Menikah?
"Enggak! Aurel gak mau ya Ma!" ujar Aurel menatap kesal kearah Mamanya.
"Daren juga gak mau!" ujar seseorang di sebelah Aurel.
"Cuma kalian yang bisa nolong kami, Nak. Kalian liat sendiri, kan? Semua udah di pasang. Persiapan pernikahan juga sudah 99?0 besok hari H. Dan sekarang malah pengantinnya pada kabur begini. Siapa yang malu kalau bukan kami!""Iya Nak Aurel, Daren kamu sayang sama Mami kan? Gak mau jantung Mami kumat lagi kan?" ujar Sarah Mami dari Daren.
Aurel dan Daren saling melirik. Lalu bergidik ngeri membayangkan harus menikah dengan musuh bebuyutan mereka.
"Gue? Nikah sama mulut mercon ini? Mimpi apa ya Allah!" ujar Daren dalam hatinya.
"Duh najis deh, masa iya gue nikah sama Daren! Jangan ya Allah!" ujar Aurel dalam hatinya.
"Berarti besok kalian akan segera menikah!!" ujar Sarah setelah memutuskannya.
Mendadak, Aurel dan Daren pingsan mendengar keputusan mutlak dari orang tua mereka.
***
Sebulan sebelumnya..... Aurel baru bangun dari tidurnya. Gadis itu menguap, berjalan meski dengan mata yang masih mengantuk. Di meja makan, sudah lengkap. Bahkan kakak dan kakak iparnya nampak ada di meja makan.
"Loh, Mas Gilang sama Mbak Alya kapan kesini?" tanya Aurel sembari mengucek kedua matanya."Semalam kita nyampe. Kamu sih tidur terus," ujar Alya sembari menatap Aurel adiknya.
Aurel mengangguk, dan duduk di kursi meja makan. Gadis itu mengamati pemandangan sekitar. Tidak biasanya terlihat formasi lengkap di meja makan.
"Bentar, kok ini tumben lengkap banget?" ujar Aurel. Vivi tersenyum menatap Aurel.
"Emang iya. Ada sesuatu hal yang emang harus kalian tahu," ujar Vivi. Aurel menguap karena memang masih mengantuk. Gadis itu mencoba mengambil air minum agar kantuknya sedikit hilang.
"Seminggu lagi, Ali bakalan menikah!" ujar Vivi dengan antusias. Aurel kaget, ia tidak sengaja tersedak air yang ada di dalam mulutnya.
"Aurel, hati-hati dong!" ujar Vivi yang ada di sebelah Aurel.
Aurel menatap adiknya, Ali. "Heh lo mau langkahin gue? "
"Salah siapa gak nikah-nikah, " balas Ali dengan santainya.
"Ma! Kok boleh sih?! Ali ngelangkahin aku loh!" ujar Aurel tidak terima."Udah-udah.... gak usah di ributin Rel. Kan adiknya punya niat baik buat nikahin anak orang kok malah gak di bolehin sih, " ujar
Vivi membela Ali.
"Ma tapi kan aku yang lebih tua. Aku yang harusnya menikah, " ujar Aurel masih tidak terima.
"Siapa pun duluan Mama gak masalah. Tapi kalau Ali bisa lebih dulu menikah kenapa enggak. Sekarang Mama nanya sama kamu, kamu udah ada calon?"
Aurel diam, dia sudah tidak bisa
menjawab pertanyaan Mamanya.
"Ga ada, kan?" Aurel bersungut kesal menatap Ali. Umurnya sudah menginjak 26 tahun dan memang Aurel akui ia masih sendiri.
"Masa gue di langkahin adik gue sih..." batin Aurel.
***
"Heh Rel lo pagi-pagi ngelamun kenapa lo?" tanya Tissa sahabat baik Aurel. Aurel menghela nafas panjang. Menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. "Ali mau nikah..."
"Ha serius? Lo dilangkahin dong?" ujar Tissa. Tissa menggeser tubuhnya untuk mendengar cerita Aurel secara menyeluruh. "Cerita dong cerita..."
