NovelToon NovelToon

Cinta Kedua Untuk Ardian

Awal

Cinta kedua untuk Ardian.

Sebuah gedung tertinggi yang berada di kota B, membuat orang-orang berhenti untuk melihat gedung itu. Bukan hanya sekedar melihat atau mengagumi, tapi mereka juga berpikir. Kapan mereka akan berada di gedung itu, untuk berkerja.

Orang begitu sangat mengharapkan, agar mereka bisa masuk kedalam gedung tertinggi itu. Karena gedung itu adalah perusahaan terkenal, seperti perusahaan ternama lainnya, yang banyak orang tujuh setiap mereka ingin bekerja. Bahkan setiap tahunnya banyak orang-orang yang mengantri, agar bisa masuk kedalam. Orang-orang sangat menantikan keberuntungan mereka, agar bisa masuk sampai kedalam sana.

Suara klakson mobil, membuat beberapa orang yang sedang berada disekitar gedung itu banyak yang bergeser, untuk memberikan jalan ke mobil mewah berwarna hitam bermerek L**us. Orang-orang yang berada diluar gedung, menatap kagum kearah mobil, yang mereka yakini adalah mobil sang pemilik perusahaan.

Sampai mobil tadi berhenti didepan lobby, yang sudah berdiri dua orang pria, yang terlihat sangat sangar, mengunakan stelan hitam. Bahkan wajah mereka tidak terlihat tersenyum sama sekali.

Tuk

Tuk

Suara sepatu pantofel, saat orang didalam mobil itu keluar dari mobil mewahnya, yang membuat orang-orang di sana banyak yang memerhatikan mobil tadi, karena mereka menunggu sang pemilik mobil keluar, apalagi kedatangan orang yang dari tadi mereka tunggu kedatangannya.

Mobil yang tadi berhenti, kini kembali bergerak menjauhi tempat itu dan terlihatlah pria dengan tubuh tegap, dengan balutan setelan jas mahal berwarna abu-abu. Tinggi badannya sekitar 185cm, yang sedang berdiri dengan gagahnya. membuat orang-orang disana semakin mengagumi ketampanan pria itu, apalagi para kaum wanita.

"Tampan sekali, rasanya aku ingin berada disisinya."

"Pasti beruntung benget ya orang yang bisa berada di sampingnya."

"Mas, pilih aku sebagai istrimu."

Sorak-sorai dari orang-orang di luar sana, membuat pria itu membuka kaca mata hitamnya. Dengan bola mata berwarna abu-abunya, dia menatap orang-orang di luar sana, yang sedang memuji dan mengagumi nya. Pria itu tersenyum miring saat melihat para wanita yang begitu sangat mengaguminya, sampai-sampai sorak-sorai mereka terdengar sampai di kupingnya.

"Begitu sangat tidak tau malu." Gumam pria itu menatap tidak suka kearah wanita, yang tadi membicarakannya."Apakah mereka sedang mengantri menunggu ku seperti kemarin?"

"Tentu tuan. Seperti hari-hari biasanya, Mereka akan selalu menunggu anda, tuan."

"Ternyata, wanita-wanita mur ahan seperti mereka, sangatlah suka menjajakan tubu hnya kepadaku. Lihatlah, biarpun kalian mengusir mereka setiap hari, mereka akan selalu datang, untuk menungguku." Ucap pria itu kembali."Usir mereka dan berikan mereka peringatan! Kalau Saya paling tidak suka, ada orang yang tidak memiliki kegiatan apapun berdiri didepan kantor ku. Beritahu juga mereka, kalau besok saya tidak ingin melihat wajah mereka lagi!" Perintah pria kembali. Setelah memerintahkan bawaannya, dia kembali meneruskan langkahnya, untuk masuk kedalam kantor. Pria itu juga tidak lupa memasang kaca mata hitamnya, yang kini bersandar di hidung mancungnya.

Para karyawan ataupun karyawati banyak menundukkan kepalanya saat melihat kedatangan pria itu, Apalagi dia adalah bos disini.

"Pak CEO selalu tampan ya?" Bisik karyawati ke temannya, saat melihat pria itu melewati mereka.

"*Iya pak CEO, selalu tampan. Aku jadi makin betah disini, walaupun kadang pak CEO galak. Tapi ngga apa-apa, asal selalu melihat wajah tampan pak CEO, aku akan selalu betah berkerja disini." Sambung karyawati satunya*.

"Kalian terlalu banyak menghalu. Mana mungkin pak CEO mau sama kalian, apalagi pak CEO memiliki kriteria wanita nya seperti apa. Tapi bukan seperti kalian ya." Sambung karyawati, yang tiba-tiba saja ikut gabung bersama kedua karyawati tadi.

"Emangnya wanita yang pak CEO itu suka, seperti apa sih? Mungkin saja kami bisa berubah seperti kriteria, yang pak CEO suka."

"Lebih baik ngga usah. Aku saranin kalian buat mundur, soalnya kalian nggak bakalan sampai."

"Emangnya kenapa."

"Yang aku dengar, pak CEO menyukai wanita yang sekasta dengannya. Yang Memiliki wajah cantik dan juga dari keluarga pengusaha sepertinya. Emangnya kalian masuk kedalam kriteria, yang pak CEO, mau?"

"Kalau itu mah, gue mundur. Tapi gue pernah denger, kalau pak CEO itu adalah sang Casanova, yang suka sekali bergonta-ganti wanita. Walaupun gue ngga bisa mendapatkan pak CEO lewat kriteria nya, tapi gue bisa mendapatkan pak CEO, lewat ran jang nya, iyakan." Jawab karyawati itu dengan rasa percaya diri terlalu berlebihan.

