NovelToon NovelToon

Menikah Karena Tradisi

1. Mie Ayam Kantin

POV Hana

Hari ini, aku resmi sudah duduk di kelas satu SMK. Dan aku mengambil jurusan TKJ.

Banyak teman-teman ku yang menyayangkan hal ini, karena aku ini pintar dan mampu. Kenapa tidak masuk SMA saja katanya. Aku tidak cukup tertarik untuk masuk ke sekolah yang hanya mempunyai dua jurusan saja. Maka dari itu, aku memutuskan untuk masuk ke SMK.

Entah kenapa aku juga mengambil jurusan TKJ yg dominan banyak laki-laki nya. Tadinya aku mengambil jurusan perkantoran, namun, karena kuota penuh, akhirnya aku di pindah ke TKJ.

Siswa di kelasku jumlahnya lumayan, ada sekitar delapan belas orang. Delapan untuk siswi perempuan, dan sepuluh untuk jumlah siswa laki-laki.

Oh iya, aku di sini duduk paling depan dipojok sendiri. Aku duduk sama cewek manis namanya Yusi. Dia anak yang baik, dan perhatian. Kalo punya apa-apa, aku pasti dikasih. Dia selalu ingat teman.

Ngomong-ngomong, aku di sini juga bareng sama temen SMP ku dulu. Namanya Damar, dia lumayan ganteng, banyak cewek juga yang naksir sama dia, cuman dia gak ngrespon. Katanya sih, Damar naksir sama aku, hehehe. Tapi aku hanya anggap dia sebagai temen.

***

Bel sekolah berbunyi waktu untuk belajar telah di mulai. Mata pelajaran pertama adalah bahasa indonesia. Pak Hartono masuk ke dalam ruangan kelas TKJ dengan senyuman mengembang dan wajah yang cerah karena ia mulai mendidik anak baru lagi. Setalah satu tahun berlalu.

"Selamat pagi anak-anak!" sapa Pak Hartono dengan ramah dan tersenyum, kemudian meletakkan bukunya di atas meja.

"Wah, sekarang sudah terlihat rapih-rapih dan bersih, kinclong, bersinar seperti mutiara. Berbeda saat kalian masih MOS, kucel, kumel dan sepet, hehehehe," kata Pak Hartono sambil tertawa, dan diikuti oleh semua anak didiknya.

"Oh iya, ngomong-ngomong, perkenalkan nama saya Hartono, istri saya baru satu. Anak baru empat, hehehe! dan rumah saya juga deket, kalo mau main, boleh saja. Nanti saya kasih alamatnya," ucap Pak Hartono basa-basi.

"Proses pencarian istri lagi ya, Pak!" ucap Damar nyeplos begitu saja, dan semua siswa tertawa mendengar celetukannya.

"Ah tau saja kamu! jiaahhhaha!" Pak Hartono tertawa renyah diikuti semua siswa lagi.

"Saya akan absen kalian sekaligus mau ngapalin wajah-wajah kalian, nanti pas saya sebut nama, kalian berdiri yah!" perintah Pak Hartono sambil mengambil kertas absen dan mulai membacanya.

"Baik, kita mulai. Arfiani Damayanti!" seru Pak Hartono.

"Hadir, Pak!" jawab Arfi sambil berdiri kemudian duduk kembali. Demikian juga untuk para siswa lain yang dipanggil oleh Pak Hartono, melakukan hal yang sama dengan Arfi.

"Wah mirip siapa ni, Ayu ting-ting yah ... Terus Alan Fahrizi!" teriak Pak Hartono.

"Hadir, Pak!"

"Bagus, cocok jadi atlet kamu ... terus, Bagus Ardiansyah!"

"Hadir, Pak!"

"Wajahnya bagus seperti namanya, rapih juga kamu, kalo dilihat dari penampilanmu, kamu kutu buku ya!" tanya Pak Hartono soq tau.

"Jangan terkecoh sama penampilan, Pak! Penampilan tidak selamanya menjamin kepribadian seseorang!" Damar menyela pernyataan Pak Hartono kepada Bagus.

"Iya bener juga sih! siapa nama kamu! belum saya panggil sudah nimbrung saja!" tanya Pak Hartono sambil menuding Damar.

