NovelToon NovelToon

Kisah Mafia Tampan Dan Gadis Buta

Bab 1

Malam itu, di tengah guyuran hujan seorang pria paruh baya sedang berkendara diiringi tawa penuh kebahagiaan. Putri satu-satunya bernama Elsa baru saja menghadiri pesta ulang tahun temannya–Michelle. Gadis berambut panjang berlayer itu terlihat sangat cantik apalagi dengan soft dress pink yang dikenakannya yang semakin membuat penampilannya terlihat sangat elegan dan feminim.

Keduanya tertawa terbahak-bahak setelah mengingat momen lucu yang baru saja mereka dapatkan dari pesta ulang tahun tadi. Michelle yang berulang tahun ingin si cantik Elsa digendong oleh pria tampan seperti seorang eksekutif muda, Michelle mengatakan bahwa ia ingin melihat Elsa yang manis mengganti label singlenya secepat mungkin. Alih-alih mengabulkan keinginan temannya yang baru saja berulang tahun, Elsa malah mengolok-oloknya dengan membawa ayahnya ke pesta dengan mengatakan bahwa pacarnya adalah pria paruh baya yang sudah memiliki lima cucu dan dua istri.

Tiba-tiba, Michelle langsung terkejut disertai dengan mata terbelalak seolah ingin keluar dari tempatnya, sementara yang lain hanya menyeringai dan berusaha menahan tawa karena yang lain mengenal ayah Elsa. Siapa yang tidak mengenal ayah Elsa, beliau adalah seorang pengusaha sukses di kota besar ini. Ayah Elsa bernama Dirly ia adalah seorang pengusaha hebat, kata orang-orang ayah Elsa adalah orang terkaya di kota besar ini. Dan Elsa percaya bahwa ayahnya adalah seorang pengusaha tekstil, meskipun rumor bahwa ayahnya adalah seorang raja narkoba telah sampai ke telinganya, namun Elsa tidak pernah percaya dengan berita bohong yang telah tersebar luas itu.

Ayahnya sangat baik, pintar dan juga sangat berdedikasi. Jadi Elsa percaya bahwa ayahnya bekerja sesuai dengan norma yang berlaku. Dan temannya bernama Michelle yang masih penduduk baru di Indonesia tidak mengenal ayah Elsa karena status kewarganegaraannya yang baru saja berubah. Dan pertemuan di acara ulang tahun tadi adalah pertama kalinya mereka bertemu.

Gara-gara itu, mereka kini terlihat tertawa terbahak-bahak di dalam mobil sampai-sampai Elsa sendiri sampai sakit perut karena kebanyakan tertawa. Elsa adalah anak tunggal, dia hanya tinggal bersama ayahnya setelah perceraian kedua orang tuanya terjadi saat Elsa berusia lima tahun. Bagi Elsa, semua itu tidak mudah dilalui, butuh kesabaran dan juga ia harus merelakan hidupnya tanpa kasih sayang seorang ibu. Tapi, karena itu, Elsa menjadi gadis yang sangat kuat dan mandiri, meski terlahir dari darah biru.

Hujan semakin deras, sepertinya Elsa juga lelah karena seharian banyak aktivitas. Hingga setelah gelak tawa keduanya mereda, saat itu Elsa menguap lebar ia sempat bicara pada ayahnya bahwa ia mengantuk apalagi jarak ke rumahnya masih sangat jauh.

"Ayah, sepertinya aku sangat lelah, aku ingin tidur." ucap Elsa dengan nada manja sambil menggeliat.

Dirly tersenyum. "Tidurlah, karena Ayah yang menyetir." ia terkekeh.

"Kalau aku tidur, apa Ayah tidak akan mengantuk karena tidak ada yang mengajak Ayah mengobrol?" tanya Elsa memastikan disela menguap.

"Tidurlah, Ayah bisa bicara dengan bayangan Ayah sendiri." seloroh Dirly yang membuat Elsa tertawa terbahak-bahak secara spontan.

"Ayah, benarkah?" ulang Elsa setelah tawanya berhenti.

Dirly  mengangguk. "Tidurlah, besok kau harus sekolah. Jangan sampai kau tertidur di kelas lalu penghapus papan tulis terbangan sampai ke kepalamu." kata Dirly sambil tertawa ringan sedangkan Elsa hanya bisa mendengus manja.

