Dania Bella POV
Aku menghembuskan nafasku kasar, ku langkahkan kakiku untuk pulang. Hari yang melelahkan bukan? Setelah seharian ini aku menunggu dosen pembimbing tapi yg di tunggu tak kunjung bisa di temui.
Perkenalkan namaku Dania Bella, 22 tahun mahasiswi Psikologi semester akhir yang sedang pusing-pusingnya dengan skripsi, ditambah lagi aku masih menjadi beban ayah untuk masalah keuanganku di kota ini. Sebenarnya aku lagi mencari pekerjaan part time tapi belom ada yang cocok, andai saja ada yang mau menikahi dan membayar aku menjadi istrinya, tapi itu tak mungkin kan? Hahaha aku terlalu banyak berandai-andai.
Aku ini bisa dikatakan cantik sebenarnya dengan kulit putih bersih ku, mata bulat ku ditambah lagi tinggi dan beratku sangat ideal, tapi sedikit bocoran saat ini aku masih single alias jomblo bukannya tak laku, banyak lelaki yang mengantri untuk menjadi kekasihku tapi aku begitu setia dengan prinsipku, tak ingin pacaran. Bukannya sok-sok alim atau apalah yah, tapi menurutku lebih baik langsung menikah kan jadi halal tanpa takut zina. Pacaran tidak ada lagi di kamusku semenjak dikhianati oleh mantan tersayang ku, lagian kalo pacaran Aku benar-benar takut khilaf.
Duduk termenung di kafe langganan ku sambil memandangi mobil motor berlalu lalang, tiba-tiba ada yang mengagetkanku.
"Bolehkah sayaa duduk di sini cantik," tanya lelaki yang tiba-tiba muncul di hadapanku. "Soalnya hanya meja ini yang kosong," lanjut lelaki yang tidak kutahu namanya itu. Aku hanya mengangguk, "silahkan, tak ada yang melarang mu tuan." ucapku sekenanya.
Aku memandangi wajah di depanku, tidak tahu kenapa jantungku berdegup. "Aduh sungguh tampan lelaki ini, dia benar- benar tipeku. Sepertinya juga orang kaya andai dia mau menikahi ku," pikirku dalam hati.
"Sering ke sini yah?" Tanyanya menatapku membuat jantung berpacu hebat, "iya, ini kafe langganan ku."
Lelaki itu mengulurkan tangannya, "Oh yah perkenalkan namaku Defran Arie Olvio." Ucapnya sambil tersenyum manis membuat hatiku meleleh jadinya, ku sambut tangan itu dengan wajah datar. "Aku Dania Bella."
Lelaki bernama Defran itu masih setia memandangiku, tidak tahu apa jika kelakuannya itu membuat seorang Dania mati gaya. "Masih kuliah yah kamu?" Tanyanya lagi dengan senyum yang terlihat lesung di sudut pipi kanan dan kirinya.
"Iya," ucapku singkat saking gugupnya.
"Semester berapa dan ambil jurusan apa?" Tanyanya penasaran, "semester akhir, Psikologi." Lagi-lagi jawabku singkat yang terucap dari bibirku.
Defran menghela nafas sebentar, "kok cuek banget sih kamu? Aku kan pengen deket kamu, bolehkan?" tanyanya lagi yang membuat keningku berkerut aneh.
"Kok gak dijawab?" Tanyanya lagi membuat otakku ingin berteriak, "lalu mau apa tuan? Kita juga baru kenalkan?" Jawabku menatap sekilas wajah tampannya dan kembali ke muka datarku.
"Tapi, aku suka sama kamu." Ungkap Defran yang membuat mataku melotot ingin keluar saking terkejut, fix bisa ku pastikan ini cowok gila.
"Hah, apa suka? Gak salah denger aku kan? yang benar saja tuan."
"Nggak, kamu gak salah denger kok Nia, aku emang suka sama kamu Dania Bella. Boleh aku antar pulang?" pintanya lucu sambil mengedipkan matanya.
"Oh," jawabku bingung karena aku memang tak tahu harus menjawab apa, lelaki di depanku ini memang tipeku tapi aku tidak suka lelaki yang langsung mengatakan tertarik, lagian lelaki macam dia mana ada yang serius kan? palingan cuma iseng-iseng berhadiah.
"Boleh yah, aku kan pengen dekat- dekat sama kamu." Ucapnya lagi berusaha membujukku, tentu saja aku menolak.
"Gak, gak usah deh lagian kosan aku di deket ini."