"Gak ada cerita njir. Gue lagi males," jawab Aurel.
"Gitu banget. Gue pengen denger padahal," ucap Tissa menopang dagunya.
"Lo masih main dating apps?" tanya Aurel melirik Tissa.
"Kenapa? Bukannya norak ya?" ujar Tissa menaik turunkan alisnya menggoda Aurel.
"Bacot! Ajarin gue main itu. Gue mau cari jodoh," ucap Aurel. Seketika Tissa tertawa mendengar ucapan Aurel. Gadis itu membuka
ponselnya.
"Ini kayaknya tipe lo deh, " ujar Tissa.
"Nama Raka Wijaya, umur 40 tahun duda anak satu."
"Males ribet punya anak!" komentar Aurel. "Next..."
"Aldino Maheswari, umur 27 tahun."
"Nih lo pilih sesuai kriteria lo, deh... " ujar Tissa menyodorkan ponselnya.
"Bacain gue males baca!" ujar Aurel. Tissa menatap kesal kearah Aurel. Namun ia tetap melakukan perintah Aurel.
"Dia seorang CEO di perusahaan Maheswari grup. Perusahaan gede itu, lo tahu kan?" ujar Tissa menatap Aurel.
"Yang mana sih?" tanya Aurel belum paham juga.
"Bentar, gue searching dulu," ucap Tissa. Tissa menatap layar monitor di depannya. Lalu mulai mencari tahu tentang lelaki itu.
"Nih ganteng kan? Tajir kaya raya lagi. Gue yakin sih dia mau sama lo," ucap Tissa membuat Aurel menatap kearah monitor tersebut."Loh dia bukannya gay, ya?" ucap Aurel asal.
"Eh sembarang lo. Kalau ada yang denger gimana coba?" "Lah, kenapa emang?"
"Aurel, lo tahu ga sih? Kalau dia itu orang penting. Perusahaan tempat kita kerja juga kalah sama perusahaan dia," ujar Tissa.
"Nah, man mau dia sama gue? Kan gue cuma pegawai biasa," ucap Aurel terlalu minder. Tissa kicep, tidak bisa menjawab ucapan Aurel lagi.
"Next deh cari lagi," ucap Aurel."Rel.... " ujar Tissa menggoyangkan lengan Aurel. Aurel, gadis itu nampak sibuk dengan dokumen di depannya. Ia hanya bisa bergumam ketika Tisaa memanggilnya.
"Aurel! Look at me!" ucap Tissa sedikit lantang.
Aurel memdongak menatap Tissa. Tissa menyodorkan ponselnya kepada Aurel. Aurel diam, mengamati layar ponsel Tissa. "Ganteng sih tapi...."
"Woy! Lo gak ingat dia siapa?" tanya Tissa. Aurel mengerutkan keningnya. Dan semakin menatap layar ponsel Tissa.
"Daren Rel! Daren!" ujar Tissa menekan ucapannya agar Aurel sadar.
"Daren? Lah serius?" ujar Aurel masih tidak sadar.
"Daren Kusuma Wardana, musuh DL bebuyutan lo dari SMA anjir ucap Tissa memperjelas semuanya.
Aurel diam, menatap sosok lelaki tampan di dalam layar ponsel Tissa. Ia masih tidak menyangka, jika sosok itu adalah Daren.
"Heh! Terkesima ya lo?" ujar Tissa membuyarkan lamunan Aurel."Apa? Terkesima? Astaga Tissa, kayak gak ada cowok lain aja. Lagian muka Daren masih sama aja. Gak ada gantengnya dari dulu," balas Aurel menyangkal ucapan Tissa. Tissa hanya tersenyum mendengarnya.
"Gue yakin, dia main dating apps juga karena cari BO-an, " ucap Aurel asal. Tawa Tissa semakin pecah.
Melihat ekspresi wajah Aurel. Wajah Aurel sudah memerah menahan amarah. Setiap saat menyebut nama Daren."Lo kenapa sih Rel, segitu bencinya sama Daren? Lo pernah nembak dia tapi di tolak, ya?"
tebak Tissa asal.
