...****************...
Bagi anak laki-laki yang baru lulus sekolah menengah atas dia akan di hadapkan oleh dilema untuk lanjut ke dunia perkuliahan atau Langsung berkerja.
Eitss... Tapi mungkin itu hanya pikiran ku saja ya. Namanya adalah Putra seorang remaja laki-laki yang merupakan salah satu siswa dari Madrasah Aliyah Negeri. di pikiran orang-orang mungkin siswa yang telah lulus dari sini mereka adalah calon ustadz karena sekolah menengah atas termasuk sekolah bernuansa islami. Tetapi, bagi Putra mungkin sama semua sekolah sama saja soal itu balik lagi ke kepribadian masing-masing bagaimana mereka mau membawa dirinya.
Di sekolah ini Putra termasuk siswa di kenal pintar dan berprestasi. Putra juga di kenal oleh kalangan guru-guru sekolah tersebut. Dan lumayan dikenal oleh adik-adik kelas. Tetapi selain sebenarnya Putra juga orang yang nakal. Beberapa kali kena kasus di sekolah walaupun kasusnya tidak terlalu parah. Seperti bolos tidak masuk kelas padahal di luar kelas, tidak ikut kegiatan upacara maupun kegiatan pengajian lainnya, kabur dari sekolah biar pulang lebih cepat. Walaupun Putra di kenal guru mempunyai image yang bagus tetapi ia juga dikenal nakal oleh beberapa guru. Putra termasuk orang yang berteman tidak pilah pilih. Selama pribadinya cocok dengan nya maka ia mudah untuk berteman dengan Putra walaupun lebih banyak teman nakal sebenarnya.
Ketika di suatu pagi di parkiran sekolah
"Put ayo keluar," ujar lelaki yang Putra temui di parkiran sekolah.
"Kemana ?" jawab Putra.
" Warung belakang sekolah kita nongkrong sudah ramai tu disitu ayo, lain kali aja ikut pengajiannya kan udah telat juga malah kena hukum nanti loncat pagar aja", ucap lelaki tersebut merayu.
Tapi, di saat itu Putra lebih memantapkan diri untuk tidak ikut lelaki itu dan masuk ke sekolah walaupun harus di hukum karena telat. Lelaki itu adalah teman sebangku Putra namanya Satria. memang banyak sekali kenakalan yang ia lakukan bersama Putra ketika di sekolah. Walaupun dia seperti itu dia adalah teman seperjuangan yang akan selalu ada.
Alhasil menolak ajakan Satria untuk loncat pagar sekolah, Putra akhirnya menertawakannya bersama temannya yang lain. Karena, mereka di grebek guru nama nya Pak Asir salah satu guru killer di sekolah Mereka. saat istirahat Putra melihat teman-teman nya yang bersama satria telat terpampang depan lapangan sekolah.
"Ini contoh murid yang ketauan minggat dari acara sekolah dan nongkrong sambil merokok di warung belakang", terdengar lantang Guru BK mengumumkan mereka dengan microphone.
Dari kejauhan Putra tertawa bersama temannya
" Hahaha...... lihat muka Satria tanpa rasa bersalah," ujar Yoga.
Yoga juga adalah teman Putra dengan satria yang kebetulan memilih jalan siswa baik-baik pada saat itu.
"Tambah lagi pak hukuman nya," teriak Putra sambil tertawa dengan nada mengejek.
Setelah dihukum rombongan siswa yang kena hukum kembali ke dalam kelas masing-masing.
"Hahaha...... untungnya aku tidak ikut kamu pagi tadi satria," ujar Putra sambil tertawa.
"Sialan, lagi enak nongkrong tiba-tiba kena gerebek oleh Pak Asir, mana itu baru beli rokok," jawab Satria dengan nada kesal.
"Hahahah...... lanjutan anak muda, belajar lagi dek main mu kurang rapi," sambung Yoga sambil tertawa dengan mengejek.
"Mana kena surat panggilan lagi, apes banget ini siap-siap kena omel di rumah, apa sewa ojek aja buat pura-pura jadi orang tuaku ya?" terbesit niat nakal satria lagi.
"Udah bilang aja sama ayahmu buat datang sekolah karena prestasi," jawab Putra sambil menepuk pundak nya dengan tertawa.
Yahh mungkin itu lah sepintas kenakalan Putra di sekolah yang sebenernya memang tidak baik untuk di banggakan. Mungkin sebagian bagi remaja yang seumuran nya mungkin itu sesuatu yang lumrah.
Lanjut.....
jika itu kehidupan Putra yang menjadi siswa nakal sekarang ada juga sisi siswa baik-baik Putra.
"Juara satu lomba olimpiade kimia tingkat kabupaten Putra Birmantara Dewa," terdengar suara tersebut di barengi tepuk tangan.
Dengan gagah nya Putra maju ke depan lapangan untuk prestasinya kali ini sebagai juara satu olimpiade kimia. Mungkin bagi rekan-rekan sekelas Putra itu hal biasa ia maju ke depan karena prestasi tapi tidak bagi teman-teman nya yang dari kelas lain sekaligus teman tongkrongan di "WAROK" ( Warung Beli Rokok) sebutan untuk warung tempat Mereka setelah pulang sekolah untuk menyisihkan waktu bersilaturahmi dan membahas pelajaran di kelas. Yahhh.....
kira-kira seperti itu majas yang biasa digunakan teman-teman Putra kalau di tanya guru kenapa pulang sekolah tidak langsung pulang tapi malah nongkrong di situ. Di setiap teman-teman Putra memiliki keunikan sifatnya masing-masing memang. Walaupun ia sering mengikuti kenakalan meraka tetapi Putra juga termasuk orang yang memikirkan akademik dan juga termasuk ambisius sebenarnya kalau soal nilai-nilai. Tetapi pembawaan ia yang santai tanpa beban ketika ada ujian kadang tidak menunjukkan ia adalah orang ambisius soal akademik. Padahal, Putra bisa keliatan santai setelah begadang berjam-jam untuk menghabiskan waktu membaca buku persiapan ujian.
