Tetangga Sebelah
DESA KEMBANG
Drianaka dan Joanna memutuskan berangkat setelah jam makan siang.
Drianaka
*Menoleh sebentar*
Drianaka
Ya udah. Tidur aja dulu.
Drianaka
Nanti kalo udah sampe aku bangunin kamu.
Drianaka
*Mengusap pucuk kepala Joanna*
Joanna mulai menyamankan posisi. Menarik selimut rajut yang sengaja dibawa untuk berjaga-jaga.
Lama mereka melalui perjalanan selama 5 jam, akhirnya— mobil memasuki jalanan desa yang disekelilingi pepohonan tinggi, cukup lebat.
Drianaka
Eh? Kayaknya aku salah jalan deh?
Drianaka
*Membangunkan Joanna*
Drianaka
Joan, Sayang! Bangun dulu ..
Drianaka
Kita nyasar kayaknya.
Joanna masih mengumpulkan kesadarannya.
Mengusap kelopak matanya dan melihat ke arah jendela, hari sudah mulai gelap.
Drianaka
Tadi setelah gapura, aku ambil jalan kanan.
Drianaka
Tapi kok malah makin banyak pohon gitu ..
Drianaka
Gak ada jalan setapak kayak dulu.
Joanna
Puter balik aja, Na.
Drianaka
Untung belum jauh.
Naka segera memutar arah dan menancap gas setelah ia sempat melihat sesuatu.
Drianaka
(Membatin) Mungkin cuma pohon pisang aja!
Drianaka
Berarti ini ambil jalan kiri ya?
Joanna
Maaf. Gara-gara aku tidur, kamu jadi nyasar.
Drianaka
Apaan sih, Sayang!
Drianaka
Gak papa! Namanya juga ngantuk.
Drianaka
*Tiba-tiba kepikiran hal tadi*
Joanna menunjuk seorang wanita paruh baya yang berdiri di sebuah rumah berhalaman luas.
Bik Aruna
Selamat datang Mbak Joanna sama Mas Naka ...
Bik Aruna
Mari, saya bantu bawain barangnya.
Joanna
*Memeluk Bik Aruna*
Bik Aruna
Saya sehat. Seneng bisa liat kalian datang ke sini lagi.
Bik Aruna
Saya juga kangen, hehe.
Percakapan mereka tanpa sadar mengundang mata lain menyaksikan pemandangan itu.
Dibalik jendela balkon itu, sepasang mata terus mengawasi.
Pergerakan mereka, terutama Joanna.
Bik Aruna
Mbak Joanna mau kamar di bawah atau di atas?
Bik Aruna
Bibik udah beresin semuanya kok.
Drianaka
Yang penting ada kasur, hehe.
Hari pertama terasa melelahkan.
Jadi setelah mereka selesai makan malam bersama, Naka dan Joanna langsung kembali ke Kamar.
Sementara Bik Aruna tidur di Kamar bawah.
Terdengar bunyi benturan sebuah benda.
Joanna
(Membatin) Suara apa itu?
Joanna melihat Suaminya sudah terlelap.
Kasihan jika dibangunkan hanya karena dirinya terkejut mendengar suara ribut itu.
Sekelebat bayangan muncul dari arah jendela balkon ..
Joanna
Mungkin cuma angin! Iya! Itu angin!
Joanna berusaha memejamkan mata.
Memeluk Naka begitu erat dan tak berani menoleh ke arah lain.
Tiba-tiba hawa dingin terasa menusuk kulit.
Joanna
Naka ... *Berbisik*
Drianaka
Eum~ apa, Sayang?
Belum sempat Joanna melanjutkan ucapannya lagi, suara benturan benda kembali terdengar.
Hingga Naka pun mengerjapkan kedua matanya, kaget.
Drianaka
Kamu tunggu di sini.
Drianaka
Biar aku periksa dulu!
Bukannya takut, Naka justru terlihat kesal.
Sebab kegiatan tidurnya jadi terganggu mendengar suara keributan yang berasal dari luar kamar.
Drianaka
*Mengerutkan kening*
Drianaka
Tadi aku denger suara–
Bik Aruna
Oh, itu ... Kucing, Mas.
Joanna pun ikut keluar kamar setelah mendengar percakapan mereka.
Joanna
Bibik, denger suara tadi gak?
