TITISAN GENDERUWO
PROLOG
Di sebuah dusun terpencil, hiduplah seorang janda tua yang bernama Mbok Sri bersama dengan seorang anak gadisnya yang sangat cantik yang bernama Fatma.
Pekerjaan Mbok Sri sehari-hari adalah sebagai buruh tani di ladang-ladang tetangganya. Sedangkan Fatma anaknya bertugas menjaga rumah. Kadang bila siang hari mbok Sri tidak pulang ke rumah, maka Fatma akan mengantarkan makan siang ke ladang tempat mboknya bekerja.
Teriak Fatma dari kejauhan seraya menenteng rantang kecil di tangan kanannya. Ia pun menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di ladang. Tak terkecuali juragan pemilik ladang tersebut yang memandang Fatma tanpa berkedip.
Mendengar suara anaknya, Mbok Sri pun segera menghampiri sang anak.
Mbok SRI
Masak apa kamu tadi Nduk?
Mbok Sri menerima rantang yang diberikan oleh anaknya. Pagi harinya sebelum berangkat bekerja, Mbok Sri selalu sarapan dengan seadanya. Dan siangnya Fatma yang bertugas memasak untuk makan siang dan makan malam sekaligus. Biasanya kalau mau makan malam tinggal manasin sayurnya.
Karena memang sudah waktunya istirahat siang, para pekerja pun bubar mencari tempat berteduh dari teriknya matahari untuk menyantap bekal mereka masing-masing. Mereka biasanya duduk di bawah pohon-pohon yang rimbun, karena satu-satunya gubuk yang ada di sana sudah ditempati oleh juragan mereka.
JURAGAN
Wah, kayaknya enak itu?
Tanpa keduanya sadari, sang juragan sudah berdiri di dekat mereka.
Mbok SRI
Eh Gan, juragan sudah makan siang?
Sang juragan menjawab pertanyaan Mbok Sri namun matanya melirik ke arah Fatma.
JURAGAN
Kayaknya boleh juga Mbok, masih fresh, masih ranum, pasti lezat.
Sang juragan terlihat membasahi bibirnya dengan lidahnya tanpa mengalihkan tatapannya dari Fatma. Fatma yang ditatap pun menundukkan kepalanya tanpa berani mengangkatnya.
Mbok Sri menyodorkan rantang yang dipegangnya ke arah sang juragan.
JURAGAN
Bukan itu yang aku inginkan!
Mbok SRI
Hah! Memangnya apa Gan?
Seketika itu mata Mbok Sri dan juga Fatma nampak membola karena terkejut dengan ucapan sang juragan.
Fatma langsung berlari meninggalkan ladang sang juragan tanpa menoleh ke belakang sedikitpun.
GHIBAH
Setelah kepergian anaknya, Mbok Sri segera melanjutkan makan siangnya tanpa menghiraukan sang juragan yang masih berdiri di dekatnya. Hati mbok Sri saat ini merasa ketar-ketir. Takutnya anak gadis satu-satunya itu menjadi target sang juragan berikutnya.
Sang juragan yang terkenal doyan kawin itu memang sukanya memperistri anak-anak gadis orang. Apalagi yang memiliki hutang kepadanya, pasti mereka akan menukar anak gadisnya itu dengan imbalan hutang yang dianggap lunas oleh sang juragan.
JURAGAN
Mbok, saya serius dengan ucapan saya tadi!
Sang juragan menegaskan sekali lagi kepada Mbok Sri tentang ucapannya tadi.
Mbok SRI
Ma-maaf Gan, untuk yang satu itu biarkan Fatma sendiri yang menentukannya.
Mbok Sri menundukkan kepalanya takut-takut. Beruntung mbok Sri tidak memiliki hutang kepada sang juragan. Jadi ia tidak perlu menukar anaknya itu dengan uang.
Setelah menyelesaikan makan siangnya, semua pekerja kembali lagi bekerja memetik cabe yang terhampar di ladang berektar-hektar itu.
Kasak-kusuk mulai terdengar di telinga Mbok Sri. Namun mbok Sri mengabaikannya dan tetap melanjutkan pekerjaannya tanpa menanggapi ocehan mereka.
Tetangga Julid
Hey mbok! Harusnya kamu itu bangga karena anakmu mau dipersunting oleh juragan. Bukannya malah menolaknya mentah-mentah. Memang situ gak doyan duit?
Mbok SRI
Maaf, bukannya saya menolak juragan. Tapi urusan jodoh saya serahkan sepenuhnya kepada anak saya, karena dia nantinya yang akan menjalaninya.
Tetangga Julid
Heleh! Memangnya anakmu mau cari yang bagaimana? Cuma lulusan SD saja belagu!
