Pagi ini hari pertama ujian sekolah. Aku duduk dikelas dua SMA. Hari ini aku bangun kesiangan lagi. Aku bergegas mandi dan berangkat. Kulihat ibu dan ayah sudah berangkat kerja.
Namaku Aisyah, Aku seorang anak tunggal. Setiap hari aku dirumah hanya dengan Bu deh orang yang bantu-bantu dirumah ini. Sejak kecil aku memang dirawat oleh Bu deh karena kedua orang tuaku sibuk kerja masing-masing dan sering pulang malam hari.
Hari ini aku tak sempat untuk sarapan, Bu deh membawakan aku bekal makanan. Aku mengambil motor dari garasi rumah dan segera bergegas berangkat kesekolah.
Setiap pagi didekat sekolah selalu macet panjang, itu yang membuatku semakin terlambat datang kesekolah.
Aku berhenti dilampu merah, sungguh lama sekali tidak berubah hijau. Akhirnya hijau juga namun ketika aku sudah sampai didepan lampu tiba-tiba berubah jadi orange dan merah. aku tetap menerobosnya karena mobil didepanku juga masih berada ditengah-tengah perempatan.
Prit....prit..... prit..... seorang polisi menghentikanku dan menyuruhku untuk minggir.
"Rud, tangani bocah ini, barusan nerobos lampu merah". panggil Pak polisi kepada temannya.
kulihat Pak polisi yang sedang duduk sedang sibuk dengan kertas-kertasnya. Terlihat badannya begitu kekar dan tinggi. Jantungku berdetak tak karuan karena takut ditilang. Namun ketika Pak Polisi itu berdiri dan membalikkan badannya ternyata dia sungguh tampan, kulitnya yang putih dan wajahnya yang baby face serta tubuhnya yang kekar dan berisi menghilangkan rasa grogiku.
ah... mungkin ini polisi masih baru pasti baik.
"Sini mbak duduk", kata pak polisi itu. Aku duduk didepan Pak Polisi itu.
"Kenapa menerobos lampu merah?. Tahu kan jika Merah itu berhenti, kok Masih diterobos juga. Surat sama SIM ada kan mbak".
Aku tersenyum dan kujawab, "Tidak pak, hanya STNk, Saya kan belum delapan belas tahun. Tadi sebenarnya lampunya masih kuning Pak, trus didepan saya ada truk sudah ada ditengah-tengah dan terus melanjutkan jalan. Ya saya ikutin donk pak, trus salah saya dimana. sudah yah pak, saya sudah terlambat ini ada ujian sekolah. kapan-kapan saja saya ditilang".
" La truknya sudah ditengah ya Memang harus maju meskipun lampunya merah, la jika berhenti ya jadi macet. Udah nggak punya SIM, menerobos lampu merah pula. coba lihat kartu pelajar kamu".
Aku mengeluarkan STNK dan kartu pelajarku. Ternyata menyebalkan juga ini polisi. Kulihat nametagnya Rudi Arga Pratama okay akan aku ingat-ingat namanya.
Aku disuruh menunggu hingga temannya yang sedang mengurus lalu lintas selesai. Aku menunggunya hingga hampir tiga puluh menit namun tidak diperbolehkan pulang.
Kulihat dia melanjutkan pekerjaannya, wajahnya terlihat begitu tampan namun sayang dia menyebalkan.
Aku mengambil handphone dan mencoba mengirim pesan kepada wali kelasku, namun beliau tidak percaya karena aku memang sering terlambat. Tak lama Bu Hanny wali kelasku video call aku.
"Assalamualaikum mbak, kamu dimana? sudah jam setengah delapan ini".
"Ini Bu saya ditahan dipos polisi karena menerobos lampu merah padahal tadi masih kuning belum merah. Coba lihatkan bapak polisinya biar ibu yang ngomong agar kamu dilepaskan".
Aku memberikan handphone ku kepada Pak Rudi. Dia mengambil handphoneku dan melihatku seakan ingin memakanku, wajahnya yang putih berubah jadi merah dan melirikku tajam.
"Lo kamu toh Rud", kata Bu Hanny kepada Pak Rudi.