Suatu ketika di kelas......
"Put kamu nanti mau kuliah atau lanjut kerja setelah lulus?" tanya Salim.
Ia adalah saingan Putra di kelas tetapi Putra selalu respect dengannya karena dia memang anak baik-baik rajin belajar, pekerja keras, dan taat kepada orang tua. Dia termasuk orang yang ambisius soal pelajaran di kelas dan hal-hal positif lainnya.
"Belum tau Lim, masih bingung yaaa kalau nanti dapet undangan kemungkinan kuliah," jawab Putra sambil garuk-garuk kepala.
"Kuliah aja sayang otak sepertimu di sia-siakan gak masuk dunia perkuliahan," saran Salim sambil tersenyum.
Yahh.... mungkin bagi orang lain itu adalah pertanyaan biasa ya tapi bagi Putra itu juga ultimatum untuk diri sendiri karena sudah tidak terasa sudah semakin tua dan sekarang menginjak kelas 3 sekolah menengah atas.
Malam harinya Putra pun kebingungan kemana akan ia langkahkan kaki ini setelah pertanyaan salim di sekolah tadi.
"kalau aku kuliah keluarga ku mungkin akan susah untuk membiayai uang kuliah ku," gumam dalam hati Putra, "Tapi aku ingin kuliah."
Dan kemudian Putra langsung searching di internet soal biaya kuliah ya akhirnya yang ia dapatkan. Kalau biaya kuliah bisa di tawar dan lebih murah kalau lewat jalur undangan dan jalur tes bersama.
"Sudah ku putuskan aku akan kuliah kalau mendapatkan undangan atau lulus tes bersama universitas," tegas Putra.
Ohiyaaaaa... Putra sebenernya adalah anak yatim yang sudah kehilangan ayah semenjak sekolah menengah pertama. Yang tersisa tinggal ibu, kakak perempuan ku 2 orang, dan satu adik laki-laki yang masih kecil. Jadi kalau untuk soal kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah dari hasil kebun peninggalan ayahnya Putra. Dan dengan alasan itu lah sebenarnya cukup memberatkan ia untuk lanjut kuliah. untuk kakak perempuan Putra pertama itu sudah berkerja dan kakak perempuan Putra ke-2 juga sudah kerja.
Keesokkan hari nya..........
"brembremmmm," terdengar knalpot racing motor yang mungkin sudah biasa kami dengar di Warok. Tetapi kali ini beda penunggang motor settingan untuk anak balap itu ternyata wanita tua memakai baju kuning berhenti tepat di depan mereka yang sedang menghembuskan asap rokok.
"Anjinggg... ibuk sia stop cepat kabur...." terdengar suara yang tidak tau siapa lagi berbicara itu karena suasana panik di grebek guru.
Ada yang berlarian untuk sembunyi tanpa memperhatikan motornya tinggal ada yang sembunyi di bawah kolong meja tanpa perduli itu bukan tempat yang aman untuk sembunyi. Dan ada juga yang pura-pura tidak tau dengan memalingkan wajah. Dengan gagah Buk Sia menyebrang jalan dengan memarkirkan motor repsol settingan balap itu.
"Buk beli roti 10 ribu," ucap Buk Sia ke penunggu warung.
"lahh bukan di grebek ini," jawab Yoga kepada satria.
Mereka tidak sembunyi karena tempat persembunyian sudah penuh dan mereka hanya memalingkan wajah saja.
"Ada buk ini dia," jawab penunggu warung.
setelah membeli mereka pun menegur ibu itu yang merupakan salah satu guru di sekolah kami.
" Buk...," ucap mereka bersama-sama sambil tersenyum takut.
Setelah itu ia pergi mengendarai motor repsol itu.
Kemudian mereka pun tertawa lepas melihat tingkah teman-teman nya yang kebingungan. Meskipun teman-teman Putra sering berbuat nakal Tapi mereka pun juga termasuk orang-orang yang tetap takut kepada guru dan Mereka tetap menghormati nya.
Keesokkan harinya pun tiba...
Rutinitas biasa selalu Putra lakukan bangun pagi untuk sholat subuh makan mandi dan bersiap ke sekolah. Dengan mengendarai matic beat karbu 2011 kesayangan yang ia namai Si Jecky.
"Gassspol.... Jecky," ucap Putra kepada Jecky yang memulai memudar kesehatannya tiap hari.
Setiba di sekolah pemandangan memunguti sampah dan kena marah oleh guru sudah tersaji pagi ini.
"Ah.. telat lagi," ucap Putra dengan lesu.
Kebiasaan telat mungkin sudah biasa bagi Putra bukan karena kesiangan terkadang pengaruh rumahnya kejauhan dari sekolah ini yang membuat sering telat. Jalanan macet belum lagi jalan yang jelek membuat harus pelan-pelan kalau sedang menunggangi jecky. Ditambah umur Jecky sudah mulai tua membuat kegesitannya sudah mulai berkurang.
"sini kamu," terdengar lantang suara itu dari kejauhan.
Putra Sedikit tertegun mendengar suara tersebut dan suara orang yang sangat ia segani sekaligus mereka takuti, ya itu Pak Asir.
