Part 1 Ulang tahun Yudha
Malam ini seperti biasanya, yudha teler lagi bersama teman-teman nya.sejak sore sepulang dari kantor mereka langsung cabut menuju rumah bordil. Apalagi hari ini bertepatan dengan hari ulang tahun yudha. Dengan berbagai cara teman- teman nya tetap memaksa dengan dalih ini sudah kebiasaan mereka semenjak duduk di bangku SMA.
"Yudh, Weekend yuk.... sudah seminggu kita tidak bersenang-senang, udah mumet kepala nih, akhir-akhir ini kerja menumpuk. Mumpung gak ada lembur nih "Boy tetap membujuk.
"Maaf Boy aku sudah janji sama Lastri nih, gak pulang lembur lagi. Kasihan dia gak punya teman dirumah. Semenjak dia hamil bawaan nya cengeng, lagian kan waktu ulang tahun mu itu kesepakatan kita aku ikut karna Lastri gak di rumah. Dan, aku janji sama Lastri gak mengulangi nya lagi. Gue janji itu yang terakhir kali, Lastri butuh aku Boy."
"Yaaah.. gak asyik kau Yudh.. masak kamu mau di atur sama Lastri sih?.. ayo lah kawan.."
"Kenapa sih kalian asik debat aja. Gimana dengan kebiasan kita senang-senang di hari ulang tahun..? Masak iya di hapuskan..? Kayak nya hari ini ada yang ulang tahun deh."
Jeffry menaik turunkan alis nya sebelah kanan. Bibir nya pun tersenyum karena merasa berhasil menengahi perdebatan antara Yudha dan Boy.
"Siapa jeff...?"
Boy dan Yudha serempak bertanya. sepertinya Yudha tidak menyadari hari ulang tahun nya hari ini.
"Halah jangan pura-pura kau yudh.."
Jeff menuduh telunjuknya kepada yudha.
"Aku...?" Yudha menunjuk dadanya dengan kening berkerut. Kemudian seketika dia langsung memukul keningnya seakan sudah menyadari hari ini adalah hari lahirnya.
"Jangan pura-pura kau"
"Halaaah... kau ini yudh.. yudh.."
Tiba-tiba boy berdiri kemudian menghampiri yudha dan mencekal lengan yudha.
"Ayo.. jangan banyak alasan lagi kamu yudh"
Boy melemparkan tas kerja yudha kepada jeff.
'Huff' jeff menangkap lemparan yg mendadak itu kemudian meraih tas kerja nya dan tas kerja boy d atas meja. Mereka pun meninggalkan ruang kerja yudha. Jeff berjingkrak dengan bersorak riang.
Malam ini keinginannya untuk enak-enak sudah di depan mata.
Yeeeaaahh....
________________
Semantara itu di kamar yang luas, sendirian dan gelisah. Tak henti-hentinya Lastri melirik jam yang tergeletak di nakas samping ranjangnya. jam satu pagi.
Ranjang ukuran king size yang empuk ini tak mampu untuk menenangkan hatinya yg kian gundah. Laras melirik lagi kue ulang tahun yang dibuat nya sore tadi. Lastri meraihnya dari nakas kemudian melemparkannya ke lantai. Seketika kue itu hancur tak berbentuk lagi..
"Aaaaarrrrggggghhhh"
Lastri menjerit melepas rasa kekesalan hatinya.
Kecewa, dan sakit di hati tak terperi. Semenjak ia hamil dengan perut mulai membuncit Yudha banyak berubah.
'Wussss...'
Sekelebat bayangan terlihat dari jendela. Bayangan hitam itu menghilang begitu saja. Semenjak menempati rumah ini sekitar tujuh bulan yang lalu Lastri sudah merasakan ada sesuatu yang janggal. Seperti ada yang memperhatikannya.
"Siapa disitu....? mas Yudha.. apa itu kamu..?
Tentu bukan mas Yudha, Dari tadi tak ada terdengar suara mobil." Batin Lastri.
