NovelToon NovelToon

Terpaksa Menerima Perjodohan

Kabar Mengejutkan

Kisah gadis sekolah tingkat menengah yang harus menerima takdir hidupnya menikah dengan orang yang tidak dicintainya. Kiara Natasya namanya. Dia harus menikah dengan laki - laki yang tidak dicintainya. Begitupun laki - laki tersebut yang menolak keras agar tidak menerima perjodohan ini tapi dia bisa apa untuk menuruti kemauan dari sabahat orangtuanya.

Haruskah Raffi mencintai Kiara? Lalu bagimana dengan Kiara?

“ Apa Pa? Gak bisa gitu dong Pa, Raffi belum siap nikah pak! ” bantah Raffi kepada sang Ayah dengan mengambil keputusan mendadak karena orangtua Kiara kritis di Rumah Sakit.

“Tolong Raffi, kamu harus mau. Karna om Wijaya sudah banyak membantu Papa selama ini, kalau bukan karna Om Wijaya Papa ga akan bisa seperti ini nak ”. Jelas Papa Bramantyo yang kerap disapa Bram.

Sedangkan Mama Ina istri Bram juga menenangkan sang Raffi karna begitu mendadak karna Raffi baru selesai melakukan study kuliah di luar Negeri di Amerika. Dia kembali ke Indonesia dengan terpaksa karna paksaan sang Ayahnya.

“Maaf Pa, tapi Raffi udah punya kekasih disana. Raffi mencintai kekasih Raffi. ” Lirih Raffi terus menolak agar dia hanya mencintai Susan yang sedang ada di Amerika bersamanya.

“Raffi, Mama tau ini keputusan sangat berat untuk mu, tapi Mama Minta ya kali ini aja turuti Mama. Bagimanapun om Wijaya juga banyak membantu keluarga kita, contohnya bisa buat kamu kuliah bahkan bisa bangun perusahaan di Amerika nak. Dia berjasa di keluarga kita nak, semoga kamu paham ya. Maaf Mama maksa kamu nak. ” ucap Mama Ina dengan seduh karna dia sudah sangat terpukul mengenai kematian Istri Wijaya beberpa tahun lalu saat mereka sama sama sibuk di Amerika.

“Papa harap kamu mengerti nak, kamu juga kenal dengan anaknya om Wijaya kan. Mungkin juga kamu udah lupa karna kalian bermain masih sangat kecil”. Ujar Papa Bram.

Karena Keluarga Bram dan Wijaya mereka sudah bersahabat sejak sekolah SMA hingga mereka menikah dengan jarak yang deket namun keluarga Bram lebih dulu memiliki anak, sementara keluarga Wijaya menyusul nya jarak 5 tahun kemudian.

Raffi dilanda rasa bimbang, disatu sisi ia akan mengkhianati Susan sang kekasih. Namun dia juga tidak mau membuat Keluarganya merasa hutang budi dengan keluarga Wijaya walaupun sebenarnya mereka banyak membantu.

Hingga keheningan cukup lama, tiba tiba ponsel Bram bunyi dari panggilan Asisten Wijaya, Beni.

“Halo Tuan Bram, bisakah Anda segera ke Rumah sakit tempat Tuan Besar Wijaya dirawat, Tuan Besar sudah melewati masa kritisnya. Tuan ingin bertemu dengan Anda segera mungkin. ” ujar sang Beni dengan nada cemas.

“Syukurlah Wijaya sudah sadarkan diri, baiklah 30 menit lagi saya akan kesana ”. Jawab Bramantyo.

Setelah itu mereka menuju ke rumah sakit, Raffi juga ikut dengan Mama Ina. Mereka merasakan hati yang tidak tenang selama menuju rumah sakit.

“Papa harus kuat ya, Kiara bentar lagi lulus sekolah Pa. Papa harus sembuh. ” Ujar Kiara sambil menggemgam tangan sangat ayah yang lemah.

“Sayang apa kamu mau memenuhi keinginan Papa? ” tanya Wijaya dengan penuh senyuman ke sangat putri semata wayangnya.