Mukanya terlihat kecewa "Kok gitu sih! Boleh yah, aku mau tau kosan kamu dimana?" Bujuknya lagi berusaha meyakinkanku.
"Laki-laki sinting," batinku dalam hati tapi gak apa-apa kalo dia mau anter gratis ini.
"Ya udah deh," akhirnya aku menyetujui keinginannya itu. "Nah gitu dong, kan akunya jadi seneng." Ungkapnya sambil tersenyum.
Kami menuju parkiran dan betapa terkejutnya aku melihat mobilnya wow ini mobil mahal banget kan harganya, dia pasti bener-bener orang kaya. "Uchh, aku bener mau jadi istrinya." Perang batinku.
"Silahkan masuk cantik," katanya membukakan pintu mobil untukku.
"Terima kasih," aku memasuki mobilnya dengan senang hati.
"Kosan mu di arah mana sih?"
"Menteng," jawabku dingin.
***
Sesampainya di depan kosan, aku langsung keluar dari mobil, tapi tanganku di tahan olehnya. "Ada apa?" Tanyaku heran dengan kelakuan lelaki di sampingku ini kenapa begitu menyebalkan dan sok akrab begini.
"Sebentar Nia, boleh aku minta kontakmu. Supaya aku bisa menghubungimu," ucapnya tak tahu malu, baru juga kenal.
"Tidak," jawabku, tentu saja aku tidak ingin memberikan kontak ku ke sembarang orang, apalagi orang di sampingku ini. Aku segera ingin keluar dari mobil ini dan lagi-lagi tanganku di cekal oleh Defran, lalu tiba- tiba cup dengan kurang ajarnya dia mencium pipiku. Reflek aku terkejut membulatkan mata dan keluar dari mobilnya menuju kosanku dalam diam.
"Bye Nia, semoga kita berjumpa lagi dan kalo kita ketemu lagi kau harus memberikan kontakmu yah." Katanya dengan tidak tahu malu lalu mobil itu berlalu pergi dari kosanku, jantungku masih belum normal sekarang ini. Cepat- cepat aku menuju kamar menghempaskan tubuh ke ranjangku.
"Deg, deg, deg," suara memburu bunyi jantung. "Aku kenapa? Lelaki itu benar- benar kurang ajar berani sekali dia menciumku tanpa permisi. Ahhh seharusnya tadi aku menampar mukanya itu." Teriakku kesal sambil memukul-mukul guling.
Defran Arie Olvio POV
Aku sungguh bahagia hari ini bisa bertemu gadis secantik Dania Bella. Aku tak tahu kenapa aku mencium pipinya, tadi itu bener- bener reflek kulakukan. Dengarkan degupan jantungku berdetak kencang, membuat mukaku tersenyum mengembang. Perkenalkan namaku Defran Arie Olvio, 25 tahun seorang CEO di Olvio grups. Aku cukup sukses di usiaku saat ini, selain itu aku juga sangat tampan banyak wanita yang mengejar aku termasuk Dira yang akan ditunangkan denganku oleh mama.
Tok, tok, tok bunyi pintu kamarku pasti mama.
"Masuk ma, nggak Def kunci kok." Kataku karena malas membuka pintu, aku masih ingin menikmati degup jantung tidak normal ini.
"Eh anak mama kok senyum-senyum sih? Kayak lagi jatuh cinta, habis ketemu Dira yah sayang?" Tanya mama yang tiba-tiba sudah di sebelahku.
"Gak kok ma, Def gak lagi jatuh cinta, lagian siapa juga yang mau jatuh cinta sama si Dira itu ma, Def ogah yah ma." Jawabku kesal, "loh kok gitu sih sayang ngomongnya, Dira kan calon tunangan kamu?" Kata mama mengingatkanku bahwa dia berharap aku dan Dira itu bertunangan.
"Itukan maunya mama, bukan maunya Def!" Ucapku tidak suka dengan keputusan mama yang seenaknya menunangkanku dengan anak temannya itu.
"Iya-ya mama kan mau yang terbaik buat kamu sayang. Ya udah turun ke bawah kita akan makan malam." Ucap mama tersenyum sambil mengelus pundakku.
"Iyaa ma, Def mau mandi dulu."
Aku bener- bener kesel mama selalu menjodohkan aku dengan Dira, iya sih kuakui Dira emang cantik tapikan hati tidak bisa di paksakan. Jadi ke ingat Dania lagi pokoknya dia harus jadi pacarku bagaimanapun caranya.
Selesai mandi aku langsung turun ke bawah, "yah ilah kenapa harus ada Dira sih?" Batinku kesal. "Def, duduk sini." Perintah mama tidak mau di tolak.