"Ckckck, ngga usah gila ya lo, Mending Lo kerja, Jangan aneh-aneh." Sambung karyawati satunya yang tidak suka dengan ucapan temannya itu.

"Daripada Lo berpikir seperti itu, mending Lo banyak-banyak perbaiki diri." Sambung karyawati satunya, yang sama-sama tidak suka dengan pikiran temennya itu."Daripada lo bicarakan yang nggak-nggak, mending kita kerja lagi." Kedua karyawati itu langsung melangkah meninggalkan karyawati tadi, yang masih saja diam ditempatnya.

"Pokoknya, apapun yang terjadi. Gua akan tetap mendapatkan mu, pak Ardian Natan Ronaltan. Walaupun gue harus menjadi wanita mal am sekalipun." Gumam karyawati itu, lalu melangkah meninggalkan tetap tadi untuk melanjutkan pekerjaannya.

Ya, perusahaan itu adalah perusahaan milik Ardian Natan Ronaltan yang berada di kota B. Naltan grup, adalah perusahaan terbesar di kota B. Ardian juga adalah pengusaha terkaya dan juga terhebat, nomor tiga setelah Fazar memasuki urutan ke dua, satu bulan yang lalu. Posisi ini membuat para wanita semakin mengejarnya. Apalagi setelah mereka mendengar kalau kedua pewaris perusahaan Al grup ternyata sudah menikah.

Siapa sih, yang tidak akan jatuh cinta dengan pesona pria berusia tiga puluh dua tahun itu. Sudah tampan, kayak lagi. Makanya setiap orang pasti akan mencari kesempatan untuk mendapatkannya. Walaupun mereka harus menjadi teman ranj ang nya. Terdengar gila, tapi itulah wanita yang suka mengejar Ardian.

.

Masih berada di gedung yang sama, tepatnya lantai paling atas, di ruangan CEO.

Ardian yang sedang duduk di kursi kebesarannya, sedang membaca dan juga menandatangani beberapa dokumen, yang sudah menumpuk di atas meja kerjanya. Walaupun terlihat muda. Tapi mengerjakan dokumen itu, tidak semudah yang kita lihat. Karena Ardian, harus membaca beberapa kali, barulah dia menandatanganinya.

Mayla

Tiba-tiba saja nama itu hadir di kepala Ardian, yang Membuat Ardian harus menghentikan tangannya saat akan menandatangani satu dokumen lagi.

"Huuu, kenapa harus namamu yang harus hadir di kepala ku, Mayla?" Gumam Ardian melepaskan pulpen dari tangannya."Aku sudah berhasil melupakan mu. Tapi kenapa namamu harus kembali hadir, Padahal Selama sembilan tahun aku berhasil melupakanmu?" Gumam Ardian yang terlihat seperti sedang frustrasi.

Ya, selama beberapa bulan ini, Ardian selalu mengingat nama mantan istrinya. Padahal dia sudah berhasil melupakannya selama sembilan tahun ini. Tapi entah kenapa nama itu harus hadir kembali setelah sembilan tahun lamanya.

Nama seorang wanita yang berhasil, membawanya kejalan yang salah. Jujur sebenarnya dia ingin bertemu kembali dengan mantan istrinya itu, tapi mengingat kesalahan yang pernah mantan istrinya lakukan, membuat Ardian ingin melupakannya, terus dan terus, Sehingga nama itu hanya ada kebencian saja.

"Aku membenci mu, Mayla. Aku begitu sangat membencimu." Ardian berdiri dari duduknya, mendekati jendela yang begitu sangat besar di ruangannya, Yang memperlihatkan keindahan diluar sana."Kamu sama seperti diluar sana Mayla, sedangkan aku gedung ini. Terlihat sangat cantik jika aku melihatmu dari dari atas ini, tapi kamu begitu sangat susah untuk aku gapai. Keindahanmu, hanya bisa membawa kematian dan juga kekecewaan, jika aku terus mengejar mu." Gumam Ardian menatap luar, yang terlihat sangat indah jika di lihat dari atas ketinggian.

Ada rasa rindu dalam lubuk hati Ardian yang terdalam, tapi ia juga tidak bisa bertemu dengannya. Rasanya Ardian ingin memeluk wanita yang dia cintai, tapi itu tidak akan mungkin. Karena wanita itu seperti hilang ditelan bumi setelah kepergiannya sepuluh tahun yang lalu.

Tok

Tok

Tok

Suara ketukan pintu, menyadarkan Ardian dari ke terdiam nya. Tapi Ardian tidak meninggalkan posisinya, karena masih betah berdiri di jendela berukuran besar itu."Masuk!" Orang yang mendengar perintah dari Ardian untuk masuk, melangkahkan kakinya memasuki ruangan itu.

"Jidan, apakah kamu sudah menemukan keluarga dari gadis kecil itu?" Tanya Ardian sambil berbalik menghadap sekretarisnya, karena Ardian tau siapa yang masuk kedalam ruangannya selain sekretarisnya.

"Hmm, belum tuan. Saya sudah mencoba menyelidiki siapa sebenarnya Harum. Tapi semua data tentang gadis kecil itu hilang. Seperti sengaja disembunyikan." Jelas Jidan, sambil memberikan beberapa kertas kepada Ardian.

