“Atas nama ibu Kaya?” panggil resepsionis sambil berdiri di depan mejanya sendiri. Meja resepsionis tersebut menutupi badannya sampai setengah dada.
“Iya, saya.”Jawab seorang wanita yang duduk tidak jauh dari meja resepsionis tersebut. Lalu ia menghampiri resepsionis itu.
“Ibu di panggil ke ruangan bapak Nusa yah! Nanti ibu naik lift di arah sana dan tanya lagi ruangan bapak Nusa di mana kepada resepsionis di sana. Ibu nanti naik lantai 4 yah!” jelasnya sambil menunjuk arah lift tersebut.
“Baik bu.”
Perusahaan ini memiliki lima lantai, setiap lantai ada resepsionisnya. Bangunannya beberbentuk kotak persegi memanjang ke atas dengan kaca tak tembus pandang sebagai temboknya.
***
“Permisi, saya ingin bertemu bapak Nusa?” tanyanya berdiri di depan respsionis lantai empat tersebut.
“Ada perlu apa yah bu?”
“Saya di undang wawancara oleh pak Nusa”
“Oh, sebentar yah bu!” resepsionis tersebut langsung menekan nomor di teleponnya.
“Halo?”
“Halo, Lia. Ada apa?”
“Maaf pak ganggu, ini ada yang ingin wawancara.”
“Atas nama siapa yah?”
“Bentar yah pak!” sambil menutup lubang teleponnya dengan tangan. “Maaf bu, nama ibu siapa?”
“Kaya”
“Atas nama Kaya pak.”
“Oh yaudah, suruh masuk aja!”
“Baik pak, terimakasih.” Resepsionis tersebut menutup teleponnya.
“Ibu masuk aja ke pintu itu!” tunjuknya di belakang dengan pintu besar yang terbuka.
“Nanti ibu lurus saja! Di belakang ada tiga ruangan yang berbentuk kaca. Di samping dekat mesin foto copy itu tempat bapak Nusa yah bu!” Jelasnya.
“Baik, terimakasih bu.”
~
Tap..., Tap..., Tap...
Kaya berjalan memasuki ruangan yang terdapat banyak sekali karyawan menghadap ke arahnya. Awalnya ia cukup terkejut ketika masuk, namun sebisa mungkin ia menghilangkannya.
Semua karyawan di sana duduk menghadap pintu masuk dengan meja ada pembatas sehingga mereka tak bisa mengobrol secara tatap muka, namun masih bisa berbicara tanpa melihat lawan bicara.
Kaya terus berjalan sambil tersenyum ramah kepada mereka yang tersenyum mengarahnya. Pegawai di sana banyak sesekali memuji Kaya, yang masih bisa di dengar oleh Kaya sendiri.
“Cantik yah bro!”
“Iya, apalagi senyumnya manis.”
“Semuanya lengkap, cantiknya, senyumnya, matanya indah, bak model papan atas.”
“Cantik yah Lit.”
“Iya, kayaknya masih muda seumuran kita.”
Dan masih banyak lagi pujian yang Kaya dengar, ia hanya menanggapinya dengan senyum dan terus berjalan lurus.
Kaya berhenti di tiga ruangan yang dibilang oleh resepsionis tadi. Matanya melirik mesin foto copy dan ketemu ada di sebelah pojok ruangan kiri. Ia maju ke ruangan tersebut dan mengetuk pintu itu.
“Masuk!” teriak Nusa yang duduk di dalam ruangannya.
“Misi pak!” Kaya menutup pintu ruangan Nusa.
“Apakah ini benar ruangan pak Nusa?”tanyanya memastikan kembali.
“Iya betul. Silahkan duduk!”senyum Nusa melihat wajah Kaya.
“Baik pak,” angguk Kaya duduk di depan meja Nusa.
“Perkenalkan saya Nusa,” sambil mengulurkan tangannya.
“Saya Kaya pak,” balasnya.
“Oh iya, kamu bawa resume kamu?”
“Bawa pak,” jawabnya sambil mengeluarkan di tas tote bag-nya.
“Baik saya lihat dulu yah!”
“Iya pak,” senyumnya.
“Nama kamu Kaya Aqila Naya Raya?” Nusa memperjelas nama Kaya.
“Iya pak.”
“Panjang juga yah nama kamu?”
Padahal yang bertanya juga lebih panjang namanya, tidak tahu aja nama dirinya sendiri sampai senusantara, hehehe
“Iya pak.”
Nusa membaca resume Kaya dengan serius, lalu ia tersenyum melihat prestasi Kaya.
“Hebat yah kamu, masih muda sudah S2?! Apalagi kamu sangat cantik.” Puji Nusa.
“Bapak bisa aja,” Kaya tersipu malu.
