NovelToon NovelToon

Mutiara Hatiku

Bab 1 - Awal yang baru

Sebelum membaca Novel ini, disarankan terlebih dulu membaca novel Terjerat Rasa agar lebih memahami.

Terima Kasih🙏

*****

Berlin, Jerman.

Di sebuah ruangan operasi yang begitu dingin.

Anggita diizinkan oleh pihak medis untuk menyaksikan putri semata wayangnya bernama Nia Devira sedang melahirkan seorang bayi perempuan yang mungil, perjuangan Anggita sebagai sosok ibu, sungguh tidaklah mudah, hampir setiap hari ia harus menghabiskan waktunya mengawal ketat kondisi Nia yang tengah hamil dimana sang putri masih divonis mengalami gangguan kejiwaan yang cukup parah.

"Oek...oek...oek..." suara tangisan dari seorang bayi perempuan yang begitu keras, memecah keheningan dan ketegangan di ruangan opersi, seakan-akan ia marah ketika harus dilahirkan ke dunia yang penuh dengan pertikaian.

"Ya Allah...hiks...hiks.!" tangis haru Anggita yang tidak tertahankan, airmata itu seketika meleleh begitu saja, antara senang, sedih dan khawatir, bercampur menjadi satu, dalam menyambut kehadiran cucu semata wayangnya, dimana hari-hari Anggita yang saat itu sedang dihantui oleh perasaan buruk, layaknya sebuah teror maut yang terus menghantuinya.

Setelah melahirkan, terlihat Nia masih tergeletak lemas dan belum sadarkan diri, kedua pergelangan tangannya harus terpaksa diikat kuat pada sebuah besi bed tempat tidur operasi.

Setelah memastikan Aditama dalam tahanan selama lima tahun, Anggita resmi pindah membawa sang putri ke Jerman dalam rangka pengobatan terapi kejiwaan yang lebih intensif, sementara keluarga Deny Sulaiman sendiri tidak mengetahui jika Nia Devira tengah hamil, Anggita dan Aditama merahasiakan kehamilan Nia bahkan sampai dengan melahirkan seorang bayi perempuan, bayi jelita itu tentunya sudah jelas hasil dari hubungannya bersama sang suami yaitu alm. Frans Albar.

Aditama sudah sepakat bersama sang istri untuk merahasiakannya dari Keluarga Deny, mereka tidak ingin cucu satu-satunya itu kelak akan direbut paksa oleh keluarga Frans yang memang juga menginginkan keturunan dari Frans Albar. Mereka juga tidak perduli apakah sang cucu dari daging Frans ataupun pria lain.

Aditama sendiri masih menjalani proses hukuman tahanan, mendengar kelahiran sang cucu pada hari itu, ia begitu bahagia dan sangat terharu dalam mata berkaca-kaca, Aditama kembali bersemangat untuk hidupnya yang sudah mulai terpuruk, ia sama sekali tidak menduga jika akhirnya ia bisa memiliki seorang cucu mengingat sang putri sudah dinyatakan sulit untuk bisa kembali normal.

Selama badai masalah yang menghantam keluarga Aditama, pria paruh baya itu sudah tampak lebih mendekatkan diri kepada yang Maha Kuasa, ia sudah terlihat rajin menjalankan ibadah selama dalam tahanan.

*

"Bayinya berjenis kelamin perempuan, dia cantik sekali" puji sang Dokter menyerahkan putri Nia Devira itu dalam balutan kain yang tebal, bayi yang terlihat masih merah dan sudah dibersihkan, sangat lucu dan menggemaskan, sebuah pemandangan yang membuat Anggita tak jemu-jemu untuk memandangnya, ia seperti kembali mengurus anak perempuan.

Dalam tangan bergetar, Anggita menggendong sang cucu tercinta, perasaannya sangat bahagia.

"Terima kasih Ya Allah, dalam kepahitan cobaan ini engkau masih memberikan anugerah terindah, sehingga aku masih memiliki kesempatan untuk tersenyum menggendong seorang cucu!" ucap haru Anggita.