"Iya ma."
"Def sayang apa kabar? Aku kangen kamu tau." Kata Dira sok manja.
"Oh," kataku cuek dan selera makanku langsung hilang.
"Ma, Def gak jadi makan, Def mau makan di luar aja." kataku pergi meninggalkan meja makan.
"Loh loh Def kamu mau kemana?" Kata mama berusaha menahan ku tapi tidak ku hiraukan.
"Dah-dah ma, Def mau makan di luar, gak selera makan di sini." Tanganku melambai.
"Aku ikut Def," kata Dira yang udah berdiri di sampingku.
"Gak gue mau sendiri yah, lo di di sini aja." Tolak ky kasar, tidak sudi aku satu mobil dengannya.
***
Mobil ku melaju, entah mau cari makan di mana aku malem ini, eh tunggu dulu itu bukannya Dania yah? Tapi kok sama cowok mana kelihatannya bahagia banget. Aku cemburu dan marah tanganku mengepal kesal, bisa-bisanya Dania berdua-duan dengan lelaki malam-malam begini, langsung ku hentikan laju mobil dan aku keluar menuju Dania, kutarik paksa dia menjauh dari laki- laki itu. "Apa- apaan ini, lepasin tangan gue, siapa lo berani banget hah." Teriaknya marah tidak terima dengan kelakuanku.
"Aku gak suka Nia kamu deket- deket cowok lain yah." Kataku tak kalah berteriak.
"Apa hak lo ngelarang gue, gue bukan siapa-siapa lo yah?" Teriaknya di depan mukaku dan karena wajahnya terlalu dekat denganku ku layangkan saja kecupan singkat di keningnya.
"Kamu milikku Nia, milikku jika kau menanyakan hakku," Ucapku dengan percaya diri sambil senyum cengengesan habis nyuri cium kening Dania ternyata membahagiakan jiwaku tapi plak, dia menamparku. Mukanya murka penuh kemarahan.
"Sejak kapan gue jadi milik lo dan lo gak sopan banget yah jadi orang. Main cium orang sembarangan, apa hak lo cium gue tanpa permisi. Lo kira gue ****** apa hah? lagian kita belum kenal kurang dari 24 jam kenapa lo mengklaim gue milik lo, sinting lo, gila." Dania mengumpat di muka gue.
"Kok kamu nampar aku sih Nia? Aku gak suka yah kamu kasar gini, aku cium kamu karena aku suka sama kamu, kamu mau kan jadi pacar aku." Jawabku tak tahu malu dengan puppy eyes supaya dia gak nolak.
"Hahaha, lo kira gue percaya sama omongan lo yah! Gak yah! Lagian laki macam lo ini mana ada seriusnya palingan juga iseng-iseng berhadiah." Ucap Dania menohok jantungku.
"Aku serius Nia, aku mau kamu jadi pacarku." Ucapku berusaha meyakinkan gadisku ini, tapi jawabannya mengecewakanku.
"Sayangnya gue gak mau pacaran, kalo lo emang suka sama gue, lo nikahin gue, dan lo jangan berani- berani lagi nyentuh gue. Kalo status lo bukan suami gue." Ucapnya penuh penekanan menunjuk muka lalu pergi meninggalkan aku yang terdiam di tempat.
Kata- kata Nia tadi berhasil menusuk ke hatiku, "Oke Nia, aku terima tantanganmu kan ku buat kau menjadi istriku. Setelah itu akan ku ciptakan neraka paling indah untukmu," Batinku menyeringai.
Bersambung....
Setelah bertemu Dania, Defran memutuskan pergi ke club malam. Club milik salah satu temannya, kepalanya pusing memikirkan kata-kata Dania. "Hey bro tumben lo kesini? Ada masalah yah?" Tanya Dafin sahabat sekaligus asistennya itu, Defran mengangguk. "Iya bro, ada cewek gangguin pikiran gue. Pusing gue gimana caranya buat dapatin dia," curhat Defran sambil meneguk vodka yang sudah di pesannya itu.
"Ya ilah bro sejak kapan lo tertarik sama cewek, palingan abis manis lo buang tuh cewek kayak perempuan one night stand lo yang laennya." Dafin menepuk punggung sahabatnya itu.
"Gue serius kali ini bro, cewek ini beda banget. Dia gak mau gue apa-apain sebelum gue jadi suaminya," cerita Defran serius.
"Hah, masih ada cewek kayak gitu bro, ya udah sikat aja lo nikahin dia bro keburu gue ambil ntar." Dafin memberikan usulan kepada Defran.