"Nama saya Damar, Pak!"

"Nama panjangmu siapa?"

"Narandra Damar Prasetya,"

"Oh, iya nih ada di nomor lima belas ... Kamu lumayan ganteng juga ... Terus, tadi sampe mana absen nya ... Huruf b ... Terus, lanjut ke Cantika Hilmayose!"

"Hadir, Pak!"

"Cantik kaya namanya ... Terus, Dara Prameswari!"

"Hadir, Pak!"

"Gerhana ... Waduh, ini lahirnya pas waktu gerhana matahari apa bulan nih! Namanya Gerhana Larasati, cewek apa cowok nih! Mana orangnya?" Teriak Pak Hartono melirik ke sana kemari sambil membenarkan kaca matanya yang melotot.

"Hadir, Pak! Saya cewek, lahir pas gerhana matahari!" terang Gerhana menjelaskan detailnya.

"Namanya unik-unik hihihi! Tapi untungnya kamu gak gelap ya! Eh, maaf bercanda ... Terus, eh kamu siapa sih namanya!" Pak Hartono menunjuk Hana.

Hana menunjuk dirinya sendiri sembari bertanya, "saya, Pak!"

"Iya, kamu! dari tadi, saya penasaran sama kamu loh! bahkan dari sejak kamu ikut MOS, banyak yang perhatiin kamu, tadi saya mau naik kesini saja banyak yang kasih salam buat kamu. Anak TKJ, cewek yang duduk di depan pojok sendiri, rambutnya panjang agak pirang, cantik dan manis banget, bla bla bla gitu deh!"

"Ah, berlebihan bapak mujinya!" ucap Hana tersipu malu.

"Beneran, siapa nama kamu!" tanya Pak Hartono dengan rasa penasarannya.

Mendengar penuturan dari Pak Hartono, Hana merasa tidak enak dengan teman-temannya. Apalagi tatapan Cantika yang terlihat sangat jelas tidak sukanya. Sedangkan Damar, dia hanya tersenyum, ia sendiri tidak kaget karena dulu pernah satu SMP bersama Hana, jadi ia tahu semuanya.

Sebenarnya, Hana, Damar, dan Cantika, dulunya pernah satu SMP, namun, Cantika bukanlah teman dekat Hana, melainkan rivalnya.

"Emm, nama saya, Hana Ceriana Darmawan, Pak!" ucap Hana sedikit bergumam.

"Oh, panggilannya siapa?"

"Kalo dari SMP, dia sering dipanggil Hana, Pak!" Damar menyela pertanyaan Pak Hartono yang ditujukan untuk Hana.

"Saya gak nanya kamu koq! iya sudah, kita langsung ke pelajaran saja yah!" kata Pak Hartono kemudian duduk di bangkunya.

"Loh, yang lain belum di absen, Pak!" seru Damar.

"Saya hitung jumlah muridnya udah pas. Ntar sambil jalan pelajaran, saya absen lagi yah!" kata Pak Hartono kemudian menutup daftar absennya.

Pak Hartono mulai menjelaskan pelajaran yang di selingi dengan candaan, hingga tidak terasa pergantian jam pelajaran ke tiga telah mulai.

Setelah pejajaran ke tiga selesai, bel istirahat pun berbunyi. Semua murid menghela nafas panjang. Mereka merasa merdeka ketika bel istirahat berbunyi. Semua murid berhamburan keluar. Terutama para wanita.

"Ya ampun, ternyata belajar itu melelahkan ya!" keluh Yusi sambil meregangkan tangannya, dengan tujuan agar otot-ototnya rileks.

"Iya, tadi aku sempet ngantuk juga," sambung Hana sedikit terkekeh.

"Guru matematika terlalu serius, kaku! Grogi kali iya!" imbuh Yusi sambil melirik ke arah Hana.

"Emang udah wataknya gitu kali dari sononya!"

Damar menyela obrolan Hana dan Yusi. "Ke kantin yuk!" ucap Damar kembali sambil duduk di meja Yusi dan Hana.

