NovelToon NovelToon

Revenge Destiny

Bab 1

Hai semuanya. Buku ini project bersama aku sama temen ya. Semoga suka. Like komen dan berikan dukungannya ya kak. Terima kasih.

“Mmmhhh … pelan-pelan ….” Suara \*\*\*\*\*\*\* wanita terdengar sekilas dari dalam kamar utama yang ada di dalam rumah mewah ini.

Jane yang baru saja memasuki rumah tersebut pun jadi menghentikan langkahnya. Dia merasa penasaran dengan suara \*\*\*\*\*\*\* yang terdengar begitu jelas di telinganya.

‘Siapa itu? Apa Nyonya Alexa sudah pulang?’ batinnya mempertanyakan keadaan saat ini.

Jane yang merasa penasaran pun jadi mendekat ke asal suara. Dia merasa aneh karena seharusnya jam segini majikannya itu belum pulang ke rumah.

Namun ketika Jane melintasi kamar utama—di mana suara itu berasal, Jane malah dikejutkan dengan pemandangan yang mencengangkan.

"Astaga! Nyonya Alexa?? Tuan Jacob?? Apa-apaan mereka?!" pekik Jane sambil menutup mulutnya.

Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya saat ini. Rasanya benar-benar terkejut ketika menyaksikan sendiri majikannya itu sedang beradu mesra dengan saudara sepupu dari suaminya sendiri.

Jane memang merupakan seorang asisten rumah tangga untuk Alexa dan Xavier. Meski dia jarang melihat kedua majikannya itu bersikap mesra. Tapi dia tidak menyangka jika ternyata Alexa malah berselingkuh dengan Jacob yang tak lain dan tak bukan adalah saudara sepupu dari Xavier—suami Alexa.

Saking kagetnya saat menyaksikan hal ini, Jane jelas jadi panik sendiri. Dia buru-buru hendak pergi dari depan kamar tersebut. Tapi sayangnya, Jane malah tidak sengaja menyenggol vas bunga hingga jatuh dan pecah.

Suara kerompyangan tersebut sontak membuat Alexa dan Jacob yang sedang asik beradu mesra di dalam kamar, jadi tersentak kaget. Mereka berdua pun juga jadi panik dan refleks memisahkan diri.

“Siapa itu?” teriak Alexa yang berusaha memastikan kembali sosok yang berada di depan kamarnya saat ini. Sayangnya, pertanyaannya barusan tidak mendapatkan jawaban.

Jane yang masih merasa bingung, tidak tahu harus bertindak apa. Dia merasa ragu untuk segera kabur, atau harus membersihkan kepingan vas bunga ini terlebih dulu atau tidak.

Karena tak mendengar jawaban atas pertanyaannya barusan, Alexa pun buru-buru merapikan bajunya kembali yang sempat terbuka.

Lalu ia dan Jacob segera bergegas keluar dari kamar tersebut, untuk mengecek langsung keberadaan orang yang sudah mengganggu mereka berdua.

Kedua bola mata Alexa membulat saat melihat Jane di depan kamarnya. Dia jelas jadi panik, karena tak tahu jika pelayannya ini ternyata telah mengintipnya.

"Ja-Jane?? Ke-kenapa kamu di sini? Ma-maksudku … apa kamu sedang menguntit kami??” Raut wajah Alexa benar-benar terlihat panik. Dia tidak menyangka akan ada Jane di dalam rumahnya saat ini. Padahal sebelumnya dia yakin, jika di rumahnya tidak ada orang.

“Bu-bukan Nyonya … Sa-saya … ti-tidak bermaksud melakukan itu … Tadi itu … tidak sengaja,” jawab Jane dengan ketakutan.

Wanita ini pun terus menundukan kepala kepalanya dan tak berani memandangi wajah majikannya. Dia benar-benar merasa bersalah atas ketidaksengajaan ini.

Merasa emosi dan ketakutan sendiri, Alexa pun langsung melampiaskan amarahnya pada wanita di hadapannya itu. “Dasar tidak sopan! Berani-beraninya kamu mengintip seperti ini!”

Plak!

Tamparan keras dari tangan Alexa pun kini dilayangkan ke pipi Jane. Dia masih tak habis pikir, jika asisten rumah tangganya mengetahui tentang perselingkuhannya barusan.