Dengan penuh yakin Kiara menganggukan kepala, dia akan memenuhi keinginan sang ayah. Karna dia juga anak yang patuh dengan orang tua tidak pernah melawan dia selalu nurut apa kata Wijaya begitu pula dengan almarhum mamanya.

“Menikah dengan anak om Bram Kiara”. Jawab Wijaya dengan nada gemetar.

Seketika bagai disambar petir, Kiara yang tadi sudah menangis kini tambah menurunkan air matanya dengan menunduk. Dia sangat sakit hati karna menikah dengan orang yang tidak ia kenali. Tapi ia juga tidak bisa menolak permintaan ayahnya.

“Iya pah, pasti Kiara anak menuruti keinginan Papah. Kiara mau nikah dengan anaknya om Bram pah. Tapi papah janji sama Kiara papah harus kuat. ” tangisan Kiara pecah seketika itu.

“ Papah pasti kuat sayang, papa ingin melihat kamu menikah sekarang. Karna papa tidak bisa melihat menikah nanti kamu. ” jawab gemetar Wijaya karna sungguh tidak kuat dengan rasa sakit di dadanya.

Beni yang dari tadi memperhatikan mereka ikut merasakan iba dengan kasihan. Karna pasalnya keluarga Wijaya orang yang sangat baik dan penuh penyayang.

“Ben, kamu siapkan semuanya. Saya ingin menikahkannya setelah Bram datang nanti”. Ujar Wijaya memerintah Beni.

“Baik tuan, saya undur diri”. Lalu Beni mempersiapkan semuanya keperluan yang akan berlangsung.

Tak selang waktu kemudian keluarga Bramantyo datang dengan panik dan khawatir mengenai kondisi Wijaya yang menurun.

“Wi, kamu harus kuat. Aku sudah memberitahu ke rumah sakit untuk mencari dokter yang terbaik disini. Aku yakin kamu bisa kuat. Kamu jangan banyak pikiran ”. Penuh semangat ia memberikan semangat agar bisa bangkit dan sembuh untuk sabahatnya.

"Raffi....Raffi a- aku ingin bi... bicara dengannyaa”. Dengan gemetar menahan sakit Wijaya terus memaksakan bicara sekuat mungkin.

Sadar hal ini, Raffi lagi lagi dilanda bimbang dengan penuh keraguan ia menghampiri Wijaya yang memperhatikan kondisinya. Ia menatap tangan mulus yang Wijaya genggam mungkin itu tangan anaknya dari Wijaya pikir Raffi terus ada di dikepalanya.

“Iya om Raffi disini, om harus sembuh ya. ” penuh harap Raffi agar Wijaya bisa sembuh dan pulih.

“Raffi, menikah lah dengan Kiara anak om satu satunya. Tolong, jaga Kiara jangan sakiti dia. Tolong lindungi Kiara dari bahaya apapun, tolong cintai dia dan sayangi dia dengan tulus Raffi.” dengan nada gemetar hebat penuh tekanan Wijaya memohon kepada Raffi.

Wijaya yakin Raffi bisa menjadi suami yang baik untuk Kiara meski mereka belum mengenal satu sama lain dengan jauh.

Karna ini juga permintaan dari sang almarhum istrinya yang ingin memiliki menantu dari sahabatnya yaitu Bramantyo dan Ina. Dia sangat berharap dulu akan memiliki besan sabahatnya itu.

Namun siapa sangka, istri dari Wijaya mengalami kecelakaan dan meninggal tempat. Faktor meninggalnya juga belum dapat di ketahui karna Wijaya merasa ada yang janggal dari hal itu.

Dengan penuh keraguan Raffi menjawab setuju dan mau menikah dengan Kiara. Sedangkan Kiara tambah menangis. Ia sudah tidak memikirkan menikah lagi namun memikirkan kondisi ayahnya yang semakin menurun.

Dengan menunggu persiapan acara menikah, Kiara tak henti henti terus menangis, berdo'a mungkin ada keajaiban yang akan datang untuk sang ayah.