Aurel mendongak menatap Tissa. "Ha? Gue nembak dia? Ya kali, cowok jelek kek dia? Ah lo kan tahu Sa, dia itu nyebelin banget!"
"Awas loh gimana kalau jodoh lo si Daren!"
"Lo nyumpahin gue? Mau di dunia ini cuma ada satu cowok dan itu cuma Daren. Gue gak akan tertarik! Catat ya Sa! Gue gak akan tertarik sama Daren!"
"Pokoknya gue gak tanggu jawab kalau sampai benar kalian jodoh," ucap Tissa.
"Najis," gumam Aurel. "Jadi mana? Udah nemu belum?"
"Belum lo coba liat sendiri dah. Gue mau ngerjain ini belum kelar gara-gara lo!" Tissa menyerahkan ponselnya kepada Aurel.
Aurel diam, menatap foto Daren di layar ponsel Tissa.
"Dia sekarag dimana ya?" batin Aurel tersenyum tipis. Lalu tiba-tiba gadis itu menyangkalnya.
"Anjir, kenapa gue jadi kepo sih. Sialan!"
LAMARAN
Aurel menguap, melihat Mamanya yang tengah mencuci piring. Gadis itu baru saja bangun. Dengan langkah ringan, Aurel membuka pintu kulkas untuk mencari minum.
"Rel, malam ini kita mau ke rumah Ruby kamu ada waktu kan?" tanya Vivi tanpa menatap Aurel.
"Ngapain?"
"Ya ngelamar Ruby lah," jawab Vivi sembari mematikan kran air.
"Jadi Ali beneran mau nikah, Ma? Aurel beneran dilangkahin?" tanya Aurel masih tidak menyangka.
Vivi mengangguk. "Makanya kamu cepat cari pacar. Umur kamu udah 26 tahun loh Rel. Kamu mau jadi perawan tua?"
"Ah Mama mah, malah nyumpahin Aurel jadi perawan tua. Jangan gitu dong. Aurel kan juga pengen nikah. Cuma ya Tuhan belum ngasih jodoh yang pas aja."
"Atau kamu mau Mama kenalin sama anaknya teman Mama?" ucap Vivi.
"No! Big no! Aurel gak mau di jodohin. Pokoknya Aurel bakalan cari jodoh sendiri," ucap Aurel dengan yakin. Vivi hanya mengangguk.
"Ya udah kamu sana mandi! Anak perawan jam segini belum mandi," omel Vivi. Aurel memajukan bibirnya sebal. Gadis itu segera melangkah ke kamarnya.
**
Di lain tempat, sebuah keluarga tengah sibuk mempersiapkan semua keperluan acar nanti
malam.
"Mama kok Abang gak bisa di hubungi sih?" ucap seorang gadis cantik merengek kepada Ibunya.
"Masa iya? Coba Mama telpon Abang kamu, ya," ucap Sarah, Mama Ruby. Sarah mencoba menelpon anak sulungnya. Namun nomor yang di tuju tidak sedang aktif.
"Lah gimana sih kok jadi gini," ucap Sarah. Sarah lagi dan lagi mencoba untuk menghubungi anak sulungnya namun tetap
sama. Tidak aktif.
"Coba tanya Papa kamu. Mama lagi sibuk juga buat kue ini," ucap Sarah menyerah. Ruby memajukan bibirnya kesal. Namun dengan segera gadis itu berjalan kearah Papanya yang sedang mengobrol dengan pamannya.
"Pa..." panggil Ruby. Wardana mendongak, menatap Putri satu-satunya. "Kenapa sayang?"
"Abang kok gak bisa di hubungin sih?" adu Ruby. Wardana membenarkan letak kacamatanya. Dan langsung mengambil ponselnya. Pria paruh baya itu, mencoba untuk menghubungi anak sulungnya.
"Duh, Papa juga gak tahu ya. Kenapa bisa gini. Bentar, Papa telpon ke kantornya aja ya." Ruby mengangguk. Gadis itu tidak melepaskan pandangannya kearah Papanya.