Drianaka
Suara kucing itu.
Bik Aruna
Iya, Mbak. Kalian tidur lagi aja.
Bik Aruna
Bibik udah usir kucingnya keluar kok.
Joanna
*Menghela napas lega*
Bik Aruna
Hehe, aman, Mbak.
Ketiganya pun kembali ke kamar masing-masing.
Entah mengapa, Joanna jadi tidak bisa tidur.
Matanya benar-benar sulit diajak kerjasama.
Sementara Naka sudah kembali menyelami dunia mimpi.
Joanna
Besok aku bakal ajak Naka ziarah ke makam Mbah Nang sama Mbah Putri deh.
Setelah mengatakan itu, rasa kantuk mulai datang.
Bik Aruna
Pagi, Mbak Joanna.
Bik Aruna
Gimana tidurnya semalem?
Joanna
Tapi pas mau Shubuh, dingin banget kamarnya.
Tak lama, Naka pun turun ke bawah.
Bergabung untuk sarapan bersama.
Bik Aruna
Pagi juga, Mas Naka. Seger banget pengantin baru ini.
Namun Joanna bisa menangkap gurat lain pada sepasang mata Bik Aruna.
Bik Aruna
Eh? Gak papa, Mbak.
Bik Aruna
Rencana mau jalan-jalan kemana aja selama di sini?
Drianaka
Kita udah bikin banyak agenda!
Joanna
Mau ke air terjun mawar yang ada di desa sebelah.
Sekedar informasi, dulu saat masih kecil, Joanna dan kedua orangtuanya sempat tinggal di Desa Kembang ..
Sampai usia Joanna menginjak 15 tahun.
Barulah mereka memutuskan pindah ke kota sebab Joanna harus melanjutkan pendidikannya.
Selain itu, Joanna ingin bisa mengenal tempat lain selain Desa kelahirannya tersebut.
Tidak heran jika Joanna begitu hafal dengan spot-spot alam di daerah sana.
Bik Aruna
Hati-hati ya, Mbak.
Bik Aruna
Kalo bisa, pulangnya jangan terlalu sore.
Bik Aruna
Takut kemaleman di jalan.
Drianaka
Paling kita cuma foto-foto aja.
Drianaka
Terus abis itu balik.
Obrolan mereka semakin berlanjut ke topic lain.
Banyak hal yang ditanyakan oleh Joanna.
Yang sejak dulu, hanya memiliki 20 kepala rumah tangga saja.
Itu pun jarak antar rumah sekitar 15 meteran.
Rumah yang berdekatan dengan rumah milik Kakek dan Neneknya di sebelah.
Joanna
Bik, rumah sebelah itu sejak kapan dibangun?
Joanna
Perasaan dulu tanah itu kebun pisang deh, iya 'kan?
Bik Aruna
Baru tiga taunan, Mbak.
Bik Aruna
Maaf, Bibik ke Dapur dulu ya. Permisi.
Joanna
Na, aku udah selesai.
Joanna
Ayok berangkat sekarang!
Drianaka
Jadi mampir ke makam Mbah Nang sama Mbah Putri gak?
Joanna
Pamitan dulu sama Bik Arun.
Keduanya kembali menyusuri jalanan desa yang tidak terlalu besar.
Tapi pas untuk dilewati mobil.
Drianaka
*Memikirkan sesuatu*
Joanna
Na, serius kita bakal honey moon di sini sampe 30 hari?
Tiba-tiba terbesit dipikiran Joanna untuk mengubah rencana.
Drianaka
Soal cuti, Papa 'kan Bosnya, jadi soal izin begitu ..
Joanna
(Membatin) Bukan itu maksudku, Na.
Sementara di sisi lain ...
Seseorang berdiri di depan jendela kamarnya.
Menatap halaman rumah samping milik tetangganya.
Mbah Putri
Kudengar dia masih perawan.
Seseorang yang diajak bicara justru hanya diam saja.
Killian
*Menatap datar ke wanita itu*
Mbah Putri
Punya telinga gak kamu?
Killian
Terus Mbah mau aku ngapain?
Mbah Putri
Di Desa ini udah gak ada gadis perawan lagi ..
Mbah Putri
Lakukan tugasmu, seperti biasanya.
Wanita yang dipanggil Mbah Putri itu menghentikan langkahnya sejenak.