"Lo ini muridnya Tante? barusan nerobos lampu merah Te".
"Iyah Rud, eh itu muridku kamu lepaskan deh kasian sekarang dia ada ujian sekolah. nanti Tante hukum aja biar nggak bawa motor lagi".
"Iyah Te, suruh bersihkan WC saja sama lari-lari biar kapok".
"Iyah makasih ya Rud".
Ternyata dia keponakannya Bu Hanny. Akhirnya aku dilepaskan juga.
"Untung kamu lagi ujian sekolah, muridnya Bu Hanny juga, coba jika bukan sudah kusuruh push up".
"Dasar polisi kejam, gumamku lirih".
"Apa??".
"Nggak apa-apa Pak, Terimakasih".
"Iyah hati-hati, jangan diulang lagi".
Aku bergegas menuju sekolah, ku lihat Bu Hanny sudah menungguku didepan pintu.
"Assalamualaikum Bu, maaf terlambat".
"Waalaikumsalam, Aisyah kamu kok nggak bosen tiap hari terlambat, ditilang pula. malu-maluin sekolah kamu itu. Besok nggak usah bawa motor, sudah sana duduk".
Aku duduk dan mengerjakan soal-soal ujian, semua temanku sudah hampir selesai, sedangkan aku baru mulai. kulihat Novi teman dekatku, dia lumayan pintar tidak seperti aku.
zzzzzeeetttttt.... zzzzzeeetttttt... "Nov, nyontek Donk".
Novi memberikan sebuah kertas berisikan jawaban. baru juga mau aku buka namun sudah ketahuan Bu Hanny. Bu Hanny mengambilnya dan menyobek kertas itu.
Bu Hanny melihatku sambil menggelengkan kepalanya, mungkin dia sudah lelah dengan kelakuanku he... he...
Akhirnya kukerjakan soal itu sendiri hingga selesai, ternyata soalnya tidak terlalu sulit.
kring...kring...kring bel istirahat sudah berbunyi. Aku bergegas ke kantin bersama Novi. Aku menceritakan semua kejadian tadi pagi termasuk Pak Rudi. Novi penasaran dengan Pak Rudi karena ceritaku.
"Besok kamu jemput aku yah Nov, nanti aku kasih tahu mana orangnya".
"Okay Syah, aku jemput pagi-pagi".
Setelah istirahat aku dan Novi bergegas masuk kedalam kelas untuk melanjutkan ujian jam kedua.
Aku menyelesaikan dengan cepat karena aku menyukai soal Bahasa Inggris.
Setelah selesai ujian aku langsung pulang kerumah. Aku sholat Dzuhur dan lanjut untuk tidur siang.
Tling...tling...tling...
kulihat sebuah pesan dihandphoneku. "Apa ini Aisyah?".
Kulihat dari nomor baru, aku enggan membalasnya. mungkin teman-temanku yang sedang menggodaku.
Aku mencoba untuk tidur siang namun handphoneku berbunyi lagi. kulihat masih nomor yang sama dan dengan kata yang sama. Membuatku penasaran saja, akhirnya kubalas juga pesan itu. "Iyah ini siapa?".
namun hingga malam hari pesanku itu masih belum dibalas juga.
Aku masih penasaran hingga ku simpan nomornya agar foto profilnya keluar. Kulihat fotonya ternyata Pak Rudi polisi ganteng namun menyebalkan tadi. Kok bisa dia tahu nomorku yah, apa mungkin dari Bu hanny. Ah bodoh amatlah.
Ternyata dia memang menyebalkan mengirim pesan dan kubalas namun sudah tidak dibalas lagi hingga malam hari.
hingga larut malam aku masih kepikiran sama polisi tadi, masih bertanya-tanya, mengapa dia mengirimiku pesan. Apa besok aku akan ditilang yah, atau aku disuruh push up. sebaiknya besok aku nggak bawa motor dulu.
Teringat dengan Novi yang katanya besok mau menjemputku. aku mencoba mengirim pesan.
"Nov, besok jadi jemput aku?".
"Iyah, jangan lupa bangun pagi Syah. pasang alarm pake speaker masjid yah".
"Okay Nov, nanti aku pake sound orang nikahan saja".