Sesungguhnya, hal tersebut membuat Alexa begitu ketakutan, sampai dia melakukan hal kasar seperti ini, untuk membuat Jane diam.

Tapi tak disangka, Jane yang merasa bahwa apa yang dilihatnya tadi adalah perbuatan salah, kini malah sengaja menegur majikannya itu.

“Ma-maaf bila saya tidak sopan Nyonya. Tapi saya rasa … tindakan Nyonya barusan itu salah! Tidak seharusnya Nyonya mengkhianati Tuan Xavier!" ucap Jane dengan perlawanannya.

Meski pipinya terasa begitu panas dan sakit usai menerima tamparan Alexa barusan, nyatanya Jane tetap saja mengungkapkan hal yang menurutnya salah itu.

Dia bermaksud menegur Alexa, supaya wanita itu segera sadar bahwa apa yang barusan dilakukannya dengan Jacob itu tidak sepantasnya dilakukan.

Jelas mendengar ucapan Jane barusan, membuat Alexa merasa tak terima. Dia hendak melayangkan tamparannya lagi, namun segera dicegah oleh Jacob.

“Lepaskan aku! Pelayan ini benar-benar tidak sopan!!” seru Alexa berusaha memberontak.

Jacob melepaskan cengkraman tangannya dari pergelangan Alexa. Dia lalu tiba-tiba meraih wajah Jane dengan kasar, dan mencoba mengancamnya.

“Seorang pelayan sepertimu, tidak berhak ikut campur urusan majikannya! Jadi sebaiknya kamu diam!” tegas Jacob dengan sikap dingin dan tatapan tajam.

Hal ini jelas membuat Jane jadi bergidik sedikit ketakutan. Dia tidak menyangka akan mendapatkan ancaman seperti ini.

Namun mengingat Xavier yang begitu baik padanya, Jane merasa tidak tega. Dia pun membulatkan niatnya, untuk melaporkan perbuatan busuk istrinya pada pria tersebut.

"Tuan Xavier berhak tahu apa yang sudah kalian lakukan di belakangnya!" tukas Jane tegas, sambil menepis tangan Jacob dari wajahnya.

Wanita itu segera mengeluarkan ponselnya untuk menelpon Xavier. Jacob jelas langsung mencegah niat wanita ini. Dia dengan cepat meraih ponsel milik Jane, dan membantingnya begitu kasar di lantai, hingga membuat benda itu rusak berantakan.

“Kamu pikir bisa melakukan hal seenakmu?! Jangan mimpi!” sentak Jacob dengan wajah yang sudah berubah merah padam, terlihat begitu emosional.

Jane semakin gemetaran, apalagi melihat ponselnya yang hancur di hadapannya. Hanya saja, Jane tetap berusaha untuk menenangkan diri, tak ingin mengalah begitu saja.

Tanpa berkata-kata lagi, Jane memilih untuk pergi dari hadapan kedua orang ini, melarikan diri meninggalkan tempat tersebut.

“Hei! Mau ke mana kamu?!” teriak Alexa yang berusaha memanggil Jane kembali. Dia hendak mengejar wanita itu, tapi sayangnya, lagi-lagi Jacob mencegahnya.

“Tenang saja, dia tidak akan berani berbuat apa-apa,” ucap pria ini menenangkan wanitanya.

“Apa kamu tidak lihat tadi? Jane berniat untuk memberi tahu hubungan kita pada Xavier! Kita harus mencegahnya! Aku tidak mau Xavier sampai tahu tentang hubungan kita! Aku tidak mau pisah dengannya! Aku masih ingin bersamanya!” Alexa menyentak, terlihat begitu panik dan frustasi.

“Sudahlah! Tenang dulu! Aku yakin pelayan kurang ajar itu tidak akan berani mengatakan apa-apa tentang hubungan kita pada Xavier. Lagi pula, Xavier juga tidak akan mudah percaya dengan pernyataan wanita itu kan? Dia bahkan tidak punya bukti apa-apa,” ujar Jacob dengan santainya.