Semenjak tiga bulan dirumah ini awal dari perubahan sikap Yudha, kejanggalan itu mulai Lastri rasakan.
Sejak Yudha pulang larut malam. Lastri sering cemas seakan dirinya di perhatikan seseorang di balik jendela.
"Hufhhhhh..."
Lastri membuang nafasnya dengan kasar sekaligus membuang ketakutannya. Lastri segera menaiki ranjang nya. Kemudian membalut tubuh nya dengan selimut hangat nya. Selain takut bulu kuduk nya juga meremang.
Malam sepi terasa kian mencekam. Apalagi rumah ini satu-satunya di area ini. Tanah ini dulu nya bekas lahan luas yang kosong. Karena tanah ini sengketa, tak ada lagi pekerja kebun yang menanam lahan.
Sekitar satu hektar kebun bunga itu berubah jadi hamparan rumput liar. Satu hektare lagi di seberang jalan raya pun sama hanya di tumbuhi semak belukar . Sekilas perasaan Lastri seperti barada di tengah hutan. Walau kenyataan nya sesudah batas lahan kosong ini ramai rumah penduduk saling berdempetan.
"Tetap saja penduduk tidak tau seandainya sesuatu terjadi sama aku.., Besok bik Narti aku ajak nginap disini ajah... aku takut sendirian di rumah sebesar ini" batin Lastri sambil memejamkan mata berusaha agar tertidur secepat nya. Tanpa sadar Lastri pun tertidur dan segera masuk ke alam mimpi.
_____________
Musik yang memekakkan telinga dengan suara dan celotehan para pengunjungnya membuat ruangan itu hingar bingar. Perempuan berpakain kurang bahan, tepatnya setengah telanjang, menari-nari di lantai tinggi dengan berpegangan pada tiang panjang sebesar tiang sapu. Mereka meliuk-liuk kan badan dengan indah lemah gemulai mempertontonkan setiap inci lekuk tubuh nya.
Di sudut ruangan Yudha sedang frustrasi memikirkan kejanggalan yang di temui nya tiga bulan ini. Botol minuman yang sudah kosong berjejer di atas mejanya. Yudha benar- benar teler malam itu. Wanita-wanita penggoda yg menghampiri nya selalu di tolak nya.
Sudah tiga bulan Yudha pelanggan diskotik ini, tapi tak satu orang pun yang pernah di sentuh nya disini. Baik Wanita seksi maupun waria cantik yang tak kalah seksi.
Sementara itu Boy dan Jeffry sedang menikmati malam indah di kamar mereka masing-masing.
Semenjak Yudha dewasa tak pernah sekalipun Yudha cabut ke diskotik. Walau bagaimanapun Boy dan Jeffry membujuk nya. Kenakalan nya hanya sebatas tawuran dan nongkrong-nongkrong. Dan itu berakhir setelah memasuki bangku perkuliahan di luar negeri, dan akhirnya bertemu dengan Aluna istri pertama nya.
Tapi entah kenapa malam itu Yudha tertarik berawal dari Lastri menginap di rumah orang tua nya selama dua bulan. Lastri mabok berat dengan kondisi hamil mudanya. Lastri merengek pengen dirumah mama nya. Sementara jarak rumah orang tua Lastri dengan kantor Yudha lumayan jauh dengan jarak tempuh memakan waktu dua jam.
Dengan Sesekali bayangan kekecewaan Lastri lewat di pelupuk matanya. Ada rasa menyesal dan tak tega tapi, entah karena apa awalnya dia seperti ini.
Sejak Yudha menikahi Lastri kejanggalan demi kejanggalan di temui nya. Tepatnya tiga bulan terakhir ini setelah tujuh bulanmenikah. Memang rumah itu sudah di persiapkan terlebih dahulu. Setelah selesai pernikahan siri, Yudha langsung memboyong Lastri dan langsung membawa Lastri ke rumah itu.