Semua beres aku bisa tidur dengan tenang. besok tidak akan ditilang sama polisi menyebalkan.
Pagi ini Novi menjemput ku pagi-pagi sekali. hingga ibu terheran-heran melihatku yang bisa bangun pagi tanpa dibangunkan.
Aku berangkat lebih dulu daripada kedua orang tuaku, karena Novi sudah datang dan menunggu didepan rumah.
"Hai Nov, ayo kita berangkat".
"Okay Syah, kamu aja yang bonceng yah".
Kita bergegas menuju kesekolah, kali ini aku akan berhenti jika ada lampu merah. Kulihat dari kejauhan ada Pak polisi yang kemaren.
"Wah ternyata orangnya nggak ada Nov, mungkin bukan waktunya tugas. ah kamu belum beruntung".
Kulihat sudah hijau aku segera melajukan motorku kesekolah. aku sampai sekolah tepat waktu berkat dijemput Novi.
Tepat pukul 07.00 wib, Ujian Tengah semester dimulai. Kulihat yang jaga hari Bu Hanny. Tak lama kemudian Bu Hanny datang dan memimpin doa sebelum ujian dimulai.
"lho itu Aisyah?, tumben sekali kamu tidak terlambat. Perlu syukuran nih". kata Bu Hanny sambil tersenyum.
"Saya sebenarnya memang rajin Bu tapi nggak ada yang tahu saja he.. he.. he...".
"Coba nggak aku jemput yah pasti sudah terlambat". celetuk Novi
Satu kelas menertawakan aku. Aku memang terkenal si tukang terlambat, bahkan semua guru sudah bosan menghukum aku.
"Sudah... sudah, ayo dikerjakan". kata Bu Hanny.
Aku mulai mengerjakan ujian yang sudah dibagikan Bu Hanny. Tak lama Pak Zain dari bagian administrasi masuk kedalam kelas dan memanggilku.
"Aisyah kamu kamu kebawah yah, ada yang ingin bertemu".
"Siapa pak? tanyaku.
"Dari kepolisian, ayo cepat".
Jantungku berdetak tak karuan, kenapa ada polisi mencariku, apa salahku.
Aku menatap Novi seakan berkata temani aku Nov. Ternyata Novi mengerti kode itu, dia meminta ijin kekamar kecil.
Aku dan Novi bergegas turus kebawah. Ku lihat memang ada polisi diruang tamu, namun aku hanya melihat dari belakang.
Aku menarik Novi untuk ikut masuk kedalam ruangan, namun Novi tidak mau dan menungguku diluar.
"Assalamualaikum Pak, ada apa yah?", tanyaku.
Pak polisi itu berdiri dan menoleh kebelakang. Astaga ternyata itu Pak Rudi polisi yang kemaren memarahiku karena menerobos lampu merah.
"Kok kamu Pak, kenapa? mau memarahiku lagi. aku tadi pagi nggak nerebos lampu merah kok. kalau tidak percaya coba lihat CCTV jalan".
Kulihat Novi diluar ruangan tersenyum-senyum melihat Pak Rudi.
Pak Rudi hanya tersenyum melihatku dan berkata,"Ternyata kamu cerewet yah Aisyah. Saya kesini memang mau bertemu kamu. Ini punya kamu kan? kemaren nggak kamu bawa, langsung pergi saja. sebenarnya mau saya titipkan Bu Hanny tapi tadi beliau keburu berangkat".
Astaga ceroboh sekali aku, kenapa bisa ketinggalan.
"Iyah Pak, terimakasih. maaf sudah salah paham".
"Iyah nggak apa-apa, saya pamit dulu yah".
"Iyah pak hati-hati".
Pak Rudi berjalan melewati Novi yang sedang menunggu diluar dan tersenyum kepada Novi. Kulihat Novi berjingkrak-jingkrak kegirangan mendapat senyuman dari Pak Rudi. Aku mengusap wajah Novi yang terus melihat Pak Rudi.
"Sudah Nov, biasa aja kalau lihat".
"Ganteng sekali Syah seperti Siwon (artis Korea). Itu kah pak polisi yang kamu ceritakan itu".