Ia terus menggenggam tangan Ayah-nya memohon untuk kuat dan agar bisa kembali sehat lagi.

“Kiara semoga kamu bahagia dengan pilihan papa nak. Jaga pernikahan kalian Kiara, lindungi pernikahan kalian. Selalu ingat pesan papa dengan mama mu nak. Tolong jaga semuanya, papa yakin kamu bisa lewati ini semuanya Kiara. ” jelas Wijaya dengan ucapan penekanan.

Dihati Kiara ia terus marah dengan orang yang sudah membuat keluarganya pergi. Tapi ia janji dengan dirinya akan menjaga keluarga barunya hari orang orang yang akan mengganggunya.

Hai ini ini cerita pertamaku, yuk bantu koment dan share ke teman teman kalian. Semoga kalian menikmati ceritanya. Kalaupun ada saran kritikan silakan koment dikolom komentar ya teman teman. 

Mohon dukungannya semoga bisa konsisten update setiap harinya. Love dari akuu buat kaliann❤❤❤❤❤❤❤

Menikah Dengan Terpaksa

“ Saya terima nikahnya Kiara Natasya binti Wijaya dengan mas kawin tersebut tunai. ” Satu tarikan nafas Raffi mengucapkan ijab kabul dengan lantang dan tegas.

Kiara yang mendengar kata sah tersebut menjatuhkan air matanya tanpa henti. Raffipun sama dia harus menikah dengan orang yang tidak ia cintai sama sekali.

Detik itu pula Wijaya menghempaskan nafas terakhirnya. Hingga satu ruangan tersebut menangis. Kiara terus menangis memegang tangan ayahnya. Dia bingung sekarang sudah tidak punya siapa siapa lagi.

“Raffi om titip Kiara tolong jaga dia.” Permintaan Wijaya untuk terakhir kalinya. Berharap Raffi bisa menjadi suami yang baik untuk Kiara.

“Iya om, Raffi akan jaga Kiara om.” Jawab Raffi dengan penuh yakin, sedangkan Kiara hanya menangis menatap ayahnya Menghembuskan nafas terakhirnya.

“Pa, jangan tinggalin Kiara. Kiara sendiri Pa, ayo bangun Pa.” Berontak Kiara yang tidak terima dengan keadaan. Dia terus menangis hingga kehilangan kesadarannya lalu pingsan.

“Kiara, ya ampun. Raffi cepat bantu Kiara. Panggilkan dokter. Papa akan urus Wijaya kamu urus Kiara Raffi.” Bantah Papa Bram dengan panik melihat semunya ini. Dokter dan suster terus memeriksa keadaan.

“Mohon maaf pasien tidak dapat diselamatkan, dia sudah berpulang.” Jawab dokter yang memeriksa keadaan Wijaya. Lalu suster dan yang lain melepas peralatan yang menempel di tubuh Wijaya. Lalu menutupnya dengan kain putih seluruh wajahnya.

Bramantyo dan Ina menangis, dia tidak menyangka sahabatnya akan pergi secepatnya ini. Padahal mereka punya keinginan ingin menua bersama. Namun, semua hanya mimpi untuk sekarang.

“Pa, papa yang sabar ya. Jangan kaya gini, sekarang Wijaya sudah tenang pa bersama dengan istrinya. Papa harus kuat hingga sampe pemakaman pa.” Ina menangkan suaminya, karna Bram terus menundukkan kepala.

“Iya Ma, semua sudah diatur yang kuasa, kita harus memenuhi keinginan Wijaya untuk menjaga Kiara seperti anak kita sendiri Ma.” Bram mulai tenang, dia tidak mungkin terus bersedih karna ia juga memikirkan Kiara.

“Yaudah pa kita liat Kiara dulu di ruangannya, suster bilang Kiara sudah sadar.” Lalu mereka menuju ke tempat Kiara, sambil menunggu pemakaman Wijaya.

Diruang Kiara terus menangis dalam diam, ia sudah sadar tapi memilih untuk diam dan tidak bicara dengan Raffi. Raffi duduk disampingnya juga diam, dia juga bingung harus bicara apa.

