"Sayang kau datang" Wanita itu menatap lekat wajah tampan di depannya, "Kenapa kau tak memberiku kabar,Hummm kau tau aku sangat merindukanmu" Pria itu tak bicara sedikit pun ia tersenyum lalu mengusap pipi tirus di depannya itu mengecup nya sekilas kemudian menatap sendu pada wajah sang kekasih lalu tiba tiba ia memutar tubuhnya meninggalkan wanita itu tanpa bicara.
"Sayang.... kau mau kemana ?" Wanita itu berusaha meraih tangan pria itu namun tak berhasil.
"Sayang.....,"
Wanita itu berusaha mengejar sang kekasih namun langkah kakinya terasa berat
"Sayang tunggu aku, setidaknya bicara lah pada ku, apa kesalahan ku, kenapa kau diam?" Wanita itu berteriak histeris , Namun si pria tetap tak menyahut, wanita itu kini hanya bisa menangis tak mengerti kenapa kekasih yang sangat di cintainya itu meninggalkan nya tanpa sebuah keputusan.
"Hiks.... hiks... hiks..." Suara tangis itu terdengar hingga ke kamar di sebelahnya.
"mamah....?" Aulia yang terbangun saat melaksanakan solat malam segera berlari ke arah kamar sang ibu.
"Mamah...? "
"Mah, mamah... bangun mah," Aulia mengetuk pintu kamar sang mamah berkali kali namun tiada jawaban.
sementara itu di dalam kamar Mia baru saja terbangun dari mimpinya.
"Astaghfirullah hal azim" Mia meraih air putih di meja lalu meneguknya hingga tandas .
"Ada apa dengan ku, kenapa aku kembali bermimpi tentang dia." Ia terduduk sejenak memulihkan kesadaran nya.
"Aulia..?" Mia bangun saat mendengar suara ketukan dari pintu.
Sementara itu Aulia menjadi semakin panik saat kamar itu mendadak hening. Di tempelkan nya telinga ke pintu kamar, terdengar sisa isak tangis dari sana.
"Mamah..., mah buka pintunya mah" Pinta Aulia sambil mengetuk pintu kamar orang tuanya itu. Terdengar pintu kamar terbuka.
"Aulia, ada apa sayang?" Mia menatap heran pada putri sulung nya itu.
"Mamah,... " Aulia memeluk sang ibu, Mia yang mendapat perlakuan seperti itu merasa heran dengan putrinya itu.
"Aulia, ada apa nak.?" Gantian Aulia yang kini menatap heran pada mamah nya.
"Mamah yang kenapa, tadi kakak dengar mamah nangis kuat banget , apa papah menyakiti mamah." Tanya Aulia penuh selidik.
"Sayang... ,kenapa kamu berpikir seperti itu humm,"
"Ah, tidak mah , kakak cuma panik denger mamah nangis malam malam gini." Mia mengajak putri sulung nya itu untuk masuk kedalam kamarnya. mereka duduk di sisi ranjang dengan posisi saking berhadapan.
"Apa papah belum pulang?" Tanya Aulia heran melihat kamar yang sepi.
"Belum sayang, mungkin papa masih banyak pekerjaan." Ucap Mia sambil tersenyum.
"tapi ini sudah jam 2 malam mah," Aulia sebenarnya tau kalau sang papah sering tidak pulang , Namun jika ia bertanya pada papa atau mamah nya maka jawabannya tetap sama alasan pekerjaan.
"Sayang, sebaiknya kamu kembali ke kamar mu yah,?" Pinta Mia pada putri sulung nya itu, sebelum Aulia bertanya lebih banyak lagi.
"Mah, apa mamah dan papa bertengkar." Akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari bibir Aulia, walau sebenarnya ia sangat tidak enak pada sang mamah untuk menanyakan hal itu.
Mia tersenyum lembut dan kemudian menggeleng
"Kenapa kakak bisa bertanya seperti itu.?" Giliran Mia yang bertanya pada putri sulung nya itu.
"Akhir akhir ini kakak sering lihat papa tidak pulang, apa terjadi sesuatu pada hubungan kalian.?" Tanya nya lagi dengan ragu ragu.
"Sayang... dengar mamah yah, "Mia menggenggam erat jemari putri kesayangan nya itu.