Melalui video call, Aditama terpaksa melantunkan suara azan di telinga sang cucu melalui via ponsel mengingat dirinya yang masih dalam tahanan, dalam suara parau sedikit bergetar, Aditama melantunkan gema suara azan yang merdu, tanpa terasa Airmatanya menetes.

*

Di dalam ruangan bayi, perlahan Anggita menggendong dengan kasih sayang, akhirnya si bayi mulai tertidur di gendongan sang nenek. Menatap wajah suci nan mungil jiwa istri Aditama itu kembali mekar bersemangat

Nia Devira dan putrinya harus segera dipisahkan dari anaknya, mengingat kondisi kejiwaan ibunya yang tidak normal.

Anggita menatap sedih wajah cucunya itu, memperhatikannya sampai tertidur pulas setelah mendapatkan susu formula dari seorang suster.

"Kasihan sekali, cucuku tidak bisa mendapatkan ASI, sabar yah sayang, Oma akan selalu menjagamu, ada untukmu!" Anggita menyentuh halus balutan kain bayi itu lalu mengusap-usap kepalanya.

*

"Tlililit!" ponsel Anggita berbunyi dari Aditama Lukman.

"Sudah dua hari ini, bagaimana dengan si kecil?"

Anggita menunjukkan kondisi cucu mereka yang sedang tertidur pulas.

terlihat Aditama dalam mata yang berkaca-kaca menatap terus ke arah ponselnya, terlukis di wajah pria itu, rasa haru sedih, senang bercampur menjadi satu.

"Bagaimana kondisi Nia?"

"Dia masih dalam ruangan isolasi, tapi kondisinya baik-baik saja, Mas."

"Syukurlah!"

"Apa Mas sudah tau siapa nama cucu kita? tanya senang Anggita.

"Namanya MUTIARA MIKHA ADITAMA!"

"Sebaiknya jangan pakai Aditama, Mas! Takutnya keluarga Deny akan bertanya-tanya, Meraka pasti curiga!"

"Aku tidak perduli!" ucap Aditama yang begitu bangga akan kelahiran sang cucu sehingga harus menyematkan namannya disana.

*

6 Bulan berlalu

Singapura,

Kehidupan dunia sama persis dengan sebuah putaran roda yang bulat, dimana bagian bawah bisa di atas dan yang di atas akan ke bawah.

Kehidupan sulit Aditama berbanding terbalik. dengan kehidupan Ryan yang semakin melambung tinggi dan semakin jaya bersama Woong Group. Ryan telah mendapatkan semua yang dia inginkan.

*

Di dalam kamar terlihat Ryan sedang bermain dengan seorang bayi laki-laki tampan bernama;

Bastian Enzo.

Bayi itu tidak lain adalah putra pertama hasil buah cintanya bersama Adinda Aira.

Bayi lelaki itu sudah berusia 8 bulan, ia lebih dulu lahir dari cucu Aditama yaitu Mutiara Mikha.

*

Di dalam kamar, tampak Ryan menyempatkan diri dengan bermain bersama anaknya, Ryan sendiri sangat menyukai sosok anak-anak kecil.

Terlihat baby Bastian tertawa sumringah dengan wajah jelek yang ditampilkan oleh sang Papa.

Keduanya suka bergulat bersama, Adinda tampak hanya geleng-geleng kepala melihat keduanya.

Ryan menarik tangan Adinda dan menyeretnya naik ke atas kasur, Keluarga kecil yang cukup bahagia.

Ryan langsung menciumi tubuh Adinda yang sudah harum.

"Mas kamu apa enggak malu, Bastian liatin kita!" bisik Adinda.

Seketika Ryan langsung menoleh kearah anaknya, ternyata benar, mata besar Bastian menatap besar ke arah sang Ayah. Seolah-olah ia marah melihat ibunya sedang diplintir-plintir.

"Apa kamu cemburu...Iyah cemburu!" ucap gemes Ryan.