"Heheh pagi pak," ucap Putra
"Pagi-pagi matamu!!!, lihat sudah jam berapa ini," sanggah Pak Asir.
"Tapi......tadi aku berangkat pagi dari rumah pak cuman sampai nya disini kesiangan," dengan nada merayu Putra menjawab.
"Ohhh jadi siapa yang salah," sambil menjewer telinga Putra.
" bapak.. ehh saya pak," kata Putra keceplosan.
"Ohhh bapak,"-Pak Asur coba menjewer Putra-"ayo ikut bapak bersih-bersih wc laki-laki."
Ya begitulah keseharian yang mungkin sudah tidak asing bagi Putra.
Di WC Sekolah.......
"Kayaknya merokok sambil bersih-bersih wc enak nih coba ahh," gumam Putra dalam hati sambil menutup pintu, "Lumayan satu batang surya."
Dan kebetulan Pak Asir datang ke wc laki-laki untuk mengawasi nya.
"Bau rokok ini..." gumam dalam hati Pak Asir. "Putra... dimana kamu," dengan nada suara yang di ubah agar di kira itu adalah teman Putra.
"oiiii, sini!!!" jawab Putra.
Terdengar langkah sepatu pantofel mendekat setapak demi setapak hingga ke depan pintu WC yang ku gunakan untuk bertapa sambil merokok. "Put....bagi dong," ucap Pak Asir sambil menirukan suara siswa yang lain.
"Ini kok agak beda suara nya dengan teman-teman ku yang lain, ahh mungkin paling Tio," kata Putra dj dalam WC.
Tio adalah adik kelas yang lumayan akrab dengan Putra yang sering melakukan hal gila Bersama.
"Duarrr..." terdengar tendangan pertama ke pintu.
"Pasti Pak Asir gawat langsung jongkok aja biar di kira Buang air besar," kata Putra.
Sambil tergesa-gesa Putra jongkok dan meniupkan sisa asap rokok di dalam WC tersebut. Sambil gayung air ia buat suara air seperti orang baru sudah buang air besar.
"Semoga berhasil,"gumam Putra.
Dengan keadaan pintu yang sudah di tendang kira-kira tiga kali oleh Pak Asir hingga membuat pengunci pintunya hampir rusak. Bergegas Putra membuka pintunya sambil tertawa kecil.
"Ehh Bapak, kenapa Pak? tadi aku sakit perut pak izin dulu jadi buat buang air besar sambil bersih-bersih wc ini," ucap Putra meyakinkan Pak Asir.
Pak Asir coba mengendus-endus kan hidungnya seraya berkata, "Tapi ini kok beda bau nya ini bau rokok. kotoran mu bau rokok apa? tidak usah alasan ikut bapak ke kantor."
Yahhhhh.......begitulah keseharian Putra di sekolah ini. Begitu penuh warna setiap harinya. Ia pun di bawa ke ruang guru.
"Ini buk, Putra sudah telat merokok juga diam-diam di dalam wc,"ucap Pak Asir ke ruangan itu dengan lantang bak pengumuman dari speaker sekolah.
"Putra ini banyak di pengaruhi oleh teman nya pak," timbal Bu Septi yang lumayan dekat dengan Putra. Beberapa guru lainnya mengangguk seperti memberikan isyarat sependapat dengan Bu Septi.
"Ya udah pak nanti aku yang memarahinya," sambung Buk Merry dengan nada lembut.
"Heheeh selamat," tertawa jahat dalam hati Putra. "nasehati ya buk merry pintar tapi nakal juga gak ada gunanya nanti anak ini," ucap Pak Asir.
Pak Asir lalu meninggalkan ruangan tersebut sambil menapak kan kakinya berjalan, mungkin untuk mencari mangsa lagi atau juga memburu siswa-siswa nakal lainnya.
Yahhhhh begitu lah kehidupan apesnya hari ini dimulai.........
setelah mendapat ceramah singkat dari wali kelas Putra pun dengan muka lesu dan murung menyusuri aula ruangan guru. Meter per meter ia ukur dan sampai di depan ruang kelas yang kelihatan sudah ada guru masuk dan Satria nampak nya jadi anak rajin kali ini kelihatan mencatat tatap Putra dari jauh.
"seetttt... bapak sudah lama masuk," Bisik Putra dari kejauhan.
Mungkin dengan gerak bibir Putra mungkin itu bisa di mengerti oleh Satria yang sedari awal mendengar bisikan nya walau kurang jelas.
"Sudah masuk. Sudah lama," ucap Satria.
Mungkin itu yang bisa ia terjemahan kan dari gerak bibirnya yang sebenernya Putra tidak mendengar apa yang di ucapkan nya.
"Gas..."-Putra mengepalkan tangannya-"Ke kantin aja ini," kata Putra dengan senang ia sambil berlari menuju kantin. "Aku butuh ilmu tetapi untuk saat ini aku butuh makan kalori ku sudah banyak terbuang hari ini."
Sambil meloncat-loncat Putra menuju kantin dengan mengejek Satria. Karena ia belajar dan Putra makan.
"Makan-makan," ejek Putra kepada Satria dari kejauhan.
Tanpa suara Putra berjalan sambil meloncat-loncat hingga kejauhan dengan tetap melihat satria agar bisa selalu ia ejek.
itulah warna warni kenakalan yang mungkin dalam sudut pandang pribadi kita dalam masih batas wajar yang masih sering Putra lakukan tanpa bosan dan tanpa jera.
...****************...
...****************...
Februari 2018, di sekolah ...