"Aku yakin, kalau itu pasti kelakuan adik iparmu!" Jawab Ardian sambil mengambil kertas itu dari tangan Jidan. Ardian sudah menebak, kalau semua informasi tentang Harum, pasti sudah disembunyikan oleh Fazar. Karena Ardian tau, kalau Fazar tidak ingin ada yang mengusik keluarga kecilnya apalagi anak angkatnya itu.

"Sepertinya begitu tuan." Jawab Jidan yang sedikit gugup saat bos nya itu menebak dengan benar, siapakah yang menyembunyikan identitas anak angka adiknya.

"Kenapa kamu tidak mengorek informasi dari adikmu saja? Bukannya dia istrinya Fazar?"

"Tapi saya tidak bisa melakukan itu tuan."

"Kenapa? Apakah kamu takut?"

"Lebih tepatnya sih gitu tuan. Saya takut mengganggu kebahagiaan adik saya, dengan cara mencari informasi tentang siapa gadis kecil itu." Jawab Jidan jujur.

"Ck, ternyata kamu kakak ipar yang payah! Masa takut sama adik ipar mu!" Decak Ardian menggelengkan kepalanya, karena heran dengan sekretarisnya itu."Kamu harus tau. Kalau Fazar tidak akan berani menyakiti istrinya apapun yang terjadi. Karena sekarang, privasi pertamanya adalah istrinya dan juga anak-anaknya. Jadi ngga apa-apa kamu mencari tau, siapa gadis kecil itu."

"Saya akan mencoba mencari tau lagi tuan, semoga saja kali ini saya mendapatkan informasi tentang gadis kecil itu."

"Bagus, jangan takut sama Fazar, Karena disini aku bosmu! Apa kamu mengerti!"

"Baik tuan, saya mengerti." Jawab Jidan sambil menundukkan kepalanya.

Ardian mulai membaca dengan teliti, informasi yang dia dapatkan dari anak buah nya. Informasi tentang Harum, walaupun sedikit. Sepertinya itu sangatlah berharga untuk Ardian.

"Apakah Harum memiliki Tante di kota S?"

"Saya kurang tau tuan, tapi kata agen yang mencari tau tentang kehidupan Harum, begitu tuan."

"Apakah mereka mendapatkan informasi dimana sekarang tantenya, Harum berada?"

" Tidak ada tuan." Ardian semakin kesal mendengar jawaban Jidan.

"Ck, mereka benar-benar sangat payah! Masa mencari tau tentang kehidupan gadis kecil itu, kalian tidak becus! Seharusnya perkara ini sangatlah mudah untuk kalian, Masa informasi dari gadis kecil itu kalian tidak bisa mendapatkannya!" Decak kesal Ardian."Aku tidak mau tau! Mereka harus mendapatkan informasi lainnya dua jam lagi! Kalau nggak, kepala kalian yang akan terbang!" Ancam Ardian yang sepertinya tidak akan main-main dengan ancamannya itu.

"Baik tuan, saya akan mengabari mereka!" Jawab Jidan, yang ikut takut dengan wajah marah Ardian. Bagaimanapun, ancaman bos nya selalu terjadi. Karena satu minggu yang lalu, Ardian baru saja memotong satu jari anak buahnya, karena tidak becus mencari informasi tentang seseorang. Yang Jidan yakini adalah mantan istri bos nya

"Aku tidak tau tuan, ada hubungan apa anda dengan gadis kecil itu. Tapi saya yakin kalau kalian pasti memiliki hubungan dekat, mengingat wajah anda dan gadis kecil itu persis. Apalagi tuan suka sekali bergonta-ganti pasangan." Batin Jidan."Astaghfirullah, maafkan aku ya Allah, yang mengingat aib orang, sedangkan aku tidak tau aib ku seperti apa." Batin Jidan merasa bersalah karena mengingat aib bos nya sedangkan dia lupa dengan kesalahannya.

"Apa yang terjadi denganmu Ardian, kenapa kamu memikirkan tentang gadis kecil itu?" Batin Ardian mengusap wajahnya dengan kasar. Entah kenapa, setelah kejadian dimana Ardian mengetahui kalau ternyata Harum bukanlah anak dari Fazar, atupun tuan Aslan. Ardian terus mencari informasi tentang gadis kecil itu.

Ardian merasakan sesuatu, yang dia sendiri tidak tau perasaan apakah itu. Makanya sampai sekarang Ardian, sedang berusaha untuk mendapatkan informasi dari gadis kecil itu.

...----------------...

Ini bukan hanya kisah cinta Ardian aja ya. Tapi disini juga kita akan mengetahui kisa cinta sekretarisnya, Jidan.

Simak biar ngga penasaran.

Harap bijak dalam membaca, karena banyak typo yang bertebaran.

Salam manis dari author 😘

Pertemuan

Cinta kedua untuk Ardian.

"Tuan, saya mendapatkan kabar dari orang suruhan anda. Kalau mereka sedikit mendapatkan informasi dari gadis kecil itu." Ucap Jidan saat mendapatkan pesan dari orang suruhan Ardian. Padahal baru enam jam tadi dia menyuruh orang suruhan tuannya itu, untuk mencari tau tentang gadis kecil, yang selama beberapa bulan ini menganggu mereka. Karena Ardian memaksa mereka untuk mencari tau tentang gadis kecil itu, tapi sampai sekarang tidak ada titik terang yang jelas, untuk mereka laporkan.