“Apa yang saya katakan benar? Jarang wanita seperti kamu sudah cantik, S2, pintar pernah menjadi asisten dosen dan pernah menjabat sebagai manajer pula. Apakah kamu sudah punya pacar Kay?” Nusa memainkan mata genit ke Kaya.
Dasar genit!
“Belum pak.”
“Kenapa kamu belum punya pacar?”
Ini orang cari staff apa cari pacar?
“Saya belum mau aja pak.” Kaya tersenyum paksa.
“Oh yaudah baguslah,” senyumnya.
Lah? Apa sih maksud dia? Nggak jelas!
“Dari saya sih cukup, karena yang akan mewawancarai kamu lebih dalam sebenarnya Adrian, dia adalah atasan kamu dan selaku pemilik perusahaan ini.”
“Nanti, kamu tunggu di sini dulu! Karena Adrian ada di ruangan samping saya. Saya mau kasih berkas kamu ke dia dulu yah!” Nusa meninggalkan Kaya di ruangannya sendiri dan menuju ruangan samping.
~
Nusantara Gemilang Raya atau di panggil Nusa ini adalah seorang pria yang mempesona, sexy, tampan dan ramah. Membuat semua wanita memujanya, tapi ada juga yang menyinyirnya cowok genit karena terlalu akrab dengan semua karyawan wanita di sana.Ia menjabat sebagai manajer HRD di perusahaan ini.
Nusa tak memanggil Adrian dengan sebutan pak, karena dirinya sudah berteman dari sekolah dasar dengan Adrian. Mereka bertemu saat ayah mereka melakukan kerja sama dan tak senagaja mereka memasuki sekolah yang sama.
~
“Kaya!” panggil Nusa berdiri di depan pintu ruangannya sendiri.
“Iya pak,” sahutnya menoleh ke arah pintu.
“Ayuk sini!” Kaya beranjak dan mengikuti Nusa.
Nusa membuka pintu untuk Kaya. “Ad, ini yang namanya Kaya.”
“Iya suruh aja duduk dulu!” titah Adrian membelakangi Nusa dan Kaya.
“Kaya, kamu duduk aja di sini! Saya tinggal dulu yah!” titahnya.
“Baik pak,” angguk Kaya.
“Kaya Aqila Naya Raya?” Adrian menyebutnya sambil memutar kursinya menghadap Kaya.
Deg!
Kaya mematung melihat wajah Adrian. Satu kata di pikirannya tampan, walaupun Nusa juga tampan. Nusa orang yang ramah tapi menurutnya playboy, beda hal melihat Adrian instingnya mengatakan dia tidak playboy.
Sekarang kau targetku!
“Hello?”Adrian melambaikan tangannya ke wajah Kaya yang terlihat melamun.
“Oh, maaf pak.” sadarnya.
“Kaya, nama kamu panjang juga yah?” tanya Adrian.
Kenapa pertanyaanya sama sih? Kaya mendengus dalam hati.
“Oh iya pak,” senyumnya.
“Siapa yang beri nama kamu ini?” tanyanya cool menatap Kaya.
Yah orangtua akulah masa orangtua kamu!
“Orang tua saya pak.” Kaya mencoba tersenyum paksa.
“Iya saya tau orangtua kamu, masa orangtua saya?! Maksud saya siapa?” tanyanya sedikit nada tinggi.
Gila nih cowok! Kok, bisa baca pikiranku?
“Ayah saya pak,” jawab Kaya dengan senyum paksa.
“Oh, ayah kamu. Kenapa ayah kamu menamai kamu Kaya?”
Nih, cowok mau introgasi nama? Apa introgasi pekerjaan sih? Yang di tanya namaku melulu?!
Sabar Kay.., sabar...
“Karena biar saya selalu kaya pak,” jawabnya menyengir paksa.
Adrian tersenyum sedikit dan membuat Kaya semakin terpesona. “Ada-ada saja ayah kamu!” Adrian menggelengkan kepala.
“Saya sudah dengar dari Nusa. Pengalaman kamu lumayan juga untuk jadi Manager Accounting.”
Hah Lumayan? Ini cowok buta kali yah? Jelas luar biasalah! Aku pernah jadi asisten dosen dan manager admin.
“Untuk itu saya terima kamu! Selaian hanya mengawasi keuangan, saya juga ingin kamu mengawasi operasional perusahaan dan bagian lainnya, serta kamu membantu Nusa dalam pengurusahan staff.”
Kenapa jadi banyak amat tugas aku! Kalau begini gaji aku harusnya naik banyak dong?!
“Kamu tenang aja, masalah gaji saya akan naikkan dari gaji yang kamu minta saat ini.” Adrian seperti tahu pikiran Kaya.