Tepat nya setelah yudha menginjakkan kaki di rumah bordil itu. Malam itu bertepatan ulang tahun Boy. Yudha tak kuasa menolak ajakan Boy. Dan kesepakatan pun segera di buat bahwa Yudha hanya ikut sekali ini saja. Dan itupun karena Lastri tak ada di rumah.
"Ayolah yudh, Lastri kan gak ada dirumah mau ngapain kamu sesore ini pulang? Mau bercumbu sama hantu..?" Jeffry tak mau kalah menggoda Yudha.
"Hahaha....."
Boy dan jeffry terbahak-bahak. Mereka serempak tertawa nakal karena Yudha di tinggal sang istri. Walaupun mereka tahu alasan Lastri pulang kerumah orang tua nya karena ngidam berat.
"Lagian kan ini kebiasaan kita sejak SMA senang -senang di hari ultah..." Boy terus mendesak Yudha.
"Iya Boy tapi kita tidak harus ke rumah bordil kan..? Kita dulu nya cuman nongkrong-nongkrong, dan mendaki bukit. klo acara nya begituan oke gue mau" timpal Yudha berusaha menghindari ajakan kawan-kawan nya.
"Alaaah... sok alim kamu Yudh.. itukan zaman kita pejaka, belum tau enak-enak... iya kan Jeff..?" Boy menimpali dengan senyum nakal nya.
"Bukan gitu Boy.. mending aku pulang kerumah ku, lagian aku kangen dengan Aluna."
Aluna istri pertama Yudha yang tidak tahu apa yang terjadi dengan suaminya. Yudha berpamitan kepada Aluna pindah tugas ke luar kota. Sehingga Aluna setuju tinggal bersama mama papa Yudha. Dulu mereka punya rumah sendiri yang letaknya tidak begitu jauh dari kantor, karena itulah Yudha membujuk Aluna tinggal di rumah orang tua nya.
Rahasia Yudha aman karena jarak rumah orang tua Yudha berjarak dua jam dari kantor. Rumah orang tua Yudha dan rumah orang tua Lastri beda arah sehingga rahasianya sejauh ini masih aman. Ibarat rumah Yudha dan kantor di tengah-tengah, rumah orang tua Lastri arah kiri dua jam menuju rumah atau kantor, begitu juga rumah orang tua Yudha di arah kanan memakan waktu kurang lebih dua jam juga. Sementara rumah dan kantor jarak tempuh hanya kurang satu jam dalam kondisi jalan tidak macet. Rumah orang tua Yudha di perkotaan, sedangkan rumah orang tua Lastri di pedesaan. Jadi, sejauh ini rahasia masih aman.
"Aluna kan jauh yudh.. lagian dia taunya kamu berada di luar kota ya kan...."
Yudha tidak mampu mengelak lagi.. inilah awal mula Yudha menginjakkan kaki di rumah bordil ini.
'Aluna... Lastri... maafkan aku...'
______________________________________________
Tiga bulan yang lalu
Malam itu dalam keadaan setengah sadar, Yudha melajukan mobilnya dengan lambat memasuki area perumahannya. Samar-samar Yudha melihat sosok wanita duduk d bangku kayu di bawah pohon rindang. Wanita itu sendirian di malam gelap ini.
Yudha menatap ketanah memastikan kaki perempuan itu. Menapak ditanah ataukah melayang. Astaga.... ternyata wanita itu manusia biasa sama seperti Yudha menapak di atas tanah.
Wanita itu mengacungkan jari tangan nya ke arah jalan seakan meminta tumpangan.
"Mau kemana dia..? Rumah ku sudah di depan aku mau istirahat. Tapi bagaimana mungkin wanita itu dibiarkan malam begini sendirian. " Yudha bingung menghadapi situasi ini .
Semakin dekat wanita itu semakin ketengah. Seakan tau pemilik mobil itu ragu memberikan tumpangan.
'Ccccciiiiiiiitttttt...'
Roda mobil Yudha menyeret akibat rem yang mendadak di injak.
----‐‐--------------------Bersambung -----‐-----‐--------
Maaf pendatang baru
Mohon krisan nya ya reader ku tersayang
Part 2 Siapa wanita itu?
