NovelToon NovelToon

Akhir Sebuah Kisah

S1 | NOSTALGIA

"ALUNARA KOST"

Matahari baru saja terbit, namun keramaian sudah terjadi di Alunara Kost. Siapa lagi jika bukan Ashila. Hari ini gadis berusia 27 tahun itu sedang menjalani masa hukumannya karena sering telat bangun pagi.

"Siaaaalllll...! Kenapa gue kesiangan muluk sih?! Bu Halimah juga, kok pake ada aturan begitu segala!" omel Ashila.

Usai menyapu dan mengepel lantai, Ashila kembali ke dapur dengan lesu. Disana sudah ada Bu Halimah dan Aisyah yang tengah membuat sarapan pagi.

"Lemes amat sih, Nak?" goda Bu Halimah.

"Gimana gak lemes Mak Haji! Ni rumah kan gede nya 2 lantai, ya gempor lah pinggang hamba!" kesal Ashila.

"Makanya Cil, biasakan bangun pagi! Ibu juga kan buat peraturan gitu demi kebaikan kalian. Selama kalian kost disini, Ibu jadi penanggung jawab kalian," dengan lemah lembut Bu Halimah menasehati.

"Bener tuh Cil! Udah sana mandi dulu, jangan lupa panggil Aluna sama Inara buat sarapan pagi," pinta Aisyah.

Dengan langkah gontai, Ashila pergi ke kamar Aluna dan Inara. Mereka merupakan kedua putri Bu Halimah, Aluna berusia 6 tahun sedangkan Inara berusia 12 tahun. Bu Halimah memanglah seorang single parent. Maka dari itu, Bu Halimah memilih membuka kost dirumahnya. Rumah sederhana peninggalan kedua orang tuanya. Disana ada 5 kamar, 2 ditempati Bu Halimah dan anak-anaknya. Sedangkan 3 kamar lagi ditempati masing-masing oleh Aisyah, Nabila dan Ashila.

Tok.. Tok.. Tok..

"Dek Una, Kak Nara, sarapan dulu! Ditunggu Ibu!" teriak Ashila.

"Iya Kak Acil!" jawab keduanya serempak.

Aisyah dan Bu Halimah memasak nasi goreng beserta lauk sederhana. Disana mereka tak merasa tinggal di kosan, tapi lebih merasa tinggal di rumah sendiri. Usai semuanya berkumpul, mereka menikmati sarapan pagi penuh dengan kehangatan. Walaupun mereka jauh dari keluarga yang sesungguhnya.

"Kita jadi kan belanja nya?" tanya Nabila saat mereka usai sarapan.

"Jadi dong! Mumpung hari libur juga kan, Ibu mau ikut?" Aisyah bertanya pada Bu Halimah yang kini tengah menyuapi Aluna.

"Enggak ah, Ibu titip aja sama kalian. Kalo mau pergi belanja, pake mobil Ibu aja ya! Udah Ibu isi bensin kok, biar nanti motor kalian bertiga di cuciin Mang Bejo," ucap Bu Halimah.

"Ahhh, Ibuuuu... Baik banget siiih! Acil makin sayang deh," Ashila memeluk Bu Halimah.

"Ckck, kalian ini kaya sama siapa aja sih! Udah sana, nanti keburu siang kan panas!"

"Siap, Mak Hajiiiii...!" serempak ketiganya.

Ketiganya menuju ke Transtudio Mall, selain untuk membeli keperluan pribadi mereka juga berencana untuk bermain disana.

"Kalo ke Transtudio, suka inget masalalu deh!" celetuk Nabila membuat Aisah dan Ashila yang tengah menyetir menoleh kebelakang.

"Emang ada apa dengan Transtudio? Pasti mantan yaaa?" goda Aisyah dan Nabila menganggukkan kepalanya.

"Cerita dong, ceritaaaaaaa...!" heboh Ashila.

Nabila menghela nafasnya dengan berat, "Dulu.. Gue ketemu sama dia disini. Pertemuan pertama dan pertemuan terakhir. Gue gak ngerti apa maksud dia, yang pasti... Dia menghilang gitu aja tanpa pamit."