Tidak berapa lama Bastian menunjukan wajah jeleknya lalu terdengar suara-suara keras dari balik bokongnya tepatnya di dalam sangkar popok.

"Prout...Prout...Prout!" (Bastian BAB)

"Waduh!" ucap kaget Ryan.

"Ahahahaha" Adinda tertawa terbahak-bahak.

*

"Sayang kita lanjut anak yang kedua!" bisik Ryan setelah Bastian tertidur pulas.

"Hah🥴🥴🥴 Ba...belum juga ada setahun Mas, sudah di bombardir lagi!"

"Hehehehe! biar rame sayang, kasihan Bastian dia pasti kesepian!"

🙂🙂🙂

*

Ryan yang lagi enak-enak bermesraan dalam cahaya lampu remang-remang, terkejut hebat melihat Bastian terbangun dan sudah melakukan aksi jahil dengan memanjat pembatas tidurnya, sungguh anak yang lincah dan super aktif tidak seperti bayi pada umumnya.

"Maaaaaas!" jerit Adinda orang pertama yang melihat 😱😱

Sontak Ryan kalang kabut bergegas menangkap dan memeluk Bastian.

Jantung mereka seakan-akan hampir lepas, bagaimana tidak jika tidak segera di angkat maka Bastian akan segera meluncur ke bawah.

"Kamu makan apa sih waktu ngidam?" ucap Ryan.

"Makan apa?" ucap heran Adinda.

"Kepiting atau jangan-jangan laba-laba, Bastian jadi bisa jadi spiderman begini!" ucap Ryan.

"Kamu yang terlalu jahil, makanya anak kamu dua kali lipat kejahilannya!" jewer Adinda.

"Aw...!" Ryan meringis.

*

Kosongnya kepala kepemimpinan di Perusahaan Aditama Group serta berubahnya para anggota setia menjadi pengkhianat yang menjijikkan, membuat Perusahaan besar itu kian lama semakin mulai runtuh, inflasi keuangan menurun drastis bagai terjun payung. Hal ini menjadi sesuatu yang sangat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Tidak ada pengganti Aditama yang mampu mengendalikan serta meredam aksi para pengkhianat perusahaan. Hal ini pernah ditakuti oleh Lim Woong ketika ia sudah divonis sakit, Jika ia tidak segera menarik Ryan kembali maka nasihat juga akan sama seperti Aditama Lukman.

*

*

*

Mohon dukungannya yah guys🙏🙏

Bab 2 - Generasi berganti

Angin bertiup dari arah timur ke barat, mengisahkan perjalanan hidup seseorang telah selesai dan berganti dengan generasi yang baru.

Khaliza Rahmah adalah sosok wanita Sholehah dan ibu yang sangat berjuang untuk keluarganya, ia tutup usia di umur 62 tahun, menyusul sang suami yang telah lebih dulu pergi, wanita itu meninggal dalam raut wajah yang manis dan sangat cantik ketika pulang menghadap sang ilahi.

Ryan Alaska menempatkan tempat terakhir ibunya tepat disebelah makam sang Ayah, ia berencana akan menyatukan batu nisan keduanya, melambangkan sebuah cinta sejati yang tidak akan pernah terpisahkan oleh apapun dan untuk selama-lamanya.

"I Love u Mom, I Love You Dad and I miss you all!" ucap Ryan meneteskan air matanya, ia begitu bangga memiliki orang tua hebat seperti mereka.

Taburan-taburan bunga yang cukup cantik harum mewangi membalut makam Khaliza. Terlihat Adinda memeluk sang suami yang cukup sedih namun mereka terlihat ikhlas. Ryan juga berhasil membahagiakan ibunya di akhir hayatnya.

*

23 Tahun kemudian, waktu ibarat kita sedang mendengarkan sebuah lagu favorit, begitu cepat berlalu.

Ryan Alaska dan Adinda Aira melahirkan tiga orang anak yaitu dua lelaki dan satu anak perempuan.