Baguslah dia tahu pikiranku!
“Besok kamu sudah mulai bekerja yah! Saya tunggu kamu jam 8 pagi sampai di sini! Saya enggak mau dengar kamu telat, apalagi bolos tanpa keterangan dan malas-malasan. Mengerti!” tegasnya.
“Baik pak,” angguk Kaya.
“Yaudah, kamu boleh pulang dan tidak perlu pamit kepada Nusa!”
“Baik pak.” Kaya beranjak dari bangku dan membalikkan badannya.
“Jangan lupa tutup pintu yah!”
“Baik pak,” toleh Kaya dengan senyum.
Kaya keluar dan menutup pintunya. Tiba-tiba di sampingnya ada Nusa yang mengagetkan Kaya.
“Dor!”
“Astagim,” Kaya mengelus dadanya.
“Kaget yah?” senyum Nusa.
“Iya pak kaget,” nyengir Kaya terpaksa.
Udah tau kaget nanya lagi! Kaya memutarkan bola mata.
“Enggak usah panggil pak. Panggil Nusa aja yah!”
“Baik pak, eh Nusa maksudnya.”
“Gimana kamu di terima?” tanyanya.
“Iya pak, eh maksudnya Nusa.”
“Bagus deh,” senyumnya.
Bagus apanya? Diterima tapi pekerjaan banyak bagaikan kuli, dumelnya dalam hati.
“Oh iya, kamu mau pulang?”
“Iya pak,” jawabnya.
“Saya.,” Nusa belum sempat menyelesaikan perkataannya sudah di panggil oleh Adrian.
“Nusantara!” teriaknya melihat bayangan Nusa ada di depan pintu.
“Iya bro,” teriaknya.
“Aku masuk dulu yah,nanti kita ngobrol lagi!” Nusa tersenyum nakal.
Masuk udah sono!
“Iya pak,” senyumnya.
~
Kaya Aqila Naya Raya atau akrab di panggil Kaya ini adalah orang yang selalu populer di masa SMP bahkan sampai kuliah. Ia terkenal dengan kecantikan dan kepintarannya.
Saat kuliah banyak pria yang ingin mendekati Kaya, namun karena Kaya yang cuek dan menjadi asisten dosen, membuat semua pria mundur. Kaya memang tidak memikirkan untuk berpacaran semenjak kelas dua SMA, karena dirinya hanya fokus untuk mencapai tujuannya.
~
Bersambung
Revisi 30 Maret 2023
Di rumah Kaya.
Kaya yang baru saja selesai mandi berjalan menuju kasur dan duduk sambil mengambil ponselnya yang terletak di kasur. Lalu ia menelepon sahabtnya yang bernama Lita.
“Halo Lit,” sapa Kaya di telepon.
“.....”
“Kamu tahu enggak Lit? Aku di terima di perusahaan yang aku mau.” ucapnya antusias.
“......”
“Makasih Lit,”
“......”
“Aku bertemu pemiliknya Lit, dia tampan dan mempesona membuatku tertarik.” Tawa Kaya.
“......”
“Kamu harus lihat dia setampan apa Lit? Pasti kamu mimisan lihatnya!” canda Kaya tertawa geli membayangkan Lita mimisan.
“......”
“Iya kamu harus lihat Lit, ada juga sih yang tampan Lit. Tapi akhlaknya minus menurutku!” ucapan Kaya membuat Lita tertawa di balik ponsel tersebut.
“.....”
“iya juga yah,” gumam Kaya mengingatnya. “Tapi ini benar minus! Masa dia memainkan matanya padaku dan menanyakanku sudah punya pacar. Kan stress Lit? Baru ketemu udah menanyakan itu?!”
“.....”
“Huh enak aja! Ogah banget aku berjodoh dengannya!” sebal Kaya.
“.......”
“Lupakan itu! Aku tak tertarik dengannya, justru aku tertarik dengan CEO tampan itu!”
“......”
“Iyalah, kita harus ada motivasi untuk kerja.”
“......”
“Tapi, kayaknya dia susah deh didapatin.”
“.......”
“Yah enggak juga kali Lit, kamu bisa aja.” Tawa Kaya.
“.......”
“Yah, tapi enggak semuanya Lit. Kamu tahu Michael kan? Dia selalu cuek sama aku, enggak pernah mau lihat aku kalau jalan berpapasan. Padahal aku udah cantik dan sengaja meliriknya.”
“......”
“Iya,”
“......”
“Ngaco kamu Lit? Masa dia suka sama cowok?” tawa Kaya.
“.......”
“Iya juga sih, mungkin aja ada cewek yang dia suka kali Lit, makanya dia cuekin aku melulu.”
“.....”
