Matahari sudah menampakkan sinarnya, menandakan pagi hari sudah tiba, itu artinya aku harus siap-siap untuk ke sekolah.
"Huaaahhh..."
Aku menguap dengan nada yang sedikit keras dan mulut yang terbuka sangat lebar, sambil menggeliatkan seluruh badanku.
Aku melirikkan mata ke jam dinding yang ada di sebelah kanan dari tempat tidurku. Jam sudah menunjukkan pukul 07.00.
"Ya ampun, udah siang, ini hari senin. Upacaraaaa....." Teriakku.
Aku langsung siap-siap, mandi, pake seragam, ambil buku, gak tau buku apa saja di masukan ke dalam tas, tidak lupa juga ponsel langsung masuk saku kiri seragam, memakai sepatu dan mengikat talinya dengan asal-asalan.
Aku langsung lari dengan sekencang- kencangnya supaya tidak terlambat upacara.
Aku? Namaku Alesha Rhiana. Aku ini orang yang kadang ceria, kadang cuek, gak peduli soal cinta, dan belum pernah merasakan yang namanya punya pacar. Aku kelas 1 SMA, yah sebenarnya aku siswi yang lumayan pintar, tapi sedikit bandel. Aku sering terlambat ke sekolah. Selain aku sering bangun kesiangan, aku juga harus jalan kaki untuk sampai ke sekolah. Yaa lumayan jauh sih.
Lanjut cerita.
Aku terus lari, berharap upacaranya belum di mulai. Tali sepatuku lepas, ya otomatis harus benerin dulu. Aku kembali lari lagi. Sampailah aku di sekolah, lalu aku membungkukkan badan dengan kedua tangan di kedua lutut, seperti gerakan ruku, dengan nafas ngos-ngosan yang tidak berarturan.
"Hhh..hhh..hhh.."
Aku lihat upacaranya sudah di mulai, bendera sedang di kibarkan dengan di iringi lagu Indonesia Raya. Guru BP yang mengawasi siswa di belakang barisan melambaikan tangan padaku, aku langsung menghampirinya.
"Kamu berdiri di sini, sampai upacara selesai". Kata Guru BP menunjuk padaku dan menunjuk ke bawah supaya aku tetap berada di sana sampai ucaparanya selesai.
"Baik pak". Jawabku dengan posisi kepala yang menunduk.
Tidak lama kemudian, upacara pun selesai. Semua siswa sudah bubar barisan dan masuk ke kelasnya masing-masing. Ketika aku mencoba melangkahkan kaki, Guru BP menghentikan langkahku, beliau menegurku.
"Alesha, mau kemana kamu?" Tanyanya dengan nada sedikit tinggi.
"Ke kelas pak". Jawabku seperti orang yang tidak berdosa.
"Kamu kenapa terlambat?" Tanya Guru BP dengan nada tinggi.
"Yaaa... Lebih baik terlambat daripada gak sama sekali, dan gak ada kata terlambat untuk menuntut ilmu". Jawabku sok bijak.
"Kamu emang pinter ngomong yah, sekarang kamu masuk kelas". Guru BP terlihat kesal, mengusirku dengan telunjuk yang mengarah ke kelasku.
"Baik". Jawabku singkat
*****
Aku meletakkan tasku di atas meja, melihat teman sebangkuku terlihat sedang sibuk mengerjakan sesuatu.
Namanya Nuri, selain teman sebangku dia juga teman terdekatku saat itu.
"Lagi ngapain sih, so sibuk banget." Tanyaku sinis.
Nuri mendongakkan kepalanya.
"Kamu yang ngapain? berdiri aja, duduk. Cepetan ngerjain tugas, sebentar lagi Bu Laras masuk". Nuri kembali menundukkan kepala mengerjakan tugasnya.
"Emang ada tugas?" Tanyaku pada Nuri seperti orang bingung.
"Gausah banyak tanya, cepetan keburu Bu Laras dateng." Nuri melirikan mata padaku.
