NovelToon NovelToon

Shinta Jonathan

Awal Cerita

Selamat membaca^_^

***

Shinta Maharani Atmaja. Gadis cantik itu berambut panjang lurus dan hitam. Hidungnya mancung dan bulu mata lentik. Kulitnya putih dan bersih. Shinta memang cantik alami.

Shinta masih SMA. Ia sangat lugu nan polos. Sifatnya yang pendiam dan tidak mudah bergaul. Ia hanya punya satu sahabat yan bernama Anin.

Shinta anak tunggal dari pasangan Raditya Atmaja dan Rahma Atmaja. Papa dan mamanya sudah meninggal satu tahun yang lalu karna kecelakan.

Sekarang Shinta hanya sendiri. Hidup sendiri tak membuat Shinta berkubang dalam kesedihan. Sesekali Bibi dan Paman berkunjung kerumah. Biasanya untuk memberi uang bulanan untuk Shinta.

Kekayaan orang tuanya memang diurus oleh Paman dan Bibinya sekarang.

Selama setahun belakangan, Shinta sudah belajar mengurus diri. Shinta bisa mengerjakan pekerjaan rumah sendiri. Memasak, menyapu, mencuci dan lain - lain. Dia bisa karna terbiasa. Toh tak bisa ia merepotkan Paman dan Bibi untuk membayar ART. Karna lebih baik uangnya untuk biaya hidup dan bayar kuliahnya nanti.

Shinta nampak dewasa sebelum waktunya. Mungkin fisiknya kecil, tapi pikirannya harus berubah karna keadaan yang mengubahnya. Dia tak pernah mengeluh. Kenapa nasibnya buruk seperti ini?

***

Hari ini Shinta dirumah sendiri setelah pulang sekolah. Shinta sudah makan dan cuci piring. Sekarang Shinta sedang belajar. Membaca ulang pelajaran yang tadi diberikan guru dikelasnya.

Tiba - tiba pintu diketuk. Shinta tergopoh keluar dari kamar menuju pintu utama.

"Maaf, siapa ya?" tanya Shinta menatap heran dengan dua orang didepannya sekarang. Ia merasa takut. Tak pernah sekalipun Shinta melihat mereka.

"Kenalkan, nama saya Andrew Smith dan ini sekretaris saya Andi," kata bapak bule itu menjelaskan. Bahasa indonesianya memang agak terbata - bata.

"Ada urusan apa ya tuan kemari?" Shinta masih bertanya bingung.

"Apa ini rumah keluarga Atmaja?"

"Benar,"

"Kau pasti Shinta,"

"Iya tuan. Ada apa ya?"

Shinta bergidik takut. Wajahnya tampak mendelik melihat wajah Andrew didepannya.

"Jangan takut darling. Kami bukan orang jahat. Saya hanya ingin bertemu denganmu darling," jelas Andrew dengan senyum lebar.

"Ada urusan apa? Bahkan saya tidak mengenal tuan,"

Shinta mulai curiga meski takut belum juga hilang.

"Bisakah kita bicara didalam darling? Pembicaraan kita akan sangat penting,"

"Tidak. Maaf tuan. Saya tidak bisa mempersilahkan tuan masuk,"

terlalu berbahaya. Tidak ada orang dewasa. Kalau mereka mau menculikku bagaimana? Shinta berspekulasi.

"Oh... tapi ini penting darling. Bisa kah kita bicara didalam sebentar saja? Tidak akan lama,"

Tuan Andrew masih memaksa. Ini penting! Susah payah aku mencarimu. Aku harus menyampaikan ini. batinnya.

"Maaf Tuan. Pergilah!"

Shinta masuk kerumahnya dan kemudian mengunci pintu. Takut.

***

Tuan Andrew kesal. Sudah jauh - jauh datang malah diusir seperti itu.

Hah! Bagaimana cara mendekati gadis itu?

"Tenanglah Tuan. Pasti ada jalan," kata sekretaris Andi.

"Ya. Pikirkan jalannya. Saya pusing," Andrew mendengus kesal.