"Halo, saya Kusuma Wardana, bisa berbicara dengan Daren Kusuma Wardana?"
"......"
"Oh begitu ya? Baik terima kasih... "ujar Wardana mematikan sambungan telponnya.
"Gimana Pa?" tanya Ruby.
"Papa lupa lagi. Kan harusnya Abang kamu emang lagi ke kuala lumpur, buat ketemu client. Sekarang dia lagi take off, jadi ponselnya mati," jelas Wardana."Yah beneran dong? Abang gak datang di hari pertunangan aku?" ucap Ruby sedikit kecewa.
"Gak pa-pa kali sayang kalau cuma pertunangan. Yang penting, nanti waktu kamu nikah. Abang kamu ada," ujar Wardana menasehati Ruby.
"Pokoknya Ruby gak mau nikah kalau Abang gak ada. Harus ada pokoknya!" ujar Ruby.
"Iya nanti Papa gak akan nyuruh Abang kamu kerja waktu kamu nikah," ucap Wardana memberi janji.
Ruby pun pamit untuk masuk kedalam kamarnya. Gadis itu menatap sebuah mading yang ada di depannya. Gadis itu tersenyum tipis, menatap sebuah foto universitas impiannya.
"Coba aja kalau kemarin gue lulus tes kuliah di Australia. Udah pasti, gue sama Ali bakalan lanjut S2 dan belum kepikiran buat nikah," gumam Ruby.
"Tapi ya udahlah, nikah juga bukan hal yang buruk. Ali kan baik, selama ini selalu jagain gue, dia lelaki baik yang Tuhan kirimkan emang sebagai jodoh gue.
Tiba-tiba ponsel Ruby berbunyi. Ada sebuah panggilan masuk dari Abangnya. Dengan sangat gembira. Ruby mengangkat telpon dari Abangnya.
"Abang!" teriak Ruby. "Kemana aja sih? Kenapa gak angkat telpon Ruby? Abang udah gak sayang lagi ya sama Ruby?" cerca Ruby dengan sedikit berteriak.
"Ya ampun, Dek. Suara kamu kenceng banget. Telinga Abang sakit banget nih."
"Abang jahat! Abang milih ke Kuala Lumpur, dari pada ke pertunangan Ruby!" ucap Ruby pura-pura marah."Gak gitu sayang, maafin Abang ya. Ini juga kan perintah Papa. Lagian Abang cuma seminggu di sini. Dan lagi pula, ada suprise buat kamu."
"Suprise? Apa? Ruby gak lagi ulang tahun loh," ucap Ruby begitu polosnya.
"Nanti kamu liat aja deh. Siapa yang datang ke pertunangan kamu."
"Yah gak seru nih gak ada spoilernya... " ujar Ruby sedikit lemas.
"Udah ya Dek. Abang gak bisa lama-lama langsung mau meeting nih. Bye adik ku sayang...."
Ruby kesal, karena Abangnya sudah mematikan telpon.
"Gak seru gak ada Bang Daren!"
***
Malam hari tiba. Aurel menatap wajahnya dengan make up tipis dan gaun yang sangat cantik. Ia sudah bersiap, untuk datang ke acara tunangan adiknya.
Tok... tok... tok...
"Rel, udah belum? Kita semua udah siap loh. Ini mau berangkat!" teriak Alya dari luar kamar Aurel."Iya Kak, ini udah selsai kok!" teriak Aurel. Aurel mengambil heels di rak. Lalu memakainya dan segera keluar.
"Buset, cantik banget Rel, mau cari jodoh?" cibir Gilang, Kakak iparnya.
"Iya dong Mas! Masa Aurel kalah sama anak kemarin sore!" ucap Aurel menatap sinis kearah Ali.
"Ya elah Kak, mana ada yang suka sama lo? Lo jutek, galak gitu," julid Ali yang tengah merapihkan rambutnya. "Apa lo bilang?!" ucap Aurel kesal.