Ryan Alaska dan Adinda Aira masih menetap dengan keluarganya di kota Singapura, ia akan mengirimkan putra sulungnya bernama Bastian Enzo Woong untuk ditempatkan di kota Jakarta sebagai pemimpin utama Perusahaan besar dalam naungan PT Woong Asian Group.

Bastian Enzo sudah ditempah untuk menjadi seorang Pemimpin yang sangat handal, walaupun begitu, ia masih dalam pengawasan seseorang kepercayaan Woong bernama Jin Hui yang sudah lebih dulu menetap di Jakarta untuk membantu Ryan Alaska, Jin Hui dan beberapa pengawal diperintahkan untuk mengawasi dan melindungi serangan tidak terduga dari Bastian Benzo selama tinggal di Jakarta, Jun Hui memiliki kemampuan banyak bahasa salah satunya bahasa Indonesia.

Bastian Enzo sudah menyelesaikan pendidikan Magister (S2) jurusan Master of bisnisnya di kota Berlin, Jerman. Ia berhasil membawa beberapa piagam penghargaan lainnya sebagai mahasiswa berprestasi. Bastian sendiri ingin melanjutkan pendidikan S3 nya namun Ryan sudah mendesak memerintahkan putranya itu agar segera menuju kota Jakarta yang sudah sangat membutuhkan dirinya.

Bastian Enzo yang terkenal tampan, cerdas, sangat tegas, namun sedikit tengil, hal ini membuat Ryan Alaska percaya kepada putra sulungnya itu, akan mampu membawa kejayaan lebih pada Perusahaan mereka dan menjadi tangan kanan sang Ayah dalam memimpin Perusahaan turun-temurun mereka. Woong yang terkenal dengan kekayaannya, setiap generasi yang lahir langsung menjadi crazy rich dan dipercaya sulit jatuh miskin.

Bastian Enzo sangat suka traveling keliling dunia, bermain basket, berenang serta olahraga lainnya. Kesempurnaan yang ada pada Bastian membuat banyak sekali wanita tergila-gila padanya bahkan memburunya terus menerus, sampai pria itu terlihat bosan dan kewalahan namun satupun tidak ada yang menarik di hatinya kecuali sebagai mainan semata.

Ryan dan Adinda tidak ingin menjodohkan anak-anaknya, mereka berhak memilih pasangannya hidup mereka masing-masing dengan syarat minimal wanita yang dinikahi harus memiliki standar pendidikan.

Bastian terlihat mulai menyusun pakaiannya, ia akan berangkat menuju kota Jakarta tempat kelahiran Ibunda dan Oma tercintanya.

Sebelum meninggalkan kota sejuta kenangan itu, Bastian mengadakan party kecil-kecilan bersama teman-temannya. Banyak teman wanitanya yang menangis dengan keputusan pindahnya seorang Bastian.

"Selamat tinggal Berlin!" gumam Bastian menatap langit senja di kota Berlin dalam bahasa Jerman.

*

Beralih pada sebuah kisah seorang gadis muda bernama Mutiara Mikha Aditama. Kehidupannya berbanding terbalik dengan Bastian Enzo, Jika Bastian adalah seorang pangeran si pewaris tahta, Mutiara justru seorang cucu dari putri ternama Aditama yang jatuh miskin.

Kisah cinta segitiga orang tau mereka bahkan konflik besar yang pernah terjadi, kini telah berlalu begitu saja, tidak pernah terdengar lagi atau diangkat kembali ke media-media sosial, kasus itu benar-benar sudah di tutup bahkan hilang, namun kisah masa lalu yang terjadi tetap masih meninggalkan jejak yang belum bisa dihapus.

23 tahun berlalu, banyak sekali kisah-kisah kehidupan yang telah dilewati seorang Mutiara Mikha.

Perusahaan Aditama Grup mengalami guncangan ekonomi yang luar biasa, layaknya sebuah pesawat yang sedang mengalami turbulensi hebat kemudian terjatuh dari ketinggian ribuan kaki hingga hancur berkeping-keping.