Mendengar hal ini, kepanikan Alexa pun jadi sedikit mereda. Dia merasa percaya pada Jacob, dan memilih untuk membiarkan Jane pergi dari rumahnya begitu saja.

\*\*\*

‘Lihat saja. Akan aku pastikan, Tuan Xavier mengetahui hal ini!’ batin Jane mempertegas niatnya.

Jane terlihat masih berjalan ke luar dari rumah mewah milik majikan, dan berniat untuk segera menemui Xavier langsung di kantornya.

Meski dia tahu bahwa sikapnya kali ini terlalu lancang, tapi menurutnya Xavier tetap harus segera tahu bahwa istrinya mengkhianatinya.

Wanita ini segera bergegas menghentikan taksi untuk segera mempercepat waktu menemui majikannya itu. Tapi sayangnya, saat Jane baru saja hendak menaiki taksi tersebut, tiba-tiba saja dia dibekap oleh beberapa orang yang menghampirinya.

“Mmmphh!! Lepaskan aku!! Mpphhh!!” Jane berusaha melawan, tapi sayangnya pria yang sedang membekapnya ini lebih kuat tenaganya.

Jane kemudian diculik, dan dibawa masuk ke dalam mobil van hitam. Dia masih saja dibekap, lalu mulutnya dibungkam dengan kain dan kedua tangan serta kakinya pun diikat kencang.

Orang-orang ini bahkan sengaja menutupi kepala Jane dengan kantong kain hitam, supaya membuat Jane tidak dapat melihat apapun selama perjalanan.

Mereka kemudian membawa Jane ke sebuah pantai yang cukup jauh dan terlihat masih sepi dari pengunjung. Bahkan tidak ada satu penduduk pun di sekitaran sana.

Sesampainya pantai itu, mereka langsung mengeluarkan Jane dari dalam mobil dan mempersiapkan kantong mayat untuk membungkus wanita tersebut.

Jane masih saja berusaha memberontak dan melawan. “Mmpphh!! Siapa kalian sebenarnya?! Kenapa melakukan hal ini padaku??!” teriak wanita ini dengan suara yang terdengar tak jelas.

“Diam kamu! Mulai sekarang, tidak akan ada seorang pun yang bisa menyelamatkanmu!” ujar salah seorang pria yang langsung memasukan Jane ke kantong mayat.

Para pria ini segera mengangkat Jane yang berada di kantong mayat, lalu mereka pun segera membawanya ke sekoci kapal, dan sengaja melemparnya ke tengah laut.

Jane jelas panik. Dia bahkan tidak bisa melepaskan diri. Air laut pun masuk ke dalam kantong mayat tempatnya berada.

‘Tidak … aku tidak boleh mati!! Aku tidak mau mati!!’ teriak Jane dalam batinnya.

Jane terus berusaha memberontak, mencoba melepaskan diri dari tali yang mengikatnya. Sayangnya, nafas wanita ini semakin menipis. Kesadaran Jane pun jadi semakin menjauh.

‘Tidak … jangan mati … aku … aku harus memberi tahu Tuan Xavier …’ masih saja wanita ini memikirkan apa yang hendak dia lakukan.

Namun, lama kelamaan, pandangan mata wanita ini semakin buram. Perlahan Jane memejamkan mata. Lalu semua, kini jadi menggelap.

Bersambung…

Bab 2

Jane terbangun karena sinar matahari yang menembus menyilaukan matanya. Tangannya reflek terangkat untuk menutup wajahnya dari sinar mentari tersebut.

Namun pandangannya jatuh pada tangannya sendiri. Entah kenapa dia merasa aneh dan tampak tidak mengenali tangannya sendiri. Tangannya memiliki kulit lembut dan lebih putih dari biasanya.

Karena merasa aneh, Jane pun berusaha mengumpulkan kesadarannya. Dia kemudian segera bangun dan terduduk menatap tangannya yang masih direntangkan di hadapan wajahnya.

‘A-ada apa ini? Kenapa … tanganku jadi seperti ini?” batin Jane dengan kepanikan yang mulai menyelimuti dirinya.

Jane pun mulai meraba wajahnya yang terasa begitu lembut, dengan pipi yang lebih tiru. Rambutnya yang menjuntai di pundaknya pun juga tampak wangi, halus, seolah terawat dengan baik, beda dengan sebelumnya.