Aku langsung duduk di kursi sebelah kiri Nuri, meja kedua. aku mencari buku di dalam tas, bolak balik dari atas ke bawah, dari bawah ke atas, buku yang di cari ternyata tidak ada. Mungkin ketinggalan gara-gara tadi berangkat terburu-buru.
"Selamat pagi." Terdengar suara sapaan seorang wanita yang terdengar lembut masuk ke kelas. Kami semua langsung duduk dengan rapi.
"Pagi buuu.." Jawab serentak kami semua.
Ternyata suara sapaan itu berasal dari Bu Laras yang hari ini mengajar di kelas kami. Bu Laras mengajar pelajaran IPA.
"Silahkan tugasnya di kumpulkan!" Suruh Bu Laras yang sudah duduk.
"Baik buuu.." Jawab teman-teman sekelas.
Mereka semua berbondong-bondong ke depan mengumpulkan tugas. Ya aku auto bingung dong, yang lain ke depan mengumpulkan tugas sedangkan aku cuma berdiam diri.
Teman-temanku sudah mengumpulkan buku tugasnya di meja Bu Laras. Bu Laras menata semua bukunya, lalu menghitungnya untuk memastikan seluruh siswa sudah mengumpulkan tugasnya. Sepertinya jumlah bukunya kurang dari jumlah siswa yang hadir hari ini. Kemudian Bu Laras mengalihkan pandangannya dari buku ke arahku.
"Alesha, tugas kamu mana?" Tanya Bu Laras yang memang dari tadi juga melihat aku yang berdiam diri di kursi.
"Hehe, ada bu." Cengir aku.
"Terus kenapa kamu tidak mengumpulkan?" Tanyanya lagi.
"Ada di rumah bu."
Bu Laras menghela nafas berat, dan menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.
"Kamu ini gimana sih, nanti Ibu akan kasih kamu tugas double dan besok harus kamu kumpulkan." Kata Bu Laras sedikit marah.
"Iya." Jawabku.
Semua pasang mata tertuju padaku.
Kemudian Bu Laras memulai pelajaran dan menerangkan materinya. Aku menaruh kepalaku di atas meja, menghadap ke arah kiri, dengan kedua tangan di lipat untuk bantalan kepalaku. Ya seperti tiduran cuma kepalanya aja, hehe.
"Andai Tuhan mengirim seseorang untukku." Ucapku dalam hati.
******
Ke esokan harinya, aku berangkat sekolah pagi-pagi, karena harus nyamper temanku untuk berangkat sekolah bareng. Ya rumahnya tidak jauh, sekitar 50 meter dari rumahku. Namanya Lisa.
Kamipun berangkat ke sekolah, jalan kaki.
"Awas tuh tugasnya ketinggalan lagi..." Ledek Lisa sambil senyum.
"Hehe.. Enggaklah." Jawabku membalas senyumnya.
"Oh iya, katanya hari ini ada siswa baru yah?" Tanya Lisa.
"Gak tahu, aku baru dengar sekarang dari kamu. Kamu kata siapa?." Aku menanyakan balik.
"Dari Vina. Katanya tetangga dia. 2 orang laki-laki". Jelas Lisa.
"Oh."
Jawabku, seakan tidak peduli tentang akan adanya siswa baru itu.
Tentang Vina, dia temen sekelas yang duduk di depanku, meja pertama.
*****
Tidak terasa, kami sampai di sekolah.
Hari ini pelajaran Bahasa Indonesia, tapi gurunya tidak datang, tidak tau kenapa dan ada apa.
Lalu, Bapak Kepala Sekolah yang masuk ke kelas kami. Kami sudah duduk rapi sebelum Pak Kepala Sekolah datang.
"Assalamu'alaikum.." Bapak Kepala Sekolah memberi salam. Beliau berdiri di depan.
"Walaikum salaam..."