Terdengar dari kejauhan riuh nyanyian di dekat kantin. Kebetulan itu hari sabtu yang kosong karena guru ada rapat dengan kepala sekolah sehingga hari tersebut banyak kelas yang kosong pelajarannya.
"Bukan seikat bunga atau puisi dan juga kalung hati ...," terdengar lantang nyanyian jamrud tersebut Putra Dan teman-temannya bernyanyi bersama-sama dengan jumlah siswa sekitar 15 siswa dari berbagai kelas IPA dan juga kelas IPS. Mereka berkumpul di dekat kantin sambil bermain gitar. Hari sabtu merupakan hari yang sering di manfaatkan untuk membawa gitar oleh para siswa maupun siswi di karenakan biasanya banyak kegiatan hari tersebut di isi dengan kegiatan ekstrakurikuler ataupun guru yang sedang rapat.
"Woy kita bentar lagi lulus Bro," ucap tiba-tiba Satria.
Akhil terkejut mendengar pernyataan Putra seraya mengatakan, "Lah baru nyadar Lo."
Akhil adalah salah satu teman Putra dari kelas IPS yang lumayan akrab karena satu tongkrongan. Dengan ekspresi yang sama sependapat dengan Akhil yang heran sama Satria baru sadar kalau mau lulus.
"Buat acara yok," sambung Zul.
Zul juga dari kelas IPS teman sekelas Akhil.
"boleh tu," tambah Putra.
Akhirnya mereka berencana untuk membuat acara. Ya katakanlah acara untuk membuat kenang-kenangan pertemanan selama berseragam putih abu-abu. Mereka putuskan untuk mencoba mendaki bersama-sama di bukit di daerah mereka. Sekitaran 50 km dari kota ini tempat mereka tinggal.
April 2018 di sekolah ...
"Akhirnya selesai juga ujian," ucap Putra sambil menghela napas panjang.
"Put jadikan rencana acara kita," tanya Satria sambil menepuk bahunya.
"Jadi lah," jawab Putra sambil tersenyum.
Kira-kira seperti itu lah akhir ujian sekolah kami dan puncaknya bukan ujian tetapi acara yang telah kami rencanakan jauh berbulan-bulan sebelum ujian sekolah ini. Tepatnya akan mereka lakukan satu Minggu setelah mereka melaksanakan ujian terakhir yang kami lakukan.
Satu Minggu sesudah nya ...
"kring-kring-kring ...." Terdengar suara dari bawah bantal yang bergetar. Sayup mata Putra berat untuk membuka ingin melanjutkan tidur yang sangat enak di pagi ini sembari tangannya mencoba untuk meraba-raba mencari sumber suara yang cukup mengganggu itu. "Rahmat," ulisan di ponsel itu.
"Hemmmm ini anak ngapain ganggu bobok yang berkualitas ku," ucap Putra sembari dengan nada kesal.
Kemudian jari nya mulai menggeser logo telpon guna mengangkat telpon tersebut.
" Hmmmm .... Hallo ngopo Lek," jawab Putra dengan berusaha menirukan bahasa Jawa.
Ya karena Rahmat ini termasuk keturunan orang Jawa yang terkadang sesekali ia tirukan bahasa asalnya.
"Anu ... Put. Jadikan?" tanya Rahmat.
"Mat ini udah berapa kali kamu nanya dari semalam iya jadi!!!" Tegas Putra.
Begitulah pertanyaan Rahmat yang ke 26 dengan pertanyaan yang dari semalam lewat diskusi yang mereka lakukan via WhatsApp Group. Apa yang mereka rencanakan akan segera mereka laksanakan bersama-sama yang beranggota kan 8 siswa yaitu, Putra, Satria, Yoga, Akhil, Zul, Febi, Dika, Dan Lelek si Rahmat. Mereka malam ini akan mendaki Bukit Balau yang tidak terlalu jauh dari kota tempat mereka tinggal kira-kira tingginya sekitar 700 meter di atas permukaan laut. Walaupun diantara mereka belum pernah ada pengalaman mendaki bahkan menginap di pucak bukit tersebut tapi dengan modal perlengkapan, alat, biaya, dan minim ilmu terkait pendakian mereka tetap membulatkan tekad untuk mendaki mulai dari Malam ini sekitar jam 8 nanti startnya.
Dengan berat Putra beranjak dari tempat tidur dan menganjak ke pintu kamar nya dengan niat untuk melihat mentari pagi ini.
" Hoamm .... selamat pagi dunia," ucap Putra sembari membuka jendela dengan tangan sambil menguap panjang.
Suasana cukup sejuk mewarnai pagi hari ini dengan terik matahari berusaha untuk menembus awan sedikit demi sedikit. Terbesit di pikiran nya dengan melihat kondisi pakaian nya dengan kaos dan celana pendek sambil menatap ke bawah.
"Masa nanti aku seperti ini mendaki bukit itu," ucap Putra sendirian di kamar. Ia pun berbalik sambil merogoh tempat tidur untuk mencari handphone yang entah kemana ia meletakkannya setelah mengangkat telpon dari Rahmat tadi.
"Ini dia." Rogoh tangannya mengambil handphone di bawah bantal.
"Hmmm ... perlengkapan untuk mendaki kira-kira apa ya." Dengan nada bingung ia mencari di internet untuk mengetahui apa yang perlu di bawa.