Semua terasa berbeda dan asing. Meski Jane bisa merasakan nyeri pada luka lebam di kaki dan tangannya serta ada beberapa bagian yang diperban, tapi tetap saja Jane merasa bahwa tubuh ini bukanlah tubuhnya yang biasanya.

Jelas hal ini membuat Jane tercengang sesaat. Dia merasa begitu yakin bahwa ini bukanlah tubuhnya, karena semua yang dia lihat dan rasakan berbeda sekali dengan sebelumnya.

Jane memandangi ruangan ini. Terlihat seperti ruangan VVIP rumah sakit mahal. Bahkan Jane tidak tahu sebenarnya dia ada di mana saat ini.

Karena semakin penasaran dengan keadaan kali ini, Jane pun memutuskan untuk segera bangkit turun dari kasur dan berjalan menuju ke cermin yang ada di kamar ini.

Betapa terkejutnya Jane ketika menyaksikan dirinya di depan cermin tersebut. Matanya terpaku, mendelik tak percaya melihat sosok di dalam cermin yang ada di hadapannya. Dia benar-benar tidak mengenali sosok yang ada di cermin tersebut.

“A-apa yang terjadi denganku? Kenapa … aku … berbeda??” ucapnya terkejut bukan main.

Jane bahkan merasa tidak mengenali wajah yang ada di cermin tersebut. Dia benar-benar merasa asing. Sulit baginya mempercayai apa yang dilihatnya kali ini.

“Tidak mungkin … itu aku kan?” Jane meraba-raba wajahnya sendiri. Dia pun meraba cermin di hadapannya, memastikan kembali apa yang dilihatnya sekarang.

Sungguh, baginya ini benar-benar tak masuk akal. Jane terdiam. Dia berusaha untuk mencerna ini semua. Rasanya sulit baginya memahami hal ini. Bagaimana mungkin dirinya terlihat berbeda, seperti wujud orang lain seperti ini?

Jane jelas kebingungan. Dia berusaha menemukan jawaban atas keadaannya ini, dan memutuskan untuk segera keluar dari kamar rumah sakit ini.

Baru saja Jane hendak membuka pintu kamar ini, tiba-tiba saja terlihat wanita yang dia kenal sebelumnya. Wanita itu pun nampak terkejut melihatnya ketika mereka berpapasan.

“Astaga Vanessa! Mengagetkanku saja!” seru wanita itu sambil mengatur nafasnya.

Jane mendelik, lalu mengerutkan keningnya. ‘Vanesa? Siapa itu?’ batinnya mempertanyakan ucapan wanita di hadapannya itu.

Wanita itu pun tiba-tiba memeluk tubuh Jane. “Ya ampun Vanesa, aku benar-benar takut sekali kamu kenapa-napa. Tapi untung saja kamu sudah sadar. Apa kamu masih merasa kesakitan? Kamu sudah merasa baik-baik saja kan?”

Dia melepaskan pelukannya, sambil memandangi wajah Jane dengan tatapan sedih dan bibir yang menjorok ke bawah.

Jane jelas semakin bingung. Bagaimana mungkin Alexa—majikannya yang kali ini ada di hadapannya—malah memanggil namanya dengan sebutan Vanessa?

Refleks Jane pun mempertanyakan hal ini. “Apa maksudmu?” tanyanya keheranan.

Alexa malah jadi bingung dengan sikap sahabatnya itu. Dia pun berusaha memastikan keadaan wanita di hadapannya.

“Vanesa? Kamu … baik-baik saja kan? Apa kamu tidak ingat denganku?”

“Te-tentu saja ingat! Mana mungkin aku lupa padamu!” sentak Jane dengan tatapan benci.

Jane bahkan ingat betul bagaimana Alexa memaki dan menampar wajahnya. Hanya saja, dia masih bingung, kenapa wanita ini malah masih saja memanggilnya dengan sebutan Vanessa.

“Ah, untunglah kalau kamu masih ingat. Maafkan aku. Mungkin kamu kesal padaku, karena aku … tidak sengaja membuatmu dalam kecelakaan itu. Aku benar-benar minta maaf Vanessa. Waktu itu aku hanya berusaha menghindari mobil lawan, tapi tidak menyangka, malah mobilmu yang aku tabrak,” ujar Alexa yang malah mengaku dosa pada sahabatnya itu.