"Baik Tuan,"

Mobil itu melaju menjauh dari halaman rumah Shinta.

Saya akan kembali darling, bisik Andrew pelan.

Tuan Andrew menerawang ke dalam pikirannya. Setahun yang lalu. Dia pernah berjanji pada sahabatnya, Raditya Atmaja untuk menjaga anak semata wayangnya yang kini tinggal di kota S ini.

Rawatlah anak saya seperti kau merawat putramu. Saya akan tenang disana.

Hah... Raditya sungguh saya menyesal belum memenuhi keinginanmu. Anakmu bahkan mengusir saya. Tenanglah kau disana, akan saya urus putri kecilmu disini.

"Tuan, sudah sampai. Istirahatlah tuan. Saya akan mengantar tuan ke kamar," suara sekretaris Andi menyadarkan lamunan tuannya.

"Tidak apa- apa. Saya akan masuk sendiri,"

Andrew keluar dari mobil yang dibuka sekretaris Andi.

"Anda yakin?"

Sekretaris Andi ingin memastikan tuannya baik - baik saja.

"Apa saya harus menarik telingamu sampai putus agar kau mendengar perkataan saya tadi?" suara Andrew sedikit kesal.

Tangannya hampir meraih telinga sekretaris Andi.

"Tidak tuan. Istirahatlah tuan. Saya permisi,"

Sekretaris Andi langsung berlarian masuk ke mobil. Bisa putus telinganya kalau sampai masih berdiri disitu.

Mobil meninggalkan hotel X dikota S itu. Melaju dengan kecepatan tinggi. Sekretaris Andi takut Andrew akan mengejarnya.

Hah? Mana mungkin? Suasana hatinya sedang buruk. Pantang diganggu, batin Andi.

***

Terimakasih sudah membaca

jangan lupa like komen tip dan vote ya

nantikan terus kisah Joe dan Shinta selanjutnya

peluk cium DevaNurAna

Bertamu lagi

Selamat membaca ^_^

***

Hari ini Paman dan Bibi mampir kerumah Shinta. Mereka membawa oleh - oleh dari liburan yang dibalut dengan perjalanan bisnis. Di suatu tempat wisata yang indah. Terkenal dengan pasir putih dan para pelancong yang selalu memadati kota pulau itu. Selalu Paman dan Bibi akan membelikan barang - barang untuk Shinta yang mereka beli saat perjalanan bisnis.

Paman dan Bibi mengedarkan pandangan mereka kala memasuki rumah besar berlantai dua itu. Rumah itu nampak terlihat rapi dan bersih. Seminggu sekali, Shinta akan menyibukkan diri dengan bersih - bersih rumah. Paman dan Bibi bangga dengan Shinta yang mandiri. Membuat Shinta senang.

"Kamu benar - benar rajin nak," puji Paman.

Tangan Paman mengelus lembut rambut panjang Shinta yang terurai. Seperti anaknya sendiri. Kini mereka sedang duduk di sofa ruang tengah.

"Ini hadiah dari Bibi, baju ini pasti cocok sekali untukmu," kata Bibi.

"Terima kasih Bibi," kata Shinta sambil tersenyum senang atas pemberian Bibinya.

Semenjak kepergian orang tuanya, Paman dan Bibi adalah sandaran baginya. Walaupun tak satu rumah dan tak setiap hari ada untuknya. Tidak masalah bagi Shinta. Yang terpenting Shinta masih punya keluarga.

Beberapa menit kemudian Shinta mendengar pintu diketuk dari luar. Shinta beranjak dari duduknya. Membuka pintu. Orang yang berdiri didepan rumah adalah orang yang kemaren. Tuan Andrew.

Hari ini Ia datang bersama seorang wanita paruh baya. Mungkin seumuran dengan Mama Shinta. Kulitnya kuning langsat. Khas kulit orang Asia. Kulitnya bersih dan tampak terawat. Ia masih terlihat cantik meski sudah setengah abad. Tatapannya ramah saat Shinta melihat ke arahnya.