"Jadi, lu sama dia berakhir gitu aja? Tanpa ada kata pisah?" tanya Aisyah.

"Gak akan pernah ada kata pisah ataupun akhir untuk sesuatu yang gak pernah dimulai. Gue sama dia sedeket itu, tapi entah apa status kita pada saat itu," lirih Nabila.

"Bil! Udahlah lupain, lagian sekarang kan lu punya A Farhan. Jangan terus-terusan mengenang masalalu ah! Gue udah basi banget deh sama yang namanya masalalu!" Ashila menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Iya gue tau, Cil. Cuman kadang, kenangannya itu lho yang selalu terlintas. Tapi.. Mau gimanapun sekarang, gue selalu berdo'a yang terbaik buat dia dan kebahagiaannya. By the way, lu segitu bencinya ya sama masalalu? Sampe lu punya asrama putra tu di hp lu!"

Aisyah terkekeh, dia menoleh pada Ashila yang cemberut.

"Gue kan buka asrama putra bukan tanpa alasan! Selama ini gue serius dalam menjalin hubungan, tapi setelah tau Bapak gue tentara kan mereka mundur perlahan. Gue cuman mau nyari laki-laki yang serius dan bisa dapetin restu orangtua gue," lirih Ashila.

Selama ini, Ashila beberapa kali menjalin hubungan serius dengan laki-laki pilihannya. Namun mereka mundur saat tau keluarga Ashila dan hal itu membuat Ashila trauma dan enggan menjalani hubungan yang serius. Ashila lebih sering menjalin pertemanan dengan banyak laki-laki, bahkan terkadang memiliki panggilan sayang layaknya orang pacaran, walaupun hanya di dunia maya.

"Berarti mereka bukan jodoh lu, Cil! Udah ah jangan sedih, InsyaAllah kita akan dipertemukan dengan jodoh kita di waktu yang tepat," ucap Aisyah sambil mengelus lengan sahabatnya itu.

"Kayak lu sama si Mas gitu, Ais?" tanya Nabila membuat pipi Aisyah merona.

Aisyah hanya mengganggukkan kepalanya, dia menatap jendela luar dengan perasaan rindu yang menggebu. Rindu pada sosok laki-laki yang kini sudah menjalin hubungan dengannya hampir satu tahun lamanya.

"Ceritain dong pertemuan pertama lu ama si Mas loreng itu!" ucap Ashila antusias.

"Dulu.. Gue sama si Mas pertama kali ketemu waktu MOS SMA, dia kakak kelas gue. Selama MOS, pandangan gue gak pernah lepas dari dia. Gue sukaaaaa banget sama sikapnya yang humble dan ceria. Meskipun ternyata, dulu yang si Mas incar bukan gue tapi temen gue."

"What?!" ucap Ashila dan Nabila yang tersentak kaget.

"Iya, dulu si Mas deketin gue karena temen gue. Si Mas cari informasi temen gue, ya melalui gue. Rasanya sakit banget sih! Tapi... Gue dengan sabar nemenin si Mas, sampe akhirnya dia nyaman sama gue."

"Gue heran deh ama elu, Ais. Lu sama si Mas kan resmi pacaran setaun yang lalu? Apa kalian bakalan terus-terusan jauh begini?" tanya Ashila penasaran.

"Namanya juga pacaran sama abdi negara, Cil. Ya gue mesti siap deh sama semua konsekuensinya. Lagian, dia selalu hubungin gue tiap hari. Meskipun gak seintense Bibil sama A Farhan. Tapi ya gue bersyukur aja! Do'ain moga bulan depan, si Mas bisa pindah tugas ke Bandung."

"Aaammiiinnn," jawab Ashila dan Nabila.

"Semoga hubungan kalian awet ya, Ais. Yang paling penting sekarang adalah, lu harus bisa bikin si Mas tunjukin keseriusannya dengan datengin kedua orang tua elu. Selama ini kan dia belum sama sekali lu kenalin ke kedua orang tua lu, Ais!" ucap Nabila mengingatkan.

"Saling do'ain aja ya! Tuh kita dah sampe, yok ah turun! Gue pengen menikmati waktu libur ini bareng kalian!" antusias Aisyah.