Yaa... untuk perlengkapan Mereka bersama sebenernya sudah mereka persiapkan jauh beberapa hari yang lalu kira sudah siap semua dan untuk perlengkapan pribadi ia sebenernya sudah di siapkan juga oleh teman Putra yang lain. Maklum Putra termasuk orang yang pelupa dan gak mau ribet kalau berpergian jadi sebenernya ia tinggal seperti ini hadir dan berkumpul untuk mengambil perlengkapan pribadi. Perlengkapan kelompok maupun perlengkapan pribadinya sudah di siap di satu rumah di rumah yang telah mereka sepakati yaitu Rumah Akhil. Rumah Akhil juga biasanya juga menjadi Basecamp mereka bila ingin berkumpul atau pun hanya datang ke rumahnya dan mengganggu tidur siang Akhil di kamar.
"Tas carrier, sepatu, jaket, sarung tangan, penutup kepala, sleeping bag ..., lumayan banyak ya. Hahaha masa bodoh lah yang penting datang aja nanti," ucap Putra sembari merebahkan tubuh nya ke belakang tepat di atas kasur.
Dan sekali lagi ...
"kring-kring-kring ...," bunyi handphonenya berbunyi. kalau sebelumnya Rahmat dan kali ini si tuan rumah Akhil menelpon ku.
"Hoammm ... kenapa kil?" tanya Putra dengan polosnya.
"ini udah jam berapa ?" ucap Akhil dengan menggerutu.
Dengan terkejut Putra menegakkan badan untuk duduk yang dari sebelumnya kembali tertidur nyenyak di kasur. Jam di handphone menunjukkan jam 11.45 siang.
"Sebentar Kil aku mandi, makan, Buang air besar, izin sama bos," ucap ia dengan banyak alasan agar nantinya bisa datang telat.
Sedangkan di rumah Akhil ....
Telah lengkap personil band yang akan tampil di puncak bukit malam ini.
"Hahahah Kil yang sabar," ucap Yoga.
"Kamu seperti tidak tau aja Putra orang nya seperti apa, gak telat yang gak putra," timbal Zul sambil tertawa.
"Ini anak nilai ujian boleh tinggi tapi nilai disiplin kurang," sambung Febi.
"Aduuhhhh tuh anak ...." Akhil sambil menepuk kening dengan ekspresi heran.
sementara di rumah putra ...
"buarrrrr ...." Bunyi air dari dalam kamar mandi.Putra yang sedang bergegas menyelesaikan mandi. Ia berlarian untuk mencari pakaian dan sekiranya barang-barang yang perlu di bawa nantinya. Sedangkan, jarum jam sudah menunjukkan pukul 12.30 siang.
"Sholat ...," ucap Putra tersadar bahwasanya sudah waktunya untuk sholat.
Sementara di rumah Akhil.....
"Akhirnya..... datang juga kalian," ucap Akhil.
"Siapa Kil?" tanya Febi sambil menengok ke arah jendela yang berhadapan langsung dengan pintu pagar rumah Akil.
Terlihat dari kejauhan 3 wanita sebaya mereka dengan perlengkapan untuk mendaki sudah siap semua. Mereka berjalan memasuki halaman depan menuju pintu rumah Akhil.
"Aku ke depan dulu ya ada tamu," ucap Akhil sambil berjalan meninggalkan kamar yang di dalamnya terdapat Satria, Yoga, Zul, Febi, dan Rahmat.
"Ayoo... masuk," ucap Akhil sembari mempersilahkan masuk ketiga wanita tersebut.
"Ehhh Btw Lo udah izin kan sama tante, Bil?" tanya Akhil.
"Sudah lahh, tapi apapun yang terjadi pada kami bertiga ini tanggung jawab Lo, jadi kalau kami kenapa-kenapa tinggal gue aduin sama mama gue," ucap salah satu wanita tersebut di antara dua wanita yang lain
Dari kejauhan pinggir dinding tampak pria ber-enam mengintip.
"Siapa itu?" ucap Febi pelan.
"Kayak pernah liat tapi dimana ya?" ujar Yoga kebingungan.
"Ini anak bertiga satu sekolah dengan kita ya?" seru Dika.
"Ohiya ... satu Sekolah cmn kita gak ada yang sekelas sama mereka ya kayaknya," ucap Rahmat dengan nada yakin.
Mereka mengangguk bersama-sama memberikan kode sependapat dengan pendapat Rahmat.
Di ruang tamu.......
"Mana yang lain Kil?" ucap salah satu wanita tersebut.
"Ada di dalam kamar," jawab Akhil, "woy ... sini teriak Akil mengarah ke lorong kamar.
"Waduh ... aku grogi kalau ketemu cewek cantik-cantik kayak mereka,"ucap Rahmat atau si Lelek yang mulai berjalan merunduk mengikuti yang lain karena di panggil Akhil.
"Kenapa Kil?" ucap Yoga.
"Sini duduk dulu kalian. Jadi, ini kenalin Bila, chika, dan Wanda. Mereka akan ikut kita hari ini. jangan di godain mereka kebetulan temannya sepupu ku Si Billa satu sekolah dengan kita. Tapi gak ada yang sekelas sama kalian," ucap Akhil.
Sementara itu Si Rahmat masih berdiri sembunyi dari belakang sofa sambil mengintip
"Oi ... Rahmat ngapain Lu," tegur Akhil.
"Biasa lah Kil ... Rahmat grogi kalau ketemu cewek-cewek," tambah Dika.
"Hahahah...." Mereka pun tertawa bersama melihat kelakuan Rahmat.
Itu lah awal pertemuan si cowok dan si cewek pada rencana pendakian nanti.
Di lain tempat.....
"Baju udah ... selimut ... sarung tangan ... kupluk ... Sudah apalagi yang kurang ya?" ucap Putra yang masih mempersiapkan isi tas nya dan perlengkapan yang lain.