Perusahaan yang pernah masuk menjadi TOP di Asia tenggara itu akhirnya hanya tinggal kenangan karena biaya pengobatan Nia Devira yang begitu besar namun belum juga bisa kembali normal, Hal ini membuat Aditama dan keluarga memutuskan untuk kembali pulang ke Indonesia.

Banyaknya hantaman para pengkhianat perusahaan benar-benar menyerang Aditama, Pikiran terus menyiksa sehingga membuat ia lumpuh akibat struk yang menyerang sistem sarafnya. Hanya tinggal Anggita dan Mutiara saja yang bertahan dalam kapal kehidupan mereka.

Entah sudah berapa banyak tetesan-tetesan airmata yang sudah dijatuhkan oleh seorang wanita bernama Anggita itu. kehidupan mereka sedang mengalami terjangan badai yang amat dahsyat, namun ia tetap tegar dan berjuang kuat demi membesarkan sang cucu tercinta, Mutiara Mikha.

Mutiara sendiri berhasil menuntaskan pendidikannya sebagai sarjana ekonomi, ia ingin sekali melangkah langsung mengambil Magister (S2). Namun sayang, uang pendidikannya tidak cukup, Mutiara juga sudah mencari pekerjaan tetap, namun belum ada yang cocok, Mutiara juga berpikir jika ia tidak bisa bekerja full time di sebuah perusahaan karena tidak tega meninggalkan sang nenek yang harus berjuang sendiri mengurus ibunya yang masih setengah waras, Sesekali terlihat Nia suka mengamuk, belum lagi mengurus Aditama yang lumpuh. Anggita dan Mutiara layaknya sedang mengurus bayi kolot, keuangan mereka tidak sanggup membayar gaji seorang perawat. Semua harus dijalani kedua wanita itu dengan mental baja serta kesabaran yang luar biasa.

Kondisi Nia Devira sendiri tidak lagi membahayakan orang lain, namun entah mengapa saat kambuh wanita itu sangat membenci Mutiara, gadis malang itu sering mendapatkan amukan kasar dari ibunya jika sedang kambuh, sehingga terkadang Anggita harus mengikatnya dengan rantai besi agar tidak membahayakan Mutiara, bahkan sejak dari kecil, entah sudah berapa kali Nia Devira ingin berencana membunuh mutiara

Kehidupan mereka yang sangat menyedihkan, belum lagi mendapatkan bullyan dari orang lain dan tidak mendapatkan dukungan keluarga, kondisi miskin yang memalukan itu membuat saudara dan teman hilang bagaikan ditelan bumi.

Mutiara Mikha tidak mirip dengan wajah Nia ataupun Frans, justru ia lebih mirip dengan Anggita, sang nenek yang mengasuhnya dari lahir, Anggita asli dari suku Jawa, keturunan putri keraton, maka wajah Mutiara pun mirip seperti wajah sang nenek, sangat manis tidak pernah bosan untuk dipandang, kulitnya putih bersih sama seperti sang Ayah, Frans Albar.

Mutiara sendiri tidak ingin kembali ataupun mencari keluarga sang Ayah meskipun Anggita sudah menceritakan kisah percintaan orang tuanya, Mutiara juga tidak pernah berminat untuk datang menyatakan dirinya adalah bagian dari keluarga Deny Sulaiman untuk meminta bantuan ekonomi. Identitas Mutiara tetap disembunyikan oleh Aditama dan Anggita bahwa ia adalah putri semata wayang Frans Albar.

Bab 3 - Kehidupan Keras Mutiara.

Beratnya cobaan hidup yang harus dilalui Anggita, membuat ia tidak bisa mengendalikan perusahaan dan bisnisnya lagi, karena waktu dan tenaganya sudah terkuras hanya untuk mengurus anak dan cucu bahkan suami yang ikut menyusul sakit, Anggita lebih memilih harta dan bisnisnya habis daripada kehilangan orang-orang yang ia sayangi, ditambah lagi dengan orang-orang kepercayaan Aditama yang mengkhianatinya mengambil kesempatan atas penderitaan mereka, hal ini yang menyebabkan hancurnya kejayaan Aditama Lukman dengan cepat.

