Zasha Ineza Polina adalah anak tunggal dari keluarga sederhana. saat ini Inez hanya hidup seorang diri, kedua orang tuanya sudah meninggal dunia sejak ia duduk dikelas 3 SMA. rumah sederhana yang diwariskan orang tuanya sudah di ambil oleh paman dan bibinya, sebagai pelunasan hutang orang tuanya kala di rawat dirumah sakit waktu itu.
Beruntungnya Inez bukanlah anak yang manja, sehingga ia mampu menghidupi dirinya sendiri tanpa belas kasih dari orang lain. sejak orang tuanya tak ada, Inez bekerja paruh waktu disebuah cafe kecil yang ada didekat sekolahnya. Inez juga tinggal dikamar sewa yang kecil, karena uang sisa tabungannya yang ia miliki tidaklah banyak.
Setahun kemudian, Inez lulus dengan nilai yang membanggakan sekolahnya. Inez pun mendapatkan beasiswa untuk bisa melanjutkan studinya disalah satu universitas ternama dikotanya, dengan senang hati Inez menerimanya.
Demi kelangsungan hidup, Inez yang sudah memiliki ijazah SMA pun mulai menyebar lamarannya. ia tak pernah terfikir akan bekerja sebagai apa nanti, intinya selama itu pekerjaan yang baik, ia akan menerimanya. tak menunggu lama, tiga hari setelah Inez menyebar lamarannya, ia langsung mendapatkan kabar baik dari Prometheus Club Hotel.
Kemudian Inez datang ke Prometheus Club Hotel untuk interview, ia berhasil lolos dan diterima bekerja. meski hanya sebagai room attendant disana, namun Inez merasa bersyukur karena hotel itu termasuk hotel yang besar dikotanya.
***
Hampir empat tahun sudah Inez kerja diPrometheus Club Hotel, kehidupan Inez dalam ekonomi saat ini semakin membaik. karena Inez bekerja dengan giat meskipun ia juga sedang kuliah, semua rasa sedih yang ia alami tidak pernah membuat Inez jatuh terpuruk.
Saat ini Inez sedang disibukkan dengan skripsi untuk kelulusan gelar sarjana, biasanya Inez bekerja dipagi hari dan kuliah disore hari sampai malam hari. namun dikarenakan bahan skripsi yang ia buat hanya bisa dikerjakan diwaktu pagi sampai sore harinya, maka Inez terpaksa meminta pihak management
Prometheus Club Hotel untuk menukar jam kerjanya.
"Inez, kamu yakin akan menukar shift kemalam hari? saya takut kamu nanti tidak nyaman, sebab pekerja dishift malam itu hanya sedikit." Jelas Rossa sang manager, yang saat ini sedang berbicara dengan Inez dioffice Rossa.
"Inez yakin bu, sebab Inez tidak punya pilihan lain. Inez masih butuh kerja Bu." ucap Inez menundukkan kepalanya.
"Hm, baiklah Inez. saya akan mengatur nanti, yang terpenting jaga kesehatan dirimu. jangan sampai skripsimu jadi terbengkalai, karena bekerja malam." Rossa tersenyum menatap kagum pada Inez, yang terlihat kuat meski rapuh.
"Baik bu Rossa, terimakasih." ucap Inez lalu pergi dari officenya Rossa.
Keesokan harinya, Inez sudah tidak lagi bekerja dishift pagi. semua temannya bingung karena Inez tidak hadir saat mereka briefing, Lucy yang merupakan sahabat Inez ditempatnya bekerja pun tidak mengetahui jika Inez pindah shift.
Lucy sempat khawatir dengan Inez. tapi saat Rossa datang memberitahu pada supervisor housekeeping, Lucy menjadi lega mendengarnya.
"Huh! anak itu kenapa gak cerita sama gue sih kalau pindah shift malam." monolog Lucy kesal, ia merasa seperti bukan sahabatnya Inez lagi.