"Selamat sore darling," sapa Andrew. "Ini istri saya, Rania," terusnya memperkenalkan wanita disebelahnya.

"Ya. Ada apa tuan kemari lagi?" tanya Shinta penasaran.

"Shinta, jangan takut. Kami hanya ingin bertemu dengan kamu sayang," kata Rania dengan lembut.

"Boleh kami masuk? Sebentar saja darling," suara Andrew memohon.

"Silahkan masuk," Shinta mempersilahkan masuk.

Ada Paman dan Bibi, pasti lebih aman, batin Shinta.

"Wah, rumahnya bersih dan rapi ya. Kamu tinggal sendiri ya, Shinta?" tanya Rania kagum.

"Iya tante. Mau minum apa?"

"Ah, tidak usah repot - repot darling. Kita tidak lama,"

"Nggak repot kok, tuan. Sebentar ya,"

"Daddy, Shinta sopan sekali ya? Jangan jadiin anak Dad, jadiin menantu saja," bisik Rania pada Andrew yang duduk disampingnya.

"Menantu? Wife for Joe?" suara Andrew nampak terkejut dengan penuturan Rania.

"Yes, I really love her Daddy,"

Andrew tersenyum. Istrinya ini memang aneh. Baru pertama bertemu dengan Shinta tapi sudah ingin menikahkan anaknya Jonathan. Belum tentu Jonathan akan mau dipaksa menikah.

Sedangkan Paman dan Bibi penasaran dengan tamu yang datang. Mereka menunggu Shinta di dapur. Sampai dapur, Shinta diberondong pertanyaan - pertanyaan yang tak ada habisnya.

"Siapa mereka Shinta? Ngapain mereka kesini? Kamu jangan percaya sembarang orang ya. Bahaya Shinta. Dan bla bla bla..." Shinta bingung menjawab pertanyaan yang tak ada habisnya itu. Bibi terlihat sangat khawatir.

"Mereka Tuan Andrew dan tante Rania  Paman," jelas Shinta. Menunduk takut.

"Apa mau mereka kesini?" Tanya paman.

"Aku juga nggak tau paman. Kemaren tuan Andrew kemari tapi Shinta nggak ngijinin masuk. Karna Shinta takut,"

"Berarti ini yang kedua kalinya mereka kemari?"

"Tuan Andrew dua kali kemari paman,"

Shinta takut sekali. Paman dan Bibi bertanya tak hentinya. Shinta sendiri juga bingung. Kenapa tuan Smith datang lagi? Mau apa mereka?

Akhirnya Shinta hanya diam tak bisa menjawab pertanyaan - pertanyaan Paman dan Bibi lagi. Ia bingung setengah mati mendengar pertanyaan Bibi dan Paman yang tak bisa ia jawab.

***

Makasi dah baca... ^_^

jangan lupa like komen tip dan vote ya...

nantikan terus kisah Joe dan Shinta selanjutnya

peluk cium DevaNurAna^_^

Tujuan

Selamat membaca^_^

***

Penasaran Paman dan Bibi tak juga terpuaskan. Maka Paman dan Bibi memutuskan untuk menemui tamu itu bersama dengan minuman yang dibuat Shinta untuk tamunya.

"Silahkan diminum," kata Shinta sopan.

"Kami Paman dan Bibi Shinta. Kami ingin tau tujuan kalian mendekati ponakan kami," suara Paman sudah penuh kecurigaan.

"Oh, Paman dan Bibi Shinta? Salam kenal. Saya Andrew dan ini istri saya Rania. Kami keluarga Smith. Sudah setahun ini saya mencari alamat keluarga Atmaja. Ternyata kota S ini sungguh luas. Andai Raditya memberi alamat yang jelas. Pasti saya cepat menemukan Shinta," jelas Andrew panjang lebar.

"Anda kenal kakak ipar saya, Raditya?" tanya Paman matanya memicing meragukan perkataan Andrew.

"Ya, dia sahabat kami. Mereka ingin kami merawat anaknya, Shinta," kata Andrew tersenyum meyakinkan Paman.