Kami semua menjawab Salam Pak Kepala Sekolah dengan kompak.
"Hari ini kelas kalian kedatangan 2 siswa baru, nah silahkan kalian masuk."
Pak Kepala Sekolah mempersilahkan 2 orang itu masuk ke kelas, kebetulan waktu itu mereka masih berada di luar.
Mereka berdua langsung masuk ke kelas, dan berdiri sejajar di depan.
Aku tetap tidak peduli dengan kedatangan siswa baru itu. Aku menulis-nulis di belakang buku, tidak memperhatikan siswa baru itu.
"Silahkan perkenalkan nama kalian." Kata Pak Kepala Sekolah dengan ramah.
"Hay teman-teman.. Nama saya Ervan Wijaya."
"Dan saya, Sendi Andrean"
Mereka mulai memperkenalkan diri.
Ketika nama Sendi di sebut dan terdengar di telingaku, seketika aku berhenti menulis dan merilik ke wajahnya sebentar, aku kembali nulis-nulis.
Sendi ini orangnya yaaa bisa di bilang tampan. Karna memiliki hidung yang mancung, dagu yang belah, dan bibir yang manis. Dia tinggi, berkulit putih tidak dan hitam juga tidak. Dan Ervan, dia teman terdekat Sendi.
"Ada yang mau kalian tanyakan tentang kami?" Tanya Sendi kepada seluruh siswa di kelas.
"Sendi statusnya apa?" Sahut Nuri sambil mengangkat tangan. Sendi langsung mencari arah suara pertanyaan tersebut.
"Pelajar." Jawab Sendi seraya memberikan senyum ramah sebagai siswa baru.
"Maksudnya udah punya pacar apa belum? hehe." Tanya Nuri tanpa mengenal malu di hadapan kami semua, semua mata tertuju pada Nuri.
"Seperti nama saya, Sendi-rian" Jawab Sendi.
"Ya ampun itu si Nuri, lihat cowok cakep dikit langsung genit " Sindir Pak Kepala Sekolah.
Seluruh siswa sekelas mentertawakan Nuri, kecuali aku yang terus sibuk menulis-nulis.
"Itu Alesha, kenapa kamu diam saja dari tadi?" Pak Kepala Sekolah menunjuk ke arahku. Semua orang tertuju padaku dengan pertanyaan Pak Kepala Sekolah barusan.
"Gak apa- apa Pak." Jawabku sambil meletakkan pulpen yang sedang aku pake untuk nulis-nulis.
"Ya sudah, kalau begitu kalian berdua duduk di sini." Pak Kepala Sekolah menunjuk ke salah satu meja di depannya yang masih kosong.
Mereka langsung duduk di tempat yang di tunjuk Pak Kepala Sekolah barusan.
Ervan dan Sendi duduk di meja pertama sebelah kiri dari Vina. Yang kebetulan dekat dengan mejaku.
Sendi menengok ke arahku, dia memberikan senyuman kecil, mungkin itu tanda dia memperkenalkan diri padaku.
Loncengpun bunyi, menandakan waktu istirahat di mulai. Saat itu sekolahku masih menggunakan lonceng, bukan bel. Sebagian siswa keluar kelas untuk memanfaatkan waktu istirahat. Satu persatu dari mereka mulai keluar. Sebagian lagi berdiam diri di kelas, ada yang makan membawa bekal sendiri, ada yang ngegosip, dan lain sebagainya.
"Ke kantin yuk Al, laper nih." Ajak Nuri yang bersiap-siap beranjak dari kursinya.
"Kamu duluan aja, aku mau ngumpulin tugas dari Bu Laras dulu kemarin." Jawabku sambil memegang dan menggulung-gulungkan buku yang aku tulis-tulis tadi.
"Oh, tapi kamu nanti nyusul ya." Pinta Nuri yang beranjak dari kursinya.
"Iya pasti." Jawabku meyakinkan Nuri.