Malam itu dalam keadaan setengah sadar, Yudha melajukan mobilnya dengan lambat memasuki area perumahannya. Samar-samar yudha melihat sosok wanita duduk berjongkok di dekat bangku kayu di bawah pohon rindang.
Wajah nya pias pucat pasi. Terlihat jelas wanita itu sedang ketakutan badan nya gemetar, apakah memang dia merasakan takut yang sangat ataukah merasa kedinginan di malam yang mencekam ini.
Wanita itu sendirian di malam gelap ini. Yudha menatap ketanah memastikan kaki perempuan itu. Menapak ditanah ataukah melayang. Astaga.... ternyata wanita itu manusia biasa sama seperti? Yudha menapak di atas tanah.
Wanita itu mengacungkan jari tangan nya ke arah jalan seakan meminta tumpangan.
"Mau kemana dia..? Rumah ku sudah di depan aku mau istirahat. Tapi bagaimana mungkin wanita itu dibiarkan malam begini sendirian. " Yudha bingung menghadapi situasi ini .
Semakin dekat wanita itu semakin ketengah. Seakan tau pemilik mobil itu ragu memberikan tumpangan.
"Wanita itu sepertinya ingin tumpangan. Tapi bagaimana ya? Rumahku sudah di depan. Tapi,kenapa wanita itu makin ke tengah jalan?"
Yudha heran dengan tingkah wanita itu. Karena sebelum nya Yudha sudah membunyikan klakson mobil nya, seperti memberitahukan bahwa dia tidak bisa bawa tumpangan.
"Ciiiiiiiittttttt......."
Ban mobil berderit pertanda rem nya di injak mendadak. Terpaksa Yudha berhenti di depan wanita itu. Kemudian Yudha membuka kaca spion mobil nya. Wanita itu datang menghampiri Yudha.
"Kak... maaf apa saya bisa minta tolong..?" Wanita itu sepertinya sedang dalam keadaan cemas. Nada bicaranya seperti mengiba.
"Ya... kenapa? Apa yang bisa saya bantu..?"
"Mm...anu kak.." kepala wanita itu celingak celinguk seperti mengawasi sekitar. Mungkin dia sedang di kejar seseorang. Atau kabur sehingga takut tertangkap.
"Ya..?" Yudha mempertegas suaranya.
"Maaf kak apa saya boleh menompang..? Saya.. saya.. di rampok ...."
"Ughh... cepat masuk...!" Wanita itu terkejut tiba-tiba pintu mobil di depan nya sudah terbuka.
"Cepat..!"
"I...iya kak..."
"Mau kemana?" Yudha segera menanyakan tujuan wanita yang masih kelihatan cemas itu.
Tanpa berniat menanyakan kejadian apa yang menimpa gadis itu. Ya..., setelah Yudha memperhatikan wanita itu sejenak, dapat disimpulkan wanita itu masih muda atau bisa dikatakan seorang gadis.
"I..itu mas ..apa saya bisa minta tolong di antar langsung sampai ke rumah ku..? Saya..saya dirampok tadi kak, untung saya bisa melarikan diri dan ketemu sama kakak"
"Itu bisa saja terjadi . Dimana ada kesempatan biasanya penjahat tak pernah lengah.. terus kenapa malam begini masih keluyuran? Ini sudah jam empat pagi"
"Saya... ada tugas kuliah kak, tapi itu sebenarnya saya pulang kemalaman masih jam delapan. Saya naik ojek. Tapi ojek saya mogok. Tiba-tiba saya di todong kemudian di rampok, tas saya beserta isinya raib termasuk Handphone saya kak, trus saya ngumpet di semak belukar sana kak..." Suara gadis itu gemetaran pertanda ia memang ketakutan sekali.
"Iya..., seharusnya kamu nginap aja di rumah teman mu, kabari orang tua mu kalo kamu itu kemalaman. Bukan nekat seperti ini. Kamu tau kan zaman sekarang gimana..?" Yudha menasehati gadis itu dengan tulus seakan menasehati adik kandung sendiri.