"Ayo! aku udah gak sabar pengin nyaplok mie ayam kantin yang enak bingits," kata Yusi sambil meringis. "kamu masih inget rasanya kan, Han! Waktu kita abis MOS disuruh lari-lari capek banget. Tapi kemudian terbayar sudah saat makan mie ayam kantin," Yusi tampak membayangkan rasa enaknya mie ayam tersebut.

"Inget banget dong! Ayo capcus, sebelum kehabisan!" seru Hana dengan semangat.

Mereka bertiga akhirnya pergi menuju kantin dengan saling bergandengan tangan. Raut wajah mereka tampak ceria mengingat akan menyantap mie ayam terenak di sekolah. Yah, karena memang ada satu. Tapi rasanya memang yahut.

Cantika yang melihat keakraban mereka, merasa tidak senang.

"Tuh cewek sok cakep banget! mentang-mentang di puji sama pak guru! Padahal masih cantik-an aku ke mana-mana kali!" kata Cantika dalam hatinya.

Hana cs akhirnya sampai di kantin. Akan tetapi, sesampainya di sana, para pelajar sudah panjang mengantri. Mereka menghela nafas bersamaan.

"Aduh, kita bakal kebagian gak yah!" ucap Yusi dengan nada lesu.

"Bisa-bisa waktu istirahat kita habis buat antri mie ayam doang nih!" kata Hana dengan rasa tak kalah kecewa.

"Gimana kalo kita ganti menu lain aja!" kata Damar menimpali kedua temannya.

"Maunya mie ayam nih!" kata Yusi sambil memandang gerobag mie ayam yang hanya kelihatan atapnya saja.

"Kan bisa lain waktu lagi, Yus!" ucap Damar

"Gak mau!" Yusi merengek seperti anak kecil.

Mereka bertiga kemudian berjalan ke tempat duduk yang kosong terlebih dahulu. Yusi masih tak berdaya melihat antrian panjang tersebut.

"Yang antri kayaknya kelas dua sama tiga aja deh!" ucap Hana.

Tiba-tiba datang seorang cowok tampan ikut bergabung di meja Hana sambil menawarkan semangkok mie ayam.

"Hay! mau mie ayam gak?" tanya Samuel

Mereka bertiga kemudian menengok ke arah Samuel. Hana cs sama-sama terpana ketika melihat wajah tampan siswa yang duduk di depan mereka. Hana kemudian tersadar dengan pandangannya. Demikian juga dengan Damar. Mereka berdua kemudian menunduk dan mengalihkan pandangan.

.

2. Air Mineral

"Ya ampun, ganteng banget, kayak artis korea itu loh, Han!" Yusi berbisik di telinga Hana.

"Jangan norak kamu, Yus!" jawab Hana dengan suara lirih.

"Gimana? Mau mie ayam gak?" tanya Samuel kembali.

"Kalo ngasih jangan cuman satu dong, kita kan ada bertiga!" ucap Damar tidak terima.

"Kamu kan cowok mending kamu antri juga di sana!" kata Samuel sambil menunjuk antrian yang tinggal sedikit.

"Wah, bener juga, Dam! Kebetulan itu tinggal tiga orang yang antri, siapa tau kita masih kebagian, buruan sana! pesen dua jangan lupa!" Yusi mendorong tubuh damar untuk bangun dan memesan mie ayam. Dengan malas, Damar bangun dari tempat duduknya, dan memesan mie ayam.

"By the way, aku Samuel. Anak kelas tiga Akuntansi," ucap Samuel diiringi senyuman.

"Oh, iya kak, salam kenal!" ucap Hana datar.

"Nih, mie ayam buat kamu," Samuel menyodorkan mie ayam-nya kepada Hana.

"Han, terima aja! kapan lagi bisa dapet gratisan sama cowok ganteng!" bisik Yusi sambil menyenggol lengan Hana.

Hana tampak ragu, ia hanya tersenyum menanggapi tawaran Samuel.

"Kenapa! Gak mau? Tenang aja, mie ayam-nya gak aku racunin koq, aku cuman kasian aja liat kamu antri di sini. Kebetulan kan aku udah bolak balik makan di sini selama hampir tiga tahun, jadi udah rada bosen! Nih, ambil aja!" terang Samuel dengan senyum tipisnya.