"Ini sudah jam berapa?! Aku meminta mereka untuk menemukan informasi gadis kecil itu dua jam! Tapi mereka malah menemukan nya setelah enam jam! Memang mereka benar-benar payah! Percuma aku membayar mereka!" Ya, ucapan yang selalu sama, yang Jidan dengar selama beberapa bulan ini jika mereka selalu gagal mendapatkan informasi tentang orang-orang yang tuan nya cari.

Karena setelah hari dimana Fadil pertunangan, mereka sudah di suruh untuk mencari informasi tentang gadis kecil itu. Tapi, sampai sekarang mereka belum menemukan informasi sama sekali. Karena informasi tentang gadis kecil itu, sengaja di sembunyikan oleh orang dan Jidan yakin, Itu pasti kelakuan adik iparnya.

"Maaf tuan, tapi mereka juga sangat kesulitan untuk mencari informasi tentang gadis kecil itu. Ini saja, secara kebetulan mereka mendapatkannya." Jelas Jidan.

"Emangnya, informasi apa yang mereka dapatkan sampai butuh waktu yang sangatlah lama. Kamu tau Jidan, aku hampir tidak melakukan apapun, hanya untuk menunggu informasi mereka!" Kesal Ardian.

"Maaf tuan, Tapi hanya itu yang bisa saya laporkan." Jawab Jidan apa adanya.

"Baiklah, cepat katakan. Informasi apa yang mereka dapatkan hari ini?"

"Kata orang suruhan anda. Mereka menemukan, Kalau gadis kecil itu baru saja melakukan konsultasi dengan psikolog. Itu artinya, gadis kecil itu memiliki kelainan mental."

" Kelainan mental? Apakah mereka menemukan sesuatu? Kenapa gadis kecil itu bertemu dengan psikolog?"

"Tidak tau tuan. Mereka tidak menemukan informasi apapun, karena tuan Fazar telah menfarivasi semuanya." Jawab Jidan sedikit takut-takut.

"Kurang ajar! Berani sekali kamu Fazar, telah menyembunyikan semua informasi gadis kecil itu. Apakah kamu memiliki rahasia, soal gadis kecil itu, sampai-sampai semua informasinya kamu sembunyikan." Geram Ardian begitu sangat kesal sekarang. Hampir berbulan-bulan mencari tau, tapi dia baru mendapatkan dua informasi saja hari ini. Tapi informasi yang dia dapatkan seakan tidak memuaskannya."Jidan, siapkan jet pribadi! Karena, kita akan terbang ke kota S, sore ini juga!"

"Baik tuan, saya akan menelfon pilotnya untuk menyiapkan semuanya, karena kita akan terbang sore ini juga." Jawab Jidan.

"Bagus, aku tidak suka menunggu lama!" Setelah mengatakan itu, Ardian langsung melangkah keluar dari ruangannya tanpa berpamitan. Sedangkan Jidan hanya bisa menghembuskan nafasnya, karena tingkah tidak sabaran dari tuannya itu.

Ya, selama satu tahun menjadi sekertaris dari Ardian. Jidan mulai mengetahui beberapa sifat tuanya itu. Kadang tuanya akan bersikap baik, tidak sabaran dan paling jeleknya, apa yang dia inginkan harus dia dapatkan sekarang, dan Jidan sudah beberapa kali mendapatkan amukan Ardian karena permintaannya tidak tercapai.

"Anda begitu sangat tidak sabaran tuan. Tapi sebenarnya anda sangat baik. Anda berubah karena masalalu anda, yang membuat anda jahat seperti sekarang." Batin Jidan menatap kearah pintu yang sudah tertutup.

.

.

Hanya membutuhkan waktu setengah jam, Ardian telah sampai di kota S dan dengan tidak sabarannya Ardian langsung pergi kerumah sakit terbesar di kota S. Mungkin perjalanan kali ini Ardian tempuh dengan waktu satu jam, karena dari bandara ke rumah sakit itu membutuhkan waktu yang lumayan lama.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, sekarang Ardian dan juga Jidan sudah berdiri, didepan ruangan psikolog yang Harum datangi tadi siang. Tepatnya rumah sakit terbesar, milik keluarga Fazar, yang berada di kota S.

"Tuan, apakah anda yakin ingin masuk kedalam? Kalau anda mau, biar saya saja yang menggantikan anda." Tanya Jidan, karena Jidan paling tau. Kalau bos nya itu, paling tidak suka bertemu dengan psikolog atau psikiater.

"Tidak perlu Jidan, aku masih bisa sendiri, kamu tunggu lah diluar." Jawab Ardian menolak tawaran sekertaris nya itu."Nanti, kalau aku butuh sesuatu, aku akan memanggil mu."

" Baiklah tuan." Setelah mendapatkan jawaban dari sekretarisnya, Ardian melangkah masuk kedalam ruangan dokter psikolog. Ardian juga sudah membuat janji dengan dokter didalam, jadi aman-aman saja kalau memasuki ruangan itu.

Sedangkan didalam ruangan, terdapat seorang wanita yang mengunakan jas berwarna putih. Wanita itu sedang lihai menulis sesuatu, disebuah kertas putih.

Tok

Tok

Tok

Ketukan pintu, membuat wanita itu menghentikan kegiatannya."Masuk!" Suruh nya. Perlahan-lahan pintu terbuka dan menampilkan seorang pria yang melangkah masuk kedalam, dengan mata yang terus menatap kearahnya.

"Dokter Melisenda." Gumam Ardian menatap nama yang terpasang di jas sebelah kiri, bahkan nama itu terlihat sangat jelas."Benarkah, dia dokternya? Tapi kenapa terlihat sangat cantik dan masih muda? Berbeda sekali dengan apa yang aku pikiran tadi?" Batin Ardian menatap dokter Melisenda, tanpa berniat untuk duduk.