Tanpa menoleh ke belakang, ia berdiri memunggungi Killian— cucunya.
Killian
Harus banget ya, Mbah?
Mbah Putri
Mbah gak ngerti, Kill.
Mbah Putri
Nanti malem kamu dateng ke rumah itu ..
Mbah Putri
Ajak mereka makan malem di rumah kita.
Mbah Putri
Kamu ngerti gak?
Tubuh Killian terpental jauh.
Setelah membentur dinding kamarnya.
Mbah Putri
Mungkin bisa lebih dari itu.
Mbah Putri
Jangan jadi cucu kurang ajar kamu.
Mbah Putri
Bapak sama Ibu kamu udah gak ada.
Mbah Putri
Jadi kamu harus patuh sama Mbah, Killian.
Killian
Itu karena Mbah— ahk!
Killian
*Mengerang kesakitan*
Mbah Putri
Cukup! Hentikan!
Killian terbatuk-batuk dengan wajah memerah.
Mbah Putri
Jangan bikin dia marah.
Mbah Putri
Inget, Killian!
MAKAN MALEM!
Joanna sibuk merendam kakinya di dalam air. Duduk di batuan besar sembari bersenandung kecil.
Sementara Naka memotret beberapa spot yang menurutnya sangat cocok untuk mengisi feed instagramnya.
Drianaka
Satu, dua, tiga ..
Beberapa pose telah diambil.
Drianaka
Pengen berdiri di deket air terjunnya.
Joanna
Oke, oke! Ayok pose!
Meskipun air terjun itu tidak terlalu dalam, tapi mereka tetap harus hati-hati.
Batu yang mereka pijak sangat licin.
Drianaka
*Melihat jam di tangan*
Drianaka
Kita kan harus mampir ke makam Mbah Nang sama Mbah Putri.
Joanna
Iya, aku hampir lupa, Na.
Naka mengikuti arah pandangan Istrinya.
Joanna merasa ada seseorang berdiri di atas air terjun itu.
Ketinggian air terjun itu setara dengan 10 lantai gedung pencakar langit.
Jadi wajar jika mungkin Joanna salah lihat.
Tak lupa, bunga untuk diletakkan di atas makam Kakek dan Neneknya juga sudah disiapkan oleh mereka.
Mereka sandarkan bunga itu di batu nisan masing-masing.
Drianaka
Kami dateng, Mbah Nang, Mbah Putri.
Tiba-tiba angin kembali berhembus.
Joanna
(Membatin) Kok merinding lagi ya?
Joanna
Mbah, kita dateng ke sini karna mau izin buat tinggal di rumah Mbah selama sebulan ...
Joanna
Semoga kita betah ya, Mbah.
Drianaka
Kalian yang tenang ya di sana.
Drianaka
Iya, kamu udah belum?
Drianaka
Kalo masih kangen, aku tungguin.
Drianaka
Kali aja masih pengen kirim doa.
Joanna
Keburu sore, mending pulang aja, Na.
Mereka pun kembali melanjutkan perjalanannya lagi.
Joanna tak banyak berbicara.
Sesekali melirik ke arah spion kaca di depannya.
Joanna
Gimana kalo kita seminggu aja liburannya?
Joanna
Ntar sisanya kita bisa cari destinasi lain gitu.
Joanna
*Menggigit bibir bawahnya*
Drianaka
Kamu gak betah ya tinggal di desa terpencil gini?
Joanna
Bisa nostalgia lagi ...
Joanna
Ke tempat-tempat pas aku kecil dulu tapi–
Naka tiba-tiba menginjak remnya.
Joanna
Kok tiba-tiba ngerem?
Pandangan Naka berpendar ke sekitar jalanan yang sepi itu.
Tak menemukan sesuatu yang hampir dia tabrak.
Drianaka
I-itu, ada k-kucing.
Joanna
Aku gak liat apa-apa?
Mereka tidak menyadari sepasang mata merah menyala itu menatap kepergian mobil keduanya dari jauh.
Mbah Putri
Gimana keadaanmu?
Killian
Hampir mati! *Bernada ketus*
Mbah Putri
Killian, Mbah peringatin kamu buat jaga ucapanmu!
Mbah Putri
Kamu gak biasanya kayak gini.