"Apa iya gue nikahin tuh cewek yah? Tapi bagaimana caranya bro? Gue masih ingin terlihat single dan gue gak mau semua orang menganggap gue punya bini?" Ucap Defran sambil memikirkan caranya menikahi Dania secepatnya.
"Wah wah bro kalo udah nikah ma status lo yah berganti lah jadi laki orang kecuali lo sembunyiin dari orang kalo lo udah nikah dan lo tutup tuh mulut si perempuan." Usul Dafin yang membuat senyum mengembang di pipinya.
"Bener juga lo bro, makasih idenya dan setidaknya nyokap gue masih bisa ngerencanain pertunangan gue sama Dira." Kata Defran tertunduk lesu, dia tidak ingin membuat mamanya itu kecewa, tapi hatinya ingin egois memiliki Dania, gadis cantik yang baru di temuinya itu.
"Lah bro kalo lo mau tunangan sama Dira terus ngapain lo mau nikahi tuh cewek, kasihan lebih baik jangan. Hati perempuan itu memang lembut tapi kalo udah lo sakiti jangan harap lo dapat kata maaf dari dia." Nasihat Dafin, "ah lo mau tau aja bro,gue gak mau ngecewain nyokap gue dia kan ngebet banget gue tunangan sama dira, tapi gue juga mau memiliki Dania. Gue balik duluan bro, gue baru dapet ide brilian. Ah iya cari tahu informasi tentang gadis gue secepatnya," kata Defran keluar meninggalkan club.
Berbeda dengan Defran, Dania sedang kesal dengan kelakuan Defran lelaki yang baru di temuinya hari ini, Dania mengambil handphonenya menelpon sahabatnya Yina.
"Yina gue mau curhat sama luh" kata Dania tanpa basa-basi.
"Eh ada apaan sih lo nelpon langsung mau curhat aja, ucapin salam dulu kek." Ucap Yina di seberang sana.
"Yina tadi tuh gue ketemu cowok tau gak dia langsung nyium kening gue. Emang sih tuh cowok tipe gue banget, selain ganteng, tinggi, hidung mancung dan tajir abis Yin, tapi gue kesal gak ada sopan santunnya." cerita Dania panjang lebar.
" Seneng yah di cium cogan? tapi itu cowok kan baru ketemu sama lo, masak udah berani nyium sih! Pasti cowok gak bener itu." Ucap Yina
"Ya kali gue seneng, tapi iya juga yah tuh pasti cowok brengsek, Tuhan jauhkanlah aku dari cowok itu." Doa Dania.
"Nia, gue mau tidur udah dulu yah curhatnya, bye jawab Yina." Panggilan pun berakhir, yah Yina aku blom selesai curhatnya."
Sebulan kemudian Defran akan merencanakan rencananya menculik Dania, kejam memang sih tapi ini satu-satunya cara instan untuk mendapatkan Dania pikir Defran. Defran menunggu Dania keluar dari kosannya sejam, dua jam Dania belum juga memperlihatkan batang hidungnya hingga akhirnya yang di tunggu- tunggu keluar juga. Defran langsung membekap mulut Dania dengan sapu tangan yang sudah dia kasih obat bius, Dania berusaha berontak tapi kemudian semuanya gelap, Dania pingsan. Defran langsung membawa Dania ke mobilnya dan melajukan mobilnya ke apartemen miliknya.
"Selamat Datang Dania Bella di dunia gue." kata Defran menyeringai senang,
Dania masih pingsan di gendongnya Nia ala bridal style ke kamarnya dan di letakkannya Dania di ranjangnya. Defran memandangi wajah Dania yang pingsan.
"Cantik, sebentar lagi kamu akan jadi milikku sayang." Batinnya berteriak bahagia, lalu Defran beranjak menelpon seorang.
" Halo, gimana penghulunya udah dateng belom? Bentar lagi Dania bangun gue gak mau tau pokoknya lo bawa surat yang gue minta dan bawa saksi, penghulu buat nikahin gue sama Dania, satu lagi lo jemput om Haris." Perintah Defran kepada orang yang di teleponnya.
"Siap bos gue otw bareng saksi dan pak penghulu, om Haris juga udah sama gue sekarang." Kata orang di seberang sana, "oke gue tunggu, cepetan." Defran mengakhiri panggilannya.
Dania membuka matanya, dia bingung ada dimana. "aku ada dimana? Kamar siapa ini? Tadi seingat ku aku mau ke kampus ya Tuhan pasti aku diculik, tadi ada cowok yg membekap mulutku."