"Setiap rumah tangga itu pasti ada keributan keributan kecil tapi percayalah nak, itu tidak membuat hubungan papa dan mamah menjadi renggang tapi itu malah membuat kami semakin saling mengenal karakter masing masing dan memperkuat hubungan kami, di tambah lagi kehadiran kalian bertiga adalah anugrah yang paling kami syukuri dalam hidup kami."
"Walau papah kalian jarang pulang, tapi mamah percaya papah tidak akan melakukan hal hal yang melanggar moral , papah kalian itu memang tidak romnatis tapi beliau sangat menyayangi kita, apapun yang papa lakukan semua demi kita nak." Ucap Mia meyakinkan putrinya .
"Baiklah kakak percaya sama mamah dan papah, tapi kenapa tadi mamah menangis histeris." Seketika Senyum di bibir Mia sirna ia teringat kembali pada mimpi nya.
"Mama.., humm mamah hanya mimpi buruk., sudah lah sekarang kakak ke kamar ya, lanjutin tidur lagi, mamah juga sudah mengantuk lagi." Mia berusaha menutupi kegugupan nya.
"Seperti ada yang di sembunyikan oleh mamah." Batin Aulia, namun gadis remaja 14 tahun itu tetao menuruti perintah sang mamah, ia kembali ke kamar nya setelah memeriksa ke dua adiknya di kamar yang berbeda.
Sementara itu Mia tak bisa untuk tidur walau berkali ia berusaha memejamkan matanya, namun bayangan pria di dalam mimpinya tadi begitu menganggu pikiran nya.
"Astaghfirullah halazim, ada apa dengan ku, setelah bertahun berlalu, kenapa dia bisa hadir dalam mimpi ku." gumam Mia, ia akhirnya memutuskan untuk mandi dan berwudhu menjalan kan solat malam dan melanjutkan dengan membaca Alqur'an hingga suara azan subuh menggema.
***
"Selamat pagi anak anak" Mia menyambut kedatangan ketiga buah hatinya dengan senyum merekah , seperti ibu ibu pada umumnya Mia sudah siap dengan menu sarapan untuk ketiga Buah hatinya yang hendak berangkat ke sekolah.
"Pagi mamah?" Sahut ketiga nya sambil berjalan ke meja makan.
"Mah, papah mana ?" Tanya Raja putra kedua Mia.
"Papah belum pulang sayang, mungkin nanti sore papah baru pulang." Jelas Mia pada ketiganya.
"Trus yang antar adek sekolah siapa ?" Tanya Dila si bungsu.
"Untuk hari ini mamah yang antar kalian ke sekolah." Ketiganya pun tersenyum bahagia.
Setelah membersihkan meja makan dan memastikan anak anak nya membawa bekal yang sudah di siapkan kini mereka pun berangkat menuju ke sekolah.
"Mah, nanti kakak ada latihan paduan suara jadi pulang nya agak sore." Ucap Aulia saat turun dari mobil.
"Jadi mamah jemput jam berapa ?" Aulia menatap ragu ragu pada sang mamah.
"Kenapa humm?" Mia melihat kebimbangan dari wajah sang putri.
"Umm boleh gak mah, kalau kakak pulang bareng teman." Aulia bicara sambil menunduk karena takut sang mamah akan marah.
"Teman..? cowok atau cewek, trus.. pulang nya naik apa?" Tanya Mia penuh selidik.
"Teman cowok mah, namanya Kevin, pulang nya naik motor." Mia menarik nafas dalam.
"Sayang,.. bukan mamah melarang, tapi usia kalian ini masih sangat kecil di larang mengendarai kendaran. "Mia berusaha memberikan pengertian pada putri bungsunya itu, Bagiamana pun usia putrinya ini sangat labil dan tak bisa di tentang dengan keras harus di berikan pengertian agar tidak memberontak.
"Tapi mah...?" Aulia memasang wajah Memelasnya.
"Sayang mamah yang jemput, jika Kevin ingin bermain ke rumah mamah akan izinkan tapi tidak untuk kalian naik kendaraan berdua itu sangat berbahaya." Mia berusaha untuk sabar .
"Ya udah deh mah, nanti kakak bilang ke Kevin." Aulia mencium tangan ibunya itu lalu Mia pun mengecup puncak kening sang putri.