"Udah-udah... kok malah pada berantem sih. Ini udah mau telat loh kita. Ayo berangkat," ujar Vivi menengahi keduanya.
Mereka langsung keluar rumah. Dengan seserahan yang sudah di siapkan sebelumnya. Tidak banyak yang ikut, hanya sanak saudara dari keluarga Aurel saja.
30 menit kemudian, mereka sampai di rumah Ruby. Di sambut oleh keluarga besar Ruby. Aurel berdiri di barisan kedua di samping Alya, kakanya.
"Rumahnya Ruby gede juga. Gue kira dia orang biasa aja," bisik Aurel kepada Kakaknya."Kamu gak tahu ya? Kan emang keluarnya tajir banget. Perusahaan besar di Jakarta masa gak tahu sih," balas Alya.
Keduanya malah bergosip, mengomentari rumah Ruby.
"Rel, liat deh ada cogan tuh. Kamu harus tepe-tepe kedia," usul Alya.
"Tepe-tepe apaan, Kak?"
"Terbar pesona! Gitu aja gak tahu!" ucap Alya sedikit gereget. Aurel diam, menatap lelaki yang di maksud oleh Kakanya tadi.
"Ganteng sih, tapi mukanya kayak gak asing. Siapa ya?" batin Aurel. Tidak terlalu memusingkan. Aurel memilih untuk fokus dengan acara ini. Hingga akhirnya Ruby dan Ali sudah resmi bertunangan. Acara selanjutnya adalah makan bersama. Saat ini Aurel bingung harus duduk di meja yang mana.
Gadis itu berjalan di pinggir kolam. Lalu ia menemukan kursi yang kosong. Ia duduk di sana sendiri. Tiba-tiba seorang lelaki tampan berjalan kearahnya.
"Hai, boleh gue duduk sini?" tanya lelaki itu. Aurel diam menatap lelaki di depannya.
"Ini kan, cowo yang tadi..." batin Aurel.
AWAL YANG BAIK
"Kenapa lo senyam-senyum sendiri?" ujar Tissa sembari menyenggol lengan Aurel.
Tissa duduk menaruh tumpukan berkas di atas mejanya. Sejenak perempuan itu merenggangkan.Otot punggungnya.
"Remaja jompo njir! Koyo gue mana ya," ucap Tissa. Kini perempuan itu mengambil koyo dari dalam tasnya.
"Remaja apaan? Lo kan udah tua," sindir Aurel."Sarkas banget sih jawabnya. Gini-gini kalau berdiri di pinggir jalan masih di godain om-om," balas Tissa.
"Eh Sa, lo tahu Aldino kan? Yang kemarin kita liat dia di dating apps?" Aurel mendekat kearah Tissa sembari tersenyum sumringah.
"Aldino Maheswari? CEO perusahaan sebelah kan? Yang lo maksud?" tanya Tissa. Aurel mengangguk antusias. "Kenapa?"
"Gue kemarin kenalan sama dia!" ucap Aurel begitu senang."Serius? Demi apa?" Tissa nampak kaget, ia menatap Aurel dengan tatapan kepo-nya.
"Iya beneran, ternyata dia tuh sepupunya Ruby," ucap Aurel. "Calon adik ipar lo?"
"Iya, gue bisa kali ya pdkt-an sama dia?" ucap Aurel.
"Harusnya bisa sih. Lo harus deketin dia duluan tapi," usul Tissa.
"Gampang itu mah. Tapi lo yakin kan? Dia gak punya pacar?" Aurel menatap Tissa menyelidik.
"Eum, kayaknya engga sih ya. Terus ngapain dia main dating apps kalau dia punya pacar?" ujar Tissa. "Cari BO-an? Kayak Daren?"sambung Tissa.
Aurel terdiam, hal ini membuat Tissa tertawa. "Becanda gue. Ya kali cowok se-cool dan sekeren
Aldino cari BO-an di dating apps."
Aurel diam, mengingat Daren sedikit merusak moodnya. Lelaki itu sangat menyebalkan. Untung saja Aurel sudah tidak bertemu dan tidak lagi berurusan sama laki-laki itu.