"Iyah itu polisi yang mau aku tunjukkan tadi pagi. Ganteng sih, tapi orangnya menyebalkan. Itu keponakannya Bu Hanny. Sudahlah ayo balik".
"Bu Hanny wali kelas kita itu. kamu kok tahu".
"Sudahlah Nov, ayo masuk".
Aku berjalan menuju kelas sambil mendengar ocehannya Novi yang terus bertanya-tanya tentang pak Rudi.
Aku melanjutkan mengerjakan ujian, Bu Hanny menghampiriku dan bertanya, "Barusan siapa Syah?".
"Pak Rudi Bu, mengembalikan STNK sama kartu pelajar".
"Owh kirain siapa, tadi sebenarnya mau nitip saya, tapi nggak datang-datang jadi saya tinggal".
Bel istirahat sudah berbunyi aku dan Novi bergegas menuju warung bakso langganan kita. Ku lihat Putra sudah mendahului kita. Cepat sekali dia sudah makan hingga hampir habis.
Novi, antri memesan bakso dan aku menunggunya sambil melihat Putra makan yang seperti orang nggak makan seminggu.
Aku makan bakso sambil mendengarkan Novi yang masih bertanya-tanya mengenai Pak Rudi. Bahkan dia berniat menjemputku lagi besok pagi. Dia seperti kesurupan melihat ketampanan Pak Rudi.
Aku mengambil handphone dari saku bajuku yang bergetar. Ternyata sebuah pesan, dan aku lihat dari nomor yang kemaren mengirim pesan.
"semangat yah sekolahnya jangan ceroboh lagi".
Aku baru ingat jika nomor kemaren adalah nomornya pak Rudi. Aku jadi penasaran dengan Pak Rudi, mengapa dia masih mengirim pesan kepadaku. Nggak takut apa jika ketahuan Istrinya pasti marah.
Ah kubiarkan saja biar tidak menambah masalah.
Setelah makan kita segera masuk kelas untuk mengikuti ujian jam ke dua.
Aku bertemu Bu Hanny saat berjalan menuju kelas. "Bu, apa ibu yang memberi tahu nomorku ke Pak Rudi?".
"Iyah Syah, kenapa?".
"Nggak apa-apa Bu cuma nanya aja".
"Ganteng kan keponakan Ibu Syah".
"Iyah Bu, seperti Siwon artis Korea. masih jomblo kan Bu, apa sudah menikah ", sahut Novi.
"Masih single kok, tapi ibu juga nggak tahu sih sudah punya pacar apa belum. Sudah ah, ayo masuk kelas".
Sebenarnya pertanyaan Novi mewakili rasa penasaranku. Setidaknya jika aku membalas pesannya itu tidak salah.
Aku mulai mengerjakan soal ujian Matematika. Aku berpikir keras untuk menghitung soal ini. Ku coret-coret kertas buramku, rasanya sulit sekali konsentrasi. Aku masih memikirkan perkataan Bu Hanny mengenai Pak Rudi. Apa mungkin dia naksir denganku hingga dia mengirimiku pesan lagi.
Ahh.... sudah-sudah pasti dia sudah tua. fokus Aisyah... fokus, ingat Pak Rudi itu menyebalkan sudah memarahiku waktu itu.
Hari ini aku berangkat menuju sekolah bersama Novi. Aku berhasil bagian pagi berkat Novi. Orang tuaku senang sekali melihat perubahanku. Setelah sarapan aku bergegas berangkat karena Novi sudah menungguku diteras rumah. Kali ini Novi yang memboncengku.
Senang rasanya jika dijemput Novi karena aku tidak akan terlambat lagi untuk datang ke sekolah.
Novi memang anak yang rajin. dia selalu menaati peraturan. kita berhenti dilampu merah biasanya. Kulihat dari kejauhan Pak Rudi yang mengatur lalu lintas. Novi tertawa kegirangan melihat Pak Rudi.
"Syah, itu pak Rudi".
"Iyah tahu, biarin aja".
"Ayo jalan sudah hijau tuh Nov".
Novi melajukan motornya melewati Pak Rudi. Kulihat Novi menganggukkan kepalanya seperti menyapa Pak Rudi, namun aku memasang wajah jelek dan menjulurkan lidahku. Aku menoleh kebelakang, kulihat Pak Rudi melambaikan tangannya dan tertawa kepadaku.