Lalu Bramantyo dan Ina datang, dia mulai bicara menjelaskan kelanjutan untuk pemakaman Wijaya.

“Kiara kalau kamu gak kuat, kamu disini saja ya. Biar kami yang urus pemakaman Papa kamu. ” Ina angkat bicara karna ia mengerti Raffi tidak akan bicara dan akan terus diam.

“Gak kok tante, Kiara udah kuat. Udah gapapa Kiara ikut. Kiara kamu melihat papa untuk terakhir kalinya di rumahnya. ” bantah Kiara dengan terus menurunkan air matanya.

“Yaudah, tadi Beni juga udah bilang akan ada orang kesini untuk membawa pakaian mu. Kamu istirahat dulu. Raffi temani Kiara, mama sama papa mau urus administrasi dulu.”  menatap tajam Raffi, dan Raffi hanya menganggukan kepalanya.

“Mau kemana?” tanya Raffi tiba tiba Kiara bangun dari tempat tidurnya.

“Minum.” Singkat Kiara. Lalu Raffi dengan terpaksa mengambil gelas minum di naskah samping Kiara.

“Minumlah” lalu membantu Kiara minum, Kiara yang mendapat perlakuan tersebut merasa aneh.

“Yakin udah kuat? kalau masih pusing istrahat dulu aja. Masih ada waktu katanya pemakaman masih ada beberapa yang diurus” jelas Raffi. Karna bagaimanapun juga ia sekarang suami istri walaupun terpaksa dengan pernikahan ini.

Kiara diam mendengarkan penjelasan sang suami. Ia bingung harus gimana lagi. Matanya sudah sembab bengkak. Dia sudah tidak peduli dengan dirinya sendiri, dia merasa sudah tidak ada artinya hidup.

Tak lama kemudian pintu terbuka, asisten rumah tangganya Bi Siti membawa paper bagian berisi pakaian Kiara.

“Non bibi turut berduka cita ya Non, semoga Tuan Wijaya disana tenang dan senang bertemu dengan nyonya Candri juga. Non Kiara harus kuat ya bibi ada disamping Non Kiara terus.” ucap Bi Siti dengan menangis.

Kiara hanya bisa diam dan kembali menangis lagi.

“Iya bi, gapapa bi. Makasi bibi sudah mau ada disamping Kiara terus, oh ya bi bantu Kiara bersiap ya. Kiara mau mendampingi papa untuk terakhir kalinya bi.! ” Kiara harus menerima semuanya.

Kini pemakaman sudah selesai dan diakhiri dengan Doa. Kiara yang tadi terus memaksa lalu jatuh dan dengan terpaksa menggunakan kursi roda karena keadaannya masih belum pulih. Dia syok dan kaget dengan semuanya yang secara tiba tiba.

Kiara memaksakan diri memeluk baru nisan ditengah papa dan mamanya dia menangis terus.

Mama liat, papa pergi ninggalin Kiara selama-lamanya. Kiara udah ga punya siapa siapa lagi ma. Keinginan Mama yang Kiara nikah sama kak Raffi terkabulkan Ma. Kiara janji akan menjadi istri yang baik dan patuh kepada kak Raffi seperti mama patuh kepada papa ma. Kiara berbicara dalam hati dengan sesegukan menangis di nisan sang mama.

“Raffi kamu liat, apa kamu mau tetep nyakitin Kiara. Dia hanya sebatang kara tolong papa mohon sama kamu jadilah suami yang tanggung jawab untuknya.” bisik Bramantyo kepada Raffi.

Raffi melihat pemandangan tersebut, ada hal yang aneh di benak hatinya merasa tidak rela melihat Kiara terpukul tersebut.

“Sayang ayo kita pulang, hari sudah semakin sore terlihat juga mendung nak. Sudah kamu jangan sedih terus nanti mereka juga ikut sedih lihat kamu begini nak.” Ina terus membujuk Kiara agar mau pulang tapi Kiara tetep diam.

“Bantar lagi tante, tante pulang dulu aja gapapa. Biar bi Siti yang nemenin Kiara.”