"Let's gooooo!!"

Mereka bertiga menikmati liburan mereka di Transtudio Mall seharian. Jarang sekali mereka memiliki waktu libur bersama. Sebab tempat bekerja mereka yang berbeda-beda. Ashila bekerja di Bank Negri, Aisyah bekerja di Bank Swasta dan Nabila bekerja menjadi administrasi di Rumah Sakit.

Walaupun begitu mereka tetap kompak, sudah selama hampir 2 tahun ini mereka hidup bersama di Alunara Kost, yang mungkin juga akan menjadi saksi betapa pedih dan menyenangkan kisah cinta yang mereka jalani.

* * * * *

Haii.. Rindu kembali menyapa..

Maaf jika banyak kekurangan dalam cerita ini, karena Rindu baru memulai kembali..

Memulai dari nol kembali..

Semoga suka dengan ceritanya...

Jangan lupa loh buat Like, Komen, Vote dan Favorite 🥰🙏🥰

Dukung Author terus ya!

Salam Rindu, Author ❤

S1 | Ternyata, Kamu..

Cinta memang memberikan kenangan indah, tapi cinta juga memberikan luka yang akan selalu menjadi kenangan. Perpisahan begitu menyakitkan, ketika cerita belum usai tapi kita harus menutup bukunya.

Waktu menunjukan pukul 8 malam, ketiga gadis itu baru selesai berbelanja kebutuhan masing-masing. Mereka berjalan menuju parkiran dengan riang gembira. Namun langkah Nabila terhenti saat netranya menatap seseorang yang selalu dia sebut dalam setiap bait do'anya pada Tuhan.

"Bibil! Kok berhenti sih?" tanya Aisyah seraya menatap Nabila.

Deg!

Pandangan keduanya bertemu, Ashila dan Aisyah mengikuti arah pandang Nabila. Dia bisa melihat sosok laki-laki yang berparas cukup tampan, berkulit hitam namun manis. Tapi yang paling menjadi perhatian keduanya adalah, seragam yang digunakan laki-laki itu.

"Bil, are you okay?" Ashila menghampiri Nabila dan menepuk pundaknya.

"Em, gue okay! Gu- gue ga apa-apa," jawab Nabila dengan gugup.

Perlahan tapi pasti, laki-laki itu menghampiri mereka tanpa ketiganya sadari. Langkahnya yang tegap membuat setiap perempuan yang menoleh terpesona.

"Ila?"

Suara itu... Suara yang telah lama Nabila rindukan. Suara seseorang yang amat ia cintai di masalalu. Perlahan tapi pasti, Nabila mengangkat wajahnya. Laki-laki itu menatapnya penuh rindu. Setetes airmata jatuh begitu saja dipipi Nabila, tak dipungkiri dia pun sangat merindukan sosok itu.

"Maaf, anda salah orang!" ucap Nabila seraya berlari meninggalkan kedua sahabatnya.

"Ilaaa..! Tunggu!" laki-laki itu berniat mengejar Nabila, hanya saja Ashila menahan lengannya.

"Lu siapa?! Kok lu bikin temen gue nangis?!" tanya Ashila dengan sedikit bentakkan.

"Saya... " ucapan laki-laki itu tertahan karena Aisyah menarik Ashila untuk mengejar Nabila.

"Ishhhh.. Lu apaan sih, Ais?! Gue kan mesti tau siapa tu laki!" kesal Ashila.

"Gak penting, Cil! Yang penting sekarang Bibil, kita harus kejar dia. Gue khawatir dia kenapa-kenapa!"

Nabila berlari tak tentu arah, hingga akhirnya dia sampai di lobby. Tanpa menunggu kedua sahabatnya, dia berlari menuju jalan raya. Dia memberhentikan taksi dan entah kemana arah tujuannya. Hatinya masih sangat terasa sesak, baru tadi siang dia membicarakan laki-laki itu. Dan malam itu, masih ditempat yang sama, mereka dipertemukan kembali.

"Kenapa harus sekarang, Bang?" lirih Nabila.