Setelah briefing, mereka semua mulai bekerja sesuai job desknya sendiri. Lucy ataupun Inez tidak bertukar kabar hari itu, sebab Prometheus Club Hotel saat ini sedang ada acara besar. sehingga Lucy sangat sibuk, sedangkan Inez juga sibuk dengan bahan skripsinya.
Malam harinya Inez mulai bekerja, ia mencoba membiasakan dirinya dengan situasi yang sedikit berbeda. ternyata suasana diPrometheus Club Hotel pada malam hari lebih horor dari pada pagi hari, karena bar lounge akan sangat ramai jika hari semakin malam. namun akhirnya Inez jadi terbiasa dengan shift malamnya, hal yang terpenting adalah ia harus menjaga penuh kesadarannya.
Apalagi saat para tamu yang kembali ke room mereka dalam keadaan mabuk, jika pekerja wanita tidak sadar penuh maka bisa jadi mangsanya pria hidung belang yang mabuk. hari terus berlalu, ini adalah hari ke-22 dimana Inez full bekerja dishift malam pada bulan ini.
Saat ini Inez merasa tubuhnya sangat lelah, namun karena ini adalah shift malam terakhir. Inez bertahan untuk tetap masuk bekerja, kebetulan hari ini diPrometheus Club Hotel sedang low season. Inez berfikir dirinya akan kerja lebih santai dari biasanya, kemudian ia pun mulai bekerja sesuai job desknya.
Setelah selesai, Inez kembali kepantry untuk merapihkan peralatan kerjanya dan pergi beristirahat. tetapi saat Inez akan pergi, seorang tamu pria datang menghampirinya.
"Permisi nona, bisa tolong antarkan extra handuk kekamar 901??" ucap pria itu menatap Inez.
"Ah, bisa tuan. akan saya antar segera." ucap Inez tersenyum.
Melihat senyum Inez, otak jahat si pria itu pun aktif. pria itu memberikan botol minuman jeruk yang sudah ia campur dengan obat perangsang kepada Inez. dan dengan segala rayuan pria itu pun menyaksikan Inez meminumnya, lalu ia pergi setelah Inez masuk kepantry.
Saat Inez mengambil 2 handuk bersih didalam pantry, seketika tubuhnya jadi terasa panas. dengan cepat Inez keluar pantry untuk memberikan handuknya pada pria itu, namun pria itu ternyata sudah menghilang.
"Ah iya, aku hampir lupa. tamu tadi kan minta diantarkan handuknya!" monolog Inez, lalu berjalan kekamar 901 sambil menahan rasa panas ditubuhnya.
Jarak pantry dan kamar 901 cukup jauh, Inez yang tidak kuat lagi menahan rasa panas ditubuhnya pun berlari kekamar 901. Inez mengetuk pintu kamar sesuai prosedur hotel dengan sisa kesadaran yang ia miliki, namun setelah pintu di buka Inez yang langsung melihat toilet pun menerobos masuk.
Inez menutup pintu kamar mandi dan membuka pakaiannya, lalu menyalakan shower untuk menyiram tubuhnya yang terasa panas dan gerah itu. tanpa Inez sadari, ternyata didalam toilet ada Niko yang juga sedang terangsang obat ulah dari teman-temannya.
Niko tersenyum dengan kehadiran Inez, tanpa memikirkan apapun ia langsung menikmati keperawanan yang Inez jaga selama ini didalam toilet itu. awalnya Inez memberontak sekuat tenaga dan menangis, tapi karena obat perangsang Inez pun akhirnya tak kuasa untuk ikut menikmati permainan Niko.
"Sial! kau masih perawan baby, ugh... akh..." rancau Niko sambil memainkan pinggulnya naik turun, hingga akhirnya mereka berhenti setelah mendapatkan puncaknya masing-masing.
"Thank you baby." ucap Niko mencium kening Inez, lalu Niko keluar dari toilet.
"Sial kau Niko! sudah menuntaskannya dengan gadis itu sendirian." umpat Denis kesal, menahan panas ditubuh.