“Yasudahlah, lagi pula udah masa lalu.”
“......”
“Yah.., aku mau jadiin dia targetku Lit!”
“.......”
“Mari kita bertaruh Lit seperti dulu?”
“.....”
“Serius.”
“......”
“Kalau aku kalah aku akan jadi babu kamu setiap sabtu dan minggu dalam sebulan, tapi kalau kamu kalah kamu yang jadi babu aku. Gimana Lit?” tantang Kaya
“.......”
Flash back SMA.
Kaya dan Lita duduk dipinggir lapangan sambil memperhatikan seorang pria yang sedang bermain basket dengan keringat membanjiri wajahnya. Pria itu terlihat tampan dan sexy di mata mereka.
“Lit, aku mau bertaruh sama kamu? Aku bakal dapetin Michael dalam waktu 1 Bulan?” tantang Kaya.
“Serius kamu bisa Kay? Aku tahu sih kamu cantik, tapi kan kamu tahu sendiri dia itu gimana? Cuek dan pendiam orangnya, bahkan selalu menyendiri.”
“Aku serius!”
“Okelah, kalau kamu serius. Kalau aku menang kamu harus mengembalikan mobil aku yang pernah aku kasih?”
“Oke,” setuju Kaya. “Tapi kalau aku menang kamu harus kasih aku mobil terbaru kamu Lita!” senyum Kaya
membuat Lita mendengus.
Beberapa Bulan lalu ia memberikan mobil kepada Kaya karena kalah taruhan. Beruntung ayahnya dapat dibohongi dengan alasan Kaya ulang tahun dan akan memberikan mobilnya, walau ayahya memberi saran untuk membelikan Kaya mobil baru dengan uang ayahnya.
Hei! Tapi dirinya tidak terima. Enak saja Kaya mendapatkan mobil baru hanya karena taruhan. Namun Lita yakin, kali ini Kaya kalah dengan taruhannya mengingat sikap Michael yang begitu cuek dan pendiam.
“Oke,” setuju Lita. Mereka saling berjabat tangan dan tersenyum.
~
Setelah sebulan berlalu Lita menunggu Kaya di parkiran mobil. Ia bersandar di kap mobil sambil tersenyum sumringah. Mengingat Kaya kalah taruhan dengannya, karena tak ada kemajuan darinya.
Melihat Kaya yang berjalan menuju kemari, ia berdiri dengan sigap dengan perasaan bahagia.
“Mana kunci mobilnya Kay?” Lita meminta dengan tangan mengadah.
“Nih!” kasihnya dengan tak rela.
“Kay, enggak usah sedih gitu dong. Michael, udah kamu enggak usah ambil pusing. Mungkin dia gay kali?!” tawa Lita sambil merangkul pundak Kaya.
“Iya kali Lit,” ucapnya melas.
“Makasih yah Kay, kamu balikin mobil aku yang pernah aku kasih.” Tawanya bahagia.
“Iya, mungkin bukan rejeki.”
“Senyum dong!” goda Lita sambil memainkan alisnya.
“Iya aku senyum nih,” senyum Kaya.
“Nah gitu dong!”
“Iya,” senyumnya. “Yuk ke kantin!” ajak Kaya.
“Ayuk!” ucap Lita. Mereka pun berjalan bersama menuju Kantin.
~
Kaya berteman dengan Lita semenjak Sekolah Menengah Pertama sampai sekarang. Mereka sekolah tidak pernah terpisah sampai Kuliah hanya saja jurusan mereka berbeda.
Kaya dan Lita adalah seorang wanita populer di masa mereka, sangat terkenal dengan kecantikan dan kepintaran. Mereka memang selalu membuat taruhan untuk mendapatkan seorang pria yang menurut mereka susah di dapatkan. Yah.., jiwa mereka adalah jiwa play girl.
Banyak teman wanita semasanya iri dan juga suka mengguncingkan mereka, tapi mereka tidak peduli. Selama mereka bisa bersenang-senang, mereka tidak peduli dengan yang lain.
Namun semuanya berubah ketika kelas tiga SMA. Keluarga Kaya mengalami kebangkrutan karena ditipu rekan bisnis ayahnya sendiri. Kaya harus menjalani masa sulit, dimana ia harus mencari kerja untuk tambahan uang dan belajar dengan serius.
Kaya tak menjauhi Lita, namun membatasi dirinya untuk tidak bermain-main mengingat semuanya telah berubah. Lita yang paham mengerti semua itu dan selalu berdiri di sampingnya memberi semangat untuk sahabtnya.
~
Flash back berakhir….
“Iya sih, tapi kan itu waktu dulu. Aku mau coba lagi, udah lama aku enggak merasakan ini lagi Lit.” Tawa Kaya.