Ashila dan Aisyah terus menghubungi ponsel Nabila, sayangnya tak diangkat. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Berbagai pertanyaan muncul dibenak keduanya. Siapa laki-laki itu hingga membuat Nabila seperti ini?

"Cil, apa mungkin dia itu......"

"Tepat! Itu yang gue pikirin. Allah, kok bisa sih?! Baru tadi siang lho kita bernostalgia, gue ngerasain sih gimana perasaan Bibil sekarang. Semoga aja dia balik ke kost dan gak kemana-mana," lirih Ashila.

Taman Monumen Pancasila. Nabila meminta sopir taksi mengantarkannya kesana, setiap bersedih hati, Nabila lebih banyak menghabiskan waktu di Taman yang sepi itu. Dia tidak memikirkan konsekuensinya, malam itu banyak sekali pemuda yang berkumpul.

"Neng.. Mau kemana Neng? Mau Aa temenin gak Neng?!"

Nabila mulai ketakutan, dia merutuki kebodohannya sendiri. Dengan langkah cepat dia meninggalkan Taman, namun para pemuda itu malah semakin mengikutinya. Dia mulai tidak memperhatikan langkahnya. Hingga......

Bruk!

Tubuhnya menabrak seseorang hingga dirinya hampir terjatuh, namun orang itu menahan tubuhnya. Parfum itu, dia selalu mengingatnya.

"Jangan ganggu dia, atau kalian tau akibatnya!"

Suara itu...

Perlahan tapi pasti, Nabila melepaskan diri dari dekapannya. Dia enggan melihat kembali wajah laki-laki yang amat sangat dia rindukan.

"Kenapa ceroboh? Kenapa menghindar? Apa kamu gak kangen sama Abang?"

Benar. Dia adalah Riki Ardiansyah, laki-laki di masalalu yang sangat amat dia cintai. Walaupun tak ada ikatan pasti diantara keduanya.

"Ila.. Kesayangan Bang Iki.. Abang kembali.."

Nabila memberanikan diri menatap wajah laki-laki itu, kini airmatanya tak dapat dia tahan kembali. Rindu, sangat rindu..

"Kenapa?" tanya Nabila.

"Kenapa harus sekarang Abang kembali? Kenapa gak sejak dulu? Kenapa gak sejak 7 tahun yang lalu Abang kembali?? Kenapa Bang??"

"Maaf... Maafin Abang, Ila....."

Tak tahan lagi, Nabila kembali berlari meninggalkan laki-laki itu dengan sejuta luka yang kembali basah ketika mulai mengering. Sedangkan Riki hanya bisa diam menatap kepergian perempuan yang selama ini dia rindukan.

Bu Halimah khawatir menunggu kepulangan anak-anak kostnya, bagaimanapun mereka adalah tanggung jawabnya. Sebab orangtua mereka sudah menitipkannya. Akhirnya dia bisa bernafas lega saat melihat mobilnya masuk ke pekarangan rumah.

"Lho, Bibil mana?" tanya Bu Halimah saat melihat hanya ada Ashila dan Aisyah.

"Jadi Bibil ga ada pulang Mak Haji?!" Ashila sangat khawatir.

Bu Halimah menggelengkan kepalanya, "Ada apa, Nak? Kalian berantem ya?!"

"Enggak, Bu! Jadi tadi......" ucapan Aisah menggantung karena Bu Halimah berseru saat melihat Nabila turun dari ojek online.

"Bibil...! Allah.. Kenapa kamu nangis?"

Tak ada jawaban, Nabila hanya menangis terisak. Hatinya terasa sangat perih, dia tak bisa menutupi hal itu. Bu Halimah membawa Nabila duduk di sofa, dia memberikan segelas air putih agar gadis itu dapat tenang.

"Jadi ada apa? Apa ada yang bisa ceritain sama Ibu?" tanya Bu Halimah.

Ashila dan Aisyah terdiam, dia tidak tau harus berkata apa. Mereka semua terdiam, hingga Nabila mulai bercerita.

"Dia.. Dia itu laki-laki yang pergi gitu aja tanpa pamit. Dia laki-laki yang gak pernah memulai ataupun mengakhiri, tapi meninggalkan banyak kenangan indah yang gak bisa gue lupain," lirih Nabila sambil terisak.