"Terkaan Ayah tentangku di hari esok sangat jelek," komentar Elsa sambil mengerucutkan bibirnya.

Dilly terkekeh pelan. "Hanya bercanda, tidurlah sayang." kata Dirly sambil cepat-cepat mengelus rambut bagian atas putrinya dengan penuh kasih sayang.

Elsa mengangguk mengerti. "Aku segera tidur Ayah, selamat malam." tukas Elsa yang hendak tidur sambil menguap lebar dan meregangkan tubuhnya.

"Tidurlah." Dilly berkata dengan lembut.

Hingga tanpa sadar mata Elsa langsung terpejam, rasa kantuk yang menyerangnya sungguh sangat berbahaya. Karena kelelahan akhirnya berhasil membawanya ke dalam mimpi, mimpi yang sangat indah yang membuatnya untuk terlelap.

Sementara itu, tanpa disadari Dirly yang masih fokus berkendara yang masih diselimuti hujan deras yang mengguyur bumi serta diiringi suara guntur, tiba-tiba sebuah jip hitam tampak mengikuti laju mobilnya dari belakang.

Seorang pemuda yang sedang mengemudi dengan mengenakan jas hitam ditemani walkie talkie di tangannya, tampak sedang berbicara dengan seseorang di seberang dan tampak seperti sedang mengikuti petunjuk sang boss. Hanya anggukan kepala tanda persetujuan yang terlihat dari gerakan pemuda itu. Setelah itu ia pun meletakkan walkie talkie di dashboard mobil, senyum miring pun tersungging di sudut bibirnya.

Hingga detik itu, si pemuda pun langsung menambah kecepatan mobilnya di atas normal. Dan hal itu membuat Dirly menyadari sesuatu, setelah ia melihat mobil di belakangnya dari balik kaca spion seakan ia tahu jip itu sepertinya sedang mengikuti kendaraannya.

Dirly segera dapat menganalisis bahwa tampaknya ia dan putrinya dalam bahaya, maka ia pun langsung meningkatkan kecepatan mobilnya untuk menghindari pengawasan seseorang di belakangnya.

Dirly mulai panik namun ia tetap berusaha untuk tetap tenang, saat mobil di belakangnya semakin mendekat dan berusaha untuk menyalip. Namun Dirly tidak tinggal diam, ia terus menekan gas yang membuat putrinya terbangun dari tidurnya. Elsa tersentak karena dia sangat terkejut dengan apa yang terjadi.

"Ayah apa yang terjadi ?!" tanya Elsa dengan wajah panik.

"Jangan khawatir sayang, kita akan baik-baik saja." Dirly pun berusaha menenangkan Elsa dan tetap berkonsentrasi mengemudi.

"Ayah, apakah mereka penjahat?" Elsa bertanya dengan curiga sambil melihat ke belakang, dan sekarang wajah putrinya terlihat sangat pucat karena ketakutan.

Dilly menelan ludah dengan gugup. "Kita akan baik-baik saja, percayalah pada Ayah." ucap Dirly berusaha meyakinkan putrinya, namun nyatanya kata-kata menentramkan dari ayahnya justru membuat Elsa semakin khawatir dan gemetar.

"Aku takut, Ayah," rengek Elsa seolah ingin menangis sambil menoleh ke belakang, ia terus memastikan bahwa mobil itu tidak bisa mengejarnya.

Namun ternyata mobil Dirly kurang kencang, pemuda itu mencoba menyalip namun Dirly tidak menyerah sama sekali. Dirly mencoba untuk menghindar dan hal itu justru membuat si pemuda merasa lebih tertantang. Pria itu tiba-tiba menyalip di tikungan tajam yang membuat kendaraan yang ditumpangi Dirly dan Elsa dalam kondisi berbahaya, karena Dirly terkecoh dan kehilangan kendali. Dan dengan spontan karena hal itu pun membuat Elsa menjerit ketakutan, tiba-tiba terjadilah rem dadakan yang berhasil membuat mobil Ferrari berwarna putih itu selip di antara belokan aspal yang licin hingga membuat mobil berputar-putar.