"Cih! gadis itu masih disini, tuntaskan saja jika kau mau bekasku itu. selagi baru aku yang menjebol dirinya." ucap Niko jujur dengan setengah sadar.
Mendengar itu, Denis langsung masuk kedalam toilet. melihat tubuh Inez yang seksi tanpa sehelai benangpun, hasrat Denis semakin tak tertahankan. hingga akhirnya Denis ikut menikmati tubuh seksi Inez didalam toilet itu, ia pun tak perduli lagi. bahwa gadis yang dihadapannya itu baru saja terjamah oleh Niko sahabatnya, karena yang ada difikiran Denis adalah menuntaskan dengan cepat hasratnya saat ini juga.
Sedangkan Inez yang masih dalam pengaruh obat perangsang, hanya bisa mengikuti permainan lawannya hingga Inez mendapatkan puncak untuk kedua kalinya dengan pria yang berbeda.
***
Pukul 04.00 dini hari, Inez merasakan sakit diseluruh tubuhnya. ia membuka kedua matanya, lalu mendudukkan diri untuk mengumpulkan kesadarannya. betapa terkejutnya Inez, saat melihat dirinya ada diantara dua pria diatas kasur tanpa sehelai benangpun.
"Arggghhhh!!" Inez berteriak, membuat kedua pria itu terbangun kaget.
"Siapa kalian?? apa yang kalian sudah lakukan padaku?? kenapa kalian tega?" ucap Inez dengan Isak tangisnya.
"Hei, kau tak perlu berteriak! bukankah kau hanya seorang gadis yang ingin menjadi ******?!" Niko berkata tegas.
Mendengar itu, Inez jadi semakin sesak dan menangis sejadi-jadinya.
"Hei, sudahlah jangan menangis. kami akan membayar dua kali lipat dari tarif yang kau buka semalamnya, sebutkan tarifmu berapa semalam?" ucap Denis menimpali.
Inez sangat geram mendengar dua pria yang sedang menghinanya itu. ia diam menghentikan tangisnya, lalu berdiri dan menampar dua pria itu bergantian.
Plak
Plak
"Dengar! aku bukan orang seperti yang kalian berdua maksudkan itu!! kalian pria yang tidak bermoral! menjijikan." ucap Inez lantang. dengan cepat Inez memakai pakaiannya yang ia ingat ada ditoilet, lalu pergi meninggalkan kamar itu dengan perasaan yang tidak karuan.
Sedangkan Denis dan Niko hanya diam saling bertukar pandang, mereka coba mengingat lagi kejadian semalam. tapi mereka masih belum mengingat jelas, sebab efek miras yang mereka minum terlalu keras.
Lalu bagaimanakah keadaan Inez??
Pukul 07.00 pagi, Denis dan Niko baru terbangun, terdengar ketukan pintu dari orang-orangnya yang sepertinya akan melaporkan sesuatu.
"Ada apa Dave, kau berisik sekali?!" Denis membuka pintu dengan kesal.
"Maaf bos. king devil mencuri muatan senjata disevastopol tadi malam. kami berusaha mempertahankan, tapi tiga orang kita justru terluka parah bos." ucap Dave menundukkan kepalanya.
"Lantas bagaimana keadaannya orang kita saat ini??" ucap Denis khawatir.
"Sudah ditangani rumah sakit bos. tapi salah satu dari mereka ada yang butuh darah 0 negatif, dan sampai sekarang kami belum mendapatkannya juga bos." ucap Dave dengan mata memerah.
Ya, mata Dave memerah karena lelah. sejak kemarin malam ia belum dapat tidur karena harus menjaga ibu dan ayahnya yang sedang sakit, kemudian tadi malam ia mendapat kabar buruk dari pekerjaannya yang harus segera di selesaikan.
"Istirahatlah sejenak Dave. tolong kirim Steve untuk membayar dan menyelidiki latar belakang gadis yang tidur dengan kami tadi malam, selebihnya serahkan pada aku dan Denis." ucap Niko dengan santai, sambil Niko merenggangkan otot-otot ditubuhnya.