"Begini, tujuan kami kemari ingin membawa Shinta untuk ikut serta kami ke Amerika," Rania menambahkan.

"Memangnya kami tidak mampu mengurus keponakan kami?" suara Paman mulai kesal.

"Maaf tuan, bukan maksud kami meremehkan. Tapi ini wasiat dari Raditya," Rania berkata dengan nada lembut agar tak terjadi perdebatan diantara laki-laki ini.

"Hah?! Memangnya kami harus percaya dengan kalian?" Paman benar - benar marah mendengar penuturan Rania.

Andrew memberikan surat wasiat dari Raditya kepada Paman dan Bibi. Bahwa disana tertulis bahwa Raditya Atmaja menyerahkan sepenuhnya Shinta kepada Andrew Smith untuk menjaga dan merawat Shinta. Surat wasiat itu juga ditandatangani oleh pengacara keluarga Smith, Andrew Smith dan Raditya Atmaja sebelum meninggal. Karna disana tertulis hari dan tanggal satu hari sebelum kematian Raditya. Itu saat Raditya Atmaja sedang dirawat dirumah sakit. Pada akhirnya meninggal dirumah sakit tersebut.

Paman dan Bibi hanya bisa saling berpandangan. Bingung dengan surat wasiat yang ia baca.

"Shinta, kamu mau ikut keluarga Smith?" tanya Paman.

Shinta yang tadinya hanya menjadi pendengar percakapan mereka kini buka suara.

"Tidak Paman," Shinta tertunduk. Takut.

"Tapi mereka harus menjalankan wasiat orang tuamu nak," Bibi menimpali.

"Tidak bisa kah aku disini? Aku nyaman tinggal disini,"

Shinta benar - benar tak mau pindah dari rumah ini. Apalagi dari kota ini bahkan dari negara ini. Negara asing tetaplah asing baginya.

"Oh, darling. I know you so sad. Tapi ini yang terbaik," suara Andrew lembut. merayu Shinta agar mau ikut mereka ke Amerika.

"Kami banyak bisnis di Amerika, Shinta. Jadi kami tidak bisa tinggal lama di sini," Rania berkata.

"Shinta, Paman dan Bibi akan selalu menganggapmu seperti anak kami sendiri. Percayalah. Mereka juga kesulitan," Bibi membujuk.

"Shinta tetap tidak mau," suara Shinta bergetar. Air matanya sudah menggunung di pelupuk matanya.

Shinta beranjak dari duduk. Naik masuk kekamarnya. Menangis sesenggukan diatas ranjangnya. Ia menelungkupkan wajahnya diatas bantal.

Kenapa harus pindah? Aku ingin tetap disini. Ini rumahku. Rumah orangtuaku. Aku nggak mau jauh dari rumah ini, batin Shinta.

Banyak kenangan atas rumah ini. Tak mungkin Shinta meninggalkan rumah ini begitu saja. Apalagi tinggal bersama orang yang baru dia kenal.

Shinta membayangkan wajah Papa dan Mamanya. Air matanya tumpah lagi.

Apa disana kalian bahagia? Aku disini bahagia Pa, Ma. Jangan khawatirkan Shinta. Shinta bisa jaga diri kok, gumam - gumam Shinta tanpa suara.

Shinta ingat sebelum pergi ke Amerika, orang tuanya titip pesan untuk menjaga diri. jadi anak yang baik dan tetaplah tersenyum.

Shinta sudah jadi anak yang baik Ma. Shinta akan jadi anak yang kalian banggakan.

Shinta tak juga beranjak dari tempatnya berbaring. Sepertinya tamunya tadi belum pulang. Shinta tak mau mendengar pembicaraan mereka. Keputusannya akan tetap tidak kalau mereka masih memaksanya untuh pindah ke Amerika.

***

Makasi dah baca ^_^

Jangan lupa like komen tip dan vote ya

Nantikan terus kisah Joe dan Shinta selanjutnya

Peluk cium DevaNurAna^_^

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!