"Aurel, lo di panggil Pak Andre suruh ke ruangannya," ucap salah satu pegawai membuat Aurel sadar dari lamunannya.
"Iya Din. Makasih ya," ucap Aurel. Dina mengangguk lalu pergi.
"Sa, gue keruangan Pak Andre dulu, ya. Kalau. Mau ke kantin tungguin gue!" pesan Aurel.
"Oke tuan putri," ucap Tissa lalu melanjutkan pekerjaannya.
***
Ruby menatap Aldino yang tengah fokus dengan laptop di depannya. Gadis itu memgkrucutkan bibirnya kesal. Karena merasa diabaikan oleh Aldino.
"Jadi Bang Al nyuruh Ruby kesini cuma buat liatin Bang Al kerja?" ucap Ruby melipat tangannya di depan dada.
Aldino diam, dan hanya melirik Ruby sebentar. Lalu ia melanjutkan pekerjaannya lagi.
"Ih nyebelin banget sih. Mending Ruby telpon Bang Daren buat ngadu!" ucap Ruby mengambil ponselnya. Terdengar suara helaan nafas dari Aldino. Lelaki itu menutup laptopnya.
Sementara Ruby mengurungkan niatnya untuk menelpon Daren.
"Kamu mau kemana emang? Biar Abang temani," ujar Aldino."Beneran?" ujar Ruby senang. Aldino mengangguk. Ruby langsung memeluk leher Aldino.
"Sekarang Abang harus temeni Ruby ke rumah Ali. Ngasih titipan Mami," ucap Ruby.
"Ke rumah Ali?" Ruby mengangguk antusias.
"Oke. Abang ambil kunci mobil dulu, " ucap Aldino. Aldino bersiap-siap. Lalu berjalan menyusul Ruby. Mereka sampai di parkiran kantor.
"Ruby, Kakaknya Ali tuh belum nikah, ya?" tanya Aldino tiba-tiba ketika sedang melajukan mobilnya.
"Kak Alya udah nikah. Kalah Kak Aurel belum," jawab Ruby.
"Kenapa? Abang naksir salah satu dari mereka?" Aldino kaget dengan ucapan Ruby.
"Enggak nanya doang."
"Ah! Ruby tahu! Abang naksir Kak Aurel kan?" tebak Ruby.
Aldino diam, fokus dengan jalanan di depannya.
"Kak Aurel cantik sih. Tapi galak," sambung Ruby.
"Galak gimana?" tanya Aldino tanpa melihat Ruby."Ya gitu. Sinis banget sama Ruby," ujar Ruby mengerucutkan bibirnya. "Masa iya?"
"Iya Kak! Beberapa kali Ruby ke rumah Ali gak pernah tuh di sapa sama Kak Aurel."
Aldino diam, namun mau bagaimana pun Aurel. Ia sudah terpikat dengan gadis itu.
***
"Daren, kamu kapan pulang? Nikahan Ruby pulang kan?" tanya Mami Daren dari seberang sana.
"Ya kali Daren gak pulang. Kan nikahannya adik Daren sendiri, Mi," jawab Daren sembari terkekeh. "Mi, jangan bilang-bilang Ruby ya. Daren lusa pulang. Mau buat surprise."
"Oke siap. Kok cepat? Kerjaan kamu udah selesai?" tanya Maminya.
"Udah kok. Ini mah gampang. Aku pengen ikut serta buat bantuin nyiapin pernikahan Ruby," jawab Daren.
"Iya Mami seneng kamu bisa bantuin Ruby."
Daren terseyum, Ruby adalah adik satu-satunya. Ia juga saudara kandungnya satu-satunya tidak mungkin jika Daren tidak menyayangi adiknya itu.
***
Aurel menguap, wajahnya nampak begitu mengantuk. Memang tadi dia sudah sempat tidur. Namun, sang Mama malah menganggu
tidurnya.
"Gimana Kak? Bisa kan?" ucap Ali menatap Aurel penuh harapan.