Dania reflek menutup mulutnya ketakutan, pintu kamar terbuka. Sosok Defran muncul membawa pistol dan dokumen perjanjian. "Udah bangun sayang, gimana pingsannya enak? Selamat datang di duniaku Dania Bella." Ucap Defran tersenyum menyeringai. "Kamu? Kok aku ada di sini?"Kata Dania bingung, "untuk apa pistol dan kertas itu," batinnya ketakutan. "Aku menculik kamu sayang, dan cepat tanda tangani dokumen ini." Defran meletakan dokumen untuk di tanda tangani Dania.
"Ka-lo ka-lo aku gak mau bagaimana?" Tanya Dania takut-takut.
"Maka jangan salahkan aku jika pistol ini menghancurkan kepalamu sayang, cepat tanda tangani dokumen ini." Paksa Defran menodongkan pistol tak berpeluru itu ke kepala Dania, Dania pun dengan terpaksa menandatangi dokumen yang dia tidak tahu isinya apa.
"Bagus sweetheart, sekarang pakai baju ini aku tunggu di luar." Defran mengeluarkan kebaya dan Defran sambil mengambil dokumen yang isinya surat perjanjian untuk di simpannya.
"Untuk apa Defran kebaya ini?" tanya Dania tidak mau memakainya.
"Kita akan menikah sayang," kata Defran tenang.
"Jadi cepat pakai saja tanpa banyak tanya." Lanjutnya tidak ingin di bantah.
"Menikah? Aku tak mau menikah denganmu Def." Dania berteriak menolak.
"Kalau kau tak mau, kau tau fungsi pistol ini untuk apa hah? Kata Defran kembali menodongkan pistolnya ke kepala Dania.
"Iya, iya aku mau tapi bagaimana dengan restu ayahku Def, siapa yang akan menikahkan kita?" kata Dania setengah terpaksa.
"Hem kamu benar aku tak mungkin menikahi mu tanpa restu darinya, tapi cepatlah sweetheart pakai kebayanya aku sudah tak sabar untuk memilikimu, sejujurnya dua minggu lalu aku menemui ayahmu untuk meminta restu dan menikahkan kita tapi beliau tak bisa menikah kamu, tapi tenang beliau telah menyerahkannya kepada om Harus mu sayang." Jelas Defran.
"Om Haris?" Tanya Dania bingung, bagaimana bisa ayahnya menyetujui pernikahannya.
"Yah sayang, tapi aku akan menanyakan satu hal lagi untuk memastikan, bersediakah kamu aku nikahi hari ini Dania Bella, dan jika tidak maka aku akan mengundurnya."
"Hm bersedia, tapi aku lebih suka Ayahku yang menikahkan."
Dania harus menjawab bersedia karena pistol di tangan Defran, "terima kasih sudah bersedia cantik, aku tunggu di luar"
Defran berlalu keluar.
Dania keluar dari kamar, di sana sudah ada penghulu dan 2 orang saksi dan tentunya om Harisnya. Dania langsung berlari memeluk adik ayahnya itu.
"Udah nangisnya sayang, udah mau jadi istri orang ini." Ucap Haris mengusap air mata Dania.
"Saudari Dania apakah setuju menikah dengan Saudara Defran?" Tanya Penghulu yang hanya di angguki oleh Dania.
"Saudara Defran apa...." Kata-kata penghulu terpotong, "Iya saya siap." Jawab Defran memotong pembicaraan penghulu.
Haris mengulurkan tangannya dan langsung disambut oleh Defran, "baiklah, saudara Defran Arie Olvio saya nikahkan anda dengan keponakan saya Dania Bella Binti Husien Bara dengan mas kawin uang satu juta seratus tujuh belas ribu dan seperangkat alat sholat di bayar tunai."Kata penghulu.
"Saya terima nikahnya Dania Bella Binti Husien Bara dengan mas kawin tersebut di bayar Tunai, jawab Defran lantang.
"Bagaimana saksi?" tanya penghulu kepada kedua penghulu yang hadir. "Sah sah," Ucap saksi bersamaan.
"Alhamdulillah, silahkan mempelai perempuan cium tangan suaminya."Kata penghulu, Daniapun mencium tangan Defran yang telah menjadi suaminya dan Defran mencium kening Dania dengan sayang. Penghulu, om Haris dan saksi sudah pulang tinggal Dania dan Defran di apartemen, Defran mengeluarkan dokumen yang di tanda tangani oleh Dania.