"Oh ... Kalo gitu, buat kamu aja, Yus!" kata Hana sambil menggeser mie ayam tersebut ke depan Yusi.

"Serius kamu, Han!" tanya Yusi meyakinkan tawaran Hana dengan ekspresi sumringah.

Hana tersenyum dan menganggukan kepalanya. Yusi kemudian tanpa berdo'a langsung melahap mie ayam tersebut. Akhirnya, ia bisa menikmati mie ayam yang legit itu. Yusi tampak bahagia saat mengunyah tiap mie yang masuk ke dalam mulutnya.

"Sial banget! Aku capernya ke Hana, malah dia yang ngembat!" batin Samuel yang merasa tidak senang.

Damar kemudian datang dengan membawa dua mangkok mie ayam.

"Wah, ada yang gak setia kawan nih! makan duluan!" Damar duduk di sebelah Hana. "Loh, itu bukanya mie ayam buat Hana? koq kamu yang makan, Yus!"

"Hana gak mau, Dam! Makanya aku yang makan, hehehe!" jawab Yusi.

"Beneran, Han! Bukan Yusi yang minta kan?" tanya Damar kepada Hana.

"Udah ayo makan! Maaf ya, Kak! kita mau makan dulu," ucap Hana kepada Samuel.

"Oke! kalo gitu aku pergi dulu ya!" jawab Samuel kemudian beranjak dari tempat duduknya, Hana tersenyum sambil mengangguk kepada Samuel.

"Gila tuh cewek! senyumanya bisa manis gitu! Bikin aku meleleh! Padahal, dia diem aja udah cantik, eh di tambah senyum kecil gitu, tambah manis banget. Terbuat dari apa sih dia?" Samuel memuji kecantikan Hana di dalam hatinya, sambil sesekali menengok ke belakang untuk melihat Hana kembali.

Hana, Damar, dan Yusi, menikmati mie ayamnya. Mereka tak henti-hentinya memuji mie ayam tersebut.

"Enak banget sumpah!" puji Hana dengan penuh semangat.

"Koq kamu gak makan mie ayam yang di kasih sama Samuel itu, Han!" tanya Damar

"Mie ayam dari kamu, lebih enak tau, Dam!" jawab Hana sambil tersenyum.

Damar merasa tersanjung mendengar kalimat yang diucapkan Hana. Bukan tanpa alasan, akan tetapi, karena Damar menyukai Hana dari SMP, meskipun Hana hanya menganggapnya sebagai teman saja. Tapi Damar sudah senang bisa dekat dengannya.

Setelah selesai makan, mereka bertiga kembali ke kelas. Begitu sampai, Hana kaget karena ada banyak coklat di mejanya. Mereka bertiga menatap heran ke arah coklat-coklat tersebut.

"Wah, coklat dari siapa nih! banyak banget!" kata Hana sambil celingukan.

"Tau! Eh, ada suratnya tuh, coba deh buka!" kata Damar.

Yusi kemudian mengambil surat yang berbaur dengan cokelat tersebut, ia membuka secarik kertas yang ternyata, isinya adalah pantun.

Yusi kemudian membacanya.

"Kue lapis, kue kelapa, salam manis, buat Neng Hana ... Eh cie cie ... Ada lagi nih! Makan nasi, sama kentaki, makan-nya sambil duduk di tangga, perkenalkan lah ini kami ... "

Tiba-tiba, dari luar kelas TKJ, banyak gerombolan cowok menirukan pantun terakhir yang di baca oleh yusi dengan kompak.

"Si pengagum rahasia!" jawab serempak gerombolan cowok yang berada di luar jendela, berbarengan dengan Yusi.

Sontak semua mata melihat ke arah sumber suara tersebut, dan gerombolan cowok tersebut ertawa sambil berlari.

"Wedew! banyak banget yang ngefans sama kamu, Han! Pesona kecantikan dan body yang yahut memang jadi juara," ucap Yusi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Cantika kemudian menimpali dengan sinis, "jadi cewek jangan murahan dong! dirayu pake coklat dan pantun aja udah meleleh."

Damar, Yusi, dan Hana, melihat ke arah cantika.