"Ya ... Rokok Surya belum ini. Nanti ngebon dulu ahh di Warok," ujar Putra sambil tertawa jahat.
Setelah memeriksa isi tas ia pun bergegas untuk menemui ibu nya guna meminta izin dan doa restu menikah, eitss ...bukan menikah ya tapi mendaki. "Oh ... Ibuu ... hari ini aku akan berpergian mendaki bukit balau bersama teman-teman ku yang berjumlah 8 orang laki-laki dan kemungkinan aku akan izin dua hari untuk tidak menyatapi masakan Ibu nantinya. Apakah hamba di izin kan?" Ujar Putra sambil bergaya layaknya Putra kerajaan sambil menari bak pangeran pewaris tahta meminta izin Ratu kerajaan.
Sambil menggelengkan kepala ibu pun terdiam.
"Ada-ada aja kamu, Put.Urusan apa kamu kesana?" ucap ibu pada Putra.
"Heheh biasa Bu ... anak muda ingin sesekali keluar. Boleh ya, Bu ... yah.. yahh yahh boleh yahh...??" mohon Putra.
"Yaudah ... tapi Kamu harus Hati-hati kabarin kalau ada apa-apa," ucap ibu sambil menggosok kepala Putra dengan tangan.
"yeeeeeee.... salim dulu Ibu ...,"ujar Putra sambil mencium tangan ibu.
Ia pun bergegas mengeluarkan kura-kura balap milik nya dari dalam rumah, iya ... "si Jecky tak terkalahkan" begitulah kira-kira tulisan sticker yang tertempel di Motor Beat karbu milik nya.
"Dadahhh ibu ... jangan bilang kalau aku pergi mendaki, sama kakak ..." Sayup suara Putra terdengar yang mulai perlahan menjauh. suara itu pun hilang bersamaan suara motor milik putra dari rumah.
"Setttttt....." Bunyi rem motor berhenti di depan motor yang terdengar oleh Ibu Yesi, penunggu Warok.
Buk Yesi tersenyum sambil berkata, "Mau kemana Put Tampak buru-Buru kali."
" Anu ... mau pergi mendaki Bukit Balau. Sama teman-teman,Bu," ujar Putra.
Mendengar apa yang di katakan Putra Bu Yessi sedikit tertegun dan terdiam seperti ada ingatan yang menggangu di kepalanya.
"Ohhh mau kesana, berapa hari put?" tanya Bu Yessi.
"Kurang lebih 2 Hari bu," jawab Putra.
"Hati-hatilah kalau kesana, ataupun lebih baik mending kalian urungkan saja niat kalian." Buk Yessi berusaha berusaha meyakinkan Putra.
Sontak apa yang di katakan Bu Yessi itu sedikit membuat Putra tertegun diam sendiri, sambil berbicara dengan diri sendiri.
"Tumben Bu Yesi Melarang Aku seperti ini, ini patut di curigai," Gumam Putra dalam hati.
Ia langsung dengan kebingungan sembari berkata, "Kenapa memangnya bu?"
Dengan ketakutan Bu Yessi menjawab, "Ti- tidak ada apa".
Dengan tingkah maupun ekspresi yang di pancarkan Bu Yessi kelihatan ada sesuatu yang di tutupi dari Putra.Suasana yang cukup hening tercipta tiba-tiba,
"Bu, ngebon rokok ya ... heheheh," rayu Putra.
"Yaudah berapa?" jawab Bu Yessi dengan nada terpaksa.
Tiba-tiba Bu Yessi, "Put tolong benerin mesin air di rumah ibu mati tolong benerin dulu ya."
Putra pun menjawab, "Boleh bu."
Ia pun masuk ke dalam rumah Bu Yessi. Tampak dari depan Sampai depan terpampang foto-foto wanita dengan seorang laki ada yang foto di pantai, di Taman, Di Museum, Di Sekolah, dan yang terakhir tampak di puncak bukit ataupun gunung. Tampak dari dekat si wanita tersebut adalah Bu Yessi. Tetapi, siapa foto pria tersebut.
"Mungkin suami Bu Yessi atau pacar nya pas masih muda, tapi kalau cuman pacar gak mungkin di pajang di dinding ya pasti pacarnya Bu Yessi dulu yang kini mungkin jadi suaminya," gumam putra di dalam hati.
Maklum selama ini tidak ada satu pun yang pernah melihat suami Bu Yessi selama Putra dan teman-temannya sering nongkrong di warung usaha Bu Yessi. Tetapi, ada desas-desus bahwasanya Bu Yessi sudah menikah dan suaminya sudah tidak terlihat lagi bersama Bu Yessi sekitar 15 Tahunan. Tapi hal yang di yakini Putra dan yang lainnya selama ini malah bahwa Buk Yessi adalah janda yang telah di tinggal suaminya entah meninggal atau cerai hidup.
"Coba di colok dulu bu Ke terminalnya," ujar Putra yang sudah berlagak seperti mekanik handal.
Terdengar suara mesin air, "Ngenggg" mirip suara motor.
'"Ohhhhhh .... ini masalahnya," ucap Putra sambil membenarkan salah satu bagian di mesin air tersebut yang kelihatan dari sudut pinggir dinding bahwa ada kabel yang putus dengan sigap dan peralatan seadanya Putra membenarkan bagian tersebut.
"Coba di colok lagi bu,"ucap Putra.
Lalu, terdengar suara air yang memercik dari kran air yang terbuka. Putra membereskan peralatan dan membersihkan telapak tangannya dari debu-debu mesin air yang sudah kelihatan berkarat dan sudah lama tidak di sentuh.