Jeritan histeris dari dalam Ferrari semakin mendominasi, sementara mobil jip itu langsung berhenti. Mobil Dirly langsung menabrak pohon besar di pinggir jalan, hingga mengakibatkan dentuman keras dan membuat Dirly langsung terpental, melayang di udara sepersekian detik kemudian jatuh ke aspal jalan seperti karung beras yang diberi adegan gerak lambat dan tubuhnya pun terbaring sampai tak bergerak lagi.

Kepala Dirly terjerembab dengan keras di aspal jalan, menyebabkan kepalanya bocor dan banyak darah segar berceceran dimana-mana. Sementara kepala Elsa terantuk ke depan dengan kekuatan yang sama, hingga memecahkan kaca mobil dan wajah Elsa yang membentur bagian bawah dashboard mobil. Sampai akhirnya seluruh wajah Elsa bercucuran darah dan detik itu juga ia tak sadarkan diri.

Di tengah guyuran hujan pemuda itu keluar dari mobil dengan seringai jahat penuh keangkuhan. Ia menghampiri Dirly yang tergeletak di aspal jalan lalu tangannya bergerak memeriksa denyut nadi Dirly. Lalu tiba-tiba hanya tawa puas yang terdengar seolah ia merasa bangga karena target berhasil ditaklukkan.

Setelah itu, ia pun berjalan ke mobil Ferrari yang mengeluarkan banyak asap, ia membuka pintu mobil dimana ada sosok gadis yang masih tertunduk lemah, pemuda itu menjambak rambut gadis itu dan melihat gadis itu tidak sadarkan diri. Kemudian pemuda itu pun mengeluarkan walkie talkie dari saku celananya.

"Targetnya mati, sedangkan gadis itu kritis." Ia melapor kepada seseorang di seberang sana dengan seulas senyum miring. Pria itu mengangguk seolah-olah ia telah menerima instruksi lagi, lalu membanting pintu mobil dengan kasar dan meninggalkan Elsa tanpa belas kasihan.

Bab 2

Suara kursi roda didorong terdengar, hingga memecah kesunyian. Seorang pria paruh baya dengan rambut hampir putih tiba-tiba muncul dari kamarnya yang dibantu oleh seorang perawat lansia yang bekerja untuk merawat pria paruh baya tersebut. Usianya tak lagi muda namun pikirannya masih berfungsi dengan sangat baik, ia masih bisa mengingat semuanya, termasuk mengingat konflik rumit antara dirinya dan putranya sepuluh tahun lalu.

Pria paruh baya itu hanya tinggal seorang diri di sebuah istana megah yang seharusnya dihuni orang banyak di masa tuanya. Baik istri maupun anak laki-laki tidak pernah menemaninya selama bertahun-tahun ini dan karena itu ia merasa sangat kesepian. Ia merasa harta yang dimilikinya saat ini sangat tidak berguna, tidak ada yang bisa melanjutkannya. Namun ia selalu percaya bahwa anaknya pasti akan kembali, meski ia tidak tahu kapan mereka akan dipertemukan kembali.

Sementara pintu depan rumahnya terbuka lebar, dengan notaris dan juga pengacara berdampingan. Mereka datang atas permintaan pria paruh baya itu meski dengan cara yang sangat mendadak.

Pria paruh baya itu tersenyum dan tentu saja notaris dan juga pengacara membalas senyumnya dengan anggukan kepala yang ramah.

Akhirnya mereka terlibat perbincangan yang sangat serius di ruang tamu, sehingga notaris segera meletakkan beberapa lembar kertas dari folder tersebut di atas meja. Dengan senang hati setelah membacanya dengan seksama pria paruh baya itu langsung membubuhkan tanda tangannya diatas materai yang disaksikan oleh pengacara kepercayaannya. Setelah semuanya selesai, pria paruh baya itu langsung tersenyum lega karena ia merasa telah mengambil keputusan yang tepat.

"Terima kasih," kata pria paruh baya itu sambil berjabat tangan satu per satu pada mereka.

"Sama-sama, Tuan." jawab mereka dengan senyum ramah.

*****

Tak .. Tak .. Tak...