“........”
“Ah kamu lebay Lit,” tawanya.
“........”
“Aku mau satu bulan berlalu dulu, agar menampilakan diri yang elegan dihadapannya.”
“......”
“Kamu bisa aja Lit, muji aku tapi maksud kamu ngejek aku kan?”
“.......”
“Lah enggaklah?! Masa tiba-tiba aku deketin dia?! Yang ada entar, aku dianggap gampangan lagi.”
“.......”
“Sue,” ketusnya.
“........”
“Iya, aku tau bercanda.”
“........”
“Beri aku waktu dalam 3 Bulan,” jawabnya.
“.......”
“Iya aku siap-siap jadi babu kamu.” Ucapan Kaya membuat Lita semakin tertawa terbahak-bahak. Mereka pun berbincang sampai larut malam dan tak kenal waktu.
****
Lita sedang berada di balkon berdiri menikmati angin malam dan bintang yang berada di atas sambil berpegangan dengan trialis. Tiba-tiba suara ponselnya berbunyi di dalam kamar. Ia masuk ke kamar dan mengambil ponsel tersebut di atas meja.
“Kaya,” gumam Lita melihat nama di ponselnya.
“............”
“Halo Kay,” sapa balik Lita. Sudah lama rasanya Kaya dan Lita belum bertemu dalam satu tahun terakhir.
“............”
“Wah selamat yah Kay,” ucapnya tersenyum berjalan menuju balkon kembali.
“............”
“Lalu bagaimana?” tanya Lita.
“...........”
“Uhhhh...., setampan apa sih dia?! Sehingga membuat Kaya Aqila Naya Raya terpesona.” Goda Lita sambil tertawa.
“...........”
“Enak aja, emang aku cewek apaan setiap melihat cowok tampan selalu mimisan. Setampan apasih dia sampai kamu senang banget kayaknya Kay?”
“............”
“Hahah...., bukannya semua cowok yang kamu unjuk untuk taruhan adalah minus ahlak? Contohnya si Ruben yang ganteng ternyata takut petir saat hujan datang.” Tawa Lita mengingat semua kejadian tersebut.
“........”
Lita terkekeh mendengarnya. “Tapi kan kamu juga stress kalau dipikir-pikir Kay! Jadi cocoklah sama dia!” canda Lita.
“........”
“Jangan berucap seperti itu Kay, nanti cinta lagi?!” goda Lita.
“........”
“Kamu memang selalu gitu Kaya mencari kesenangan!”
“........”
“Terus gimana, kamu mau jadiin dia pacar kamu Kay?”
“.......”
“Apasih yang enggak bisa kamu dapatkan secarakan kamu selalu dibilang RATU KECANTIKAN di sekolah.”
“.......”
“Yah tapi kan kamu cantik, pintar lagi, pria mana yang menolak kamu Kay?” olok Lita.
“..........”
“Michael cowok perfect yang cuek itu?”
“........”
“Mungkin dia gay kali Kay,” jawab Lita membuat Kaya tertawa lucu.
“.........”
“Lah buktinya kenapa dia enggak suka kamu? Semua pria seantero tau kamu primadona SMA. Aku kalau jadi Michael sudah pasti mendekatkan diri kepada kamu Kay.”
“.........”
“Terus gimana sama CEO tampan itu?”
“........”
“Maksudnya target seperti waktu kita SMA?”
“.........”
“Kamu serius Kay?”
“.......”
“Sudah lama sih kita tidak melakukan itu, terakhir hanya kelas dua SMA. Jadi apa taruhannya kali ini Kayaku?”
“..........”
“Tapi kamu yakin Kay? Kamu tahu kan dulu kamu pernah kalah? Sepertinya CEO kamu tipikalnya kayak Michael yang cuek?”
“..........”
“Iya deh yang dibilang Ratu Kecantikan.”
“...........”
“Jadi kamu mau bertaruh berapa bulan Kay?”
“...............”
“Bukannya kamu sudah elegan Kay?”
“..............”
“Enggak kelamaan satu bulan berlalu dulu?”
“...........”
“Bukannya iya kamu gampangan?” canda Lita.
“...........”
“Aku hanya bercanda Kayaku?”
“...........”
“Lalu berapa bulan jadinya?”
“...........”
“Baik aku setuju, jika kamu kalah Kay, maka siap-siap.” Ucapan Lita di potong Kaya.
“..........”
~
Lita Marlina adalah sahabat Kaya dari SMP. Mereka berteman cukup lama hingga kuliah. Lita merupakan orang yang pengertian dan sangat peka terhadap Kaya, walau Kaya tak pernah mengungkapkan kesulitannya dalam hidup.