Mbok Sri memilih diam dan tidak menanggapi lagi ucapan teman kerjanya sekaligus tetangganya itu.
Mbok Sri perlahan melangkah menjauh dari mereka. Mencari tempat yang menurutnya paling nyaman. Mbok Sri lebih suka menyendiri daripada harus berkumpul dengan pekerja lain yang banyak mulutnya. Selalu ada saja topik yang dibicarakan oleh mereka. Dan tentunya pembicaraan mereka itu tak jauh-jauh dari ghibah, alias membicarakan orang lain.
JURAGAN
Akan ku pastikan, anakmu itu akan menjadi istriku selanjutnya!
Sang juragan menatap jauh dari gubuk, tempatnya saat ini berteduh ke arah Mbok Sri berada. Seringai nampak terukir di sudut bibir sang juragan yang menghitam itu akibat rokok yang selama ini dihisapnya.
LAMARAN DITOLAK!
Mbok SRI
Nduk, siapa malam-malam begini yang ngetuk pintu?
Mereka berdua baru saja menyelesaikan makan malam, saat pintu rumahnya diketuk oleh seseorang.
FATMA
Mana aku tau mbok!
Ya udah, biar aku buka pintunya.
Fatma beranjak dari duduknya untuk membukakan pintu.
Sesampainya di dekat pintu, Fatma tidak langsung membuka pintunya. Melainkan ia mengintip terlebih dahulu dari lubang kecil yang berada di pintu kayu tersebut.
Matanya sontak membulat saat mengenali seseorang yang berdiri tepat di depan pintu rumahnya.
Fatma pun berlari menghampiri mboknya kembali dan tidak jadi membukakan pintu.
Mbok SRI
Ada apa to nduk? Siapa yang bertamu malam-malam begini?
FATMA
Ju-juragan mbok! Fatma takut, mbok aja yang buka pintunya.
Fatma langsung masuk ke dalam kamarnya agar tidak bertemu dengan juragan, yang baginya sangat menakutkan.
Mbok Sri yang paham pun langsung melangkah menuju ke pintu untuk membukanya.
Dan benar saja, saat pintu kayu itu terbuka, sang juragan nampak berdiri tegak tepat di depan pintu.
Mbok SRI
Ju-juragan, ada apa malam-malam begini datang ke rumah?
Tanpa menjawab pertanyaan Mbok Sri, sang juragan langsung masuk ke dalam rumah seraya mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah sederhana itu, seolah-olah mencari sesuatu.
JURAGAN
Sepertinya rumahmu ini sudah tidak layak untuk ditempat lagi mbok. Lihat, dinding kayunya sudah banyak yang bolong dan rapuh karena termakan usia. Dan itu lihat gentengnya banyak yang pecah.
Sang juragan berbicara sambil menunjuk dinding kayu dan juga genteng rumah tersebut.
Memang benar apa yang dikatakan oleh sang juragan. Sebenarnya rumah Mbok Sri memang sudah tidak layak untuk ditempati. Namun karena pemiliknya tidak memiliki uang untuk memperbaikinya, makanya rumah itu dibiarkan saja.
Mbok SRI
Gak papa Gan, masih bisa ditempati kok.
JURAGAN
Bagaimana kalau aku yang memperbaiki rumah ini mbok? Tapi itu nanti, setelah aku menikah dengan Fatma.
Mbok SRI
Hah! Ti-tidak usah Gan, biarkan saja rumah ini seperti apa adanya.
JURAGAN
Bukannya Mbok Sri tadi siang bilang akan menyerahkan keputusan ini kepada Fatma? Sekarang saya minta panggilkan Fatma! Saya akan berbicara sendiri dengannya!
Suara berat penuh penekanan yang diucapkan oleh sang juragan membuat Mbok Sri akhirnya mau tak mau segera memanggil anaknya ke dalam kamar sang anak.
Dan tak berapa lama, Mbok Sri sudah kembali lagi bersama Fatma.
FATMA
A-ada apa juragan mencari saya?
JURAGAN
Aku ingin kamu menjadi istriku!
FATMA
Ma-maaf Gan, tapi saya belum ingin menikah!
JURAGAN
Aku akan memperbaiki rumahmu ini yang sudah tidak layak ditempati, jika kamu mau menikah denganku.
FATMA
Maaf Gan, sekali lagi saya tegaskan, kalau saya belum ingin menikah!
Fatma langsung melenggang masuk meninggalkan sang juragan dan mboknya.
Sang juragan yang mendapat penolakan itu tidak terima. Ia langsung meninggalkan kediaman Mbok Sri tanpa pamit. Ia akan memikirkan kembali rencana selanjutnya untuk mendapatkan Fatma.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!