"Kalo ngomong jangan sembarangan donk!" jawab Yusi.

"Gak papa, Yus! Syirik aja dia, karena aku punya banyak fans!" Hana menimpali sambil tertawa sinis juga.

***

POV Hana

Setelah beberapa hari masuk sekolah, akhirnya ketemu juga sama hari minggu. Rasanya pelajaran di SMK, lebih melelahkan otak dan badanku. Tapi aku suka banget waktu praktek bongkar pasang komputer.

Hari ini pengin banget males-malesan di tempat tidur, tapi Mama selalu bilang, biarpun hari libur, kita harus tetep bangun pagi, dan gak boleh males.

Akhirnya, aku memutuskan untuk bersepeda santai keliling kompleks, dan berhenti di taman kompleks depan perumahan yang aku tinggali. Ramai sekali, apalagi udara di pagi hari masih sejuk banget.

"Aduh, haus nih! Lupa gak bawa minum lagi ... Aku beli aja deh!" Hana menyetandar sepedanya, lalu berjalan ke arah ibu penjual minuman. Ia mengambil air mineral, lalu duduk dan meminumnya beberapa teguk untuk menghilangkan dahaganya.

"Berapa harganya, Bu!" tanya Hana yang sudah minum, tapi belum bayar.

"Lima ribu, Neng!" jawab ibu penjual.

Hana merogoh kantong celananya, namun, ia kaget karena tidak menjumpai uang di kantong kanan dan kirinya. Hana mulai panik dan juga malu, keringat sudah membasahi tubuhnya. Dia tersenyum sambil mengangguk ke arah penjual tersebut. Si penjual ikut tersenyum sambil terus memperhatikan Hana yang terlihat salah tingkah meraba-raba saku celananya, padahal sudah jelas tidak ada isinya.

Tiba-tiba, dari arah samping Hana, ada tangan yang menyodorkan uang sebesar lima ribuan kepada penjual.

"Ini, Bu! Saya yang bayar!" ucap cowok tanpa nama tersebut.

"Terimakasih anak bagus!" jawab penjual diiringi senyuman.

Hana terdiam karena kaget, lalu menengok ke arah cowok yang menolongnya. Cowok tersebut tidak memandang Hana, ia langsung berbalik dan berjalan pergi.

Hana yang masih terdiam lalu sadar, dan mengejar cowok tersebut.

"Eh tunggu!" Hana berlari kecil mengejar cowok tersebut.

"Tunggu dong!" Hana meraih lengan cowok tersebut dengan terengah-engah.

Cowok tersebut kemudian berhenti dan memandang Hana. Mata mereka saling bertemu dan terdiam untuk beberapa saat.

"Ada apa!" tanya cowok tersebut dengan nada datar.

"Makasih yah, udah di bayarin! Aku jadi hutang deh sama kamu!" tutur Hana sambil mengatur nafasnya.

"Sama-sama ... Aku ikhlas bantuin, kamu gak usah ganti, aku pernah ngrasain di posisi kamu tadi!" ucap cowok tersebut tanpa ekspresi.

3. Aku Bukan Artis

"Tapi aku gak enak nih," ucap Hana sambil menggaruk tengkuknya.

"Biasa aja, gak usah sungkan, cuman lima ribu koq. Aku cabut dulu yah!"

Cowok tersebut berlari meninggalkan Hana yang masih mematung di tempat. Ia memandangi kepergian sang cowok, tiba-tiba saja satu pikiran terlintas di benaknya.

"Aduh! Aku bego banget sih! Kenapa gak nanya nama, terus alamat rumahnya. Kan aku bisa main kapan-kapan, sambil balas budi. Biarpun lima ribu juga, itu tetep hutang yang harus di bales kan!" Hana merutuk dirinya sendiri.

Hana lalu mengambil sepedanya dan pulang dengan wajah masam. Sesampainya di rumah, Hana merebahkan tubuhnya di sofa, yang ahirnya membuat ia dimarahi Mama–nya, karena tidak ganti baju dulu dan melepas sepatunya.

"Ya ampunn! Ceri! Kamu itu kebiasaan banget, kalo abis dari mana-mana gak langsung ganti baju, cuci kaki dan tangan, malah langsung rebahan! Bersihin badan dulu, dan ganti baju dulu sana!" ucap Mamanya sambil menarik kaki Hana alias Ceri.