"Ini kamu baca dokumen yang kamu tandatangani tadi," Defran menyerahkan kembali dokumennya. Dania mengambil dokumen yang berisi surat perjanjian dan dia melongo membaca surat perjanjian itu.
____________________________________
...SURAT PERJANJIAN...
Pihak Pertama
Nama : Defran Arie Olvio
Ttl : Jakarta,25 Desember
1995
Alamat: Jakarta
Pihak Kedua
Nama : Dania Bella
Ttl : Palembang, 2 Desember
2000
Alamat: Jakarta..
Saya yang bertanda tangan di bawah ini bahwa memang benar berjanji dan menyetujui pernikahan bayaran ini:
Pihak pertama tidak bisa menceraikan pihak kedua apabila itu terjadi maka seluruh aset dan kekayaan pihak pertama jatuh kepihak kedua.
Pihak pertama akan membayar biaya pihak kedua sebesar Rp. 25 juta perbulan.
Pihak kedua harus mematuhi semua perintah pihak pertama apabila melanggar maka jangan salahkan pihak pertama jika menuntut mengembalikan semua yg telah di berikan.
Pihak kedua dilarang ikut campur masalah pribadi pihak pertama.
Mulai saat berlaku surat ini Pihak kedua harus tinggal bersama pihak pertama.
Pihak kedua tidak bisa menuntut cerai pihak pertama.
^^^Jakarta, 07 januari 2022^^^
Pihak pertama Pihak Kedua
(Defran Arie Olvio). ( Dania Bella )
______________________________________________
Dania menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang di lakukan Defran. Dania menangis dalam diam, dia tidak ingin Defran melihatnya lemah. "Sudah bacanya kan? Jadi kau harus menuruti perintahku Dania, lagian aku tahu kok kamu butuh uang kan, dan ah iya lihat rekeningmu pembayaran pertamamu sudah ku bayar hari ini." Ucap Defran mengambil kembali dokumen itu untuk di simpan, "Dania melongo lagi melihat saldo rekeningnya, 100 juta isinya.
"Kenapa banyak sekali? tanya Dania bukankah cuma 25 juta," tanya Dania bingung.
"Untuk apa aku uang sebanyak itu?" Dania tampak berpikir akan iya gunakan apa uang itu. "Itu sebagai penghargaan ku untukmu karena malam ini akan jadi malam yang panjang untuk kita sayang dan kamu bersiaplah untuk itu." Defran menyeringai jahat.
Bersambung....
Dania duduk termenung melamuni nasibnya, bagaimana tidak dalam sehari ini dia sudah sah menjadi istri Defran lelaki yang baru di kenalnya sebulan lalu. Dania tak habis pikir bagaimana Tuhan mempermainkan takdirnya dan apa kata Defran tadi bahwa pernikahan ini tidak boleh di publikasikan lalu bagaimana kalau Dania hamil.
"Kamu terlalu bodoh Nia, jika mengangap Defran mencintaimu. Dia menikahimu hanya untuk memuaskan nafsunya," Pikir Dania yang bingung apa yang harus di lakukannya sekarang, Defran pasti akan meminta haknya sebagai seorang suami.
Pintu kamarpun terbuka dan masuklah Defran, "sayang kamu ngelamun? Kok belum mandi?" Tanya Defran mendekati Dania.
"Eeh Def, ntar aku mandinya." Dania takut Defran meminta haknya, "mandi gih, apa mau aku mandiin sayang?" Goda Defran menoel pipi Dania.
"Iya aku mandi," Dania langsung masuk ke kamar mandi meninggalkan Defran.
"Sayang yg bersih yah dan jangan lama mandinya, aku tunggu," teriak Defran dari kamar sambil tertawa menggoda istrinya itu.
Usai mandi Dania bingung mau pakai baju apa, dia kan diculik oleh Defran jadi tidak membawa baju satupun kecuali baju yang dipakainya tadi. Dania keluar dengan hanya memakai handuk Defran, dia malu sebenarnya tapi mau bagaimana lagi dia tak mungkin terus mengurung diri di kamar mandi. Defran duduk bersandar di ranjang king zisenya sambil memegang iphone nya.
"Def, boleh aku minjem baju kamu?" Tanya Dania bingung, Defran menoleh melihat ke Dania dan batinnya berguman, "wow cantiknya bini gue, seksi lagi bikin yang di bawah bangun ini"
"Boleh ambil aja," kata Defran kembali melihat layar ponselnya, Dania mengambil baju di lemari Defran tapi ada lengan yang memeluknya dari belakang sambil berbisik.