Ya, dokter yang Ardian akan temui adalah dokter Melisenda. Dokter yang mengobati Harum, dan sekarang menjadi dokter yang mencoba untuk mengobati mental Harum yang rusak.

"Apakah benar, dengan tuan Ardian?" Tanya dokter Melisenda menyadarkan Ardian dari keterdiamnya."Silahkan duduk tuan." Suruh dokter Melisenda, sambil menunjuk kursi dengan tangannya.

"Ahhh, iya. Maaf dokter." Untuk pertama kalinya, selama sepuluh tahun, Ardian mengatakan maaf kepada seseorang. Padahal Ardian paling tidak suka mengatakan maaf. Tapi malam ini sedikit berbeda. Mungkin biasanya kata maafnya hanya keluar, saat dia bertemu dengan Harum tapi tidak dengan kali ini.

"Maaf tuan, apa yang membuat anda datang kemari. Apakah anda merasakan sesuatu, atau mungkin keluarga anda." Tanya dokter Melisenda dengan sopan sambil menatap Ardian.

"Ehmm, sebenarnya saya datang kesini untuk berkonsultasi tentang trauma saya dokter." Ucap Ardian tanpa dia sengaja, padahal niatnya kesini untuk menayangkan perihal Harum. Tapi entah sihir dari mana, Ardian benar-benar datang untuk berkonsultasi." Dasar bodoh kamu Ardian! kamu datang kesini untuk menanyakan informasi tentang Harum. Tapi kenapa, kamu malah ingin terapi!" Gerutu Ardian didalam hatinya yang merasa kesal dengan dirinya sendiri, karena tidak bisa melihat wanita bening sedikit. Setiap Ardian melihat wanita yang bening, pasti Ardian langsung menginginkannya.

"Tuan Ardian, apakah anda baik-baik saja? Tanya dokter Melisenda khawatir saat melihat pasiennya itu hanya diam saja, tanpa merespon ucapannya.

Lagi-lagi, Ardian sadar dari keterdiamnya, Saat dokter Melisenda memanggilnya dengan lembut.

"Rasanya aku ingin membawanya, kedalam kung kunganku." Batin Ardian yang sepertinya membangkitkan jiwa cassanovanya saat mendengar suara lembut dari dokter Melisenda.

"Tuan, apakah anda baik-baik saja?!" Karena khawatir, dokter Melisenda melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Ardian, yang membuat pria itu kembali sadar dari keterdiamnya untuk yang kesekian kalinya.

"Iya dokter, saya baik-baik saja." Jawab Ardian dengan gugup.

"Apakah yang anda rasakan tuan, sampai membawa anda sampai kesini?

Ada rasa bingung dalam hati Ardian, karena dia bingung ingin mengatakan apa. Jika dia boleh jujur, Ardian selalu merasa takut kehilangan, karena selama bertahun-tahun ini dia memiliki ketakutan, untuk serius kepada wanita. Setiap Ardian mencoba serius dengan satu wanita, Ardian tidak bisa melakukan itu.

Bayangan, dimana dia melihat Nadila berc inta dengan seorang pria, dan bayangan dimana dia melihat istrinya berci nta dengan pria asing, membuat Ardian susah untuk tidur. Bayangkan itu seakan berputar-putar di kepalanya saat dia ingin serius dengan wanita lain.

"Maaf dokter, saya tidak jadi untuk berkonsultasi!" Ardian berdiri dari duduknya, lalu meninggalkan ruangan dokter Melisenda. Saat mengingat wanita yang masih berstatus sebagai istrinya bersama dengan orang lain. Bayangan itu seakan menghantui nya setiap saat, apalagi saat nama Mayla kembali hadir.

Sedangkan dokter Melisenda, hanya menatap punggung pria itu dengan bingung. Karena pria itu pergi begitu saja, tanpa berkonsultasi terlebih dahulu.

"Apakah pria sepertinya bisa memiliki trauma?" Batin Melisenda menghembuskan nafasnya. Dari orang-orang yang dia temui, jarang pria dewasa yang ingin berkonsultasi, karena dokter Melisenda ingat. Kalau parah pria lebih banyak memendam masalahnya, dari pada bercerita, seperti kaum wanita.

🍃🍃🍃🍃🍃

"Baik, Bu. Nanti Jabir singgah kerumah." Ucap Jidan, yang sekarang sedang menerima telepon dari ibunya.

"Bang Jabir, kalau pulang kerumah, jangan lupa bawakan nasi goreng." Ucap seseorang di seberang sana dengan suara cemprengnya.

"Iya, Airin. Nanti Abang belikan. Kalau Ara mau beli apa?"

"Kata kak Ara, dia mau beli nasi goreng, sama batagor bang." Jawab Airin mewakilkan Azra, karena Jidan tau. Kalau adik perempuannya itu sangatlah dingin, berbeda sekali dengan Wiyah dan juga Airin yang cerewet.

" Baik-baik, nanti Abang belikan. Bagaimana kalau kak Jami dan kak Jaiz, mereka mau beli apa?" Tanya Jidan kembali, karena tidak mendengar suara adik kembarnya.

"Di samain aja bang!" Jawab di seberang sana seperti sedang berteriak.

"Baiklah, nanti Abang belikan." Setelah mendapatkan jawaban dari adik-adiknya, Jidan mematikan sambungan telponnya.