Tolak Kiara karna ia memang masih ingin disini.

“Kamu mau pulang ikut tante atau ke rumah kamu dulu nak? Biar Raffi yang nemenin kamu. Kalian sudah menikahkah jadi kalian harus bersama.” Ina terus membujuk. Kiara kaget ia baru ingat. Ia harus kemana tiba-tiba raut wajah Kiara jadi bingung.

“Ma biar Raffi ikut Kiara dulu aja, gapapa kan? Kalau aku ikut kamu dulu, nanti kalau keadaan sudah baik kita bicarakan lanjutnya gimana.” Sela Raffi karna ia tau apa yang dipikirkan oleh wanita itu.

“Iya Kak, makasih pengertiannya.” jawab Kiara dengan lega.

“Yaudah mama sama papa mending pulang dulu, biar Raffi yang jaga Kiara disini.” semuanya kaget dengan ucapan Raffi tapi Bramantyo juga curiga dan tak percaya dengan apa yang baru saja Raffi bilang.

Mereka semua pergi, meninggalkan Raffi dan Kiara seorang diri. Raffi setia menatap pergerakan istrinya. Dengan cepat ia membohongi tubuh Kiara. Ya Kiara pingsan karna memang kondisinya kurang baik. Lalu membawanya ke rumah Kiara. Raffi masih ingat alamat rumah Kiara sama seperti dulu, karna mereka tidak pernah pindah rumah.

Raffi membopong Kiara menuju kamarnya. Bi Siti memanggil dokter pribadi keluarga Wijaya tersebut.

Raffi menunggu di sofa kamar Kiara, mulai memikirkan apa kelanjutan dari semuanya ini. Ia ingin menikah satu kali seumur hidupnya. Lalu ia sudah janji kepada almarhum Wijaya untuk menjaga Kiara. Tapi bagaimana dengan Susan sang kekasih yang ada di luar negeri, bahkan dia belum memperkenalkan dengan Bramantyo dan Ina. dia sudah melamarnya beberapa waktu lalu untuk ingin menikah. Tapi semuanya menjadi seperti ini.

Kalau kalian jadi Raffi gimana? Bingung gakk?

Kalau kalian jadi Kiara gimana guys?

Bantu koment dan share ya ke teman teman lainnya. Selamat membaca, love dari akuu❤❤❤

Mulai Perhatian

Setelah menyuapi Kiara dan membantu minum obat dengan susah payah dan akhirnya dengan cara dihaluskan. Karena dasarnya Kiara tidak bisa minum obat secara lansung. Dan kini ia tertidur dengan efek obat yang mengantuk.

Kini Raffi berjaga di sofa kamar Kiara. Ia memikirkan apa yang harus ia lakukan sekarang.

Mungkin aku akan menerima keputusan ini. Bagaimanapun aku sudah menikah dengan dia. Aku gak mungkin ninggalin dia. Tapi bagaimana dengan Susan? Dia sudah menemaniku sejak kuliah hingga sekarang apa aku tinggalkan dia dan aku jelaskan kalau aku sudah menikah dengan pernikahan perjodohan ini. Batin Raffi terus bertengkar dalam dirinya sendiri.

Tidak lama ponsel Raffi berbunyi menampilkan nama Papa yang sedang menelfonnya.

“Nak, bagaimana keadaanya Kiara? Sudah membaik kondisinya?” tanya papa Bram dengan penuh khawatir terhadap Kiara menantu kecilnya.

“Sudah Pa, kondisinya sudah membaik. Tapi ya begitu dia masih terlihat sedih memikirkan Om Wijaya.” Jawab Raffi dengan baik.

“Syukurlah, kamu jaga diri baik baik disana Raffi, temani istrimu Kiara. Papa tidak menerima alsan apapun jika kamu meninggalkan menantu Papa. Maka Papa tidak akan tinggal diam begitu saja. Papa akan cabut semua fasilitas yang papa sudah berikan ke kamu detik itu juga.” Jelas Bram penuh penekanan. Agar Raffi tetap menjaga Kiara dengan baik meskipun mengancamnnya dengan mencabut aset yang sudah diberikannya selama ini.

