Malam itu aku sedang membuat desain baju pengantin. Di sela kegiatanku, konsentrasiku ambyar oleh bunyi ponsel yang terus saja berdering.
Ponsel yang berada di atas nakas segera kuambil, secarik pesan dari sahabatku Mila.
"Syah, suamimu dimana?" pesan dari Mila yang membuatku membulatkan mata.
Bagaimana bisa dia bertanya sedangkan kemarin aku bilang kalau suamiku sedang ada kerjaan di luar kota.
"Ya ampun, Mil. Malam-malam gini kamu chat aku cuma mau menanyakan itu, " balasku.
"Aku serius Syah," balasnya lagi.
"Lagi ada kerja di luar kota," balasku santai, seraya menyeruput caffe latte kesukaanku.
Tak lama, Mila mengirimkan video yang berdurasi 10 menit, seseorang yang sedang mengucap ijab qabul. Aku keraskan lagi volume ponsel, karena suara pria itu sangat tidak asing di pendengaranku.
Video itu di ambil dari belakang hingga tidak bisa melihat wajah sang pemilik suara. Aku hanya bisa melihat postur tubuh yang juga sangat mirip dengan Mas Fahri.
"Suara pria ini mirip Mas Fahri,"gumamku dan tetap berdoa semoga ini hanya suaranya saja yang mirip.
"Syah, apapun yang terjadi aku berharap kamu tetap sabar, " pesan dari Mila lagi.
Ingin sekali terus berpikir positif, tapi membaca chat dari Mila membuat hati gelisah dan gundah gulana.
Tak lama Mila mengirimkan lagi video yang hanya berdurasi 3 menit. Aku buka dengan perlahan entah mengapa kini jantungku berdegup lebih kencang.
Aku mengamati dengan seksama video itu, tangan yang berhias henna sedang menyambut uluran tangan sang pengantin lelaki. Dia mencium tangan dengan khidmat layaknya pengantin baru dan disusul kecupan mesra yang mendarat di kening pengantin wanita.
Entah dari mana yang memvideokan ini , hingga hanya terlihat wajah dari samping kala dia sedang mengecup kening wanitanya. Lagi-lagi, dada ini bergemuruh kala melihat wajah yang sangat aku kenali.
Setelah beberapa menit, Mila kembali mengirim video segera aku buka dan tidak menunggu lama.
Ketika aku membuka video itu , aku merasa sangat mengenali wanita yang tubuhnya berbalut kebaya berwarna putih gading. Sepertinya dia sedang merasa sangat bahagia, terlihat dari senyum yang selalu mengembang di wajahnya.
Ya, wanita itu adalah putri Kyai Muhsin, Mas Fahri pernah mengenalkan padaku, ketika aku ikut Mas Fahri untuk menghantar Kiyai Muhsin di peristirahatan terakhir.
"Dik kalau capek istirahat," suara yang ku dengar di video dan disana aku melihat wajah pengantin pria dengan jelas, dia masih menggunakan jas hitam dan sarung merah maroon . Sarung yang sama yang aku belikan beberapa waktu lalu.
Aku memperbesar layar ponsel ketika video itu mengarah ke wajah pengantin pria. Shok, marah , ingin berteriak ketika pria yang sedang menggelar resepsi adalah Mas Fahri, suamiku.
Ingin sekali aku mencakar mereka berdua, bagaimana sampai hati Mas Fahri mengkhianatiku seperti ini.
Aku menangis semalaman , bukan aku menangisi pengkhianatan Mas Fahri, tapi aku menangisi kebodohanku. Selama ini aku terlena dengan keromantisan Mas Fahri hingga aku tak menyadari dia main api di belakangku.
Aku mengusap kasar air mataku dan segera menyambar ponsel yang berada d atas ranjang. Aku cari nomor suamiku yang ku namai hubby. Ah , melihat nama yang kusematkan di nomor kontaknya membuat aku semakin merasa bodoh .
Setelah menemukan nama hubby segera ku pencet tombol berwarna hijau dan tak lama suara di seberang sana terdengar. Tidak menunggu lama, aku memintanya untuk segera pulang malam ini juga dan aku tidak mau tahu...
Aku menanti kedatangan Mas Fahri dengan gusar, sesekali aku sibak gorden jendela. Berharap, Mas Fahri sudah sampai di halaman rumah. Namun ,sia-sia karena belum ada tanda-tanda akan kedatangannya.
Aku ingin Mas Fahri segera mengklarifikasi semua ini, tentang akad nikah yang baru saja aku lihat di video yang Mila kirimkan.