Pada saat Aditama jaya, mereka lebih mendidik Nia Devira pada kemewahan dan tanpa mereka sadari hal itu justru memanjakan sang putri, untuk Mutiara, Anggita benar-benar mendidik cucunya dengan kemandirian, kerja keras, pantang menyerah, tidak boleh mengharap belas kasih orang lain ataupun bergantung kepada orang lain selagi tubuh mereka masih sehat dan bugar, Anggita belajar dari kesalahan sebelumnya, mungkin ia gagal menjadi seorang ibu namun ia tidak ingin gagal menjadi seorang nenek (Oma), begitu prinsip wanita hebat itu.

*

Setiap hari Mutiara harus bekerja keras agar terus bisa melangsungkan kehidupan mereka, sejak kuliah bahkan sampai selesai kuliah, Mutiara sudah mulai merintis bisnis berdagang sendiri seperti pakaian, kebutuhan sembako dari pasar ke pasar, alat-alat rumah tangga dan apa saja yang bisa ia jual sehingga mengahasilkan uang, namun sedihnya, setiap usaha yang ia lakukan selalu saja menuai kegagalan, begitu sulit untuk bangkit dan maju, sementara kebutuhan hidup mereka cukuplah besar, untuk mengatasi semua itu, Aditama dan Anggita terpaksa harus menjual satu per satu aset mahal yang pernah mereka miliki.

Mutiara tidak pernah putus asa, pagi-pagi sekali ia sudah berangkat ke pasar dan mulai menjual dagangannya secara online dan dor to dor agar mendapatkan hasil yang maksimal, mental keras gadis malang itu benar-benar sudah ditempa hebat, karena tidak semua anak muda seperti Mutiara mampu berdagang menemui semua karakter manusia di tengah-tengahnya keramaian, tanpa ada rasa malu dan takut di dalam pikirannya.

"Mutiara hatiku...oh Tiara, gadis cantikku, pujaan hatiku!" ucapan centil beberapa para pemuda di pasar yang suka dan sering menggodanya.

"Tiara, kamu enggak pantas berada di pasar begini sayang, lebih baik di rumah aja gih, jadi istri Abang."

"Awas...awas...awas, Jhon Lo kagak takut, Ntar diamuk sama ibu yang gila... Ahahahaha!" seruan dan tawa ejekan mereka yang begitu anggap remeh dengan kehidupan Mutiara.

Begitulah perlakuan-perlakuan jahil mereka pada Tiara, namun gadis itu hanya tersenyum tipis sudah biasa menerima, celotehan-celotehan bully an dari orang-orang yang berada disekitarnya.

Banyak lelaki yang sebenarnya tertarik dengan kecantikan Mutiara namun selalu mundur saat melihat kondisi kehidupannya yang pilu, seolah-olah tidak ingin ikut memikul beban keluarganya, meski sudah berusia 23 tahun, Mutiara tidak pernah sekalipun menjalin kisah percintaan dengan pria dan ia juga tidak berminat, ia percaya tidak akan ada pria yang mau menerima kondisi keluarganya seperti itu, karena dirinya sadar, jika kehidupannya tidaklah seberuntung gadis-gadis di luar sana. Mutiara sudah ikhlas dengan kondisi kehidupannya bahkan sudah bisa menerima jika suatu waktu ia harus menjadi perawan tua demi merawat keluarganya.

Sebagai manusia yang rapuh, Mutiara juga sering sekali menangisi nasibnya, ia begitu lelah, karena belum juga menemukan titik terang dari gelapnya perjalanan kehidupan, badai hitam itu begitu kuat mengepung dirinya. Hampir setiap malam gadis muda itu bersujud mendoakan ibunya dengan penuh lelehan airmata, berharap ada keajaiban besar dari sang ilahi agar kejiwaan ibunya kembali sembuh, meskipun semua dokter sudah menyatakan jika gangguan kejiwaan yang dialami oleh Nia Devira tidak bisa lagi kembali normal, usaha mereka hanya sebatas Nia sudah tidak lagi membahayakan untuk manusia lainnya.