"Gak usah pakek baju sayang, aku lebih suka kamu seperti ini." Defran berucap vulgar.
"Def lepa-sin,.." pinta Dania memohon.
"Aku belom siap," Defran tak menghiraukan dia malah asik mengecap mencium leher jenjang Dania dan sesekali mengigit nya.
"Def ja-ngan le-paas" Cerca Dania mulai mengerang.
"Kenapa sayang aku suka leher kamu," jawab Defran menyerang sambil terus mencium
leher Dania.
Defran melanjutkan aksinya mengigit telinga Dania dan membalikan Dania mengarah kepadanya. Di kecupnya kening Dania cup lalu pindah ke mata kiri kanan cup, cup, turun ke pipi Dania cup dan terakhir di bibir merah Dania cup sebentar. Dania hanya diam saja sambil melototkan matanya saat Defran mencium bibirnya lagi ciuman yang sedikit menuntut dan meminta akses ke Dania untuk membuka mulutnya.
"Sayang buka mulutnya, jangan diam aja. Sambut aku di dalam dirimu," bisik Defran di depan bibir Dania.
Defran kembali menyerang bibir mungir Dania dan kali ini Dania membuka mulutnya, lidah mereka saling melilit mengungkapkan perasaan masing- masing ada marah kesal sayang dan lainnya dalam ciuman mereka. Defran menuntun Dania ke ranjang king size nya, dan terjadilah malam panjang penuh cinta.
Matahari telah menunjukan sinarnya sepasang manusia masih asik terlelap setelah pertempuran panjang semalam.
Dania mengeliat membuka matanya, ada lengang kokoh melingkar di perutnya dia memeriksa tubuh telanjang dan sebuah senyum mengembang di bibirnya mengingat kejadian semalam disaat dia melepaskan kehormatannya kepada sosok di samping. Dia memandangi wajah suaminya itu, sesekali jari lentiknya menyentuh rahang jodohnya itu.
"Tampan," Satu kata lolos dari bibirnya begitu saja.
"Morning sweetheart," Defran bangun mengecup bibir istrinya.
"Pagi Def" jawab Dania.
"Kenapa kamu mandangin aku kayak gitu sayang? Mau ngulang yang semalem yah," goda Defran mencubit gemas hidung istrinya, Dania menggeleng.
"Ng-gaak def," jawab Dania gelagapan.
"Kalo mau ngulang aku gak keberatan kok sayang. " Goda Defran malah sudah mendaratkan tangannya di paha Dania.
"Mingirin tangan kamu Def, aku mau mandi." Kata Dania menyingkirkan tangan nakal suaminya itu dan beranjak meningalkan ranjang tapi sakit di selangkangannya masih terasa.
"Aw sakitt," Dania meringis ngilu.
"Kenapa sayang sakit yah? Maaf yahh itu gara- gara aku. Ya udah sebagai gantinya aku yang akan mandiin kamu," tawar Defran langsung mengangkat tubuh Dania ke kamar mandinya dan kalian tahu mereka mengulang kejadian semalam sekali lagi.
"Cepat tumbuh yah nak," batin Defran mencium perut istrinya.
Usai mandi Def mengeringkan tubuh istrinya, memakaikan baju istrinya.
"Selesai, cantiiik." gumam Defran tersenyum puas.
" Def, Aku laper." Dania merengek manja.
"Yaudah kita deleveri yah, kamu mau makan apa sayang? Tanya Def penuh sayang kepada istrinya itu.
"Apa aja Def."
"Oh yah sayang hari ini aku kerja yah, kamu gak apa-apakan kalo aku tinggal," kata Defran menyiapkan berkas yang akan di bawah ke kantornya.
"Hm gak papa Def, boleh gak aku balik ke kosan bentar mau ngambil baju dan laptop aku?" Tanya Dania lembut.
"Hm iya boleh sayang, aku berangkat yah sayang dah dah." Diciumnya puncak kepala istrinya.
"Maaf aku gak buatin kamu sarapan, hati- hati Def." Ucap Dania sedikit cemberut.
"Gak papa sayang ntar aku makan di kantor aja, oh yah kamu jangan lupa makan udah aku pesenin tadi."
" Oke bos." jawab Dania
Sepeningal Defran, Dania memutuskan untuk ke kosannya tapi sebelumnya dia harus beli baju di online shop dulu gak mungkin dia memakai kemeja Def yang kebesaran kan. Setelah makanan delevery dan bajunya sampai dia bergegas meningalkan apartemen Defran menuju kosannya. Sesampainya di kosan, temen kosannya heboh kenapa dia nggak pulang semaleman.