Jane lagi-lagi mengerutkan keningnya, mencoba memahami ucapan Alexa barusan. Alexa pun menundukan kepala, lalu malah menangis tersedu-sedu di hadapan Jane.

“Aku benar-benar bodoh! Aku sahabat tidak berguna! Padahal sebentar lagi kamu akan menikah, dan aku juga sudah berusaha mempersiapkan segalanya untukmu. Malah aku yang menghancurkannya sendiri! Bahkan aku membuatmu koma berhari-hari ini di sini. Benar-benar tidak berguna!” runtuk Alexa pada dirinya sendiri. Dia bahkan terlihat memukul-mukul kepalanya sendiri sambil terus menangis.

Jane pun jadi semakin memikirkan ucapan Alexa barusan. ‘Apa dia bilang? Kecelakaan? Koma? Sahabatnya? Apa sebenarnya maksud wanita ini? Kenapa dia bersikap seperti ini?’ batin wanita ini terus saja diselimuti rasa keheranan.

Alexa mengangkat wajahnya. Dia menatap sahabatnya yang masih terlihat bingung. Merasa ada yang ganjil dengan sikap wanita tersebut, Alexa pun berusaha memastikan kembali.

“Vanessa? Kamu … benar-benar ingat aku kan? Apa kamu bisa sebutkan namaku?” tanya wanita ini yang merasa aneh kita sahabatnya hanya diam saja dengan tatapan bingung.

Jane pun jadi gelagapan sikapnya. Dia panik sendiri, dan berusaha untuk tetap tersenyum di hadapan Alexa. “Tentu saja aku ingat padamu nyonya Al …" hampir saja Jane keceplosan karena terbiasa memanggil Alexa dengan sebutan Nyonya.

Tapi untungnya dia langsung memperbaiki ucapannya setelah melihat wajah Alexa yang kian bingung. "Maksudku Alexa. Aku memang habis kecelakaan, tapi ingatanku baik-baik saja," lanjut Jane meneruskan ucapannya.

Sesungguhnya Jane tidak tahu harus bersikap bagaimana. Tapi dia memilih untuk mengikuti alur saat ini, untuk mengetahui lebih lanjut apa yang sebenarnya terjadi.

"Syukurlah kamu masih ingat. Aku benar-benar mencemaskanmu. Sekali lagi maaf ya. Bahkan pernikahanmu sampai harus diundur beberapa hari lagi karena kamu mengalami kecelakaan seperti ini,” ucap Alexa tampak sedih dan penuh penyesalan. Dia pun menghapus air matanya, dan menggenggam tangan Jane erat-erat.

Jane yang teringat ucapan Alexa tadi, kini jadi semakin terkejut dibuatnya. “Pe-Pernikahan??” tanya Jane memastikan bahwa dirinya tidak salah dengar.

"Iya, pernikahan. Apa … kamu juga lupa dengan hari bahagiamu itu? Kamu tidak mungkin lupa dengan Xavier kan? Dia pasti kecewa jika kamu melupakan hari pernikahan kalian,” jelas Alexa yang membuat Jane terbelalak tak percaya.

'A-apa dia bilang?? Tu-tuan Xavier?? Xaviar yang aku kenal itu?? Majikanku?? Dia kan … suami … wanita ini …’ batinnya semakin gila.

Jane jelas ingin pingsan saja dibanding harus menelaah keadaan saat ini yang benar-benar tidak dipahaminya. Dia bahkan sampai menganga tak habis pikir. Pikirannya bahkan terasa mengebul karena sulit menerima hal ini.

Takdir macam apa ini? Apa iya dirinya yang baru saja sadarkan diri ini berada di dalam sosok orang lain? Lalu kenapa pula dia sahabatan dengan Alexa? Bahkan akan dinikahi oleh Xavier yang merupakan majikan pria yang begitu sempurna di matanya?? Benar-benar sulit untuk dipercaya begitu saja dengan akal dan logika.