"Baik bos, terimakasih." ucap Dave lalu pergi dari kamar bosnya itu.
"Niko, untuk apa kau menyelidiki gadis yang baru saja jadi ****** itu?" Denis menatap mata Niko karena penasaran.
"Hanya ingin tahu dan memberikannya pelajaran, karena dia sudah menampar wajah kita tadi pagi." ucap Niko asal.
"Oh, aku kira kau jatuh cinta padanya." ledek Denis pada Niko.
"Cih! dia memang masih perawan saat aku jamah. tetapi dia sudah bekas kau pakai, aku tidak mungkin jatuh cinta." ucap Niko sambil menghisap rokoknya.
"Ya, ya, ya. semoga kau tidak menelan ludahmu sendiri Niko." Denis pun pergi ketoilet untuk membersihkan dirinya.
***
Pukul 09.00 Niko dan Denis sudah ada dirumah sakit untuk menjenguk orang-orangnya, diantara mereka bertiga. Jhil adalah orang yang terluka paling parah, ia membutuhkan banyak darah 0 Rh - yang sangat sulit didapatkan saat ini.
"Bos, a-ku rasa-nya sudah ti-dak ku-at." lirih Jhil dengan nafas tersengal, Nafas Jhil begitu sesak akibat luka tembak yang menggores jantungnya.
"Diamlah Jhil, jangan lakukan apapun itu yang menguras tenagamu." gertak Niko pada Jhil, agar dia bisa bertahan.
Namun Jhil tersenyum, ia memberikan cincin simbol anggota mafianya pada Niko dan berkata.
"Bos, a-ku titipkan put-ra sema-ta wa-yangku pa-damu. to-long ja-ga di-a." ucap Jhil lalu ia menghembuskan nafas terakhirnya.
"Bedebah!! lihat saja nanti Melvin, king devilmu itu akan hancur dengan caraku sendiri cepat atau lambat." monolog Denis geram dengan musuh bebuyutan.
King devil dan Moonlight adalah musuh dari kakek buyut mereka yang sampai saat ini tak pernah damai. karena sejak dulu king devil tak akan pernah merasa puas dan berhenti mencari masalah, jika mereka belum menjadi mafia yang paling ditakuti diseluruh dunia ini.
"Sudahlah Denis. kita urus pemakaman Jhil dulu, lalu kita bawa putra semata wayangnya Jhil kerumah setelahnya."
Niko kemudian berjalan menuju loket administrasi rumah sakit, disusul Denis dibelakangnya. proses pemakaman pun berjalan dengan lancar ditaman khusus pemakaman Moonlight, tak lupa Denis menjenguk makam kedua orang tuanya yang juga terkubur disana.
Sementara diseberang sana, Steve saat ini sedang bingung dengan tugasnya.
"Duh, aku kok bodoh banget ya?! dari tadi ngapain aku keliling kota buat cari itu gadis, kenapa gak aku tanya sama pihak hotelnya aja sih!" monolog Steve lalu memutar balik mobilnya menuju prometheus club hotel.
Sesampainya dihotel, Steve langsung menuju ke resepsionis untuk bertanya tentang housekeeping yang bertugas pada tadi malam dilantai sembilan.
"Maaf pak Steve, untuk lebih detailnya bapak bisa tanyakan langsung kepada pihak HRD ya pak. karena kami disini tidak memiliki informasi seperti yang pak Steve butuhkan." ucap resepsionis itu sopan.
"Kalau begitu, antarkan saya keruangan HRD sekarang." tegas Steve.
"Baik pak Steve, mari saya antarkan." resepsionis itu mempersilakan Steve.
Keduanya saling berdiam diri, hingga akhirnya mereka sampai diruangan HRD si resepsionis pamit undur diri.
***
Steve sudah mendapatkan alamat tempat tinggal Inez, bahkan ia sudah sampai dirumah kecil yang sederhana namun terasa nyaman untuk ditempati.