"Gak gampang buat gue lupain dia, tapi hari ini, masih ditempat yang sama. Dia ada, dia nyata dan dia balik. Rasa ini masih sama sejak 7 tahun yang lalu. Gak gampang buat gue buka hati ke A Farhan, sekarang saat gue udah mulai membuka hati gue seutuhnya buat A Farhan, dia balik lagi!"

Aisyah memeluk Nabila, dia mengelus lembut pundak sahabatnya itu. Memang pada kenyataannya sangatlah berat, ketika kita mulai menapaki masa depan namun masalalu kembali muncul.

"Tenang ya, Bil.. Lu pasti bisa menghadapi semuanya. Mungkin ini cobaan buat lu sama A Farhan. Insya Allah, pasti semuanya akan berjalan dengan baik," ucap Aisyah menenangkan.

Nabila memang sudah bertunangan dengan seorang pengusaha bernama Farhan Adyatama bulan lalu. Rencananya dalam 6 bulan kedepan, mereka akan melangsungkan pernikahan. Mungkinkah semua ini adalah cobaan bagi keduanya?

Usai lelah menangis, Nabila kembali ke kamarnya. Dia melihat ponselnya, ada banyak sekali pesan dan panggilan tak terjawab dari tunangannya.

"Maafin aku, A Farhan.. Ternyata dia, memang masih dia yang menempati tahta tertinggi dalam hati ini. Dia yang menghilang dan kembali begitu saja, tapi bodohnya sampai hari ini aku masih mencintainya. Tapi apa yang harus aku akhiri? Aku dan dia pun tidak pernah memulai sesuatu..."

Nabila membuka buku diary nya, dia menuliskan sesuatu kembali disana.

"Kamu.. Sebuah kata yang masih menyimpan begitu banyak makna. Dari rindu yang tak berkesudahan, hingga sedih yang tak mampu ku tahan. Kamu.. Sang pemilik mata tajam dan senyum menyebalkan, yang masih kurindukan hingga hari ini..."

* * * * *

Semoga suka dengan ceritanya...

Jangan lupa loh buat Like, Komen, Vote dan Favorite 🥰🙏🥰

Dukung Author terus ya!

Salam Rindu, Author ❤

S1 | Ada apa dengan Nabila

Cinta adalah kekuatan liar. Ketika kita mencoba mengendalikannya, itu menghancurkan kita. Ketika kita mencoba memenjarakannya, itu memperbudak kita. Dan ketika kita mencoba memahaminya, itu akan hanya membuat kita tersesat dan bingung. Akan datang waktu dihidupmu, ketika kamu harus memilih untuk membalik halaman, menulis buku yang lain atau sekedar menutupnya.

* *

Setlah kejadian semalam, keceriaan Nabila hilang begitu saja. Terlalu cepat dan terlalu banyak hal menyakitkan yang membuat luka itu kembali menganga. Rasa bersalah pada tunangannya pun membuat Nabila enggan untuk sekedar memberi kabar.

"Kak Bibil sakit?" tanya Inara saat melihat Nabila hanya terdiam.

"Engga kok sayang, Kak Bibil baik-baik aja! Cepet dihabiskan sarapannya, nanti telat lho ke sekolahnya," jawab Nabila dengan senyuman. Gadis yang beranjak remaja itu hanya menganggukkan kepalanya.

"Kalo masih belum enakan, mending izin aja, Nak. Daripada nanti di tempat kerja gak fokus gitu," ujar Bu Halimah seraya mengelus punggung Nabila.

"Aku baik-baik aja kok,Bu. Ibu jangan khawatir ya!"

Aisyah dan Ashila hanya diam, keduanya tidak berani untuk bertanya. Mereka memilih untuk memberi waktu pada sahabatnya itu, karena nanti pun pasti Nabila akan bercerita pada waktu yang tepat. Saat mereka tengah menikmati sarapan, suara bel membuat mereka saling menatap. Sebab jarang sekali mereka menerima tamu di pagi hari.

"Kalian terusin aja sarapannya, biar Ibu yang bukain pintu," ujar Bu Halimah.