Orangtua Hana memanggil Hana dengan sebutan Ceri, tak lepas dari nama panjangnya yah! Kalo di sekolah, Ceri dipanggilnya Hana.

"Aduh, Mah! Biarin aku isitrahat dulu kenapa sih! Tadi aku tuh abis ngalamin hal yang memalukan!" Hana menutup wajahnya dengan kedua tanganya, lalu membukanya lagi.

"Maksud kamu apa!" tanya Mamanya kemudian duduk di sofa.

"Jadi gini, Mah! Tadi aku goes, lupa gak bawa minum. Lah, aku beli air minum deh, nah, pas udah aku minum dan mau bayar, ternyata aku gak bawa uang, Mah! Coba bayangin gimana rasanya jadi aku, Mah! Mana itu ibu ngliatin mulu!" terang Hana dengan ekspresi serius.

"Aduh, koq bisa sih kamu stledor itu, gak bawa uang! Terus gimana sekarang? minuman–nya udah di bayar belom?" tanya Mamanya sambil menahan tawa.

"Untungya, tadi ada cowok yang nolongin aku, Mah! Di bayarin dulu tuh minuman!"

"Alhamdulillah, jadi gak malu banget kan kamu! Em, cowok itu siapa, Cer?"

"Nah itu dia, Mah! Bodohnya, Ceri gak nanya, namanya siapa, rumahnya dimana. Hemm, gimana mau balas budi kalo kayak gini!" ucap Hana sambil mengusap puncak kepalanya sendiri.

"Siapa tau suatu hari nanti kalian bisa ketemu lagi. Emang tadi ketemu dimana?"

"Di taman komplek depan, Mah!"

"Ohh, kalo ketemunya di situ, bisa jadi dia juga tinggal di perumahan Century, Cer! Cuman beda blok aja sama kita!"

"Bener juga ya, Mah! Ntar sore deh kalo gak besok, aku keliling cari–in dia," ucap Hana sambil menerawang jauh ke depan.

"Semangat banget, jangan-jangan kamu suka pada pandangan pertama, nih!" kata Mamanya sambil menowel dagu Hana.

"Masa baru ketemu langsung suka, yang bener aja dong! Itu namanya suka karena napsu, Mah!" jawab Hana sambil memandang Mamanya.

"Betul kamu, Cer! Pinter!" jawab Mamanya diiringi senyuman dan mengangkat jempolnya.

"Ya donk, anaknya siapa dulu!" jawab Hana.

"Tapi udah deh kamu gak usah nyariin dia, ntar kalo di takdirin berjodoh juga ketemu lagi!" kata Mamanya asal.

"Apa–an sih, malah godain!" jawab Ceri manyun, kemudian ia beranjak dari tempat duduknya.

Sedangkan, Mamanya tertawa melihat tingkah anaknya.

***

Di jam terakhir, semua anak kelas satu TKJ tidak fokus karena merasa ngantuk mendengar penjelasan dari Pak Imam selaku guru komputer.

"Pak!" Hana mengangkat tangan kanannya.

"Iya, ada apa, Hana?" tanya Pak Imam.

"Kenapa penjelasan–nya gak sama praktek aja, Pak! Supaya kita gak bosen, dan cepet konek!" Hana mencoba memberi usul.

"Benar juga! Tapi, karena waktu kita tinggal 15 menit lagi, jadi tidak memungkinkan yah!"

"Oohhh!" jawab Hana menganggukan kepalanya.

Lima belas menit berlalu, bel sekolah pun berbunyi, tanda pelajaran telah selesai. Semua murid merapihkan peralatan belajarnya, dan siap untuk pulang.

Di depan kelas TKJ, seperti biasa para Fans menunggu Hana, dan di situ juga ada Samuel. Pak imam yang kebetulan keluar lebih dulu menggeleng-geleng kan kepalanya melihat deretan para cowok dari berbagai kelas menunggu Hana keluar.

"Astagfirulloh! Ngapain kalian di sini? Pacar kalian emangnya di sini semua?" tanya Pak Imam heran.