"Ya, benar ini rumahnya. Hm! sebaiknya aku ketuk saja pintunya kali ya?" Steve kemudian turun dari mobil dan berjalan kehalaman rumah kecil milik Inez.
Tok. Tok. Tok
Tok. Tok. Tok
Tok. Tok. Tok
Steve mengetuk pintu, tetapi tidak ada yang membukakannya. Steve mencoba menghubungi nomor ponsel Inez, tapi tidak ada jawaban juga.
"Permisi, maaf. saya mau tanya, apa benar ini rumah Zasha Ineza Polina?" tanya Steve sopan pada orang tua yang melewati depan rumah itu.
"Oh iya benar, adik siapanya Inez ya?"
"Hm, saya temannya pak. boleh saya tahu Inez kenapa gak ada dirumah ya?"
"Loh katanya teman, tapi kok gak tahu. Inez kalau gak kerja ya kuliah dik!" ucap orang tua itu heran.
"Oh, ha-ha-ha, iya saya lupa. maaf ya pak, kalau begitu terimakasih." Steve menggaruk tengkuknya yang tak gatal, lalu segera pergi menuju mobilnya.
"Dasar anak-anak zaman sekarang! belum tua sudah lupa!" gerutu orang tua itu, lalu berjalan lagi.
***
Steve saat ini sudah tiba diSochi International University tempat Inez menimba ilmu, ia mencari keberadaan Inez disana dengan bermodalkan foto yang diberikan oleh pihak HRD hotel.
Butuh waktu dua jam untuk Steve bisa menemukan Inez dihalaman gedung universitasnya yang luas, setelah Steve menyelidiki semua tentang gadis itu.
"Inez!" teriak Steve. Inez menghentikan langkahnya begitu mendengar nama dirinya dipanggil, Steve pun berlarian menghampiri Inez karena jarak mereka begitu jauh dan cuaca sangat panas.
"Maaf, ada apa tuan memanggil saya?" ucap Inez memperhatikan pakaian yang dipakai Steve, dari atas sampai bawah.
"Aku hanya ingin mengantarkan ini." Steve menyodorkan amplop cokelat.
"Itu bayaranmu, kau ini bodoh sekali! membuatku pusing, kenapa langsung pergi?? habis menjual diri pada bos besar seperti mereka harusnya ambil uangnya dulu!" ucap Steve dengan nafas tersengal, karena habis berlari.
Inez menarik tangan Steve, menaruh amplop cokelat itu dengan kasar pada telapak tangan Steve.
"Dengar! bilang dengan mereka, saya bukanlah seorang pelacur. saya dijebak dengan obat perangsang oleh orang yang sama pakaiannya denganmu tadi malam." ucap Inez menekan suaranya, membuat Steve terdiam membisu.
"Sekarang tuan bisa pergi dari sini, dan jangan pernah temui saya lagi." tegas Inez, lalu pergi meninggalkan Steve.
Steve terus terngiang-ngiang dengan ucapan Inez. "dirinya dijebak dengan obat perangsang oleh orang yang pakaiannya sama denganku, siapa ya?" monolog Steve, sambil melajukan mobilnya menuju mansion Moonlight.
Sampai dimansion, Steve ingin melaporkan semua tugasnya pada Denis dan Niko. tetapi Steve tidak menemukan mereka disana, lalu dimana mereka sekarang?
Denis dan Niko saat ini sedang berada didesa kimzha untuk menjemput putra semata wayangnya Jhil yang berusia 5 tahun. Jhil sengaja menitipkan Alvaro disebuah panti asuhan yang ada didesa kimzha, sebab panti asuhan itu adalah tempat dimana mendiang istrinya Jhil dibesarkan.
"Nik, kau yakin ingin membawa Alvaro tinggal bersama kita?" tatapan Denis serius pada Niko.
"Mau tidak mau, kita harus membawa Alvaro pulang ke mansion Denis. kita tidak mungkin bolak balik kesini untuk melihat perkembangan anak itu kan." tegas Niko membalas tatapan Denis.