" Ayah, Ayah tenang saja, Mereka akan baik-baik saja disini bersama dengan kami. Aku berjanji akan menjaga mereka seperti keinginan ayah dulu." Lirih Jidan mengingat almarhum ayahnya, yang kini sudah tenang di sisinya."Ya ampun aku sampai meninggal tuan Ardian di ruangan itu. Pasti tuan Ardian akan marah, karena aku meninggalkan nya sendiri." Ucap Jidan yang baru mengingat, kalau tuanya sekarang masih berada di ruangan psikolog. Karena terlalu fokus dengan telfonnya, dia sampai melupakan tuan nya itu.

Jidan melangkah dengan terburu-buru, melewati koridor rumah sakit. Sangking, terburu-buru nya, Jidan sampai tidak melihat kearah kanan atupun kiri. Sampai.

Buukk

Jidan tidak sengaja menabrak seseorang, yang membuat barang-barang yang di bawah orang itu langsung jatuh berhamburan kelantai.

"Maaf, nona. Saya terlalu buru-buru tadi, sampai tidak sengaja menabrak anda." Ucap Jidan, membantu mengambil buah-buahan yang jatuh keatas lantai satu bersatu.

"Tidak apa-apa ma, Saya juga tadi terburu-buru sampai tidak melihat jalan." Mendengar suara yang sepertinya tidak asing ditelinga nya, Jidan mengangkat kepalanya untuk melihat siapakah orang yang tidak sengaja ia tabrak tadi.

" Kamu?"

...----------------...

Cinta kedua untuk Ardian

Cinta kedua untuk Ardian.

"Kamu?" Gadis itu mengakat kepalanya, saat pria yang tadi dia tidak sengaja menabraknya menegurnya. Sebenarnya dari tadi, gadis itu merasa tidak asing, saat mendengar suara pria itu. Tapi dia membuang jauh-jauh pikirannya, karena berpikir kalau suara orang itu hanya mirip saja.

" Jabir?" Gadis yang tidak lain adalah Yaya, begitu sangat terkejut saat melihat Jidan, pria yang selalu dia hindari. Tapi secara tidak sengaja mereka dipertemukan kembali." Kenapa, kamu bisa ada disini?" Dengan terburu-buru, Yaya mengambil buah-buahan itu, karena Yaya ingin cepat-cepat menghindari Jidan. Takut kalau kehadirannya membuat pria itu semakin tidak suka padanya.

Sedangkan Jidan, hanya menatap gadis itu dengan datar, tanpa berbicara sama sekali. Jidan juga sebenarnya terkejut, saat melihat kalau gadis yang tidak sengaja menabraknya tadi adalah Yaya. Tapi keterkejutannya bisa dia tutupi lewat wajah datarnya.

"Terimakasih Jabir, sudah membantuku, memungut buah-buahan ini, dan maaf aku tidak sengaja menabrak mu tadi. Karena aku sedang terburu-buru." Ucap Yaya menahan kecanggungan nya."Kalau gitu, aku duluan Jabir." Yaya membawa buah-buahan itu sedikit kesusahan sambil meneruskan langkahnya, saat dia tidak mendengar jawaban dari pria itu."Kamu terlihat sangat dingin Jabir, berbeda dengan yang dulu." Batin Yaya sedih mengingat Jidan tidak menjawab setiap ucapannya.

Sedangkan Jidan. Dia hanya berdiri ditempatnya, sambil menatap Yaya, yang terlihat kesusahan saat membawa buah-buahan itu, karena kantong plastik yang Yaya bawah, sepertinya sedikit robek.

Entah Yaya beli dimana buah itu, sehingga mendapatkan kantong plastik, bukan tas seperti didalam mall. Tapi Jidan tidak ingin memikirkan tentang kantong plastik yang Yaya bawah. Karena dia tertuju pada satu, Yaitu membantu Yaya yang sedang kesusahan sekarang.

Karena kasian atau bagaimana, Jabir melangkah mendekati Yaya, lalu mengambil barang yang Yaya bawah dengan cara merebutnya, tanpa mengatakan apapun."Ck, kenapa kamu masih ingin menolongnya Jidan? Padahal jelas-jelas disini, kamu sedang mencoba untuk menghindarinya dan juga melupakannya!" Batin Jidan menyalahkan dirinya, karena kebodohannya yang telah menolong Yaya."Tapi ngga apa-apa Jidan. Anggaplah kamu sedang membantu orang yang sedang membutuhkan." Batin Jidan. Jujur, sebenarnya Jidan ingin menjauhi Yaya, karena dia tidak ingin berhubungan lagi dengan gadis itu. Tapi melihatnya kesusahan seperti tadi. Membuat Jidan jadi tidak tega. Makanya dia membuang egonya jauh-jauh untuk membantu gadis itu.

"Jabir, tidak usah aku bisa sendiri." Yaya mencoba untuk merebut barang yang diambil oleh Jidan dengan paksa tadi, karena Yaya tidak ingin merepotkan pria itu."Jabir!" Pria itua seakan tuli dan hanya diam, sambil melanjutkan langkahnya tanpa merespon ucapannya."Dasar pria keras kepala, menyebalkan, kamu Jabir!" Gerutu Yaya, yang terpaksa mengikuti langkah Jidan dengan wajah kesalnya.

Saat Yaya sedang menggerutu sendiri, tanpa Yaya sadari kalau Jidan menghentikan langkahnya. Yang membuat Yaya tidak sengaja menabrak punggung pria itu, karena jalan tidak lihat-lihat.