Respon orang-orang di sekitar mereka bermacam ragam ada yang terus mendukung Mutiara, iba, selalu memberi semangat ada pula yang tega mem-bully nya, tergantung dari kebersihan hati manusia itu sendiri.

Tidak ada pilihan lagi bagi sosok Mutiara selain bertahan dan tetap menjalani hidupnya dengan semangat perjuangan, ia sadar jika dirinya jatuh dan lemah maka semua akan hancur dan tenggelam, Mutiara sebagai penopang terkuat di keluarga Aditama.

"Ya Allah, Berikanlah kesembuhan kepada ibuku, aku percaya, tidak ada yang mustahil bagimu, semua bisa terjadi jika Engkau telah berkehendak, aku hanya minta itu saja yah Allah, tidak ada yang lain, Jika Engkau sudah takdirkan aku tidak memiliki seorang Ayah, maka izinkanlah aku memiliki ibu yang normal, yang benar-benar menyayangi dan mencintaiku!" lelehan airmata itu mengalir deras dikedua pipi Mutiara.

Mutiara menggantikan Neneknya yang sudah tua untuk memandikan ibunya setiap hari, mulai mencuci rambutnya, memakaikan pakaian yang bagus, membersihkan kotorannya, menyuapi makan layaknya sedang mengurus balita 1-3 tahun, di waktu senggang, gadis itu juga mengajak ibunya bermain serta membawa nenek dan kakeknya jalan-jalan berkeliling dengan mobil, sampai ia mendapatkan gelar si perawat panti jompo, bagi Mutiara apapun penilaian orang lain ia tidak ingin ambil pusing, karena kebahagiaan dirinya hanyalah bersama orang-orang yang sangat menyayangi dia.

Mutiara juga memiliki rasa iri saat menemukan dimana saja pemandangan seorang ibu yang sedang memeluk, mencintai dan berjuang untuk anaknya. Ia sangat ingin itu terjadi kepada dirinya.

Doa itu tidak pernah putus dari Anggita dan Mutiara. Setiap hari mereka selalu berharap ada keajaiban besar untuk kesembuhan Nia Devira. Kondisi Aditama juga semakin membaik, hanya saja fisiknya sangat buruk, mulut dan kaki mantan sosok penguasa itu sudah tidak pada posisi normal lagi (peot) ia bisa berjalan namun harus menggunakan tongkat cabang.

*

Di depan teras rumahnya Mutiara melamun menatap langit hitam, rambut halusnya diterpa angin malam sepoi-sepoi.

"Wahai malam, ini adalah renungan gadis yang malang, Namaku Mutiara Mikha Aditama lahir dari rahim seorang wanita yang gila karena cintanya yang tidak bisa ia miliki, Apakah ini sebuah takdir atau keegoisan dari wanita yang tidak pernah bersyukur hingga orang-orang disekitarnya menjadi korban, entahlah tapi mengeluh bukanlah solusi dari segalanya."

*

Dua tahun setelah lulus kuliah, Mutiara sudah putus asa dalam menjalankan bisnisnya yang tidak bisa berkembang, untung dan modal habis untuk keperluan sehari-hari hingga ia kehilangan arah, rasa galau dan putus asa membuat Mutiara kesal setengah mati, ia ingin menjerit dan menangis, kenapa hidupnya selalu saja sial. Walaupun begitu, Mutiara tidak ingin berkeluh kesah di hadapan Anggita, karena Mutiara khawatir, Neneknya yang sudah tua itu akan sedih memikirkannya lalu jatuh sakit, justru hal itu akan membuat ia semakin hancur, karena sang nenek adalah satu-satunya manusia yang bisa diajak berbicara di rumah itu, hingga akhirnya Mutiara mencoba menenangkan dirinya dengan membuat cake, makanan kesukaannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!