Saat pintu terbuka, Bu Halimah melihat Farhan sedang berdiri dengan raut wajah khawatir.

"Assalamu'alaikum, Bu. Maaf bertamu pagi-pagi, Bibilnya ada kan, Bu?" tanya Farhan.

"Walaikumsalam, masuk Nak Farhan! Bibil ada kok! Biasa lagi sarapan bareng sama anak-anak yang lain. Nak Farhan mau sekalian sarapan?" Bu Halimah menawarkan, walaupun tahu jika dia pasti menolak.

"Enggak usah, Bu. Farhan udah sarapan tadi, kalo gitu Farhan tunggu Bibil disini aja, Bu!"

Bu Halimah hanya mengangguk, dia kembali ke dalam untuk membuatkan minuman sekaligus memanggil Nabila.

"Siapa Mak Haji yang dateng pagi buta begini?" tanya Ashila.

"Itu di depan ada Nak Farhan, Bil!" ucap Bu Halimah membuat Nabila tersedak.

Dengan segera, Aisyah memberikan air putih. "Pelan-pelan, Bil!"

"Dia kayaknya khawatir sama kamu, Nak. Selesai sarapan temuin dia di ruang tamu, ya! Ibu mau bikini minum dulu."

Entah apa yang ada dipikiran Nabila saat ini, yang pasti dia sedang tidak ingin bertemu dengan siapapun. Padahal Farhan tidak salah, hanya hati dan pikirannya tengah bertarung hebat. Karena tak ingin mengecewakan lagi, akhirnya Nabila menemui Farhan. Sedangkan Aisyah dan Ashila memutuskan untuk bersiap-siap, karena mereka akan pergi bekerja.

"Sayang! Kamu baik-baik aja kan? Kenapa dari semalem ga ada kabar? Aa khawatir lho!" Farhan berucap saat melihat Nabila datang. Wajah calon istrinya ini terlihat sangat pucat dengan wajah yang sembab, entah apa penyebabnya. Dan hal itu menjadi pertanyaan besar dibenak Farhan.

"Kenapa sayang? Kamu sakit?" tanya Farhan dan Nabila menggelengkan kepalanya.

"Aku baik-baik aja, A Farhan. Cuman dari semalem agak sedikit sakit kepala aja. Tapi insya allah sekarang udah jauh lebih baik!" jawab Nabila seraya memaksakan sedikit senyumnya.

"Yakin? Enggak ada hal yang lagi kamu tutupi dari Aa kan sayang?"

Deg!

Jantung Nabila berdegup kencang, sekuat hati dia tahan agar tidak menangis. Tapi hal itu tidak bisa tertahan lagi, airmata menetes begitu saja. Hingga membuat Farhan keheranan.

"Kenapa sayang? Ada apa?" Farhan mengusap airmata yang mengalir dipipi calon istrinya. "Cerita sama Aa, kamu kenapa sayang?"

"Aku sayang A Farhan, jangan tinggalin aku ya Aa!" ucapan itu mengalir saja dari mulutnya. Entah itu berasal dari hati, entah dari pikirannya yang tengah kacau balau.

Farhan mengulas senyumnya, "Hei sayang.. Dengerin Aa ya! Sampe kapanpun Aa akan selalu sayang sama kamu, Aa gak akan pernah tinggalin kamu. Kecuali...."

"Kecuali apa?" tanya Nabila disela isakan tangisnya.

"Kecuali kamu sendiri yang pergi ninggalin Aa! Kamu gak akan ninggalin Aa kan?" tanya Farhan seraya menatap manik mata Nabila.

Tatapan itu membuat pikiran Nabila kembali kacau. Dia tidak menjawabnya, bahkan sekedar mengangguk atau menggelengkan kepalanya.

"Udah siang A, emangnya Aa gak ke kantor?" tanya Nabila mengalihkan pembicaraan.

"Aa mau sekalian anter kamu ke Rumah Sakit, searah kan? Sekalian ajakin Acil sama Ais buat bareng, kapan lagi kan Aa bisa jemput kamu kaya gini. Sana siap-siap! Aa tunggu disini," ucap Farhan sambil mengelus kepala Nabila dengan lembut.