Nyeri di ulu hati ini tak hilang-hilang, Mas Fahri yang tidak ada celah sedikitpun di mataku , tidak pernah tergoda oleh wanita lain. Tapi , nyatanya diam-diam dia menikahi gadis lain, bodohnya aku , bisa tertipu dengan sikap santun dan romantisnya.
Aku duduk di atas ranjang , menekuk kedua lututku dan menenggelamkan wajahku. Tak terasa air mata ini menetes begitu deras, rasanya tak sanggup jika aku harus berbagi raga dengan wanita lain.
"Assalamualaikum." di tengah isak tangisku ada suara orang mengucapkan salam , bukan suara Mas Fahri , tapi siapa?
Aku segera mengelap air mata yang terus menetes, aku sapukan bedak tipis agar tidak terlihat sembab.
Perlahan aku turuni anak tangga hingga pada akhirnya aku sampai di ruang tamu dan segera membuka kan pintu.
"Waalaikumsalam, Ma. " aku kaget kenapa ada Mama disini , biasanya dia akan mengabariku terlebih dahulu.
"Sayang." Mama memeluk erat tubuhku dan menciumku seperti putri kandungnya.
Beginilah Mama sangat menyayangiku, meski aku belum bisa memberikan cucu, dia tidak pernah mempertanyakan hal itu , apalagi mengintimidasiku tentang hal itu.
"Syah, kamu nangis? Matamu sembab, " Mama memperhatikanku dari ujung kepala sampai ujung kaki, begitulah Mama mertuaku, dia sangat peka dengan keadaanku.
"Tidak , Ma," aku mencoba mengelabui Mama agar tidak terus mencecar alasan dibalik mata sembab.
"Mama datang kesini kenapa nggak bilang, Aisyah belum masak, " aku mencoba mengalihkan pembicaraan agar Mama lupa dengan mataku.
"Oh iya, Mama kesini mau lihat menantuku yang satu lagi," ucap Mama dengan wajah yang sangat sumringah.
Tunggu , kenapa Mama sudah tahu tentang pernikahan kedua Mas Fahri.
"Aku sangat salut pada kamu, Sayang. Kamu sudah bisa menerima Fahri dan bilqis," ucap Mama mertuaku , yang kembali membuat hatiku teriris.
Aku diam dan menunduk , sesekali aku menengadah menahan agar air mata ini tidak jatuh, tapi nyatanya aku tidak bisa menahannya. Luka hatiku tambah menganga kala tahu Mama mengetahui pernikahan kedua Mas fahri.
"Syah, jangan bilang kamu belum mengetahui semua ini, " Mama mulai curiga karena aku terus diam tidak menjawab semua pertanyaan yang terlontar dari mulut Mama.
"Syah, sebelum akad nikah itu terjadi, fahri nelpon Mama, ketika aku tanya katanya dia sudah meminta izin dari kamu dan kamu memberi restu, "ucap Mama lagi, kini raut bahagia yang tadi terlihat berubah menjadi kekecewaan yang mendalam.
" Tidak Ma, Mas Fahri tidak pernah berbicara mau menikah lagi , dia hanya pamit ada kerja di luar kota,"ucapku seraya tersedu.
Mama mengelus pundakku dia merengkuh tubuh ringkih dan aku menenggelamkan kepalaku disana.
Kami menunggu kedatangan Mas Fahri, mungkin akan datang bersama istri barunya. Aku berusaha untuk kuat jika nanti Mas Fahri datang seraya menggandeng tangan wanitanya, tapi apakah aku sanggup, membayangkan saja hatiku sudah teriris lagi.
Setelah keheningan tercipta di ruang tamu ini , karena kami sedang berada di angan kita sendiri. Deru suara mobil terdengar dan aku bisa memastikan kalau mobil itu adalah mobil Mas Fahri.
Tak lama ketukan pintu terdengar seraya diiringi ucapan salam dari balik pintu, aku beranjak ingin membukakan pintu , tapi Mama melarang dan Mama sendiri yang membuka pintu.
Ketika pintu dibuka , aku melihat Mas Fahri membawa koper besar , serta ada tangan yang menyelinap di lengannya.
Aku melihat Mas Fahri meraih tangan Mama untuk ia cium , tapi di luar dugaan , Mama menampik tangan Mas Fahri, begitu juga dengan wanita yang berada di samping Mas Fahri , dia meraih tangan Mama , tapi kejadian itu terulang lagi.
"Mama , kenapa sudah berada disini, "ucap Mas Fahri,dia terlihat sangat kaget, sedang Mama memasang wajah masam dan tidak tersenyum walau sedikit.
" Syah,"Mas Fahri menyapaku, tapi untuk sekadar menoleh saja aku tidak sanggup.