"Yang rajin belajarnya yah nak." Aulia pun memasuki gerbang sekolah berbaur dengan teman temannya yang lain. Sementara itu Mia kini mengantarkan Raja dan Dila ke Sekolah mereka yang letaknya memang agak jauh dari sekolah Aulia.
"Mas mau pulang" Wanita cantik dengan balutan dress mini bewarna hitam itu bergelayut manja di leher Arifin dengan satu tangan yang lain mengusap ngusap dada pria berusia 40 tahun itu.
"Iya sayang," Arifin mengecup lembut bibir wanita pujaan hatinya itu ,begitu lembut dan penuh cinta.
"Ah,.. sayang apa mas tidak bisa tinggal semalam lagi." Wanita cantik itu berusaha membujuk sang kekasih dengan rengekan manjanya.
"Aku sudah terlalu sering tidak pulang, Aku tidak mau Mia dan anak anak curiga dan bertanya macam macam." Arifin memakai kemeja nya dan bersiap untuk pulang.
"Mas,.. " Arifin menoleh pada kekasihnya itu dan menatap sendu pada wajah cantik itu.
"Bersabar lah sayang, aku berjanji suatu saat kita akan bersama." Pria itu meraih jemari Hesti dan mengecupnya.
"Sampai kapan mas, kita sudah tak muda lagi mas, aku capek hanya menjalani hubungan seperti ini, sampai kapan mas...?" Lirih Hesti dan tanpa di minta bulir bening mengalir di pelupuk mata wanita berusia 37 tahun itu.
"Mas berjanji akan membicarakan hal ini dengan Mia, mas yakin dia pasti akan menerima mu, Mia wanita baik dan juga lembut, hanya saja mas khawatir tentang anak anak apalagi Aulia," Arifin menarik dalam dan mengeluarkan nya perlahan.
"Mas selalu berjanji tapi tak pernah mas tepati." Hasti mulai kesal dengan janji janji manis Arifin yang akan menikahinya secara resmi. Yah meskipun mereka sudah menikah secara siri Hesti tetap tak berpuas diri ia ingin memiliki Arif seutuhnya, bagaimana pun ia adalah wanita dewasa yang ingin kepastian dalam sebuah hubungan ia tak ingin suatu saat Arifin akan dengan mudah mencampakan nya saat Arifin merasa bosan dan jenuh.
"Hesti, kau tau kan aku begitu mencintai mu, Aku akan melalukan apa pun untuk mu, termasuk menceraikan Mia, tapi untuk saat ini kau harus Bersabar sayang. Aku tak ingin karena kecerobohan kita, aku kehilangan anak anak ku." Bujuk Arifin.
"Baiklah, tapi kau harus berjanji kau harus memperkenalkan ku pada anak anak mu mas, Bagaimana pun aku juga istri mu, dan itu berati anak anak mu juga anak anak ku, aku ingin kita bisa bersama suatu saat nanti, dan menjadi keluarga bahagia."
"Iya sayang, aku akan memperkenalkan mu pada mereka, tapi kita harus mengatur waktu yang tepat." Hesti tersenyum mendengar perkataan Arifin, Wajah yang tadinya sendu mulai terlihat ceria lagi.
"Ya sudah, mas pulang yah, jaga dirimu sayang" Hesti tak bisa membantah lagi, bagiamana pun ini adalah pilihan nya, demi cinta nya pada pria itu ia rela di jadikan istri kedua.
*******
Grosir sembako Mia
"Buk, apa ibuk sakit?" Tanya indah karyawan Mia di toko sembako miliknya.
"Tidak Ndah, saya hanya kurang tidur. Semalam saya gak bisa tidur." Jawab Mia sambil memijit keningnya.
"Sebaiknya ibuk istirahat di dalam, biar ini saya yang lanjutin." Pinta In?dah pada majikan nya itu.
"Terima kasih ya Ndah, saya memang butuh sedikit istirahat. Oh ya, jangan lupa kau pinta kurir kita untuk mengantar pesanan yang ada di gudang ya." Ucap Mia sebelum meninggalkan Indah yang kini mulai fokus melanjutkan pembukuan yang tadi di kerjakan Mia.
Sesampainya di kamar yang memang di sediakan untuk beristirahat oleh Mia Atau anak anak nya jika kebetulan ikut ke tokonya Mia langsung memejamkan matanya karena mengantuk.