"I...iya kak... saya tak menyangka jadi begini."
Yudha tersenyum samar. Jadi begini rasanya punya adik cewek. Tapi kenyataan nya dirinya adalah anak tunggal satu-satunya pewaris kekayaan keluarga Pratama. Dan sekarang sudah membuka cabang baru dengan nama 'PRATAMA TUNGGAL' dan Yudha sebagai Presdir nya.
Bukan tanpa alasan Papa Yudha memang menginginkan kemandirian dari putera semata wayang nya itu.
Ya kalau bukan sekarang kapan lagi, mengingat umur nya sudah tua. Dan hanya mempunyai seorang penerus perusahaan nya. Kalau meraka terus memanjakan nya tak mustahil pemuda itu pasti masih suka berfoya-foya, nongkrong tak jelas atau pergi kemping kegunung, kepantai, kehutan. Yang menurut orang tua itu tak ada gunanya dan membuang-buang waktu berharga di masa muda.
"Yudha, papa ingin kamu segera menikah dan terjun langsung memegang kendali perusahaan keluarga kita"
"Papa berencana akan membangun sebuah perusahaan baru untuk mu selepas pernikahan mu. Jadi, papa mohon camkan permohonan papa, mama mu juga menaruh harapan besar pada mu nak" Orang tua itu pun tersenyum penuh harapan besar pada putra semata wayang nya.
Hal itu yang membuat Yudha sulit untuk menolak permintaan papa mama nya.
Yudha terlonjak dari lamunan nya setelah menyadari gadis di samping nya mengatakan sesuatu atau lebih tepat nya nyaris berteriak.
"Kak.....kak....!!!.." gadis itu kelihatan panik
"Ya..ya apa tadi ..? Maaf.."
" Udah lewat rumah ku.. maaf merepotkan. Tadi Saya udah ngomong. Tapi kakak gak denger. Maaf sekali lagi ya kak sudah merepotkan."
Gadis itu menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada. Seiring mobil yang tadi melaju sudah menepi di pinggir jalan.
"Oh ya, maaf jadi kita mundur lagi?"
"Sebenarnya tidak terlalu jauh kak, biar saya turun disini saja"
"Tidak apa-apa sekalian saya pulang, rumah saya juga sudah lewat"
"Oh baiklah..."
Mobil Yudha pun berbelok memutar arah. Di dekat perbatasan gadis itu menghentikan mobil itu, dan menunjukkan persimpangan setapak.
"Di sini aja kak.." Gadis itu segera meraih pintu, pertanda hendak turun.
"Lho..rumah mu mana?" Yudha celingak-celinguk bingung, tak nampak rumah satu pun sebatas mata memandang hanya pohon rindang yang terlihat.
"Dari jalan setapak ini kak.."
"Oke kalau begitu biar saya antar saja sampai ke rumah mu"
"Gak usah kak, saya sudah banyak merepotkan kakak"
"Sudah gak papa.. jangan setengah-setengah memberikan pertolongan. Lain kali hati-hati ya.."
"Ya kak..." gadis itu tersenyum manis kemudian mengangguk-anggukan kepalanya. Sekejap bila diperhatikan reaksi gadis itu sangat manis dan manja. Hal itu membuat Yudha segera mengalihkan pandangannya fokus kedepan. Tiba-tiba Yudha teringat istri nya.
'Aghhhh... sedang apa kamu sayang..'
"Stop kak...rumah ku yang itu kak..!." Gadis itu pun menunjuk sesuatu, dan diikuti tatapan Yudha sesuai telunjuk yang mengarah keluar jendela. Nampak rumah gubuk sederhana dihiasi lampu temaram dari petromak.
Benarkah gadis itu tinggal disini??? Sesuatu yang bertolak belakang dari penampilan gadis itu.
Yudha segera menepikan mobil nya di pinggir jalanan setapak itu, kemudian gadis itu mengajak Yudha untuk singgah ke rumah nya.