"Ya, kau benar Niko. tapi dengan kita membawa dia ke mansion, apa tidak kau fikirkan keselamatannya?!" geram Denis yang tidak bisa membayangkan, jika anak sekecil itu harus mendengar suara baku hantam dan tembakan dari musuhnya Moonlight sewaktu-waktu.
"Lantas apa kau tega membiarkan dia sendirian disini, tanpa ada sosok ayah yang biasa menjenguknya Hah?! aku tahu ini sulit Denis. tapi lebih sulit lagi jika suatu hari kita berdua mati, tidak ada seorangpun yang tahu akan sosok Alvaro." Niko tersenyum getir, melihat sosok Alvaro ia seperti melihat masa lalu dirinya.
Ya. ibunya Niko meninggal dunia waktu melahirkan dirinya, lalu Niko dititipkan dipanti asuhan oleh sang ayah karena tidak ingin melihat Niko celaka. disaat ulang tahun Niko yang kedua belas, ia dijemput oleh ibunya Denis dari panti asuhan ke mansion.
Awalnya Niko berfikir akan merayakan ulang tahun disana bersama sang ayah dan teman-temannya sang ayah, tetapi kenyataannya bukan perayaan ulang tahun yang Niko dapatkan. melainkan pemakaman sang ayah dan temannya yang harus ia saksikan dihari ulang tahunnya, sejak saat itulah Niko tidak pernah lagi merayakan ulang tahunnya.
Kalian tahu siapa teman ayah Niko?? jawabnya adalah ayah Denis, keluarga mereka sudah bersahabat sejak zaman kakek buyutnya dilahirkan didunia ini. keduanya akan saling menyayangi dan melindungi meski nyawa taruhannya, karena itulah mereka berdua rela mati bersama demi melindungi orang yang dicintainya.
Satu jam kemudian, Niko dan Denis sudah bisa membawa Alvaro pulang. anak kecil itu terlihat bingung melihat dua pria dihadapannya saat ini.
"Om, dimana ayah? kata ibu, Alva mau dibawa kerumah ayah." ucap Alvaro yang terlihat lucu dan menggemaskan.
"Hm, Alva ikut sama om dulu ya... nanti om kasih tahu ayah Alva ada dimana." ucap Niko lembut pada Alvaro.
Alvaro pun setuju. ia merentangkan kedua tangannya pada mereka berdua, meminta untuk digendong. akhirnya Denis lah yang menggendong Alvaro, karena Niko masih harus mengendarai mobil mereka untuk kembali pulang.
***
Setelah menempuh perjalanan panjang, mereka akhirnya tiba di mansion pada pukul 02.30 pagi dini hari. kemudian Niko menggendong Alvaro yang sudah tertidur pulas sejak diperjalanan tadi, lalu ia membawa Alvaro untuk tidur di kamar yang sudah Niko pesan kepada pelayan mansion sebelumnya.
"Nik, apa yang akan kau katakan pada anak itu besok ketika dia terbangun dan menanyakan dimana ayahnya?" tanya Denis yang belum terlihat lelah.
"Entahlah, aku lelah Denis. sebaiknya kau juga tidur, karena besok kita akan menghadapinya bersama-sama." Niko kemudian pergi ke kamarnya sendiri untuk beristirahat, sementara Denis masih setia menatap wajah polos anak itu hingga ia ketiduran disana.
Ke esokan harinya, pukul 06.30 pagi. Denis terbangun karena mendengar isak tangis dari Alvaro yang sedang memanggil-manggil nama sang ayah didalam mimpinya. melihat masa lalu, mendiang ibu suka mengelus lembut punggungnya saat sedang menangis. akhirnya Denis pun mencoba mengelus punggung Alvaro dengan lembut, dan ternyata benar Alvaro kembali tidur dengan tenang.
"Hhm Jhil, titipanmu pada kami sangat merepotkan Jhil. kau membuat kami mempelajari yang tidak seharusnya." monolog Denis pelan, kemudian Denis keluar untuk pergi ke kamarnya sendiri.