Killian
Emang biasanya aku nurut sama Mbah.
Killian
Tapi sekarang, aku pengen berubah!
Iya. Selama ini Killian tidak pernah membangkang setiap perintah Mbah Putri.
Apapun yang dikatakan, selalu dituruti oleh Killian.
Termasuk mencarikan gadis perawan, sesuai dengan keinginan Mbah Putri.
Sebab bulan ini, mendekati bulan purnama.
Persiapan harus dilakukan jauh-jauh hari supaya ritual yang akan datang bisa berjalan dengan sempurna.
Mbah Putri
Jangan buat dia marah atau kamu bakal nyesel karna gak nurut omongannya Mbah, Killian.
Killian
Mending Mbah 'lepas' aja!
Mbah Putri
Mbah harap kamu gak bikin kekacauan lagi.
Mbah Putri
Nanti dateng ke rumah Joanna ...
Mbah Putri
Ajak mereka makan malem bareng kita.
Killian
Hm, terserah, Mbah.
Killian
Mending Mbah Putri keluar dari kamarku.
Mbah Putri
Anak kurang ajar!
Mbah Putri pun keluar dengan langkah kesal.
Sebab kali ini, Killian tidak bisa diajak kerjasama seperti biasanya.
Mbah Putri
*Menatap pantulan dirinya di cermin*
Mbah Putri
Kamu masih cantik, Lilia.
Mbah Putri
*Bergumam sambil tersenyum sendiri*
Sesampainya di Rumah, Joanna melihat tetangga sebelahnya berdiri dekat pagar pekarangan.
Yang ukuran pagarnya hanya sebatas perut orang dewasa saja.
Naka dan Joanna menghampiri Killian.
Killian
*Mengulurkan sebelah tangan*
Naka menatap curiga pada sosok pria yang baru saja memperkenalkan diri itu.
Drianaka
Maaf, kita baru ketemu ...
Drianaka
Tapi kok kamu udah tau nama Istriku, Mas Killian?
Killian
Denger dari tetangga sekitar, Mas.
Killian
*Mengulurkan tangan ke arah Naka*
Naka semakin curiga pada Killian.
Sebab jika Killian tahu nama Istrinya, tidak mungkin pria itu tidak tahu nama Naka bukan?
Semenjak tadi, Joanna tak berkedip kala ia menatap sosok pemuda itu.
Killian
*Tersenyum ganteng*
Killian
Panggil Killian aja.
Killian
Saya belum setua ini, Mbak.
Joanna tersenyum kaku, tidak enak pada Suaminya.
Killian sepertinya sok akrab sekali.
Drianaka
Ada apa, Kill? *To the point*
Sesuai permintaan Killian tadi, Naka pun tidak mau repot-repot memanggil Killian dengan sebutan Mas.
Killian
Mbah Putri ngundang kalian buat makan malem ...
Killian
Ya itu itung-itung sebagai perkenalan.
Killian
Kalian ke sini pasti ingin liburan 'kan?
Joanna
(Membatin) Lah? Dia bisa tau!
Drianaka
Oke. Kita ke rumah kamu ntar malem.
Melihat tidak ada penolakan dari target, Killian pun mengulas senyum di bibir.
Killian
Ya udah. Kalo gitu sampe ketemu nanti ya, Naka ... Joanna.
Joanna
Sampein ke Mbah Putri juga ...
Joanna
Makasih atas undangannya.
Joanna
*Menarik Naka masuk ke dalam*
Joanna
Na, kamu kok langsung setuju aja sih pas Killian ngajakin kita makan malem bareng?
Joanna
*Menyentuh bahu Naka*
Namun reaksi Naka tetap sama.
Ia hanya terdiam dengan pandangan lurus ke depan.
Joanna
Naka? Kamu baik-baik aja 'kan?
Bik Aruna
Ini. Diminum dulu tehnya, Mas.
Entah sejak kapan, Bik Aruna berdiri di dekat sofa seraya memberikan secangkir teh pada Naka.
Drianaka
Eh? Udah di sini aja kita, Sayang.
Joanna
Hah? Maksudnya, Na?
Bik Aruna
Saya tinggal ke Dapur lagi ya, Mbak Jo, Mas Naka.
Bik Aruna
Sama-sama, Mbak.
Tatapan Joanna beralih pada Suaminya.