Aku keluar kelas menuju ruang guru untuk mengumpulkan tugas di meja Bu Laras. Setelah ku taruh buku tugasku di mejanya Bu Laras, aku pergi menyusul Nuri ke kantin. Dia duduk sendiri sedang menyantap makanannya.
"Udah?" Tanya Nuri sambil menyantap nasi uduk di meja kantin ketika aku sampai di sana.
"Udah."
Aku duduk berhadapan dengan Nuri.
"Bi, aku es jeruk satu yaaa.." Teriakku kepada penjual di kantin seraya mengangkat tangan.
"Iya neng." Suara dari seberang sana, rupanya itu penjualnya.
"Eh Al, menurut kamu anak baru itu gimana?" Tanya Nuri yang masih dalam keadaan mengunyah.
"Gimana apanya?" Bingung aku.
"Ganteng nggak?" Tanya Nuri sambil mengangkat dan menurunkan alisnya berkali-kali.
"Gak tahu ah.. Ngapain sih bahas soal anak baru itu.."
Aku sedikit kesal Nuri terus membahas soal siswa baru itu.
"Ish kamu.." Desis Nuri. Dia kembali menyantap nasi uduknya.
"Ini neng es jeruknya." penjual itu menyodorkan es ke meja. Lalu kembali ke asalnya.
"Ok makasih".
Aku langsung menyeruput es nya, pake sedotan ya. Tenggorokkan yang kering ini akhirnya basah kembali.
"Kita boleh duduk di sini gabung sama kalian?" Suara itu terdengar dari belakang tubuhku.
"Boleh banget, silahkan!" Jawab Nuri sedikit heboh.
Ternyata itu suara Sendi yang membawa mangkuk berisi mie rebus untuk santapannya, dan Ervan yang membawa sebungkus roti beserta air mineral.
Nuri terlihat senang kegirangan, senyum-senyum gak jelas karna Sendi duduk di sebelahnya, dan Ervan duduk di sebelahku.
"Kenalin, aku Nuri."
Nuri yang super duper kecentilan itu menyodorkan tangan menyalami Sendi dan Ervan. Merekapun langsung menerima uluran tangan Nuri tanpa membuka suara, hanya senyuman ramah yang mereka berikan.
"Al, kamu gak kenalan sama mereka?" Perintah Nuri.
Aku menghela berat.
"Tadi waktu di kelas, Pak Kepsek kan udah nyebutin nama aku."
"Alesha ya?" Tanya Sendi.
"Iya." Jawabku datar.
Sendi memberikan senyuman lagi kepadaku.
"Oh iya, kalian kenapa milih sekolah di sini?"
Aku mencoba menanyakan kepada mereka untuk menghindari senyuman Sendi yang membuat aku salah tingkah.
Sendi langsung menjawab pertanyaanku.
"Karna di sini aku akan menemukan hal yang tidak pernah aku alamin dalam hidupku sebelumnya."
Aku menatap Sendi sebentar, lalu aku menundukkan kepala. Tidak tahu apa maksud dari omongannya.
"Ngomong apaan sih lo." Kata Ervan yang merasa geli mendengar omongan Sendi.
Aku segera meminum es jerukku karna sebentar lagi lonceng pasti akan bunyi. Sementara Nuri, Sendi dan Ervan sibuk menyantap makanannya.
*****
Seperti biasa, aku harus nyamper Lisa pagi-pagi supaya bisa berangkat bareng.
Sampai di sekolah, terdengar suara teriakkan seperti ema-ema yang lagi ngomel. Teriakkan itu berasal dari kelasku, ketika masuk kelas, ternyata itu suara Nuri sedang menagih uang khas mingguan.
Jabatan Nuri di kelas sebagai bendahara.
"Heyyy... ayo dong kalian itu harus bayar khas, masa seminggu sekali aja gak mampu tapi jajan ke kantin tiap hari mampu."