"Makasih banyak atas bantuannya kak, ayo singgah dulu kak." Gadis itu segera menghampiri Yudha.
"Iya, sama sama, lain kali aja."
"Oya ka, kita tadi belum kenalan , Kesuma.."
"Yudha.." Yudha pun mengulur kan tangan nya menyambut uluran tangan gadis itu.
"Permisi.... " Yudha menganggukkan kapala nya sedikit dan membungkukkan badannya ke dalam mobil.
"Kesuma....!!!" tiba tiba seseorang memanggil Kesuma
Sontak keduanya pun menoleh .
Yudha pun urung melanjutkan maksud nya untuk masuk ke dalam mobil.
Nampak wanita separuh baya datang berlari kecil dengan tergopoh gopoh. Diraba nya seluruh tubuh gadis itu seakan memastikan kalau gadis itu baik baik saja.
"Kesuma kamu kemana aja nak.. ibu cemas.. ini sudah pagi lho nak.. kamu pigi nya dari rumah masih siang..."
"Ibu... udah deh, Kesuma baik baik aja... lihat ni kesuma gak kenapa napa kan..." Kesuma pun memutar mutar badan nya di depan sang ibu.
"Syukurlah kalau kamu baik baik saja nak... ibu cemas dari semalam gak ada kabar darimu"
Bu Tini menghela nafas lega. Karena putri yang sempat di khawatirkan ternyata Baik baik saja. Karena bagaimanapun wanita itu sangat cemas dengan misi anak gadisnya itu. Memburu perampok dan pembunuh sekaligus.
------Bersambung--------
Heppy reading... Semoga bahagia selalu...
Part 3 Flash back 25 tahun lalu
Nampak wanita separuh baya datang berlari kecil dengan tergopoh gopoh. Diraba nya seluruh tubuh gadis itu seakan memastikan kalau gadis itu baik baik saja.
"Kesuma kamu kemana aja nak.. ibu cemas.. ini sudah pagi lho nak.. kamu pigi nya dari rumah masih siang..."
"Ibu... udah deh, Kesuma baik baik aja... lihat nih kesuma gak kenapa napa kan..." Kesuma pun memutar mutar badan nya di depan sang ibu.
"Syukurlah kalau kamu baik baik saja nak... ibu cemas dari semalam gak ada kabar darimu" bu Tini menghela nafas lega. Karena putri yang sempat di khawatirkan ternyata baik baik saja.
"Lho kamu bawa teman? Suruh masuk nak.."
"Iya buk.., ini kak Yudha ... tadi Kesuma di ganggu penjahat bu... untung ada kak Yudha tadi lewat. Syukurlah kak Yudha orang baik, kasih Uma tumpangan "
"Alhamdulillah... makasih nak Yudha... ibu tidak bisa membalasnya.. semoga tuhan membalas kebaikan mu nak Yudha.."
Bu Tini menyatukan telapak tangannya menandakan bahwa ia berterima kasih banyak kepada lelaki yang sudah menyelamatkan nyawa anak gadisnya itu.
"Sama sama buk, itu sudah kewajiban saya.."
"Mari masuk dulu nak Yudha..."
"Lain kali saja bu, permisi bu.."
"Oh iya nak, makasih ya nak"
"Hati hati kak Yudha "
Yudha pun segera masuk ke dalam mobil nya dan membawa mobil nya berlalu dari hadapan ibu dan anak itu. Sebelum mobil itu bergerak dia terlebih dahulu mengangukkan kepala nya.
"Gimana rin, apa misi mu berhasil?" Bu Tini langsung to the point, karena bagaimanapun wanita paruh baya itu sudah sangat mengkhawatirkan keadaan anak gadisnya itu.
" berhasil bu, tadi itu memang dia orang nya. Gak salah lagi dia itu Yudha Arianja menantu si bajingan itu.."