“ Iya pa, tidak usah bawa-bawa fasilitas juga, ini semua aku juga kerja keras meritis perusahan.” Bantah Raffi yang tidak terima begitu saja, bagaimana pun itu juga termasuk kerja kerasnya selama ini.

“Pa, aku mungkin tidak bisa lama lama lagi disini. Aku harus kembali ke Amerika segera. Karena aku tidak mungkin meninggalkan perusahaan cukup lama. Nanti aku akan ngomong sama Kiara mengenai kepergianku ke sana.”

“Kalau kamu ke Amerika, Kiara sendiri Raffi. Mending bawalah istrimu ke sana juga. Kasihan dia sendiri di rumahnya. Apalagi pasti dia butuh kamu sebagai suaminya. Jangan biarkan dia sendirian. Papa tidak akan mengizinkan kamu pergi tanpa Kiara. Jadi ajak dia ke Amerika juga.”

“Tapi Kiara ada wisuda untuk 2 minggu lagi pa, mana mungkin kita bolak balik Jakarta – Amerika dalam waktu dekat ini. Mengenai kondisi Kiara juga bener bener belum pulih. Raffi akan bicara nanti dengannya. Baiknnya bagaimana semoga papa mengerti juga.”

“Yasudah keputusan ada dikamu, salam buat Kiara Fi. Besok pagi papa sama mama akan berkunjung kesana.” Pamit Bram lalu memutuskan telpon tersebut.

Raffi terus memejamkan matanya di sofa. Luas sofa juga besar jadi nyaman untuk tidur walaupun sedikit pegal pegal jika bangun nanti.

Kiara bangun pukul 2 dini ia ingin ke kamar mandi. Ia melihat Raffi yang sudah terlelap. Ia kagum dengan wajah Raffi yang tampan dan manis saat tidur. Rasaya damai Kiara menatapnya. Ia dengan hati hati ke kamar mandi.

“Apa mungkin dia lelah hingga sepatunya tidak dilepas.” Tegur Kiara lalu melepas sepatu Raffi yang bersandar di sofa. Ia melapas sepatunya dengan hati-hati takut membangunkan sang suaminya.

Ia mengambil selimut lalu menyelimutinnya dengan penuh hati hati takut Raffi marah karena ia sudah lancang menyentung Raffi dengan tidak sopan.

“Maaf kak, sudah melibatkan kak Raffi dalam masalah ini. Aku tahu kakak pasti tidak terima begitu saja dengan apa yang sudah terjadi.” Sambil memandangi suami, Kiara merasa bersalah dengan laki – laki dihadapannya saat ini.

Kiara kembali ke kasur dan mulai tidur lagi karena ini masih malam. Ia menatap wajah suaminya yang sudah terlelap dari jauh.

Ia merasa dirinya sudah membaik mungkin istirahat cukup dan efek obat yang diminumnnya tadi. Ia kembali menatap lurus dan mulai terlelap juga.

Sinar matahari sudah muncul mengenai wajah tampan Raffi. Ia bangun, namun ada yang berbeda.

Selimut? Siapa yang memnyelimutiku. Apa Kiara? Astaga Kiara dimana. Kemana wanita itu. Baru jam enam tapi dia sudah gak ada ditempatnya. Batin Raffi mencari Kiara yang sudah tidak ada.

Raffi terseyum, dengan perhatian yang diberikan kepada istri kecilnya. Ia juga meningat kalau masih mengunakan sepatu namun kini telah lepas. Ia membersihkan diri dan mengambil paper bag yang dikirim orang rumahnya.

Kiara kini berada di dapur dengan Bi Siti. “Aduh Non, sudah duduk saja nanti non kecapekan lagi. Kan non baru sembuh.” Bi Siti yang sudah kehabisan kata kata dengan kelakuan Nona kecilnya itu dibuat frustasi.

Pasalnya Kiara memang pantai memasak. Namun selalu dilarang dan ia tidak mau dibantah dan terus melakukan pekerjaannya dengan penuh senyum.