Lita tahu saat kelas tiga SMA Kaya berubah sedikit, ia terlihat lebih serius dalam segala hal dan tak pernah membuang waktu, membuat Lita khawatir. Namun, ia hanya bisa memberi semangat walau Kaya tak pernah menceritakan masalahnya.
Pertemanan mereka cukup unik. Mereka sering rival hanya untuk mendapatkan cowok. Walau mereka terkenal primadona kadang mereka minus dalam ahlak. Yah begitulah pertemanan mereka.
~
Bersambung
Kaya sudah datang pagi-pagi ke kantor, ia duduk di sofa tak jauh dengan meja resepsionis. Ia menunggu resepsionis itu datang karena dirinya belum tahu dimana tempat duduknya.
Apa aku yang datang kepagian? Apa memang karyawan di sini datang kesiangan? Pikir Kaya melihat hanya beberapa yang datang seperti satpam,OB, dan beberapa staff.
Setelah setengah jam menunggu, seorang wanita cantik datang duduk di depan meja resepsionis sambil menaruh tasnya. Ia melihat ke arah Kaya.
“Maaf, ibu Kaya yah?” tanya
resepsinis tersebut berdiri di depan Kaya.
“Iya,” senyum Kayasambil berdiri.
“Udah dari tadi bu di sini?” sambil menunjuk dengan jari tulunjuk ke bawah.
“Iya,” senyumnya.
“Datang jam berapa emang?”
“Datang jam delapan kurang lima belas menit.”
“Oh gitu, maaf yah bu mungkin ibu harus menunggu lagi, soalnya kita masuk jam 09.00.”
Mendengar perkataan resepsionis tersebut membuat Kaya langsung berpikir. Pantasan saja sepi, orang bukanya jam 09.00, terus maksud si Adrian apa suruh datang jam 08.00?
“Ohh gitu yah? Soalnya pak Adrian suruh saya datang jam 8 pagi.” Kaya rasanya ingin mengucek Adrian saat ini, dipikir enak menunggu.
“Pak Adrian emang begitu bu, takut karyawannya telat. Jadi maklumin aja yah bu?!” ucapnya untuk membuat Kaya tidak marah akan hal itu karena di sini sudah biasa seperti itu.
“Oh gitu yah?” nyengir Kaya.
Huft! Hari pertama saja sudah bikin kesal!
“Oh yah, kenalin bu nama saya Liana atau bisa di panggil Lia.”Sambil berjabat tangan dengan Kaya.
“Kaya,” balasnya.
“Ibu cantik yah? Apa sih rahasianya?”
“Ibu Lia bisa saja, ibu juga cantik kok?” balas Kaya memuji.
“Tapi cantiknya ibu sempurna banget, saya jadi insecure. Pantasan pak Nusa bilang kalau ada ibu Kaya datang tolong buat dia nyaman.”
“Makasih, tapi emang pak Nusa bicara seperti itu?” tanya Kaya seakan tak percaya.
“Iya bu.”
“Ibu harus hati-hati sama pak Nusa selain dia tampan dia terkenal playboy di sini! Tapi kalau sama pak Adrian enggak papa bu cuman sih bapak cuek kayak bebek.” Ucap Liana pelan.
Kenapa jadi bergosip nih ceritanya? Pikir Kaya yang hanya mengangguk tersenyum.
Lagi pula siapa juga yang mau sama Nusa, tambah Kaya dalam pikirannya.
“Bu saya ke toilet dulu yah! Saya mau dandan yang cantik biar pak Nusa dan pak Adrian klepek-klepek?!” ucapnya frontal membuat Kaya melongo.
“Iya bu,” gumam Kaya.
“Tadi perasaan jelekin Nusa, terus dirinya bilang hati-hati sama pak Nusa selain dia tampan, dia terkenal playboy. Tapi tadi bilang mau dandan biar Nusa sama Adrian klepek-klepek. Dasar perempuan! Eh, tapi aku juga kan perempuan.” Cibirnya menunjuk diri sendiri.
“Ah bodo amat, ngapain aku jadi julid.” Ucapnya duduk kembali di sofa empuk tersebut.
Waktu berlalu dengan cepat, jam menunjukkan pukul 09.00, yang ditunggu Kaya akhirnya datang. Ia tersenyum melihat Adrian berjalan, tapi senyumnya langsung luntur saat Adrian langsung masuk ke dalam ruangan besar itu tanpa menoleh dirinya.
Hal tersebut membuat Kaya dongkol, ia sudah satu jam menunggu di sini, tapi Adrian tampak seperti pria angkuh yang tak menyapa dirinya atau memintanya masuk.
Apakah sikap semua bos seperti itu? Tapi di kantor lamanya, justru bosnya selalu senyum terhadapnya walau dia anak baru.