Derap langkah kaki di ubin terdengar sangat ritmis memecah kesunyian malam, seorang pria jangkung tampan bersetelan jas dan sepatu hitam mengkilat semakin mendukung penampilannya sebagai anggota dari mafia. Pemuda itu bernama Alden, ia adalah anggota mafia sekaligus tangan kanan Jeffry, Tuan besar 'Kalajengking Hitam'.

Alden berjalan begitu gagah dan percaya diri sambil merapikan dasi yang disematkan di kerah kemejanya, ia berjalan dengan bangga di lorong yang banyak didatangi bawahannya. Hingga terlihat jelas bagaimana lekukan bibirnya membentuk senyuman angkuh. Sesekali ia menyesap rokok di tangannya dengan penuh kharisma, hingga asapnya mengepul ke udara setelah ia hembuskan pelan-pelan.

Kini ia berada di sebuah mansion yang sangat mewah dengan banyak member yang mabuk ditemani dengan wanita ****** yang mereka sewa dan memenuhi mansion tersebut. Dan pemandangan ini bukanlah hal yang aneh, pemandangan seperti ini merupakan hal yang lumrah terjadi.

Ceklek!

Alden membuka pintu dengan berderit, tatapan dingin dari matanya yang tajam berhasil menciptakan kengerian tersendiri bagi anggota lain yang berada satu ruangan dengannya. Alden adalah yang paling terpercaya dan mudah diandalkan bagi Jeffry, karena ia bekerja dengan sangat baik.

Alden adalah seorang pria yang sangat cerdas dan penuh taktik yang tidak mudah dibaca musuh. Maka Jeffry pun tak pernah kecewa dengan pilihannya yang menempatkan Alden sebagai tangan kanannya menggantikan Daud yang pernah menjadi anggota kepercayaan Jeffry.

Semua anggota membungkuk seolah sedang memberi hormat atas kedatangan Alden, dan hanya Daud yang tidak pernah melakukannya. Daud hanya menyeringai jahat tetapi Alden tidak pernah memperhatikannya, karena baginya semua itu tidaklah penting untuk dipedulikan.

Daud sangat tidak menyukai kehadiran Alden di kelompok 'Kalajengking Hitam' selama tiga tahun terakhir, karena sosok Alden yang menurutnya telah berhasil merebut hati Tuan besarnya–Jeffry.

Memang, Daud selalu terang-terangan menunjukkan ekspresi tidak senang saat melihat kehadiran Alden. Alden tidak pernah memikirkannya karena yang terpenting baginya adalah ia bisa menghasilkan banyak uang dari pekerjaan yang menguntungkan ini.

Alden memiliki sisi gelap yang selalu dikucilkan oleh ayahnya, dan bahkan oleh lingkungannya karena ia tidak punya apa-apa, ayahnya selalu memandangnya sebelah mata dan cenderung menuduhnya selalu menghamburkan banyak uang dari harta orang tuanya, ia adalah sering dikucilkan bahwa hidup di bumi ini hanya membawa kesengsaraan dan tidak akan pernah bisa sebesar ayahnya. Dan karena itu, Alden sering menjadi bahan gosip dan dipandang rendah, hingga ia pun menjadi gelap mata dan memutuskan untuk bergabung dengan kelompok kriminal.

"Selamat datang kembali Bos Alden dan selamat karena Bos telah membunuh Dirly." sambut pria bertato tepat di depannya.

"Terima kasih, lain kali kau beritahu temanmu yang ada di ujung sana untuk selalu menghormati ku. Kalau tidak, jangan salahkan aku jika aku memotong lehernya." ujar Alden tegas, serupa sindiran halus untuk Daud yang sedikitpun tak menoleh.

Pria bertato itu tidak menjawab, ia hanya mengangguk ragu seolah ia juga tidak berani mengatakannya pada Daud. Seolah ia masih mengapresiasi Daud yang dulu memang pernah memegang posisi tangan kanan 'Kalajengking Hitam' sebelum digantikan Alden.

Alden tersenyum kecut seraya mendelik sinis ke arah Daud lalu ia pun melanjutkan langkahnya.

Daud mendesis. "Sebentar lagi aku akan menyingkirkanmu dan membunuhmu! Lalu aku akan memberikan tubuhmu pada burung gagak, agar bangkaimu tidak tertinggal sama sekali, dasar pecundang!" Daud bermonolog sendirian kemudian ia pun tersenyum miring.