"Hehehe! Iya, Pak!" jawab Fans Hana serempak.

"Boleh pacaran, tapi jangan kebablasan yah! Dan jika kalian ketauan melakukan hal yang tidak baik. Siap-siap kalian akan di keluarkan. Lagi pula, masa-masa kalian ini harusnya dimanfaatkan untuk belajar, bukan pacaran! Pacaran hanya untuk orang-orang yang sudah siap menikah! Karena godaan syetan itu banyak!" ucap Pak Imam seperti Guru Agama.

"Iyaaaa, Pak!" jawab Fans Hana serempak.

Pak imam yang masih keheranan kemudian pergi dari sana, meninggalkan para murid yang somplak. Siswa TkJ akhirnya bisa keluar setelah Pak Imam pergi.

"Duh, ngapain sih, mereka di sini!" kata Hana dalam hatinya.

"Han, ada oppa Siwon juga tuh!" kata Yusi sambil menyenggol lengan Hana.

"Apaan sih, Yus! Aku risih tau, sama mereka semua!" jawab Hana lirih, dengan kesal.

Damar menghampiri Yusi dan Hana yang masih berdiri diambang pintu. Sementara, Cantika tampak cemburu melihat banyak kaum Adam yang suka dengan Hana. Apalagi, Samuel, incarannya, juga suka dengan Hana.

"Awas aja kalo Samuel, dia embat juga!" kata Cantika dalam hatinya.

"Hay, Hana!" sapa Samuel dengan senyuman manisnya.

"Hello, My princes!" Fans Hana menyapa serempak dengan senyuman yang terus mengembang di bibir mereka.

Hana tersenyum kecut memandang para Fans–nya. Sementara Damar dan Yusi saling menyenggol lengan dan menahan tawa, melihat pemandangan yang ada di depan mereka.

"My Princes, gimana kalo kita pulang bareng!" kata salah satu Fans.

"My Princes, jika mau pergi kemana saja akan kami antar, minta apa saja, akan kami turuti," ucap salah satu Fans.

"My Princes, jangan sungkan untuk meminta bantuan kami," ucap salah satu Fans.

"My Princes, kami punya julukan untuk kami para fans mu, yaitu .... "

"Aduuuhhh! Kalian lebay banget sih! Aku tuh bukan artis, aku gak butuh Fans," ucap Hana dengan wajah keheranan.

"My Princes, jangan bicara seperti itu, bagi kami, My Princes seperti bidadari penyemangat. Jangan pernah minta kami untuk berhenti mengikutimu!" ucap ketua Fans Hana dengan tatapan sedih.

"My Princes, kita akan perkenalan terlebih dahulu ... Namaku ...."

"Cukup, cukup ... Oke, My Fans, please minggir dulu, yah! Aku mau pulang soalnya," Hana meringis di depan para Fansnya.

Mendengar perintah dari Hana, para Fans Hana kemudian berjajar berderet sambil memberi hormat, dan membuka jalan untuk Hana.

Samuel, Damar, dan Yusi hanya menahan senyum dan tawa mereka.

Hana lalu berjalan sambil memandangi para Fansnya satu persatu dengan senyuman supaya terlihat ramah. Di belakang Hana, Samuel, Damar dan Yusi mengikuti langkahnya.

"Hati-hati di jalan, My Princes, We love you!" teriak semua Fans Hana.

Yusi, Samuel, dan Damar, tertawa terbahak mendengar teriakan dari Fans Hana. Hana merasa malu kemudian ia mempercepat langkahnya.

Sementara itu, Cantika melewati para Fans Hana dan berkata, "Kalian itu norak banget sih! cupu-cupu! Ngapain juga jadi fansnya si Hana yang sombong itu! Eh, dengerin yah, aku, dulu satu sekolah sama Hana, dia itu pacarnya banyak, suka gonta ganti pasangan! Dan dia itu ...."

Belum selesai bicara, para Fans Hana memotong.

"Mari kita cabut, guys!" ucap ketua Fans mengkoordinasi anggotanya untuk pergi meninggalkan Cantika. Cantika hanya bisa melongo melihat Fans Hana pergi, tanpa merespon kalimatnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!