Joanna
Kamu yang kenapa, Na?
Joanna
Aku ajak ngomong malah diem aja.
Drianaka
Orang gak denger apa-apa.
Joanna
(Membatin) Gak boleh mikir macem-macem!
Joanna
Mending mandi sana!
Joanna
Aku mau bantuin Bik Aruna siapin makan siang.
Joanna
Jangan lupa ntar malem kita ke rumah sebelah.
Joanna
Ya makan malem sama Killian sama Mbahnya, Naka.
Joanna
Lupa? Perasaan barusan juga ketemu Killian.
Keanehan itu belum mereka sadari sampai akhirnya, Naka memilih diam saja dan bergegas mandi.
Tubuhnya terasa lengket dan pegal.
Padahal perjalanan mereka tidak butuh waktu lebih dari 2 jam.
Joanna dan Naka sudah berdiri di depan pintu rumah Killian.
Mbah Putri
Selamat datang. Ayo, silahkan masuk!
Mbah Putri
Anggap rumah sendiri.
Drianaka
*Terdiam, beradu pandang dengan Mbah Putri*
Mbah Putri
Killian, ada tamu.
Killian
Joanna, Naka .. Udah dateng rupanya.
Joanna
Iya, orang rumah kita deket.
Mereka menuju ruang makan.
Banyak hidangan yang tersaji di atas meja, sekitar 10 menu.
Mungkin porsi yang disajikan cukup untuk makan bersama orang 1 desa ini.
Joanna
Mbah, kok banyak banget?
Joanna
Joanna bisa gendut kalo ngabisin semua ini. *Menatap lapar makanan itu*
Entah mengapa, tidak ada rasa canggung antara Joanna dan Mbah Putri.
Seolah mereka sudah lama saling mengenal.
Mbah Putri
*Tersenyum tipis*
Senyum Mbah Putri lebih ke senyum pura-pura.
Mbah Putri
Kamu harus makan.
Mbah Putri
Lama gak ketemu soalnya.
Drianaka
Mbah sama Killian cuma berdua?
Drianaka
*Berusaha mengalihkan topic pembicaraan*
Killian
Iya. Kita cuma berdua.
Killian
Soalnya Mbah Kung udah lama meninggal sebelum kita pindah ke Desa ini.
Killian
Bapak sama Ibukku juga udah lama meninggal ...
Killian
Mereka kecelakaan.
Mbah Putri
Ngobrolnya nanti aja.
Mbah Putri
Kita makan dulu.
Teguran Mbah Putri membuat suasana yang tadinya mencair, kini berubah canggung.
Namun tidak dengan Joanna, yang tampak biasa saja.
Mbah Putri
Makan yang banyak!
Mbah Putri
*Menunjuk telur setengah matang*
Joanna
Kok tau aja aku lagi pengen telur setengah mateng?!
Mbah Putri
Cuma nebak aja.
Drianaka
Sayang, tumben gak mual?
Drianaka
*Melirik ke arah Mbah Putri*
Drianaka
Tapi Istri saya biasanya gak suka sama telur yang masih lumer kuningnya.
Drianaka
Amis gitu sih, katanya.
Mbah Putri
Mungkin telur buatan saya enak.
Joanna
*Mengangguk, sambil menguyah makanan*
Mbah Putri
Ntar nambah juga boleh.
Dalam sekali suap, Joanna mampu menghabiskan 3 telur sekaligus.
Hal itu mengundang tanya Naka yang hanya bisa menelan ludah, melihat sikap tak biasa Joanna malam ini.
Drianaka
(Membatin) Kayaknya perlu diruqyah ni anak!
KE PASAR
Selesai makan malam, mereka lanjutkan dengan obrolan santai.
Suasana rumah Killian lebih dingin dan terasa mencekam.
Naka ingin sekali mengajak Joanna segera pulang ..
Namun seperti tersihir, Joanna dan Mbah Putri justru sibuk membicarakan banyak hal.
Termasuk urusan ranjang yang seharusnya menjadi privasi antara Naka dan Joanna saja.
Mbah Putri
Mbah dulu juga sama kayak kamu, Jo.
Mbah Putri
Malem pertama gak langsung begituan, capek.
Joanna
Aku sama Naka juga belum ngelakuin itu.
Drianaka
Maaf, kayaknya aku udah ngantuk, Sayang.