Rupanya apa yang baru saja dikatakan Daud sampai ke telinga Alden, meski terdengar samar tapi ia cukup yakin bahwa Daud sedang membicarakannya.

Akhirnya langkanya pun berhenti tiba-tiba, lalu ia pun menoleh ke arah Daud dengan tatapan tajam, rahang mengatup, lalu tersenyum misterius.

"Daud, apakah kau sedang membicarakan aku?!" tanya Alden keras dan terdengar garang.

"Apa? Aku pikir kau harus memastikan bahwa nyawamu takan pernah melayang. Bekerjalah sesuai yang kau inginkan, puaskan semuanya sebelum aku merenggut nyawamu di kemudian hari. Menurutku kau memang pria yang sangat payah!" Daud menyindir pelan sambil tertawa kecil.

“Sebelumnya aku tidak pernah memberimu pelajaran. Jadi lebih baik hari ini, kau berhak mendapat sedikit pelajaran dariku!” seringai licik Alden kini terpampang di wajahnya, tapi Daud sepertinya meremehkannya.

"Kau pikir aku takut pada gertakan?" tantang Daud santai lalu tersenyum kecut.

Alden tersenyum kecil, lalu perlahan ia pun berjalan menghampiri Daud. Sementara yang lain terlihat ketakutan saat melihat Alden marah seperti itu. Wajahnya menyala, tatapannya garang, lalu bak seperti kilat Alden pun langsung memukul Daud dengan satu pukulan tepat di pangkal hidungnya hingga berdarah.

Bug!

Daud meringis kesakitan, namun seolah tak mau berhenti begitu saja, Alden kembali menyerang Daud tepat di bagian perut dan juga memukulnya dengan sesuka hati, seperti sedang memukul layaknya memukul samsak, ia meninju berulang kali hingga membuat Daud berteriak yang tak dihiraukan Alden.

Bug!

Bug!

Bug!

Pukulan Alden selanjutnya mengirimkan pukulan dahsyat tepat ke ulu hati Daud, sehingga semburan darah segar pun keluar dari mulutnya. Dan pada saat itu, tubuh Daud pun langsung ambruk dalam hitungan detik. Sedangkan mereka yang menyaksikan hanya bisa menelan ludahnya ketakutan tanpa membantu apapun, sedangkan Alden langsung meludahi wajah Daud seraya menginjak dadanya dengan kaki.

"Cuihh.."

Bugh!

"Uhuk .. Uhuk…"

Daud terbatuk-batuk seraya berusaha melepaskan kaki Alden yang masih berada di atas dadanya, namun kekuatannya sama sekali tak bersisa.

"Apa kalian lihat?! Beginilah jadinya, kalau kalian semua meremehkanku! Aku tidak akan segan-segan menghancurkan siapapun! Jangan pernah bertarung dan jangan pernah berpura-pura menjadi juara! Apa kalian mengerti, hah?!" Alden berteriak sangat keras, sehingga yang lain menundukkan kepala dengan ketakutan.

"Siap Bos, mengerti!" kata yang lain serempak.

"Bagus!" komentar Alden murka lalu ia pun menendang tubuh Daud yang sudah terkapar.

Bab 3

Suara dua brankar didorong terdengar bergerak cepat menyusuri lorong rumah sakit, satu brankar dimasukkan ke kamar mayat sedangkan brankar satunya lagi masuk ke dalam ruangan UGD.

Kini tubuh Elsa terbaring di atas brankar dalam kondisi masih pingsan dengan peralatan medis yang sudah terpasang. Dengan pakaiannya yang sudah berganti menjadi pakaian pasien, sementara satu dokter dan satu perawat masih menangani Elsa yang malang. Kepalanya terlihat terbalut perban akibat benturan yang sangat keras pada saat kecelakaan. Dan pada detik itu jari-jari Elsa mulai bergerak sangat pelan namun secara intens, sehingga seorang perawat menyadarinya.

"Dok, sepertinya pasien sudah bangun."

Dengan cepat dokter segera memeriksa keadaan Elsa menggunakan stetoskop lalu mencoba memeriksa matanya menggunakan penlight, dokter menyadari bahwa penglihatan pasiennya tampak bermasalah.