"Mia,... Mia.., Mia bangun" Mia mengerjap kan matanya merasakan ada seseorang yang mengguncang bahunya.
"Mas, ...?" Mia segera bangun saat menyadari kehadiran suaminya .
"Mas sudah lama.?" Mia meraih tangan Arif dan mencium punggung tangan Suaminya itu.
"Ayo pulang, "Ucap pria itu dengan suara datar nya.
"Baiklah....?" Walaupun masih mengantuk berat Mia memaksakan diri untuk bangun dan berjalan mengikuti langkah kaki Arifin. Namum sebelumnya tak lupa ia berpamitan pada Indah dan karyawan nya yang lain .
"Mas sudah jam pulang nya anak anak, kita jemput Raja dan Dila dulu yah." Pinta Mia saat mobil mulia meninggalkan toko sembako Mia.
"Ya," Jawaban singkat dan padat itu keluar dari pria yang berstatus suaminya itu. Tidak ada kalimat sayang, atau pun cinta seperti perlakuan nya pada Hesti.
"Mas, Kamu semalam kenapa gak pulang lagi.?" Tanya Mia sambil melirik suaminya dengan ujung matanya.
"Aku ada kerjaan di luar kota" Lagi lagi jawaban singkat dan datar.
Mia hanya diam tak mempermasalahkan lagi, karena jawaban itulah yang selalu ia terima.
Tanpa terasa mobil berhenti di SD Nusa Bangsa tempat kedua putra dan putri mereka belajar.
"Mamah...." Dilla segera berlari saat menghambur ke pelukan sang mamah.
"Duh.. anak mamah, Abang mana?" Tanya Mia pada putri bungsunya itu.
"Abang .. itu..." Dilla menunjuk pada Raja yang sedang berjalan beriringan dengan seorang gadis remaja yang usianya kira kira seumuran raja.
"Siapa gadis cantik yang bersama abang?" Tanya Mia pada Dilla .
"Itu cewek centil yang suka sama abang mah, Namanya Alea" Sahut Dilla dengan nada tak sukanya.
"Abang cepatlah.?" pinta Dila dengan sedikit berteriak.
"Ya, " Raja menghampiri Dila dan mamah nya yang sudah menunggu di depan gerbang sekolah.
" Loh, mobil mamah mana?" Tanya raja sambil menoleh kiri kanan mencari mobil Innova yang biasa di kendarai oleh sang mamah.
"Mamah gak bawa mobil, Mamah ke sini sama papa. Tuh..." Mia menunjuk ke seberang jalan di mana suaminya menunggu mereka tanpa turun dari mobil.
Mereka pun beriringan menuju mobil milik suaminya itu, Dari kejauhan Mia dapat melihat suaminya itu sedang melakukan panggilan telepon. wajahnya terlihat sangat ceria , senyum tak lepas dari wajah tampannya itu.
"Siapa yang di telpon mas Arif, dia terlihat sangat senang. " Batin Mia.
"Papah.....?" Kedua Anak itu segera masuk ke mobil dan duduk di bangku belakang. Arif yang sedang melakukan panggilan kaget tak menyadari kehadiran kedua buah hatinya itu begitu juga dengan Mia yang sudah membuka pintu mob dan duduk di samping Arif.
"Ka.. kalian sudah sampai" Tanya Arif terbata.
"Ba.. baik lah pak, nanti kita atur jadwal pertemuan berikutnya.?" Arif menutup panggilan telepon nya dengan gugup.
"Siapa mas, " Tanya Mia berpura pura peduli.
"Klien" Jawab nya sambil memulai menyetir menuju rumah. Mereka sibuk dengan pikiran masing masing.
"Apakah mas Arif selingkuh?" Batin Mia, selama ini walaupun hubungan mereka tak begitu hangat alias hambar, tapi Mia yakin kalau Arif adalah tipe laki laki setia.
"Apa Mia mendengar apa yang aku bicarakan dengan Hesti yah, Tapi.. Mia terlihat biasa saja, Aku harap dia tak mendengarnya." Batin Arif.
"Walau aku tak pernah bisa mencintainya, Tapi aku juga tak bisa menyakitinya, bagiamana pun ia wanita yang sangat baik, dan juga ibu yang sangat perhatian pada anak anak." Lagi lagi Arif membatin.