"Ayo kita bicara di dalam saja bibi mu sudah waswas menunggu mu dari tadi"
"Iya bu ayo.." Kesuma dan ibu nya beranjak masuk kerumah dengan menggandeng lengan ibu nya, yang sejak tadi cemas menunggu kedatangan nya.
*************
"Jadi kamu sudah menemukannya, " bibi Narti bertanya sekali lagi. Tak menyangka usaha anak majikannya membuahkan hasil yang memuaskan dan mampu bergerak cepat seorang diri .
"Iya bik...itu sudah tak salah lagi. Orang nya sudah sesuai dengan poto yang di kirim paman."
"Syukurlah... beruntung paman mu bekerja di rumah Burhan walaupun hanya tukang kebun."
"Iya bik... itu karena tua bangka itu tidak kenal paman Tejo. Dia gak tau kalo bibik udah menikah lagi.. hiks... aku jadi teringat almarhum paman Bahri bik. Paman orang yang banyak berjasa di hidup Rini..."
"Iya sayang... makanya jangan lupa do'a kan paman mu. Bibi pun kangen sama paman mu. Dia sosok yang sangat baik..tapi sudahlah Allah lebih sayang paman mu, makanya Allah memanggil paman mu terlebih dahulu. Paman Tejo juga tak kalah baik sama keluarga kita, tak boleh mengeluh seperti itu sayang..."
"Iya bik... bukan nya Rini tak bersukur dapat paman sambung, Rini hanya ingat pengorbanan paman Bahri merebut surat tanah papa dari si tua bangka itu. Walaupun semua sia sia... tapi.., tapi karena peristiwa itu membuat nyawa paman jadi taruhan nya... hu..hu.."
Akhir nya tangis Rini pecah juga..tak kuasa membendung rasa sesak yang menghantam dada nya.
Bu Tini dan bibik Narti tak kuasa menahan tangis juga mereka ikut sesenggukan dan akhirnya memeluk gadis itu. Peristiwa mencekam itu terbayang lagi di pelupuk mata. Rini Kesuma menyaksikan paman Bahri terkapar oleh kakak kandung papa nya sendiri.
Paman Bahri supir pribadi almarhum memergoki Burhan kakak tertua mendiang Atmaja masuk ke kamar orang tua Rini. Karena rasa tanggung jawab yang besar akan keamanan lingkungan rumah majikannya, Paman Bahri pun menyusul Burhan.
Tak disangka Burhan yang mengetahui bahwa dirinya kepergok, dengan reflek segera menghantamkan senjata tumpul yang berada di genggaman nya tepat mengenai kepala Bahri sehingga membuat lelaki itu terkapar tak berdaya .
Bahri yang menyadari akan hal itu, langsung berdiri berusaha meraih kertas yang berada di tangan Burhan. Menyadari akan hal itu, Burhan kembali menghantamkan benda tumpul itu tepat ke kepala Bahri.
Rini yang tanpa sengaja menyusul paman Bahri dan berniat mengejutkan supir keluarga itu dari belakang, Melihat semuanya dengan jelas.
Seperti kebiasaan Bahri dan Rini, bila Paman Bahri yang berada di belakang Rini, beliau pun akan mengejutkan Rini dengan menyentuh pundak atau menggendong secara mendadak. Dengan memanggilkan panggilan yang disukai Rini. 'Cah ayu...' Rini pun terkejut dan kemudian akan tergelak tertawa terbahak-bahak karena sekalian digelitik Bahri supir pribadi yang sudah di anggap paman sendiri.
Tak disangka, justu pemandangan yang mengerikan lah yang di saksikan gadis kecil itu. Rini tergagap tak tau berbuat apa, setelah menyadari lelaki pembunuh itu hendak kabur barulah Rini berteriak minta tolong.
"Paman....,!!! tolong.... ,!!! bibi...,mama...,tolong paman...ma...!!" menyadari orang yang di panggil tak ada yang muncul, Rini bergegas ke kebun belakang memanggil tukang kebun.
"Mang Tejooo...mang Tejo....!!!."