Bersambung…

Bab 3

"Vanesa? Kenapa kamu diam saja? Kamu yakin baik-baik saja kan? Atau mau aku panggilkan dokter? Sepertinya kondisimu belum sepenuhnya pulih," ucap Alexa yang tampak semakin khawatir dengan keadaan sahabatnya yang dirasa kian aneh.

Jane yang menyadari akan sesuatu pun kini berusaha memperbaiki sikapnya. "Ah, tidak apa-apa Alexa. Mungkin karena aku baru saja sadar … jadi aku melupakan beberapa hal. Tapi … terima kasih sudah memberitahuku tentang hal ini,” ucap Jane yang kini masih terlihat memaksakan senyumannya.

“Hey! Kenapa kamu jadi bersikap formal padaku? Santai saja, aku ini kan sahabatmu. Bahkan aku akan mempersiapkan seluruh acara pernikahanmu dan memastikannya berjalan lancar. Jadi … kamu tenang saja. Istirahat yang cukup, sebelum hari pernikahanmu tiba. Oke?” oceh Alexa yang kini mengacungkan jempolnya di hadapan Jane.

Jane masih membalas dengan senyuman dan anggukan kepala. Dia masih tak habis pikir. Kenapa wanita yang akan dinikahi oleh Xavier bukan Alexa? Melainkan Vanessa, yang merupakan sahabat dari Alexa.

Rasanya tidak mungkin jika Alexa membiarkan suaminya menikahi sahabatnya sendiri seperti saat ini. Jane ingat betul jika wanita ini takut kehilangan Xavier, meski dirinya pun telah berselingkuh di belakang suaminya itu.

Berbagai pertanyaan pun kini menghinggapi pikiran Jane. Selama ini, yang dia tahu, hanya Alexa istri dari majikannya itu. Tapi tak disangka ternyata, ada wanita lain, yang bahkan wanita itu adalah sahabat istrinya sendiri.

Tak sengaja Jane menatap papan tanggal yang ada di luar ruangannya. Dia semakin membulatkan matanya, ketika tahu jika saat ini dirinya berada di masa sepuluh tahun sebelumnya dirinya terakhir kali tak sadarkan diri.

“Tanggal berapa sekarang?” tanya Jane tiba-tiba kepada Alexa.

Alexa mengernyitkan dahi, merasa bingung dengan sikap teman baiknya ini. “Ha? Maksudmu?” tanya wanita ini, yang malah bertanya balik.

“Katakan saja tahun berapa sekarang?” Jane mengulang pertanyaannya, berusaha untuk terus mendesak Alexa supaya segera menjawab.

“18 Januari 2013. Kenapa memangnya?”

Deg!

Jane baru menyadari jika saat ini dirinya telah bereinkarnasi ke dalam tubuh Vanessa di masa lampau. Dia yang niat awalnya hendak mengungkap niat buruk Alexa, kini malah merasa penasaran dengan takdir yang sedang menghampirinya.

‘Sebenarnya ada apa ini? Kenapa aku … harus mengalami hal ini?’ tanyanya dalam batin.

Alexa yang dari tadi memperhatikan sikap sahabatnya itu, jelas merasa semakin heran. Dia masih saja khawatir jika teman baiknya itu kenapa-napa.

“Vanessa? Kamu … benar-benar tidak apa-apa kan?”

“Hm??” Jane tersadar dan memandangi Alexa. “Tidak. Aku tidak apa-apa. Tenang saja Alexa, aku hanya … teringat tanggal pernikahanku,” ungkapnya sembarangan.

“Ah, iya. Xavier masih di luar negeri, dia mungkin akan kembali lusa. Jika kamu memang sudah merasa sehat, maka pernikahanmu akan diadakan hari itu juga. Bagaimana menurutmu?” Alexa berusaha memastikan kembali hal ini pada Vanessa.

Sedangkan Jane yang masih bingung tak tahu harus berkata apa lagi untuk menjawab pertanyaan wanita ini. Dia benar-benar heran.

Bagaimana mungkin di masa lalu Alexa bukan istri Xavier? Lalu siapa Vanessa ini? Kenapa dia yang akan menikah dengan Xavier? Lalu kenapa di masa depan Vanessa tidak ada? Pertanyaan tersebut terus saja terngiang di pikiran Jane.