"Syah... tadi Pak Rudi tersenyum Lo, sepertinya dia melihat kita tadi".
"Iyah emang, biarin ajalah".
Hari ini adalah hari terakhir ujian sekolah. Mata pelajaran hari ini Penjaskes dan BTQ (baca tulis Al Qur'an).
Aku mengerjakannya dengan cepat, aku nggak mau kalah sama Putra yang selalu istirahat duluan.
"Bu saya sudah selesai mengerjakan soal, boleh istirahat duluan kan". tanyaku kepada Bu Nur yang menjaga ujian hari ini.
"Kumpulkan sini".
Aku bergegas maju kedepan dengan penuh semangat.
"Lo kok dikasih soal lagi Bu?".
"Iyah hari ini tidak pakai istirahat jadi langsung lanjut ke soal kedua karena nanti ada rapat guru".
hahahaha....... hahahaha satu kelas menertawakanku.
Oh... malunya aku, padahal udah semangat biar bisa istirahat duluan kok malah nggak pake istirahat.
Sudahlah aku kerjakan saja dengan santainya, namun masih saja aku selesai mengerjakannya lebih dulu.
aku menunggu Novi sambil makan bakso dikantin sekolah. Tak lama Putra memghampiriku dan ikut makan bakso.
Putra dan Novi adalah sahabat dekatku, namun Putra sama Novi sebenarnya masih saudara jauh, cukup rumit jika diceritakan.
"Put, bayarin yah", kataku kepada Putra.
"Okay beres".
"Aku ke minimarket bentar yah nanti Novi suruh tunggu aku".
"Aku belikan minum sekalian Syah".
Aku berjalan menuju ke minimarket dekat sekolah. Aku membeli tiga minuman, untukku, Novi dan Putra.
Aku masih melihat-lihat makanan ringan di etalase toko, namun tidak ada yang aku pingin. aku segera menuju kasir dan membayarnya.
"lima belas ribu delapan ratus kak", kata mbak mini market.
Aku mengambil uang yang ada ditasku tiba-tiba seseorang dari belakangku berkata dan memberikan uang kepegawai minimarket.
"Pake uang ini saja mbak, sama belanjaan saya sekalian".
Spontan aku menoleh kebelakang, ternyata Pak Rudi. Jantungku berdetak begitu cepat tanganku tiba-tiba gemetaran. Aku hanya mampu tersenyum, aku bingung apa yang harus aku katakan. Kaki terasa kram tak mampu aku gerakan. sambil terbata-bata aku berkata,
"Nggak usah Pak, terimakasih".
"Nggak apa-apa Syah".
"Udah mbak pake uang ini saja mbak", kata Pak Rudi kepada pegawai minimarket.
Aku tersenyum kepada Pak Rudi dan berpamitan untuk balik kesekolah namun Pak Rudi menahanku dengan pertanyaannya.
"Kamu sudah pulang Syah?".
"Sudah Pak ini mau pulang, tapi ngambil motor dulu sama nunggu teman".
"Iyah hati-hati yah".
Aku tersenyum dan bergegas kembali menemui Putra diwarung bakso.
Kulihat Novi sudah makan bakso dengan Putra. Aku menghampirinya dan menceritakan pertemuanku dengan Pak Rudi barusan diminimarket.
Novi antusias sekali mendengar kan ceritaku. Namun Putra selalu saja merecokinya dengan perkataannya.
"Halah gantengan juga aku yang lebih mirip Lee min hoo".
"Lee min hoo KW seribu hahaha...".
"udah ah, ayo kita pulang Nov jangan hiraukan Putra. Jangan lupa baksoku dibayar yah".
Aku dan Novi bergegas pulang, Novi mengantarkan aku pulang.
Sesampainya dirumah aku sholat dan lanjut untuk tidur siang.
Aku selalu dirumah hanya dengan Bu deh namun biasanya jika siang hari Bu deh pulang dulu kerumahnya. Orang tuaku selalu pulang setelah Magrib. Sepi sekali rasanya jadi anak tunggal.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!