Nabila merasa sangat beruntung bisa menjadi pilihan hati Farhan, tapi jauh dilubuk hatinya masih tersimpan nama lain yang hingga saat ini tak bisa dia lupakan. Apalagi sekarang Nabila tau, jika laki-laki itu sudah kembali ke Kota Bandung.

Setelah berpamitan pada Bu Halimah, mereka pergi bekerja bersama-sama. Walaupun ditempat yang berbeda-beda, hari ini Farhan akan mengantarkan ketiganya.

"Alhamdulillah, irit bensin hari ini ga bawa motor!" pekik Ashila membuat Aisyah dan Farhan terkekeh, sedangkan Nabila hanya diam dan menatap keluar jendela dengan sendu.

Nabila turun lebih dulu, karena memang Rumah Sakit tempatnya bekerja tak begitu jauh dari kost.

"Duluan ya, A Farhan. Tolong titip Ais sama Acil sampe tempat kerja! Tagih aja nanti ongkos bensinnya!" canda Nabila membuat Ashila mencebik kesal.

"Hati-hati ya sayang! Kalo ada apa-apa hubungin Aa ya. Ponselnya jangan sampe mati lagi kaya semalem, jangan bikin Aa khawatir! Kalo gitu, Aa pamit ya sayang! Assalamualaikum!"

"Walaikumsalam!" Nabila melambaikan tangannya hingga mobil Farhan tak terlihat.

Sedangkan di perjalanan, Farhan mencoba menanyakan pada Aisyah dan Ashila. Karena dia merasa ada sesuatu yang salah dengan calon istrinya itu.

"Ada apa dengan Bibil? Kalian pasti tau sesuatu kan? Bibil ga mungkin nangis tanpa sebab," ucap Farhan sambil menarik nafas berat.

"Tanya Ais aja, ya! Aku mesti turun, noh kantor aku di depan!" Ashila memilih menghindar, karena dia adalah tipe orang yang tak bisa menjaga mulutnya.

Usai Ashila turun, Farhan menatap Aisyah yang terlihat menghembuskan nafas berat pula. Farhan tau, mungkin ada sesuatu yang terjadi. Hanya saja, Nabila tak mau terbuka dengannya.

"Ais minta maaf sebelumnya A Farhan, tapi ini diluar kuasa Ais untuk bercerita. Jika sudah waktunya, Ais yakin kalo Bibil pasti akan cerita. Lebih baik sekarang A Farhan jangan banyak menduga-duga, karena akhirnya nanti Ais yakin itu akan membuat hati dan pikiran A Farhan berantakan. Kita tunggu saja Bibil cerita apa yang terjadi."

Farhan hanya menganggukkan kepalanya, karena dia setuju dengan apa yang diucapkan oleh Aisyah. Bagaimanapun dia hanya perlu menunggu dan mempertahankan hubungannya dengan baik.

"Terimakasih sudah mengantar kami ya, A Farhan! Hati-hati dijalan!" ucap Aisyah saat dia turun dari mobil calon suami sahabatnya itu.

Ada terbersit rasa bersalah dalam diri Aisyah, karena tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya pada Farhan. Tapi itu benar-benar diluar kuasanya, Aisyah tidak mungkin mendahului Nabila untuk menjelaskan.

Sementara itu, Nabila termenung sendiri. Dia kembali teringat pertemuan dengan Riki semalam, pertemuan yang sama sekali tidak pernah dia inginkan. Karena bagaimanapun saat ini sudah ada Farhan disisinya.

"Nabila! Jangan ngelamun! Banyak pasien yang akan pulang, tolong bereskan administrasinya hari ini!" tegur atasannya.

"I-iya Bu! Maaf saya kurang enak badan," ucap Nabila beralasan.

"Ada apa dengan kamu hari ini, Nabila?" batin Nabila berucap sendiri. Akhirnya dia memutuskan untuk fokus pada pekerjaannya.

* * * * *

Semoga suka dengan ceritanya...

Jangan lupa loh buat Like, Komen, Vote dan Favorite 🥰🙏🥰

Dukung Author terus ya!

Salam Rindu, Author ❤

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!