Entah mengapa, hal ini akhirnya membuat Jane menerima takdirnya. Dia berniat untuk menyesuaikan diri menjadi Vanessa, demi mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

***

Hari bahagia Vanessa dan Xavier pun tiba. Xavier yang baru saja tiba dari penerbangannya terlihat begitu khawatir terhadap pasangannya itu.

Dia langsung memeluk Vanessa dan memastikan kembali keadaan wanita yang dicintainya tersebut erat-erat, hingga membuat Jane yang berada di dalam tubuh Vanessa, merasa terkejut dan tak nyaman dengan hal ini.

“Kamu baik-baik saja kan Vanessa?? Kamu … tidak apa-apa kan??” tanya pria ini dengan tatapan penuh khawatiran.

“I-iya … aku baik-baik saja …” Vanessa pun menjawab sambil berusaha melepaskan pelukan pria ini.

Xavier melepaskan pelukannya. “Syukurlah.” Dia merasa begitu lega ketika melihat calon pengantinnya ini terlihat begitu cantik dengan gaun putih dan make up natural di wajahnya.

Raut wajahnya yang tadinya khawatir, kini terlihat menjadi bahagia. Apalagi mengingat jika sebentar lagi mereka akan resmi menjadi pasangan suami istri yang yang sah.

“Untunglah … Aku senang kamu baik-baik saja. Aku sangat khawatir dengan kondisimu yang dikatakan telah mengalami kecelakaan dan sempat tak sadarkan diri. Aku benar-benar merasa bersalah karena tidak bisa berada di sampingmu saat itu. Semua terjadi karena ada badai panjang di London yang membuat kepulanganku harus diundur,” ucap Xavier menjelaskan kronologi keadaannya.

Pria tersebut menggenggam erat tangan Vanessa. Dia masih saja merasa begitu takut kehilangan wanita ini, jika mengingat kejadian buruk yang sebelumnya menimpa mereka berdua.

Jane yang berusaha memahami kondisi ini pun mulai memainkan perannya. Dia menepuk tangan pria di hadapannya itu, dan berusaha untuk menenangkannya.

“Tidak apa-apa. Paling tidak, sekarang sudah baik-baik saja,” ucapnya sambil memaksakan senyumannya, yang terlihat begitu canggung.

Xavier kembali mengangkat kepalanya, menatap calon pendampingnya ini. “Kamu benar. Pernikahan kita akan dimulai, jadi … mulai sekarang kita akan tinggal bersama,” sahut Xavier yang terlihat begitu senang saat membicarakan hal ini.

Sungguh mendengar hal ini, Jane jadi menyadari bahwa dirinya tentu akan melaksanakan peran sebagai istri pria ini juga. Dia bahkan masih tidak habis pikir, bagaimana mungkin dirinya malah menikahi majikannya sendiri seperti ini?

Jujur mendengar ucapan pria di hadapannya itu, Jane merasa begitu berdebar. Bahkan tatapan mata pria ini terlihat begitu dalam. Nampak bahwa pria ini begitu mencintai Vanessa.

Jane tidak menjawab apa-apa. Dia masih berusaha untuk menelaah dan menerima apa yang terjadi dalam kehidupannya ini.

Xavier kemudian menyentuh wajah Vanessa. Refleks Jane menghindarinya. Hal ini membuat Xavier mengerutkan keningnya.

“Kenapa? Apa … kamu tidak mau aku sentuh?” tanya pria ini keheranan.

Tak ingin ketahuan, Jane pun kembali memaksakan senyumannya. “Tidak. Bukan seperti itu. Aku … aku hanya merasa berdebar, karena sebentar lagi kita akan menikah,” ucap wanita ini dengan kebohongannya.

Xavier tersenyum. Dia kemudian langsung mencium kening Vanesa dengan penuh kasih sayang. Jelas hal ini membuat Jane merasa semakin berdebar. Dia belum terbiasa menerima perlakuan seperti itu. Apalagi saat ini kondisinya yang mencium keningnya adalah majikannya sendiri.

Hingga akhirnya, mereka pun berada di atas altar dan pernikahan keduanya berjalan lancar, sudah sah. Jane dan Xavier kemudian menghampiri para tamu undangan yang hadir.