“Ih Bibi tadi dokter Haris bilang sudah baikan kan, jadi gapapa.” Ujar Kiara penuh senyum. Dibalik keributan mereka ada mata yang melihat mereka, entah rasanya senang melihat gadis tersebut melawan bibinya.

“Eh Tuan Muda, silakan duduk saya siapkan dulu mau minum apa?” tanya bi Siti dengan baik spoan terhadap Raffi.

“Hm...Teh manis saja bi gapapa.” Jawab Raffi sopan.

“Kiara, sini!” dua kata keluar dari mulut Raffi, nama yang dipanggil langsung tegang begitu saja. Pasalnya yang ia ucapkan sangat tegas.

“Bentar kak, sedikit lagi selesai.” Bantah Kiara karena tidak ingin diganggu.

“Kiara.” Sambil menatap tajam Kiara. Dengan penuh terpaksa ia meletakkan semuanya dan menghampiri suaminya, karna bagimanapun ia takut ditatap seperti itu.

“Maaf.” Sahut Kiara karena takut. Dibalik wajah datar tersebut ia menahan senyum. Sungguh gadis kecilnya imut sekali saat takut namun ia menahan agar Kiara duduk dengannya karena ia baru pulih mengenai kondisinya saat ini.

Lucu sekali gadis ini, benar kata mama dia lucu saat dimarahi. Jadi orang yang marahi tidak bisa marah malah tertawa melihatnnya saat imut. Cantik juga. Pikir Raffi memperhatikan wajah Kiara.

Kini mereka sarapan bersama, sekali-kali Kiara mencuri menatap sang suami.

Begitupun dengan Raffi yang sama melihat memperhatikan Kiara dengan diam

.

“Bi, tolong ambilkan obatnya Kiara dikamar ya.” Perintah Raffi kepada bi Siti.

“Baik Tuan Muda.” Jawab Bibi dengan sopan.

“Kak, aku sudah gapapa. Gak mau minum obat gak enak pahit!” bantah Kiara karna ia takut seperti semalam tidak bisa minum obat.

“Harus diminum, biar kamu cepat sembuh lalu kita bisa ke Amerika segera.” Jawab Raffi dengan tegas dan Kiara hanya diam saja.

Setelah menolak berkali kali memohon untuk tidak minum obat akhirnya dengan terpaksa Kiara meminum obat dengan dihaluskan dan membuat rasanya semamakin pahit sekali.

“Kak, aku mau ikut ke Amerika, asalkan Bi Siti juga ikut.” Kiara mulai bicara dengan serius.

“Maaf Non, nanti yang urus disini siapa. Kalau Bibi ikut Non ke sana.” Jawab bibi menyela Kiara.

Benar juga nanti yang urus rumah ini siapa kalau bukan Bi Siti. Bagaimana pun sekarang Kiara tanggung jawab penuh oleh Raffi mau tidak mau ia harus menuruti kemauan suaminya.

“Kamu mau ikut kelulusan atau tidak?” tanya Raffi dengan cepatnya Kiara menganggukan kepala dengan cepat karena ia memang ingin ikut wisuda untuk mengambil momen di akhir sekolahnya.

“Bagaimana kalau kamu disini dulu, aku rencana nanti siang mau terbang ke Amerika. Ada hal yang harus aku urus beberapa pekerjaan.” Jelas Raffi.

Namun entah kemana rasanya Kiara enggan ditinggalkan oleh Raffi. Raffi bisa melihat raut wajah Kiara yang tiba-tiba berubah begitu saja.

“Jika itu penting, gapapa kok kak. Kalau Mau terbang nanti, hati-hati dijalan.” Dengan nada gemetaran Kiara menjawabnya lalu pergi begitu saja menaiki tangga ke kamarnya. Dengan cepat Raffi memanggilnya namun enggan dijawab Kiara.

Kiara menangis, entah rasanya kata pergi begitu ia benci. Apalagi disini ia tidak ada siapa-siapa lagi. Pasti ia sangat kesepian saat tidak ada suaminya yang baru saja 1 hari.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!