Liana kembali dari toilet dan duduk di meja resepsionis. Ia berkutat dengan komputer yang berada di depannya. Semua pegawai masuk satu persatu dan sebagian menyapa Kaya dengan senyum, lalu di balas juga dengan
senyum.
Kaya terus melirik semua yang datang dengan senyum, sehingga matanya melihat Nusa yang sudah berdiri di depan meja resepsionis. Ia tersenyum senang penderitaan menunggu di sofa akhirnya kelar.
“Kay!” panggil Nusa yang menyuruh untuk mengahampirinya di meja resepsionis.
“Iya pak.” Kaya menghampiri Nusa.
“Kamu ikut saya yuk!” ajaknya.
“Oh iya? Lia tolong bilang ke pak Adrian saya memperkenalkan Kaya dulu yah!”
“Baik pak,” senyumnya.
Nusa menggenggam tangan Kaya, reflek Kaya berhenti dan Nusa berbalik menatap Kaya berhenti dengan bingung. Kaya mengkode dengan matanya untuk melihat tangan Nusa yang menggenggam tangannya,
“Eh iya, maaf Kay.” Nusa melepas tangan Kaya sambil menyengir.
Kaya bukannya menolak, tapi dia masih baru dan ini kantor bukan Mall yang bisa seenaknya menggenggam tangan. Nanti dia dianggap ada hubungan spesial oleh Nusa padahal dirinya baru kenal kemarin.
Nusa dan Kaya sudah berdiri di depan pegawai yang duduk menghadap mereka dengan belakang mereka pintu ruangan.
“Perhatian semuanya!” teriak Nusa melirik semua pegawai.
“Saya ingin memperkenalkan Manager baru di team Accounting dan sekaligus asisten pak Adrian di sini. Kaya silahkan perkenalkan dirimu!”
“Makasih pak.” Kaya melirik semuanya dengan tersenyum.
“Perkenalkan nama saya Kaya Aqila Naya Raya. Kalian bisa memanggil saya Kaya. Terimakasih.”
Semua pegawai di sana maupun perempuan dan lelaki mengaggumi kecantikan Kaya. Mereka sampai berbisik setelah mendengar namanya.
“Oh namanya ibu Kaya.”
“Dia atasan ternyata.”
“Masih muda udah jadi atasan malah cantik lagi.”
“Mau dong jadi pacarnya.”
“Kalian ada pertanyaan enggak buat ibu Kaya?” tanya Nusa.
“Ibu Kaya nomor WA-nya berapa yah?” tanya salah satu karyawan tersebut dan ada yang bilang juga.
“Ibu punya pacar enggak?” tanyanya.
Huhhh!
Semua karyawan di sana langsung berteriak mendengar perkataan salah satu dari mereka.
“Kalian jangan coba-coba deketin dia yah! Dia punya saya soalnya!” canda Nusa dengan menunjuk semua karyawan di sana.
Ini orang kepedean banget aku mau sama dia! Kaya melirik Nusa dengan tatapan tak suka.
“Huuh! Bapak bisa aja!”sorak semuanya.
“Udah-udah kalian kembali bekerja!” perintahnya sambil tertawa.
Nusa dan Kaya berjalan menuju tiga ruangan yang pintunya berkaca. “Kay, ini ruangan kamu yah! Samping ruangan Adrian!” tunjuknya. Jadi ruangan Adrian di tengah-tengah ruangan Nusa dan Kaya.
“Baik pak,” senyumnya.
“Terus kamu ke Adrian dulu yah! Soalnya ada yang ingin di bicarakan sama kamu!” suruhnya.
“Baik pak Nusa” angguknya dengan sopan.
“Jangan panggil saya pak dong! Masa lupa? Nusa yah!” bisiknya. Kaya tersenyum mengangguk lalu melangkah ke ruangan Adrian.
“Misi pak,” ketok Kaya.
“Masuk!” teriaknya dari dalam.
Kaya membuka pintunya dan berdiri di depan meja Adrian. “Kata pak Nusa, bapak memanggil saya?” tanyanya.
“Iya, silahkan duduk!” perintahnya dan Kaya duduk di depan meja Adrian.
“Ini rincian tugas kamu!” Adrian memberikan beberapa kertas. Kaya menerimanya dan mulai membacanya sedikit demi sedikit.
“Kay, saya mau kamu cepat belajar dan jika saya panggil kamu langsung ke sini!” tegasnya.
“Baik pak.”
“Satu lagi, saya enggak mau kamu mengganggu privasi saya seperti jika saya mau makan dimana atau hari libur saya ada atau tidak, atau hal di luar kerjaan.”
Kepedean banget nih cowok? Emang dia pikir aku mau makan samanya?!