Tak lama, terlihat Alexa yang sedang berjalan mendekati kedua pengantin ini sambil membawa buket bunga kecil di tangannya. Dia memberikannya kepada Vanessa dan langsung diterima oleh sahabatnya itu.

“Vanesa! Selamat!! Aku benar-benar bahagia karena kalian akhirnya menjadi pasangan suami istri. Semoga kalian berbahagia selalu. Aku tidak sabar menunggu penerus kalian,” ucap Alexa yang terlihat penuh antusias.

Jane tak paham dengan situasi ini. Dia masih saja bertanya-tanya kenapa bukan Alexa yang menikah dengan Xavier, padahal di kehidupannya yang dia jalani sebelumnya, kedua orang itu adalah pasangan suami istri.

Xavier tersenyum. “Terima kasih Alexa. Semoga kamu juga bisa segera menyusul,” ucap Xavier yang terlihat ramah pada Alexa.

“Kamu harus menjaga sahabat kesayanganku ini. Okay?” Alexa menyenggol lengan Xavier. Dia terlihat akrab dengan pria tersebut.

“Hey! Ayolah! Bukankah aku juga sahabatmu? Kenapa kamu tidak memberi tahu Vanessa untuk menjagaku juga?” sindir Xavier, sambil melirik ke arah istrinya.

Jane yang dari tadi memperhatikan masih tak paham dengan hubungan mereka berdua. Dia hanya tersenyum dan disambut dengan kekehan Alexa serta Xavier yang terlihat begitu akrab.

***

Saat malam hari, Xavier sudah bersiap untuk tempur di malam pertamanya. Jane yang masih kebingungan dengan kehidupan keduanya ini, bahkan tidak memikirkan apa yang akan terjadi pada mereka berdua di malam ini.

Sampai akhirnya Xavier mendekati wanita yang mengenakan dress satin ini. Dia memeluknya dari belakang dan mencium pundak wanita ini.

Jane bergidik. Dia terkejut dengan hal ini, dan berusaha melepaskan pelukan Xavier.

“Kenapa? Dari tadi sepertinya kamu tidak suka aku sentuh.” Xavier terlihat begitu kecewa karena merasa ditolak terus menerus oleh wanitanya.

Jane jelas merasa gugup tak karuan. Dia berusaha berpikir, untuk menghindari keadaan mereka berdua di malam pertama ini.

“Ma-maaf. Aku … sebenarnya …” Jane menelan salivanya. Dia masih kebingungan mencari alasan.

“Sebenarnya kenapa?” tanya Xavier kembali, sambil memutar tubuh wanita yang sudah sah menjadi istrinya saat ini.

Jane menatap Xavier dengan takut-takut. Sampai akhirnya dia mengatakan hal yang tak sengaja terlintas di benaknya. “Sebenarnya aku masih menstruasi. Jadi tidak mungkin kita melakukannya,” jawab wanita ini pelan.

Kekecewaan Xavier pun semakin terlihat jelas. Padahal dia sudah lama menantikan hal ini. Tapi nyatanya, keinginannya itu harus tertunda terlebih dahulu.

“Ah, begitu … baiklah. Aku paham,” ucap pria ini berusaha menerima.

Xavier kini malah meraih wajah Vanessa, sambil memiringkan wajahnya. Dia berniat untuk mencium bibir istrinya, meski malam ini tidak bisa menjamah tubuh wanitanya lebih lanjut.

Panik dengan keadaan saat ini, Jane pun langsung berteriak menghentikannya. “Tunggu!” serunya sambil mendorong dada bidang pria ini.

Xavier menghentikan aksinya. Dia kembali mengerutkan keningnya, menatap Vanessa dengan tatapan kecewa.

“Ma-maafkan aku. Tapi … ada yang ingin aku tanyakan terlebih dulu,” ucap wanita ini dengan perasaan takut.

Xavier kembali melepaskan tangannya dari wajah Vanessa. Dia mendengus kesal, dan menatap wanita ini dengan tatapan malas. “Mau tanya apa memangnya? Katakan saja,” ujar pria ini kesal.

“Mm … sebenarnya … apa hubunganmu dengan Alexa?”

Deg!

Bersambung…

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!