********
Selamat datang di cerita ku yang masih belepotan ini pemirsa...., jangan lupa berikan kritikan dan sarannya melalui kolam komentar yah,
Terimakasih atas dukungannya, Semoga sahabat ku sehat selalu.
Arifin memarkirkan mobil nya tepat di halaman rumah dua lantai itu, seperti biasa tak ada drama romantis membukakan pintu atupun tegur sapa saat turun keduanya masuk ke rumah dengan membawa perasaan masing masing, ah.. entah lah, drama seperti apa yang mereka lakoni ini.
"Mah adek laper" Rengek si bungsu Dila.
"Baiklah sayang, kamu ganti baju dan cuci tangan yah, mamah akan memeriksa apa yamg di masak mbak Asih di dapur." Dilla mengangguk tanda setuju sedangkan Mia berlalu ke dapur memeriksa hidangan makan siang.
"Ibuk sudah pulang?" Tanya asih yang sedang menata makanan di meja makan.
"Kamu masak apa asih?" Mia mencium aroma masakan yang begitu sedap.
"Seperti request nya den Raja buk, cumi pedas manis, dan sayur capcai , ada juga ayam krispi pesanan non Dila" Penjelasan Asih panjang lebar.
"Humm aroma nya sangat menggoda Sih, coba kamu goreng kerupuk ikan yah, soalnya bapak suka makam capcay dengan lalapan kerupuknya" Titah Mia pada Asih.
"Baiklah buk" Asih pun melanjutkan menggoreng kerupuk sedangkan Mia memanggil suami dan anak anak nya.
Sesampainya di depan pintu kamar tak sengaja lagi lagi Mia mendengar suara tawa manja suaminya entah dengan siapa pria itu bercerita sehingga ia tampak begitu bahagia.
"Mas, kamu bicara dengan siapa?" Tanya Mia pada Arifin. Arifin mendadak gugup dan segera mematikan telepon nya.
"Ah, kau ini mengagetkan saja." Arifin langsung memasang muka datar nya saat menyadari kehadiran Mia.
"Ada apa?" Ketus Arif. Sungguh mia begitu sakit mendengar jawaban ketus dari sang suami, setelah sekian tahun menjalani rumah tangga namun sedikit pun Arifin tak bisa bersikap manis padanya.
"Aku hanya ingin mengajakmu makan siang bersama, anak anak sudah menunggu di ruang makan" Ucap Mia berusaha menutupi kepedihan hatinya.
"Hummm" Hanya itu yang keluar dari bibir pria itu, ia pun kemudian berlalu menuju meja makan.
"Papah, ayok makan adek sudah laper." Rengek si bungsu Dilla.
"Ia pah, abang juga." Raja pun tak kalah suara.
"Iya, iya, ayok kita makan" Arif pun duduk di kursi makan sementara itu Mia menyendok kan nasi ke piring mereka satu persatu.
"Mah, adek mau ayam krispi nya." Dengan sabar Mia mengambilkan satu potong ayam pada Dilla.
"Abang mau apa?" Tanya Mia pada Putra nya .
"Abang mo cumi mah" Mia pun menyendok kan cumi itu ke piring sang buah hati.
"Kamu mas?" Mia pun bertanya pada suami nya, namun pria itu tetap cuek sambil senyum senyum sendiri dengan telepon genggamnya.
"Mas...?" Mia sedikit menaikkan nada suaranya.
"Hah.. iya.. apa..?" Jawab Arif tanpa dosa.
"Kamu mau makan pakai apa?" Mia mengulangi pertanyaannya nya.
"Humm berikan aku ayam goreng sama capcay nya." Mia pun langsung menyendok kan lauk dan sayuran ke piring Arif.
"Apa tidak ada kerupuk, dan sambal.?" Tanya Arif merasa menunya ada yang kurang.
"Oh iya aku lupa, aku ambil dulu" Mia pun mengambil kerupuk yang kebetulan baru saja selesai di goreng oleh asih, dan tak lupa ia membawa sambal terasi kalengan yang menjadi favorit suaminya itu.
"Ini mas, " Arif pun mengambil kerupuk dan sambal ke piring nya.
"Sambal ini lagi, apa kau tak bisa membuat sambal yang di ulek sendiri, sampai kapan kau akan meracuni ku dengan sambal kalengan seperti ini, apa kau tidak tau kalau sambal ini ada bahan pengawet nya, dasar pemalas."