"Besok aja gak bisa? Ngantuk banget nih," ujar Aurel sembari menguap lagi.
"Gak bisa, Kak. Lebih cepat lebih baik. Lagian ini masih jam 8 ya kali lo mau tidur jam segini," ucap Ali. "Kenapa emang?"
"Biasanya lo kan nokturnal, iya kan, Ma?" ucap Ali meminta persetujuan Mamanya. Mamanya
datang membawa cemilan dan kopi.
"Nih Kak minum. Mama udah buatkan kopi biar gak ngantuk."
"Yang mau nikah siapa! Yang ribet siapa!" gumam Aurel. Namun gadis itu tetap membuka
laptopnya.
"Ah gitu banget! Yang ikhlas dong!" ujar Ali menarik kedua pipi Aurel. "Sialan! Sakit!" teriak Aurel.
"Assalamualaikum..."
Keduanya berhenti bertengkar,melihat kearah sumber suara.
"Wa'alaikumsalam," jawab Ali sembari menyambut keduanya. Sementara Aurel? Gadis itu kaget, dia menutupi wajahnya dengan apa saja yang ada di sekitarnya.
"Mampus gue! Kenapa ada Aldino? Mana muka gue lagi berantakan lagi. Ada ilernya gak ya?" ucap Aurel lirih, hanya dirinya yang mampu mendengar."Kak? Lo ngapain?" ucap Ali.
"Enggak! Gak pa-pa," jawab Aurel masih menutupi wajahnya.
Ali menarik buku di wajah Aurel. Sehingga Aurel menatap kearah Aldino. Gadis itu tersenyum, dan mengumpat Ali dalam hatinya.
"Duh mampus, illfeel pasti si Aldino sama gue," batin Aurel sembari tersenyum kecut.
"Sayang mending kita ke Mama aja yuk," ajak Ali. Ruby mengangguk keduanya pergi meninggalkan Aldino dan Aurel.
Keduanya nampak canggung. Aurel juga bingung harus gimana."Lagi ngapain Rel?" tanya Aldino mencairkan suasana.
"Eum, ini lagi bantuin Ali desain undangan pernikahannya," ujar Aurel. Aldino mendekat untuk melihat lebih jelas.
Jarak keduanya begitu dekat. Bahkan indera penciuman Aurel di penuhi dengan wangi parfum Aldino.
"Bagian ini lebih bagus warna gold sih," ujar Aldino memberi saran.
Aurel sadar dari lamunannya. Ia mengangguk, dan mulai menganti bagian itu dengan warna gold.
Tanpa sadar, keduanya larut dalam susana. Saling memberi ide dan saran.
Setengah jam berlalu, mereka telah menyelesaikannya.
"Gimana kak udah selesai?" tanya Ali.
"Udah dong," jawab Aurel dengan bangganya.
"Wow Bagus juga," ujar Ali.
"Gimana sayang? Kamu suka gak?"
"Suka kok. Bagus banget, makasih ya Kak," ucap Ruby kepada Aurel. Aurel hanya mengangguk.
"Besok sekalian cetakin, ya kak. ""Ha? Gue gak salah dengar?" ujar Aurel.
"Enggak. Soalnya besok gue sama Ruby mau lengkapin berkas-berkas sama data-data ke KUA," jawab Ali dengan entengnya.
Aurel menatap Ali sebal. Ya memang besok ia libur. Tapi kan, waktu libur itu ingin di gunakan Aurel untuk memanjakan tubuhnya.
"Gimana kalau Nak Aldino temani Aurel?" ujar Mama Aurel. "Ma... "ujar Aurel.
"Nak Aldino bisa kan?" ujar Mama Aurel kepada Aldino."Bisa kok Tan," jawab Aldino sembari tersenyum, Aldino juga melirik Aurel.
"Al, kalau lo sibuk gak usah gak pa-pa kok," ujar Aurel.
"Enggak kok Rel, santai aja," jawab Aldino.
Aurel terdiam, memikirkan semua ini. Tapi bukannya bagus? Ia akan lebih dengan Aldino?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!