"Aduh keningku." Aduh Yaya sambil mengelus-elus keningnya yang terasa sakit akibat berbenturan dengan punggung besar Jabir."Jabir, kenapa berhenti ngga bilang-bilang sih." Omel Yaya kesal menatap pria didepannya, yang kini sudah berbalik menatap kearahnya. Tanpa Yaya sadari kalau Jidan tersenyum kecil saat mendengar omelan nya barusan.

"Kamu masih terlihat sama Yaya, suka sekali mengomel kalau hal kecil seperti ini." Batin Jidan, tanpa sadar tersenyum kecil."Astaghfirullah Jidan, ingat. Kamu tidak boleh mengagumi nya lagi, karena disini kamu sedang berusaha untuk menghindari nya, dan kamu menolongnya hanya karena kasian." Ucap Jidan ingat tujuannya. Jidan kembali menormalkan perasaannya, walaupun jujur itu tidak akan bisa." Yaya, semua buah ini akan kamu bawa kemana?"

" Ya ampun, aku sampai lupa memberitahukanmu ya." Ucap Yaya menepuk keningnya."Tolong antarkan buah-buah ini, keruangan VVIP, di lantai atas, Jabir. Soalnya papi dirawat di lantai atas." Jelas Yaya.

"Tuan Dirga sakit?"

"Iya papi lagi sakit. Tadi malam kadar gula papi naik." Jawab Yaya sambil meneruskan langkahnya, kearah lift."Maaf ya Jabir, aku malah merepotkan mu. Padahal aku tau kalau kamu pasti sedang sibuk sekarang."

"Tidak apa, aku hanya ingin membantu saja." Jawab Jidan pura-pura tidak perduli saat gadis itu tersenyum padanya, tapi sebenarnya dia merasa gugup sekarang, bahkan getaran dalam hatinya masih ada.

Tanpa Jidan dan Yaya, sadari. Kalau keduanya jalan saling beriringan, walaupun tidak ada perbincangan, tapi keduanya seperti pasangan yang serasi. Apalagi baju keduanya seperti copley, seperti pasangan lainnya.

Jika Yaya mengunakan kemeja berwarna navy dengan celana jeans berwarna putih, serta rambut yang terurai. Maka Jidan mengunakan kemeja berwarna navy dengan celana berbahan kain berwarna hitam. Sungguh keduanya terlihat seperti pasangan yang sangat serasi, sampai-sampai orang-orang yang melewati mereka, banyak yang menatap keduanya dengan kagum.

"Salam buat tuan Dirga, semoga lekas sembuh." Ucap Jidan menyerahkan buah-buahan yang tadi dia bawa ke Yaya. Karena mereka sudah berada di depan ruangan papinya Yaya, yaitu tuan Dirga suh aga.

"Amin. Terimakasih Jidan, nanti aku sampaikan ke papi. Kenapa kamu ngga sekalian masuk untuk bertemu dengan papi?"

"Lain kali saja, aku juga sedang terburu-buru." Jawab Jidan, yang sudah siap untuk meninggalkan Yaya, karena gadis itu sudah berada di ruangan papi nya.

"Jabir, apakah kita tidak bisa menjadi teman?" Langkah Jidan harus terhenti saat mendengar pertanyaan gadis itu."Walaupun kita tidak bisa bersama, bisakah kita tidak menjadi teman saja Jabir?" Untuk yang kedua kalinya, Yaya mempertanyakan hal itu. Karena Yaya sangat berharap bisa menjadi teman Jabir, walaupun dia tidak bisa menjadi kekasihnya, karena perbedaan mereka sangatlah banyak.

Jidan membalikkan tubuhnya, lalu menatap Yaya dengan dalam. Jika Jidan bisa berkata jujur, sebenarnya Jidan masih mencintai gadis itu. Tapi perbedaan mereka lah, yang membuat Jidan ingin menjauhi Yaya."Yaya. Dalam pertemanan antara laki-laki dan perempuan, pasti tidak akan ada yang murni. Karena salah satu dari mereka pasti akan memiliki rasa satu sama lainnya. Apalagi kita, pernah merasakan yang namanya cinta. Jadi buang jauh-jauh harapan mu agar kita bisa berteman, karena pertemanan kita akan semakin membuat kamu atau aku tersiksa." Jelas Jidan, setelah itu dia pergi meninggalkan Yaya yang masih berdiri, dengan tatapan sedihnya kearah Jidan." Maafkan aku Yaya, tapi ini yang terbaik untukmu dan untukku."

"Jidan, bisakah kamu menatap ku sebagai teman, bukan sebagai gadis yang pernah mencintaimu." Lirih Yaya dalam hatinya, yang kini kembali terluka saat mendengar jawaban pria, yang masih dia cintai sampai sekarang. Apalagi rasa itu masih sama sampai sekarang, dan tidak akan pernah tergantikan." Tuhan, walaupun aku tidak bisa bersamanya, Tapi ijinkan aku untuk mencintainya."

"Maafkan aku Yaya, telah berkata seperti tadi. Tapi ini semua untukmu dan untukku. Aku tidak mau perasaan ini semakin membesar, karena pertemanan kita nanti, Apalagi aku masih mencintaimu sampai sekarang. Jika aku boleh jujur. Namamu sampai sekarang masih ada didalam lubuk hatiku yang terdalam, malahan nama ini tidak bisa aku lupakan, walaupun aku sudah menghindari mu." Batin Jidan disela-sela langkahnya. Jidan merasa begitu sangat sedih, saat ia menyakiti gadis yang dia cintai dengan kata-katanya yang menyakitkan.