Rini terengah engah, antara takut dan panik menyerang gadis kecil yang baru berumur lima tahun itu.
"Iya neng Rini..." Mang Tejo segera menghampiri gadis kecil itu.
"Mang tejo... huaaaa... mama sama bi Narti mana mang..? Hua.....hua...."
Gadis itu menangis kencang, tak kuasa menahan sedih dan ketakutan dihati nya.
"Kenapa nangis neng..? Ibu dan bi Narti hanya sebentar kepasar. Mungkin bentar lagi pulang neng.." Tejo pun bingung, tak biasa nya anak majikannya ini cengeng seperti tadi.
"Ayo sama mang Tejo aja ke kebun belakang. Atau kita ke kebun bunga saja gimana neng...?" Tejo berusaha membujuk anak majikannya yang sedang menangis kejer itu.
Gadis kecil itu mengeleng dengan cepat dan masih saja menangis kejer. Ditengah kebingungan Tejo, lelaki itu akhirnya teringat mang Bahri.
Tejo sempat melihat Bahri masuk ke halaman. 'Pasti neng Rini senang dan akhirnya berhenti menangis, kan neng Rini dan mang Bahri akrab' senyum Tejo mengembang karena merasa mendapati jalan keluar masalah neng Rini anak majikannya.
"Gimana kalo kita kejutkan mang Bahri...? Tadi mang Tejo nampak mang Bahri di sana lho......!"
Mang Tejo berusaha membuat mimik wajah yang lucu dan ceria agar anak majikannya itu merasa terhibur dan segera berhenti menangis.
Gadis kecil itu menggeleng... tapi tangis nya sedikit mereda. Dengan bersusah payah Rini mengucapkan sesuatu karena masih sesenggukan...
"Mang Bahri... huk...huk..." Rini sesenggukan dan tangannya menunjuk ke dalam rumah.
"Iya neng...?" Mang Tejo pandangan nya mengikuti tangan Rini yang menunjuk ke dalam rumah.
"Mang Bahri.... mati mang... huuu..uu...hu.."
"Mati...? Maninggal gitu neng..?"
Anak majikan nya itu segera menganggukkan kapala nya. Pertanda bahwa yang di katakan mang Tejo benar.
Mang Tejo terlonjak karena terkejut, tapi kemudian lelaki itu tenang kembali. Karena yakin anak majikannya itu sedang di kibuli mang Burhan. Atau tepatnya mang Burhan sedang bersandiwara.
"Ha..haha..hahaha.. " Mang Tejo tertawa terbahak-bahak ingin sekali dia menyusul Burhan ke dalam. Ingin menyaksikan dengan mata kepala nya sendiri bagaimana caranya dia bersandiwara sehingga anak majikannya itu mengira Bahwa Burhan benar benar mati atau meninggal.
"Mang Tejo.... Rini gak boong mang... ayok kita tengok ke rumah sekarang mang...!!!" Rini merengek dan masih sesenggukan seakan terpukul dengan peristiwa yang sudah di saksikan gadis kecil itu.
"Ayok mang...!!!" gadis kecil itu meraih tangan mang Tejo.
"Iya neng ayok..." Mang Tejo tersenyum dan merasa lucu dengan tingkah laku anak majikannya itu. Karena tangisan dan kepanikan yang tergurat di wajah gadis kecil itu sangat serius.
'Hmmm dasar mang Burhan... '
Tangan kecil itu mengenggam erat tangan kekar Tejo sangat terasa kalau tangan itu dingin dan gemetaran. Membuat pirasat Tejo seakan berkata bahwa apa yang di katakan anak majikannya itu memang benar.
Kini mereka sudah memasuki rumah dari pintu belakang, Rini mempercepat langkahnya. Mang Tejo mengikuti gadis kecil itu dengan hati yang berdebar karena was was.
Sesampainya di ruang tengah Rini menjerit lagi memanggil nama lelaki yang tergeletak itu. Membuat mata mang Tejo membulat sempurna.
"Paman Bahri....
-Bersambung-
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!