Suara Nuri kalo udah teriak-teriak membuat semua orang yang mendengarnya bisa mendadak sakit telinga.
"Ya ampun Nuri, berisik tahu. Sampe kedengeran ke jalan raya sana." Omelku ke Nuri yang baru saja datang.
"Habisnya gak mau pada bayar." Decak Nuri dengan nada kesal.
"Heh kamu Lisa, bayar." Tagih Nuri sambil menyodorkan tangan ke Lisa.
Lisa langsung merogoh saku bajunya.
"Nih.. Aku bayar buat 2 minggu ke depan." Lisa menyodorkan uangnya pada Nuri.
"Bagusss.." Jawab Nuri merasa puas.
"Kamu gak mau bayar, Alesha?" Nuri kembali menyodorkan tangannya padaku.
"Nanti aja.." Jawabku tenang.
"Huh kebiasaan" Nuri mendesis.
Sendi pun datang. Nuri langsung nyamperin Sendi yang baru saja duduk di kursinya.
"Sendi, kamu mau bayar uang khas gak, kamu udah masuk daftar minggu ini."
Cara ngomong Nuri yang kecentilan itu.
"Berapa?" Tanya sendi sambil merogoh saku celana nya.
"Cuma 2000 kok perminggunya, hehe"
"Nih"
Sendi memberikan uang seniali Rp.10.000
"Untuk 5 minggu" Lanjut Sendi.
"Beneran...???" Nuri so kaget.
"Iya.." Jawabnya datar.
"Aduhhh kamu baik banget dehh."
Puji Nuri dengan nada yang terus kecentilan itu.
Tiba-tiba Ketua Osis masuk ke kalas kami. Namanya Aldi. Kami semua langsung bersiap-siap duduk di tempat masing-masing.
"Assalamu'alaikum wr. wb" Kak Aldi memberi salam.
"Walaikum salam wr. wb" Jawab kami semua serentak.
"Maaf mengganggu waktunya. Besok kita akan mengadakan sidang OSIS. Pelaksanaanya setelah KBM, banyak yang harus kita bahas dan kemungkinan bisa sampe malam. Maka dari itu saya berikan surat izin ini untuk ditanda tangani oleh orangtua kalian. Kita akan menginap semalam di sekolah. Kalian pulang dulu ke rumah kalian masing-masing. Nanti saya beri waktu 30 menit, kalian harus segera kembali ke sekolah. Mengerti!"
"Siap Mengerti." Jawab kami dengan kompak.
"Untuk anak baru, kalian ikut gabung organisasi. Kamu namanya siapa?" Kak Aldi menunjuk pada Ervan.
"Ervan kak." Jawab Ervan sopan.
"Kamu masuk ke Seksi Keagamaan bersama Nuri. Yang satunya lagi masuk ke Seksi Pendidikan. Ada pertanyaan?"
Kak Aldi menegaskan.
Sendi mengangkat tangannya.
"Anggota Seksi Pendidikan siapa kak?"
"Alesha." Jawab Kak Aldi.
"Oh iya, terima kasih kak."
"Kalo begitu, terima kasih atas waktunya. Wasalamu'alaikum wr. wb.." Pamit kak Aldi.
"Walaikum salam wr. wb...."
Ya gini-gini juga aku masuk Osis di bagian seksi pendidikan. Karena aku sudah bilang, aku lumayan pintar, hehe.
"Kenapa sih dia harus masuk seksi pendidikan?" Tanyaku kepada diriku sendiri sambil menyenderkan punggung ke kursi tempat dudukku.
"Mending kita tukeran aja Al, kamu sama Ervan, aku sama Sendi. Gimana?" Sahut Nuri mendengar pertanyaanku.
"Emangnya, kamu berani komplain sama keputusan ketua Osis masalah kayak gitu??" Tanyaku meragukan Nuri.
"Enggak sih... Hehe" Nuri cengengesan.
Keliatan banget kalo Nuri beneran suka sama Sendi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!