Setelah itu Elsa membuka matanya perlahan dan ia terbangun dari posisinya dengan sedikit meringis sambil memijat pelipisnya yang terasa sangat pusing. Mungkin semua itu karena benturan keras yang dialaminya, kepalanya terluka parah sehingga jika ia mengingat sesuatu ia akan merasa sangat pusing.

"Ayah? Ayah, dimana?" panggil Elsa berkali-kali dengan suara serak dan juga nada panik. "Ayah kenapa semuanya terlihat sangat gelap? Ayah, Ayah?" Elsa mencoba merasakan sesuatu karena sepertinya penglihatannya tidak berfungsi dengan baik.

"Tolong, Nona tenanglah." tiba-tiba terdengar suara lembut dari seorang wanita di telinga Elsa yang membuatnya sedikit bingung.

"Kau siapa?" tanya Elsa beralasan sambil mencari sumber suara.

"Perkenalkan, saya Suster Bianca," suster itu segera melingkarkan tangannya di bahu Elsa seolah suster itu berusaha menenangkannya agar tidak terlalu banyak melakukan gerakan panik.

Alis Elsa langsung menyatu di tengah. "Suster Bianca? Ah, apakah aku sedang berada di rumah sakit?" tanya Elsa memastikan sambil mencari dan meraba tangan perawat yang kini berada tepat di sampingnya.

"Benar, sekarang Nona ada di rumah sakit."

"Apa?" Elsa terkejut seketika. "Lalu dimana ayahku, sus? Dimana? Dan kenapa aku tidak bisa melihat apapun?" tanya Elsa banyak bertanya, kini ia merasa sangat panik dengan wajah yang terlihat begitu pucat.

"Nona, harap tenang, oke?" kata dokter berusaha menenangkan pasien.

Elsa segera mencoba menyelidiki apa yang terjadi padanya dan ia berulang kali menepis semua pikiran buruk yang terlintas di kepalanya. "Dok? Dok, ayo, katakan sesuatu, dok! Sebenarnya kenapa dengan penglihatanku dan dimana Ayahku?!" Elsa bertanya dengan tidak sabar sambil mencari lengan dokter di sisi kirinya, hingga ia pun meringis menahan rasa pusing di kepalanya.

“Dua hari yang lalu Nona mengalami kecelakaan dan saya sangat menyesal, saya harus mengatakan bahwa Nona sekarang buta,”

Deg!

Seketika mata Elsa langsung terbelalak, hatinya serasa dihantam sesuatu yang membuat jantungnya terasa akan meledak saat itu juga. Kalimat yang baru saja diucapkan oleh dokter tersebut, tentu saja membuatnya sangat begitu terkejut.

Elsa menggelengkan kepalanya berkali-kali dan berusaha meyakinkan dirinya sendiri, bahwa semuanya hanyalah mimpi.

"Tidak dok, aku yakin ini pasti mimpi!" seru Elsa seraya tersenyum getir di antara air matanya yang mulai menetes di pipinya.

"Tenang, Nona. Semuanya pasti akan lebih baik." kata dokter yang mencoba mengindoktrinasi agar pasiennya bisa mengendalikan diri.

"Aku tidak buta, aku tidak buta! Itu tidak akan pernah terjadi padaku!" berkali-kali Elsa menasehati dirinya sendiri, hingga akhirnya ia mulai berada pada titik kesadaran yang membuatnya berteriak histeris, karena apa yang baru saja ia dengar dan serta cuplikan dimana mobilnya tergelincir kini terputar jelas di kepalanya.

"Tenang, Nona. Tenang," kata suster itu lembut, sementara Elsa terus memegangi kepalanya yang terasa sangat berat sambil menangis histeris.

Elsa mencoba mengucek matanya dan mencoba melihat seberkas cahaya, tapi nyatanya semuanya terlihat begitu sangat-sangat gelap. Elsa langsung berteriak lagi, menjerit, dan mengacak-acak rambutnya hingga berantakan karena depresi.

"Aaaaaaa .. Tidak .. Tidak!"

"Tenang Nona, tenang!" suara perawat kembali masuk ke telinganya yang membuat Elsa semakin histeris seperti wanita yang sudah kehilangan akal sehatnya.