.

.

Jidan terburu-buru keluar dari rumah sakit saat mendapatkan telfon dari tuannya, kalau tuanya itu sudah pergi dari tadi." Aku yakin, tuan Ardian pasti marah besar, karena aku pergi begitu sangatlah lama, apalagi pergi tanpa meminta ijin terlebih dahulu." Batin Jidan, melangkah cepat kearah parkiran. Tidak membutuhkan waktu lama Jidan sudah menemukan mobil yang dia pakai tadi. Dengan perasaan takut, Jidan membuka mobil itu. Jidan yakin kalau tuanya sudah berada didalam mobil sekarang.

"Kamu begitu sangat lama didalam, Jidan." Jidan menundukkan kepalanya merasa bersalah bercampur takut saat melihat wajah datar tuannya itu. Jidan yakin, kalau dia akan mendapatkan amukan dari Ardian, karena meninggalnya tadi, saat Ardian masuk kedalam ruangan dokter psikolog.

"Maaf tuan. Tadi saya menerima telepon dari ibu saya dan pergi mencari jaringan di luar_"

"Aku tau itu." Potong Ardian. Karena sebelum Jidan pergi tadi. Ardian sudah keluar dari ruangan dokter, dan melihat kalau Jidan sedang menelpon. Tapi Jidan harus pergi keluar, karena jaringan di rumah sakit, sedikit sulit karena mereka berada didalam rumah sakit.

Jidan dibuat terkejut saat mendengar ucapan tuanya itu, karena ia bingung. Bagaimana bisa tuanya mengetahui, kalau dirinya pergi sedangkan dia tidak meminta ijin sama sekali saat pergi tadi.

"Kamu tidak usah bingung, kenapa aku bisa mengetahui, kalau kamu pergi tadi. Karena tadi aku sempat melihatmu pergi sambil menelpon. Aku tau kalau kamu pasti tidak mendapatkan jaringan yang bagus, jika kamu berada didalam rumah sakit, makanya kamu pergi keluar."

Ya, inilah sifat yang Jidan sukai dari Ardian. Yaitu mengerti orang lain, walaupun dengan caranya yang unik. Tapi sebenarnya, Ardian orang dan bos yang baik, tapi sedikit tegas. Kadang dia tidak suka dengan kesalahan para pekerjanya, yang tidak dengan teliti berkerja, dan mengaburkan waktu mereka dengan cara tidak berguna.

Kadang juga Ardian akan bersikap baik, tanpa sepengetahuan orang-orang disekitarnya, saat pria itu menolong orang atau karyawannya.

Jidan bingung dengan sifat tuanya, yang terkadang berhati malaikat, tapi kadang juga bagaikan iblis yang siap membunuh musuhnya.

"Apakah kamu akan berdiam disitu, tanpa berniat untuk masuk?!" Jidan tersadar dari lamunannya, saat mendengar ucapan bos nya itu.

"Maaf tuan." Jidan dengan cepat masuk kedalam mobil, dan duduk disebelah sopir.

" Kamu begitu sangat lambat Jidan."

.

.

"Jidan, apakah kamu sudah bertemu dengan tuan Dirga suh aga? Aku dengar dia masuk rumah sakit?" Jidan menoleh kearah Ardian saat mendengar pertanyaan tuanya itu.

"Saya juga mendengarnya tuan, kalau tuan Dirga sedang sakit sekarang. Tapi saya belum bertemu dengan tuan Dirga suh aga, tuan."

"Tapi kamu bertemu dengan anaknya bukan?" Jidan dibuat terkejut saat mendengar tebakan tuanya itu, yang memang benar."Kamu ngga usah bingung Jidan, kenapa aku bisa tau kalian bertemu. Tapi saranku, cobalah untuk berdekatan dengannya, walaupun kalian hanya menjadi teman saja." Jidan hanya diam, tidak menjawab ucapan tuanya, karena dia sendiri saja bingung harus menjawab apa.

"Kenapa kamu diam? Apakah karena perasaan mu kepada anaknya tuan Dirga masih ada?" Tanya Ardian."Ingat Jidan. Tidak selamanya cinta akan bertahan lama, seperti kamu pikirkan. Karena cinta akan selalu datang untuk kedua kalinya, mungkin yang ketiga dan yang kempat. Karena dulu aku pernah merasakan yang namanya jatuh cinta untuk pertama kalinya, Jidan, Tapi cinta itu seakan hilang saat melihat sifat aslinya. Aku kira dia berbeda tapi sifatnya sama saja, dan sekarang aku malah tidak mempercayai apa itu cinta setelah kejadian itu." Ucap Ardian sambil mengarahkan pandangannya kearah keluar jendela, yang memperlihatkan gedung-gedung yang menjulang tinggi, dan juga orang-orang yang sedang beraktivitas, walaupun sudah malam hari.

Ardian begitu sangat sedih mengingat masalalunya. Dimana dia dipertemukan dan juga dipisahkan dengan cerita yang sama-sama menyakitkan.

"Lupakan perkataan ku tadi." Lanjut Ardian kembali melihat kearah Jidan."Tapi kamu bisa mencoba untuk berteman dengannya, dan cobalah untuk melupakan perasaan mu terhadap gadis itu."

"Aku akan berusaha untuk melupakannya tuan, walaupun akan jauh lebih sulit untukku, agar bisa melupakan perasaan ini." Jawab Jidan entah sadar atau tidak, tapi terdengar dari nada suaranya, kalau Jidan mengatakan itu dengan serius.

...----------------...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!