Tapi kalo aku enggak bisa makan sama dia? Kapan aku bisa deket sama dia?
“Baik pak,” senyumnya.
“Yaudah, kamu bisa keluar dan mulai bekerja!” perintah Adrian dengan muka datarnya.
“Baik pak, saya permisi!” Kaya tersenyum dan Adrian hanya mengangguk. Kaya keluar dari ruangan Adrian dan berdiri di depan pintunya.
“Gila emang tuh orang! Kagak bisa apa senyum dikit?! Bisanya cuman nyuruh melulu!” gerutu Kaya.
“Siapa Kay?” tanya Nusa berdiri di samping Kaya.
“Astaga!” Kaya cukup kaget dengan keberadaan pria satu ini yang selalu muncul di depan pintu. Kemarin dia juga begitu sekarang juga begitu.
Dia dengar enggak yah aku ngomong apa? batin Kaya cemas.
“Eh ada Nusa, enggak ada kok pak.” nyengir Kaya.
“Oh,” senyumnya.
“Yuk, aku temenin ke ruangan kamu!” Nusa menarik tangan Kaya dan membawanya
ke ruangan Kaya.
****
Di ruangan Kaya.
Nusa langsung mengakrabkan dirinya dengan bercerita di depan meja. Kaya hanya menanggapinya dengan senyum. Padahal dia keluar kuping kanan dan kuping kiri mendengar cerita Nusa. Nusa terus bercerita hingga akhirnya jam istirahat makan siang tiba.
Hadeh kapan nih kunyuk keluar dari ruangan aku? Kaya tersiksa mendengar celotehan pria satu ini.
Kaya terus tersenyum paksa, walau pikirannya rasanya ingin memusnahkan pria tampan satu ini. Matanya melirik jam di meja dan sudah pukul 12 siang, saatnya untuk istirahat. Tapi lihatlah pria tampan ini selalu berceloteh, apakah perutnya tidak lapar, pikir Kaya.
“Maaf Nusa, kayaknya sudah jam 12 siang nih.” Kaya tersenyum menyela ceritanya.
“Oh iya? Aku keasyikkan cerita sih sama kamu Kay. Yuk makan!” ajaknya berdiri dari kursi.
“Kemana Nusa?” tanyanya.
“Ayok kita makan bertiga sama Adrian!” ajaknya.
“Aku enggak enak,” tolaknya. “Kan aku masih baru, masa makan sama kalian?”
“Yaelah ngapain enggak enak? Kan, ada aku!” tunjuk dirinya sendiri. “Yaudah ayoklah!” paksanya.
Hadeh? Padahal baru aja sih Adrian bilang jangan ganggu privisi dia! Ini malah ngajakin makan?
“Ayoklah ikut!” Nusa menarik tangan Kaya.
“Nusa, oke Nusa. Saya ikut, enggak usah tarik tangan saya!” Kaya tertarik berjalan keluar ruangan.
Beruntung semua karyawan sudah keluar makan jadi ruangan sudah sepi, kalau tidak melihat Nusa menggandeng tangannya akan timbul gosip yang tak enak.
“Okelah,” Nusa melepas tangan Kaya.
“Yuk Ad!” ajak Nusa membuka pintu Adrian.
“Iya,” Adrian keluar dan menghampiri Nusa.
“Kaya ikut kita makan?” tanya Adrian menunjuk Kaya di samping Nusa.
Tuh kan dia pasti tak suka aku ikut?! Buktinya bertanya saat ada orang di depannya.
“Iya, dia aku yang ajak Ad!” jawabnya senyam-senyun melihat Kaya.
Sementara Kaya merasa canggung dan mengusap lehernya sambil tersenyum melihat kelakuan Nusa.
“Oh yaudah deh. Ayok kita turun!” ajak Adrian.
“Yuk Kaya!” ajak Nusa dan Kaya hanya ikut membututi mereka.
****
“Kaya, gimana hari pertama kerja di sini?” tanya Nusa mencairkan suasana yang krik sambil makan.
“Yah begitu deh pak,” senyumnya sambil makan.
“Kamu lucu amat jawabnya begitu doang,” tawa Nusa. Sementara Adrian hanya menikmati makanannya dengan cool.
“Kalau kamu digalakkin Adrian, bilang saja sama saya yah?!” Adrian langsung melirik Nusa dengan tatapan sinis.
“Apaan sih Nusa!” ketus Adrian.
“Bercanda kawan, baper amat sih.” Nyengir Nusa.
“Kamuyah sifatnya enggak pernah berubah.” Adrian geleng-geleng kepala.
“Yah.., kayak enggak tau aja bro,” nyengir Nusa.
Kaya hanya tersenyum melihat kelakuan mereka berdua.
~
Bersambung.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!