Naka berpura-pura melirik jam di tangannya seraya melihat Killian ...
Berjalan membawa nampan berisi 4 cangkir teh sebagai hidangan penutup.
Killian
Hasil kebun sendiri.
Joanna
Oh ya? Kita kemarin sempet liat ada kebun teh kecil ...
Mbah Putri
Kebun teh, kopi, singkong, jagung dan pisang punya kami.
Mbah Putri
Meskipun gak sampe berhektar-hektar luasnya, tapi hasilnya cukup buat dijual ke kota.
Drianaka
Aku kayak pernah liat orang mirip Killian.
Killian
Itu emang aku, Na.
Seolah lupa dengan keinginannya untuk segera pulang ...
Naka dan Joanna justru menyesap sedikit demi sedikit teh yang tersaji di depan mereka sampai tinggal separuh.
Sesekali diselingi candaan ringan.
Joanna
Eh! Udah jam 11 aja nih.
Ke empat orang itu melihat jam antik yang ada di dekat tangga.
Drianaka
Kita pamit pulang dulu ya, Mbah, Kill.
Mbah Putri
Gak mau nginep aja?
Killian
Rumah mereka deket juga.
Mbah Putri
Mbah nawarin Joanna sama Naka.
Mbah Putri
Kamu sewot banget, Kill.
Mbah Putri itu tipikal orang yang ceplas-ceplos dan tak segan mencibir balik jika ucapannya dibantah oleh siapapun.
Joanna
Kayaknya kita pulang aja deh, Mbah.
Joanna
Takut Bik Arun nungguin.
Mbah Putri
*Tatapannya berubah tajam*
Mbah Putri
Kalian kok gak mau ganti pembantu aja?
Mbah Putri
Kalo mau, Mbah bisa kasih kalian pembantu baru buat urusin rumah Mbah Nang.
Joanna dan Naka saling menatap.
Joanna
Mbah Putri kenal sama Mbak Nang?
Killian
Perasaan kita baru pindah ke sini deh.
Mbah Putri
Mbah 'kan denger cerita dari orang-orang, tentang keluarga kamu, Joan.
Mbah Putri
Pasti Mbah juga tau soal Mbah Nang sama Mbah Putri itu.
Drianaka
*Mengangguk paham*
Drianaka
Ya udah. Kita pamit dulu, Mbah.
Joanna
Sekali lagi makasih buat makan malemnya.
Joanna
Enak semua masakannya, Mbah.
Mbah Putri
Hm, selama di sini, kalian bisa sering-sering makan bersama kita.
Mbah Putri
*Menahan lengan Joanna*
Mbah Putri
Soal pembantu baru ...
Drianaka
Kata Mama Anna, Bik Arun itu udah lama kerja bareng keluarga Joanna.
Drianaka
Iya 'kan, Sayang?
Joanna
Mama udah anggep Bik Arun seperti Ibunya sendiri.
Joanna
Jadi kita gak bisa pecat Bik Arun gitu aja dan ngebiarin Bik Arun ngurus rumah itu.
Mbah Putri
*Menatap tajam*
Mbah Putri
Jangan kebiasaan motong pembicaraan orang, Killian.
Killian
Udah, Joanna, Naka ... Mending kalian pulang aja.
Killian
Ayok aku anter ke depan!
Killian segera menyuruh mereka bergegas pergi sebelum si Mbah Putri berubah menjadi reog.
Alias sesuatu yang tak kasat bisa muncul kembali dan hal yang tidak diinginkan terjadi.
Killian
Maafin Mbahku yang–
Bik Aruna
Mbak Joanna sama Mas Naka kok lama banget?
Mereka dikejutkan dengan kehadiran Bik Arun yang telah menunggu di dekat pagar pembatas.
Joanna
Loh? Ngapain berdiri di situ, Bik?
Joanna
Sini. Sapa Killian dulu.
Bik Aruna dan Killian bersitatap namun ada sesuatu yang dirasakan oleh keduanya.
Hingga Bik Aruna meminta Joanna dan Naka segera pulang.
Bik Aruna
Mas Killian, ini 'kan udah malem ...
Bik Aruna
Kasian Mbak Joanna sama Mas Naka kalo diajak ngobrol terus.
Killian
Makasih udah mau dateng.