Deg,.. Dada Mia terasa sangat sakit bagai di hantam batu besar, tanpa terasa airmata mulai menumpuk di pelupuk matanya.
"Maaf mas, aku pikir kau sangat menyukai sambal ini, karena selama ini kau selalu memesan sambal ini jika makan." Lirih Mia berusaha menahan air mata yang hendak berjatuhan.
"Biasanya kalau aku bikin sambal , mas gak suka dam malah meminta sambal botolan ini." Mia berusaha membela diri.
"Berati sambal bikinan mu tidak enak, makanya kamu belajar bikin sambal yang enak seperti.." Arifin segera merapatkan mulutnya hampir saja dia keceplosan membandingkan Mia dengan Hesti yang memang jago memasak.
"Seperti apa mas?" Mia mulai terpancing emosi menyadari sikap aneh suaminya.
"Yah.. seperti sambal ini." Kilah Arif dan kemudian melanjutkan makan nya .
"Sudah lah ayok makan, kau merusak selera ku saja, lihat tuh anak anak jadi pada berhenti makan gara gara kamu.!" Mia memilih diam, dan duduk di samping suaminya menemani ketiganya makan karena Mia sendiri sudah tak berselera untuk makan.
"Mamah kok nggak makan?" Ucap Dila pada Mia. Sedangkan Raja dalam diam melirik sang ayah dengan tatapan tajam.
"Mamah sudah kenyang sayang, tadi mamah makan di toko." Ucap Mia berbohong.
Usai makan anak anak pun duduk di ruang keluarga menonton film kartun kesukaan mereka sebelum mereka tidur siang. Sedangkan Mia membantu asisten rumah tangga nya kebersihan meja makan.
"Mbak Asih, Ajarin saja bikin sambal terasi yang enak yah.?" Ucap Mia pada Asih.
"Loh, ibuk ini aneh aneh saja, Sambal terasi bikinan ibuk itu sudah yang paling enak kalau menurut saya buk, lagian semua masakan yang saya masak itu belajar dari ibuk, bagaimana mungkin ibuk belajar bikin sambal dari saya " Asih menggeleng kan kepalanya merasa lucu dengan permintaan majikannya itu.
"Tapi kenyataan nya, suami saya tak pernah menyukai sambal bikinan saya mbak asih, lagi pula ini pertama kalinya suami saya meminta saya membuat sambal jadi saya harus berusaha supaya dia suka" Suara itu begitu lembut dan lirih seakan tak terdengar namun asih mendengarnya dengan sangat jelas, walau majikannya itu selalu tersenyum namun asih menyadari setiap senyuman dan tawa majikannya itu hanya untuk menutupi kesedihan hatinya.
"Saya yakin bapak pasti akan sangat menyukainya buk, hanya saja selama ini bapak selalu minta sambal botol, tapi sekali saja bapak mencicipi sambal buatan ibuk, asih yakin bapak akan sangat ketagihan." Asih berusaha menghibur majikannya itu.
"Dek, kamu merasa papa aneh gak sih?" Ucap Raja pada Dilla saat mereka menonton film kartun kesukaan mereka.
"Aneh gimana bang?" Tanya Dilla polos.
"Selama ini kan papa tidak pernah marah sama mamah, apa lagi gara gara sambal, Tapi tadi papa kelihatan sangat marah." Dilla menatap abang nya itu sambil mengangguk anggukkan kepalanya.
"Iya juga sih bang, papah kan selalu minta sambal botol, kok tadi tiba tiba papa minta mamah masak sambal yang enak yah." Dua bocah itu pun diam sesaat.
"Humm ini gara gara sambal terasi itu, kelihatanya adek harus belajar bikin sambal terasi agar papa gak marah marah sama mamah lagi." Dilla mengetuk ngetuk jari telunjuknya pada dagunya seolah berpikir keras.
"Halah.... dasar bocah, makan aja minta di suapin sok sok mau belajar bikin sambal, sambal bikinan mamah tu udah paling enak , hanya saja selama ini papah belum pernah mencicipinya" Ucap raja sambil melemparkan bantal oke wajah adiknya.
"Isss abang, ?" Dilla melempar balik Raja namun meleset karena Raja dengan sigap berlari ke kamarnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!