh.. " Ringis Varro yang berusaha membuka matanya dan..
"Kita ke rumah sakit Den.. " Ucap Pak Jo mengangkat tubuh Varro tapi..
"V-varro h-harush..perghi..L-lesh.. " Lirih Varro lemah membuat Pak Jo menggelengkan kepalanya dan..
"Tidak Den!!... Penyakit Den Varro kambuh!!!.... Ini pasti karena Den Varro berbohong telah meminum obat padahal tidak! " Ucap Pak Jo langsung berlari ke mobil dan meletakkan Varro di sampingnya.
"Bertahanlah Den! " Ucap Pak Jo melajukan mobilnya.
"P-pak Jo.. " Lirih Varro masih mempertahankan kesadarannya.
"Iya Den..."
"P-pulang.... hiks... tidak mau ke rumah sakit hiks... " Lirih Varro yang akhirnya terisak seperti biasa saat kambuh membuat Pak Jo terdiam dan..
"Baiklah Den, bertahanlah Den Varro..." Ucap Pak Jo cemas dan kembali melajukan mobilnya dengan cepat... Sedangkan Varro masih setengah sadar sambil terisak.
Di rumah mewah keluarga Nando,
Akhirnya Pak Jo sampai di depan rumah mewah sang majikan tapi anehnya terdapat mobil yang sepertinya tidak asing bagi Pak Jo...
Tanpa basa basi Pak Jo akhirnya mengangkat Varro yang setengah sadar dan masih terisak dengan darah dari hidung yang tidak mau berhenti keluar....
"Den Varro!!!!... Ada apa dengan Den Varro! " Ucap Bi Lati terkejut ketika melihat sang suami mengangkat majikan kecilnya yang tidak lain adalah Varro dengan Varro yang setengah sadar dan darah yang tidak berhenti keluar dari hidung.
"Dokter pribadi!!! " Ucap Pak Jo menatap Bi Lati...
"Dokter pri-"
Pak Jo langsung saja memasuki pintu utama dan...
"VARRO!!! " Teriak laki-laki yang tidak lain adalah Vano dan.... Chanwoo.
Pak Jo langsung langsung berjalan menuju Vano dan meletakan Varro di sofa besar..
"Ada apa dengan adikku?!! " Ucap Vano panik dan langsung berusaha untuk menghentikan mimisan Varro.
"Aden... Dokter pribadi? " Ucap Pak Jo khawatir hingga tersadar jika dokter pribadi mereka sedang cuti.
Chanwoo yang melihat keadaan keponakan bungsunya pun langsung mendekat dan...
"Varro dengar Paman? Hei...Varro.. " Ucap Chanwoo menepuk-nepuk pipi Varro.
"Hiks... S-sakit.. hiks.. Paman.. hiks... " Akhirnya Varro bersuara walaupun dengan isakkan dan mata yang terpejam.
"Mana yang sakit hei... mana? " Ucap Chanwoo mengelus surai Varro lembut dan berusaha untuk berkomunikasi dengan keponakannya itu.
"Sakit hiks... S-sakit... hiks... Kakak jahat hiks... Varro sakit... hiks.. " Isak Varro sambil mencengkram erat kaosnya membuat Vano terdiam.
"Kak Vano jahat?... wah.. mau Paman hukum?"Ucap Chanwoo masih mengelus surai Varro lembut dan mengelap keringat sang keponakan.
" J-jangan hiks... Paman hiks... Mama.. hiks.. Papa.. hiks.. Varro rindu hiks.. Arggh... hiks.. "Isak Varro semakin keras tanpa sadar membuat tubuhnya memberontak dan Chanwoo langsung memeluk keponakannya itu erat karena itulah yang selalu dilakukan ketika trauma Varro kambuh.
Varro terus saja terisak di pelukan Chanwoo hingga..
" Hiks... S-sakit... hiks... Kakak hiks... peluk.. hiks"Ucap Varro tiba-tiba membuat Chanwoo menatap Vano dan...
"T-tapi... "
"Peluk adikmu" Ucap Chanwoo membuat Vano mendekat dan memeluk Varro perlahan dan...
"Varro rindu Kak Vano... " Lirih Varro masih dengan mata terpejam hingga akhirnya pingsan membuat Vano terkejut merasakan tubuh adiknya memberat di pelukannya...
Chanwoo langsung saja mengambil alih Varro dan mengangkat Varro menuju kamar Varro diikuti Vano dan Pak Jo.
Di kamar Varro,
Kini Varro sudah memakai piyamanya setelah Chanwoo menggantikan seragamnya..
Vano dari tadi hanya memperhatikan sang adik dan..
"Apa yang membuatnya kambuh? " Lirih Vano tiba-tiba membuat Chanwoo menatapnya dan tersenyum...
"Paman juga tidak tahu...Kau bisa saja bertanya, kau kan kakaknya" Ucap Chanwoo tersenyum menatap Varro yang tertidur dengan nyenyak sedangkan Vano?..
"Entahlah Paman.... Hah~Aku titip Varro, aku akan ada zoom setelah ini" Ucap Vano berdiri sambil menatap sang adik yang masih saja memejamkan matanya.
"Okay... Serahkan pada Paman mu ini" Ucap Chanwoo tersenyum dan Vano langsung saja keluar dari kamar Varro dan menutupnya pelan.
Chanwoo yang melihat keponakan kesayangannya itu masih memejamkan matanya pun tersenyum dan...
"Tidurlah.... Mungkin setelah kau bangun, jam tidurmu akan dipotong oleh kakak mu" Ucap Chanwoo sambil mengelus surai hitam Varro.
"Kau pasti lelah bukan?... Maafkan Paman... Paman tahu jika kakak mu sangat menyayangimu, hanya saja caranya yang salah..... Ikutilah permainan kakakmu... Dan berhentilah jika kau lelah Varro.... Paman tidak akan menghentikan keputusanmu, tapi Varro harus tahu bahwa berhenti itu hanyalah hal yang diperuntukan untuk pecundang.... So, Paman tidak ingin keponakan paman ini menjadi seorang pecundang nee"Ucap Chanwoo sambil menghela nafas berat dan....
"Kau pasti kedinginan bukan?..... Kau akan senang jika melihat Paman di sampingmu" Ucap Chanwoo kemudian tidur di samping Varro dengan posisi memeluk Varro.
"Paman akan selalu berada di pihak mu.... Jangan pernah berhenti dan menjadi pecundang" Ucap Chanwoo kemudian perlahan mulai masuk ke dalam mimpinya dengan Varro di sampingnya.
"Aku baik-baik saja... benar-benar baik-baik saja.. percayalah" Kata yang selalu diucapkan Varro di depan Sella dan teman-temannya.
Senin, 23-01-23
Kim_na
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!