Elsa semakin meronta, hingga brankar yang di naikinya terdengar berderit dan bergoyang karena tak bisa dikendalikan lagi. Perawat terus berusaha memegang tangan pasien dengan erat, begitu juga dengan dokter yang memegang erat kaki pasien yang kini brontak dengan begitu hebat.

"Lepaskan, lepaskannnnn!" teriak Elsa menjerit dan menangis yang telah berhasil memecah kesunyian malam yang semakin larut.

"Tenang Nona, tenang!" dokter segera meraih sesuatu dengan tergesa-gesa di balik saku snell lengan panjangnya.

"Ayah? Ayah? Ayah?!" Elsa memanggil begitu histeris diiringi tangisannya yang memilukan.

Hingga akhirnya jarum suntik menyentuh kulitnya, membuat teriakan Elsa langsung melemah serta membuat tubuhnya lemas. Tubuh Elsa langsung dibaringkan dengan lembut oleh perawat setelah ia baru saja diberi obat penenang yang bercampur dengan obat tidur. Setidaknya itu bisa membuat Elsa sedikit lebih baik.

"Pasien harus istirahat, sepertinya ia dalam keadaan trauma berat." kata dokter kepada perawat.

Perawat itu mengangguk mengerti. "Baik, dok."

Setelah melihat pasien tertidur, keduanya pun langsung bergegas meninggalkan ruangan, meninggalkan Elsa yang terbaring lemah dan tak berdaya di brankar tanpa ada yang menemaninya.

Sesampainya di lobby rumah sakit, seorang pemuda gagah berjas hitam langsung menghampiri perawat dengan setengah belari yang sedang bertugas di meja resepsionis dengan wajah yang terlihat begitu khawatir dan juga terburu-buru.

"Di mana pasien atas nama Elsa Geolova, sus? Saya kerabatnya." tanya pemuda itu disela nafasnya yang terengah-engah.

"Baik, biar saya periksa dulu." perawat segera memeriksa data di komputernya dengan cepat.

Pria muda itu mengangguk dan melirik arloji di pergelangan tangannya. Sepertinya hari sudah sangat larut dan tentu saja membuatnya semakin tidak sabar dan semakin khawatir.

Pemuda itu menarik nafas dalam-dalam. "Semoga Elsa baik-baik saja," doanya serupa lirih.

"Pasien atas nama Elsa Geolova ada di UGD nomor 11, Pak." kata perawat sambil tersenyum ramah.

Pemuda itu mengangguk mengerti. "Terima kasih, sus."

"Baik, sama-sama Pak." kata perawat dengan senyum tipis.

Seketika itu juga pemuda itu langsung berjalan dengan begitu tergesa-gesa, menyusuri koridor panjang rumah sakit hingga menemukan kamar yang dicarinya. Segera ia pun membuka pintu itu dengan perlahan dan menemukan seorang wanita yang masih terbaring lemah di brankar.

Ceklek!

"Elsa," sebut pemuda itu pelan.

Tidak ada jawaban dan ruangan itu sangat sunyi, sepertinya Elsa sekarang sedang tidur lelap. Kemudian pemuda bernama Willy itu pun berjalan menghampiri Elsa dengan langkah tertatih-tatih dan tampak menahan air mata. Setelah berdiri tepat di samping brankar Elsa, terlihat bagaimana Willy yang kini mulai terisak-isak dengan tangannya yang kini terulur membelai pucuk rambut gadis itu dengan lembut.

"Aku tidak percaya semua ini akan terjadi padamu," desisnya sambil menggelengkan kepalanya samar-samar, seolah ia tak pernah percaya dengan kenyataan yang baru saja terjadi pada Elsa.

"Willy?" tiba-tiba Elsa terbangun dari tidurnya dengan memanggil pemuda itu dengan suara serak.

Tapi sepertinya setelah matanya terbuka ia masih belum bisa melihat apapun. Semuanya masih sama, terlihat sangat gelap dan juga menakutkan.

"Apa aku hanya bermimpi? Kenapa suara Willy begitu dekat denganku?" Elsa berbicara pada dirinya sendiri seiring dengan air mata yang menetes dari sudut matanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!