"Beres Bu," ucap Putra sambil tersenyum.
Itu juga merupakan salah satu ke ahlian Putra yaitu membenarkan mesin air, mengganti genteng bocor, mengganti pipa paralon pecah, membenarkan listrik yang putus dan segala perkejaan yang khususnya buat bapak-bapak. Mengingat Putra sudah sedari kecil di tinggalkan ayah nya maka keahlian sederhana itu harus mesti dimiliki oleh anak laki-laki paling tua yang sudah tidak memilki ayah lagi.
...****************...
...****************...
Rumah Bu Yessi.....
Jam menunjukkan waktu jam 1 siang lewat 2 menit, "Waduhh.... ini sudah jam ," ucap Putra sambil melihat jam.
Dengan bergegas keluar diri nya mulai menghampiri Jecky.
Tiba-tiba Putra terhenti sejenak," Sepertinya ada yang Lupa nihh, tapi apa yaa...," ucap Putra. "Oh iya Bu rokok, Putra mau cepat-cepat pergi, Bu. yang lain mungkin sudah menunggu Putra."
Tergesa-gesa Bu Yessi menghampiri Putra sambil memegang sesuatu barang ya mungkin dari kejauhan itu nampak seperti gelang tangan yang jumlah nya 2 buah. Tampaknya gelang tersebut sudah lama tidak di pakai kerena dari kelihatannya sudah berdebu dan warnanya sudah tampak memudar.
Bu Yessi menyerahkan gelang tersebut, "Pakai Ini, Ini peninggalan Suami Ibu. Ini hadiah yang di berikan ibu darinya."
Dalam Hati Putra terbesit untuk tidak menerimanya karena itu barang pemberian orang yang sangat di sayang Bu Yessi dan harusnya tidak di berikan kepada orang lain. Namun, melihat ekspresi Bu Yessi seperti memberi kode bahwasanya Putra harus menerimanya.
"Yakin bu? ini kan barang pemberian kepada ibu," ucap Putra.
"Yaelah Put, buat kamu kan cuman satu dan yang satu lagi masih di Ibu," ucap Bu Yessi yang berusaha merayunya agar menerima gelang tersebut.
"Kalau begitu terimakasih ya, Bu. Bakal Putra pakai terus nantinya," ucap Putra sambil memasang gelang tersebut ke tangan.
Entah apa yang ada di pikiran bu Yessi yang memilih nya untuk menerima pemberian orang di sayangnya. Sambil memperhatikan gelang tersebut Putra berkata, "Kayaknya cocok sama aku, Bu. Putra pamit pergi dulu ya Bu."
Lalu Ia mencium tangan Bu Yessi
"Hati-hati ya, Nak Putra," ujar bu Yessi dengan suara lirih.
Begitulah Bu yessi Seorang wanita tua yang kira-kira umurnya 40 an Tahun. Merupakan sosok baik kepada Putra dan teman-teman nya. Walaupun mereka sering bising di warungnya. Namun, ia tidak pernah sekalipun memarahi mereka ataupun mengeluarkan kata-kata kasar untuk menegur.
"Eitss ... ya lupa,Bu. Rokok nya?" tanya Putra sambil tersenyum.
"Nich... nanti bayar ya kalau gak nanti ibu catat nama mu di daftar orang berhutang di dinding warung ini," ucap bu Yessi sambil menunjuk sebuah Banner bekas yang di balik sehingga yang tampak hanya bagian putihnya.
Tulisan di bagian atas tertuliskan, "Daftar buronan warung Bu Yessi."
"Siap komandan, nanti tak bayar secepatnya. Nanti secepat kilat aku bayar ya, Bu," ujar Putra meyakinkan Bu Yessi.
Karena, waktu sudah menunjukkan jam 1 siang ia pun bergegas meninggalkan warung Bu Yessi bersama Jecky. Dengan Sebuah Barang baru pemberian bu Yessi di tangan.
Yappp.... Betul gelang.....
Sementara itu di rumah Akhil......
"Mana nih anak kok makin telat makin hari," ucap Akhil dengan nada kesal karena mereka sudah menunggu di rumah Akhil hingga waktu menunjukkan pukul jam setengah 2 siang.
Seharusnya sudah berangkat jam 1 siang tadi. Mereka berbaris dengan peralatan dan perlengkapan untuk mendaki sambil menunggu Putra.
"Coba hubungi lagi Kil teman mu satu lagi itu, mungkin ada kenapa-kenapa di jalan," ucap Billa.
"Yaelah Bill,kamu belum tau aja sih anak itu orang nya yang mana dan gimana wataknya soal kedisiplinan," ucap Yoga sambil tertawa.
Sementara, yang lain menunjukkan ekspresi sepakat dengan pendapat Yoga itu.
"Yaudah kita tunggu aja dulu sebentar lagi, yang penting barang-barang kita semua sudah di mobil kan?" tanya Billa.
"Aman kalau soal itu," jawab Satria sambil meyakinkan Billa.
"Kalau yang lain ini sudah aku kenal Kil, satunya lagi teman kamu itu siapa namanya?" tanya Billa tiba-tiba.
Dengan sedikit termenung Akhil terdiam,
"Ada teman aku namanya Putra satu sekolah dengan kita. Nanti juga aku suruh kenalan dengan mu Bill. Tapi jangan terlalu akrab kebiasaan suka telatnya itu loh." Sambil tertawa Akhil menjawab pertanyaan Billa.
Mendengar nama Putra sedikit membuat Billa terdiam sejenak, Merengguh ingatannya di masa lalu sekitar 4 Tahun yang lalu.