"Kak Nia kok gak pulang sih semalem? Kakak kemana?" Tanya mila penasaran
"Aku nginep di rumah temen Mil, oh yah hari ini aku mau mudik yah. Kamu hati- hati yah." Jelas Dania sambil mengepak baju dan laptop kesayangannya memasukkan ke ransel.
"Yah kok mudik kak, kan baru pulang? Masak pergi lagi." Protes mila tak terima.
"Aduh maaf Mila cantikk, tapi kakak udah kangen banget sama keluarga kakak di kampung." jawab Dania berbohong, tapi kalau mau jujur dia merindukan keluarganya itu.
"Maaf mil, terpaksa aku bohong, nggak mungkin kalo aku jujur udah nikah sama kamu," batin Dania sedih.
"Ya udah deh, gpp kak. Berapa hari pulkam nya kak? Jangan lupa oleh- oleh yah?" Sahut Mila.
"Belom tau Mil mungkin 2 minguan, ya udah kakak berangkat dulu yah, bye Mila cantik" jawab Dania tak yakin.
"Bye kakak, hati- hati yah." Kata Mila melambaikan tangannya.
"Aku anterin dulu barang-barang ini ke apartemen abis itu kayaknya ke mall deh beli perlengkapan di sana." Batin Dania.
Di mall Dania memasuki beberapa butik untuk membeli baju dan keperluan yang lain, Dania puas akhirnya bisa belanja tanpa harus takut gak bisa makan besok harinya. Ini adalah bayaran menjadi istri seorang Defran pikirnya. Setelah selesai belanja perutnya minta di isi, tapi tiba- tiba ada yang menepuk pundaknya.
"Nia luh di sini? Kata Mila lu mudik tadi pas gue ke kosan?" Tanya Yina bingung kenapa sahabatnya itu malah berbohong.
"Iya luh bohongi Mila yah? Tega luh ! Mana kita wa, dm, line gak di read lagi." Timpal Ami kesal, Dania hanya cengengesan.
"Yina, Ami kalian kok disini? Maaf maaf, Aku gak bermaksud. Aku terpaksa bohongi Mila dan maaf aku juga lupa ngecek handphone." Jawab Dania sedih karena di ingatkan telah membohongi orang.
"Kalo lo ada masalah tuh cerita Nia, jangan di pendam sendiri." Nasihat Yina.
"Kita masuk ke kafe itu dulu Aku laper Yin, Ami." Kata Dania mengandeng kedua tangan temannya itu, mereka memilih meja di pojokan, waiter datang menanyakan menu apa yang akan mereka pesan, sebelum makanan datang Yina berusaha mencari tahu masalah Dania.
"Nia, lo sebenarnya ada masalah apa sih? Cerita dong sama gue? Gue kan calon psikolog pasti cerita lo aman deh hehehe." Ujar Yina tertawa.
"Yin, gue belom bisa kasih tau lu sekarang tentang masalah gue saat ini. "Dania menjawab dengan lesu.
"Kenapa Nia? Tumben lu maen rahasia- rahasian sama gue?" Tanya Yina heran.
"Lo ingatkan berapa minggu yg lalu gue pernah curhat sama lo tentang cowok yg tiba- tiba nyium kening gue, dia masalah gue Yin." Adu Dania kepada sahabatnya itu, Ami yang sibuk dengan ponselnya itu pun akhirnya ikut meletakan ponselnya demo mendengarkan apa yang terjadi kepada sahabatnya itu.
" Apa yang kalian bicarakan? Gue ketinggalan gosip ni, Yin ada apa dengan Nia?" Ami menyenggol lengan Yina.
"Nia lagi deket sama cogan mi." jawab Yina tanpa dosa yang mendapat plototan dari Dania.
"Serius lu Nia? tapi kok muka lo sedih gitu, seharusnya lo seneng lah." Tanya Ami menepuk lengan sahabatnya itu.
"Gue gak papa mi, saat ini gue cuma gak bisa cerita banyak sama kalian, maaf ya guys." Dania tertunduk lesu.
"Ya udah gak papa kalo lu belom bisa cerita Nia , ayo kita makan dulu keburu dingin ntar." Sahut Yina menenangkan karena memang pesanan mereka sudah ada di atas meja.
"Thank you girls udah ngertiin gue, gue bahagia punya kalian." Dania memeluk satu persatu kedua sahabatnya itu.
" Ya ya, jangan sedih lagi Nia, ayo kita makan." Ami dan menepuk-nepuk pundak Nia.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!