"Apa semalam kau tidur disini Denis?" tanya Niko yang juga baru keluar dari kamarnya, karena kamar mereka semua berdekatan dilantai atas.
"Ya, tak sengaja." jawab Denis singkat.
"Hm! mandilah kau, aku tunggu diruang kerja." ucap Niko, lalu pergi.
***
Denis, Niko dan orang kepercayaannya kini sedang berada diruang kerja. meski keluarga besar mereka mafia bergerak dibidang ilegal persenjataan dan miras, namun mereka juga memiliki bisnis yang legal secara hukum. bisnis mereka bergerak dibidang teknologi informasi dan pariwisata, yang sudah memiliki banyak anak cabang dinegaranya.
Setelah mereka membahas bisnisnya, Steve langsung melaporkan hal tentang hasil penyelidikan Zasha Ineza Polina.
"Kau yakin dengan hasil penyelidikan ini akurat Steve?!" Niko mengeraskan rahang giginya, saat tahu bahwa anak buahnya Steve yang menjebak gadis itu untuk tidur dengan mereka berdua.
"Yakin bos, saya sudah mengklarifikasi juga dengan Phat. dia mengaku salah dan ingin meminta maaf pada kalian berdua bos, jadi apa boleh dia disuruh masuk juga kesini??" ucap Steve yang sedikit takut dengan bosnya itu.
Niko hanya menggerakkan kepalanya sedikit, tanda ia mengizinkannya. tak butuh waktu lama, Phat sudah ada di dalam ruang kerja itu sambil bersujud meminta maaf pada Niko dan Denis.
"Bangun kau Phat!" bentak Niko. hingga membuat semua yang mendengarnya takut kecuali Denis, Phat pun akhirnya bangun dari sujudnya sambil terus meminta maaf pada mereka berdua.
"Berapa lama kamu ikut dengan kami Phat?! Apa kau masih tidak mengerti aturan kerja kami hah?! kami memang bajingan, tapi kami tidak suka memakai cara kotor jika hanya untuk menjamah tubuh wanita. kau tahu itu Phat?!" ucap Niko keras, dengan nafas menggebu.
Denis awalnya ingin marah pada Phat, tetapi ia urungkan karena mendengar suara Alvaro menangis keras dari luar.
"Sudahlah, kau pergi saja sana. Steve bawa dia kemarkas untuk berlatih lebih keras lagi disana." ucap Denis, lalu ia keluar dari ruang kerjanya disusul Niko.
"Hmm, syukurlah kau hanya disuruh berlatih lebih keras dengan mereka Phat. hati mereka sedang luluh hari ini, jika tidak mungkin kau sudah menjadi santapan singa atau buaya mereka." ucap Steve pada anak buahnya itu.
Phat pun hanya bisa diam membisu, lalu ia mengikuti Steve kemarkas untuk berlatih lebih keras lagi dari yang lain. sedangkan Niko dan Denis saat ini disibukkan dengan seorang Alvaro yang terus saja menangis mencari ayahnya, hingga akhirnya mereka terpaksa membawa Alvaro ketaman pemakaman Moonlight untuk melihat Jhil disana.
Sesampainya disana, Alvaro baru diam dari tangisnya. ternyata ia sudah tahu jika sang ayah sudah meninggal dunia menyusul sang ibu disurga, hanya dengan melihat gundukan tanah dan foto yang terpajang dipilar atasnya.
"Ayah jaga ibu disurganya Tuhan, Ayah jangan khawatir dengan Alva. karena disini Alva sudah ada yang menjaga, itu om Niko dan om Denis. tapi ayah, apa boleh Alva memanggil mereka dengan sebutan ayah juga??" monolog Alvaro sambil meremat-remat rumput diatas gundukan tanah ayahnya.
Denis dan Niko saling melempar tatap. seolah mengerti dengan perasaannya masing-masing, mereka pun berucap dengan begitu kompak.
"Alva boleh memanggil kami ayah" ucap keduanya bersamaan. lalu tersenyum pada Alvaro, hingga membuat Alvaro menjadi senang mendengarnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!