4 Tahun yang lalu.......
Di sebuah pasar malam, "Aku senang kamu ajak kesini, menghabiskan waktu semalam dengan mu. Apapun itu yang penting sama kamu. Aku gak perlu kita beli barang-barang ataupun makan sesuatu yang mahal asal kamu bisa berdua dengan ku seperti ini, terimakasih ya," ucap Bia yang masih remaja kelas 3 Sekolah menengah pertama berumur 14 Tahun.
Tiba-tiba, "Maaf ya aku cuman bisa mengajak mu kesini itu pun mungkin hanya jalan. Maklum aku gak ada uang. Kamu Yakin mau sama aku terus? Apa kamu gak malu sama teman-teman kamu kalau ketahuan kamu pacaran dengan ku?
Aku kan bukan anak orang kaya," tangkas lelaki bersama Billa.
Mereka berada di tengah keramaian pasar malam, lalu lalang pengunjung pasar malam itu pun tak di hiraukan oleh mereka yang sedang berdiri di tengah-tengah lorong jualan pasar malam itu. Sambil menggenggam tangan si lelaki itu pun Billa berjalan ke arah depan dengan menariknya ia menjawab,
"Ngapain harus malu, aku kan sayang banget sama kamu, malah aku beruntung punya kamu. Punya pacar yang suka ngambek kan, Suka cemburu, Suka bikin kesel, dan galak," ucap Billa sambil mengejek pria tersebut.
Di malam itu mereka menghabiskan waktu bersama sambil keliling pasar malam.
"Waktunya Pulang, Ini sudah jam 11 Malam. Nanti aku di ceramahin oleh ayah mu Loh," cap lelaki tersebut.
Lelaki tersebut nampak seumuran dengan Billa.
"Ayo tapii ... Tapi aku mau keliling motoran dengan mu dulu sebelum pulang gimana?" Dengan nada manja Billa merayu lelaki tersebut.
"Motoran kemana?" tanya lelaki itu.
Dengan sigap bila menjawab, "Bebas... Asal dengan mu."
Mereka pun berkeliling kota menggunakan motor. Dingin nya malam, serta gemerlap nya lampu kota di malam hari kian menambah suasana romantis di atas motor tersebut.
"Aku mau peluk, yah?? Boleh yah?" ucap Billa manja.
Dengan sedikit menengok ke arah belakang menghadap Billa yang sedang di boceng pria tersebut menjawab," Iya pegangan nanti kamu jatuh."
"Ya... dari pada aku jatuh ke jalan mending aku jatuh cinta dengan mu," gombal billa pada pria tersebut.
Hening nya dan dingin nya malam itu cukup membawa mereka tenggelam dalam suasana. Dengan pemandangan kota yang mulai sepi, para penjual di toko-toko mulai menutup dagangnya mereka menyusuri kota itu.
"Gimana Udah puas? saat nya pulang ya," ujar lelaki itu.
"Tapi masih kangen," jawab Billa dengan cemberut.
"Pokoknya harus pulang, udah malam," ucap pria itu dengan tegas.
Perjalanan menyusuri kota itu pun berakhir Billa pun akhirnya harus pulang ke rumah dengan tetap menahan rasa ingin nya untuk tetap bersama dengan pria tersebut. Sesampainya di rumah Billa, Billa turun dari motor.
"Dadahhh aku pulang ya..," ucap pria tersebut dengan keadaan sepeda motornya tetap menyala.
Billa memasang muka cemberut billa terdiam menunjukkan ekspresi kesal.
"Tenang.... kapan-kapan kita seperti ini lag," pria tersebut berusaha merayu Billa.
Dengan tiba-tiba pria tersebut menyium kening Billa dan membuat nya tersenyum sedikit sembari mempertahankan ekspresi cemberut nya. Namun hatinya terkejut dan sangat senang dengan apa yang di lakukan pria Tersebut. Dengan bergegas meninggalkan Billa yang masih dengan keadaan terdiam lelaki itu meninggal kan Billa.
"Hati-hati.... Kabarin kalau sudah sampai rumah .... terimakasih untuk hari ini." Terdengar sayup suara Billa tanpa menghiraukan keadaan sudah larut malam.
Dengan diam-diam Billa memasuki rumah,
"Krekkk..." Bunyi pintu rumah Billa yang ia buka. Tiba-tiba lampu menyala,
"Lagi-lagi kamu, jalan dengan anak miskin, Berandalan dan kampungan itu. Kamu ini baru mau masuk SMA sudah pacaran saja. Papa gak setuju kalau nanti akhirnya kamu sama dia, Papa sudah ada rencana masa depan buat Kamu, siapa jodoh kamu Papa sudah pikirkan saat kamu masih SD. Jadi kamu gak usah lagi nyari-nyari pacar lagi apalagi dengan Bocah itu!!!" ucap pria tua yang tiba-tiba menghidupkan lampu.
Ia dia adalah papanya Billa yang sangat membenci lelaki yang pergi jalan dengannya tadi.
"Sudah jam berapa juga ini!!! Apa kamu tidak ingat waktu ingin jadi apa kamu ini, Cepat masuk ke kamar dan Tidur!!!" ucap ayah Billa dengan nada sangat marah.
Dengan perasaan senang yang berubah jadi sedih Billa memasuki kamar.
Bayangan masa lalu itu datang secara tiba-tiba di pikiran Billa.
"Heyy.... Bil...Bill.. Kenapa kamu bengong," terdengar suara yang mulai menyadarkan Billa dari ingatan Masa Lalunya.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!