Raut wajah Killian berubah masam.
Pemuda itu kembali masuk ke dalam rumah tanpa berpamitan lagi.
Bantingan pintu mengejutkan Joanna dan Naka yang masih berdiri di depan rumah Killian.
Joanna
Killian kenapa deh?
Bik Aruna
Gak baik malem-malem ada di luar.
Joanna masih memikirkan sikap Killian tadi.
Joanna
Menurutmu, Killian tadi kenapa ya?
Joanna
Pas ketemu sama Bik Arun.
Drianaka
Gak usah mikirin yang lain.
Ucapan Naka terjeda setelah mendengar suara ribut dari jendela balkonnya.
Drianaka
*Memeriksa keluar*
Drianaka
Jo, tapi aku pengen.
Joanna mengerti maksud Naka.
Dirinya pun juga ingin bercinta dengan Naka namun rasa kantuk mulai datang.
Hingga Joanna benar-benar tidak sanggup untuk menuruti keinginan Suaminya tersebut.
Joanna
Eum ... Aku ngantuk.
Melihat mata Joanna yang terlihat sayup, Naka pun tidak tega.
Meski sebenarnya, ia sudah ingin melakukan itu dengan Joanna.
Sebab sejak menikah satu minggu yang lalu ...
Naka dan Joanna belum sempat melakukan itu karena harus menyelesaikan semua pekerjaan mereka.
Supaya saat ditinggal pergi berlibur selama 1 bulan, tidak ada yang mengganggu.
Beruntung, perusahaan sawit itu milik Ayah Naka.
Jadi keduanya yang memang dulunya merupakan teman satu kantor, tidak perlu repot meminta izin cuti.
Namun soal tanggung jawab pekerjaan tetap harus dikerjakan secara profesional.
Drianaka
Kamu tidur aja, Sayang.
Suara dengkuran halus Joanna menjadi penanda jika gadis itu sudah menyelami dunia mimpi.
Drianaka
Alamat main solo lagi.
Naka beranjak dari kasur lalu pergi ke kamar mandi.
Guna menuntaskan hasratnya sendiri.
Biarkan Naka melakukan itu sampai selesai.
Naka terbangun tanpa Joanna di sisinya.
Drianaka
Bik, liat Joanna gak?
Bik Aruna
Tadi bilangnya ke pasar, Mas.
Drianaka
Loh? Kok gak bangunin aku?
Bik Aruna
Maaf, kata Mbak Joanna, pengen sekalian lari pagi.
Naka yang belum terlalu hafal dengan desa ini pun, hanya menarik napas dalam.
Drianaka
Pasarnya jauh, Bik?
Bik Aruna
Kira-kira 30 menit dari rumah.
Bik Aruna
Mau saya anterin, Mas?
Hingga suara tawa pria dan wanita terdengar begitu nyaring dari luar.
Bik Aruna
Kayaknya Mbak Joanna udah balik.
Drianaka
Ya uda, biar aku samperin dulu.
Naka terkejut melihat pemandangan di depannya.
Drianaka
Sayang, kenapa gak bilang kalo mau ke pasar?
Sebab Joanna datang bersama Killian yang juga tampak membawa barang belanjaan.
Killian
Tadi gak sengaja ketemu Joanna di pasar.
Killian tahu, arti tatapan Naka padanya
Penuh tanya dan curiga, tentu saja.
Drianaka
Sayang, kamu belum jawab pertanyaanku.
Joanna
Udah aku bangunin ...
Joanna
Tapi kamunya gak bangun-bangun, Na.
Killian
Pasarnya deket kok, Na.
Drianaka
30 menit kalo jalan kaki itu jauh. *ketusnya*
Joanna
Ish! Apaan sih, Na.
Drianaka
Sini belanjaannya.
Killian
Jo, aku masuk dulu ya?
Joanna
Makasih tumpangannya.
Drianaka
Ekhem! Ayo masuk!
Drianaka
Mau sarapan bareng kamu.
Pandangan Naka tidak lepas dari sosok Killian yang tersenyum ...
Lebih tepatnya, Killian menyeringai.
Dan Naka bersumpah, ia melihat itu.
Drianaka
Aku gak suka kamu deket-deket Killian.
Joanna
(Membatin) Dih! Apaan sih! Marah-marah gak jelas.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!