Bahkan hari ini aku melupakan ritual cium tangan dan bermanja ketika Mas Fahri pulang. Seeprti yang biasa aku lakukan.
"Syah ini adik madumu, "sebelum Mas Fahri berucap dia mengambil nafas dalam seperti berat akan mengatakan hal itu.
" Bukan madu tapi racun, wanita seperti ini , yang akan merusak kebahagian orang lain! "Mama menimpali ucapan Mas Fahri , yang membuat wanita di samping Mas Fahri mendongakkan wajah, menatap nyalang manik mata Mama.
" Ma, bukannya kemarin pas Fahri telpon Mama memberikan restu, "ucap Mas Fahri.
" Kemarin Fahri , karena kamu membohongi Mama , sekarang aku benci dengan kalian berdua , kalian menyakiti menantu kesayangan Mama, "ucapnya seraya tersedu, tangannya menggenggam erat tanganku , seakan menyalurkan sebuah energi baru agar aku selalu kuat.
" Ma, untuk berpoligami , restu istri pertama itu tidak wajib, dan poligami itu dibenarkan oleh agama, "timpal Bilqis, yang membuat amarah Mama semakin memuncak.
Mama berdiri dan melayangkan tamparan keras yang mendarat tepat di pipi Bilqis.
Mas fahri berlari ke arahku dia bersujud memintaku untuk membujuk Mama, agar Mama merestui pernikahannya, Mas Fahri sangat tahu kalau Mama akan selalu luluh jika aku yang meminta, sebesar apapun kemarahannya dia akan memaafkan jika aku yang meminta.
" Syah aku mohon bujuk Mama agar merestui aku dan Bilqis,"ucap Mas Fahri, dia bersujud di kakiku mengharap belas kasihku, aku masih diam.
"Sebegitu istimewanya dia untukmu, Mas. Sehingga kamu rela bersujud di kakiku," aku masih membiarkan Mas Fahri bersujud mencium kakiku.
Aku sendiri tidak tahu , harus membujuk Mama atau tidak , karena yang kutahu saat ini hatiku tergores sangat dalam....
Mas Fahri masih bersimpuh di kakiku memohon belas kasih, agar restu itu keluar dari mulutku dan juga Mama.
"Ma, restui kami," kini giliran Bilqis yang bersimpuh di kaki Mama, nada bicaranya sendu tak lupa air mata yang terus menetes.
"Tidak ada restu lagi, hatiku terlalu sakit, sejak kapan kalian berhubungan," ucap Mama dengan tatapan nanar.
"Ma , tapi ak….." belum juga Bilqis meneruskan ucapannya, Mama berdiri dan membiarkan Bilqis meraung menangis seraya duduk bersimpuh.
"Ma , dia itu wanita baik-baik, dia putri Kyai Muhsin! Guru aku Ma! " seru Mas Fahri.
Melihat Bilqis yang sedang tersedu , dia langsung bangkit dan mendekati istri barunya. Ngiris, ngiris sekali. Bukan Bilqis, tapi aku, nyatanya Mas Fahri begitu mengkhawatirkan maduku di depan mataku. luka hatiku bertambah menganga , entah apa bisa aku menutup luka yang sudah terlanjur dalam ini atau tidak.
"Apa kamu pikir putri Kyai tidak bisa berbuat salah hah! Pelakor seperti ini masih kamu bela , buka mata kamu Fahri! Kamu sudah menyakiti hati istrimu! Kamu sudah zalim dengan Aisyah!" seru Mama dengan derai air mata yang membasahi pipinya. Dia tak menyangka putra kebanggaannya yang terlihat begitu mencintai bisa menjatuhkanku dari ketinggian.
"Syah, kamu ikut Mama! " titah Mama, aku segera berdiri dan mengekor di belakang Mama.
"Aisyah berhenti!" seru Mas Fahri, aku berhenti , tapi Mama terus menggandeng tanganku dan menyuruhku untuk terus berjalan.
"Aisyah aku masih suamimu. Jadi, jangan pernah membantah perintahku! " bentak Mas Fahri, tentu membuatku menghentikan langkah dan mengusap kasar air mata.
"Aisyah, permintaanku sederhana , hanya minta restumu untuk menerima Bilqis menjadi adik madumu, itu doang, " ucapnya dengan frustasi.
"Permintaan sederhana yang takkan pernah bisa aku terima," ucapku lirih , tapi tegas , sedang tangan Mama masih bertaut dengan tanganku, seakan menyalurkan energi agar aku bisa lebih kuat.
"Ya ampun, Mbak Aisyah. Makanya ngaji , nanti kamu akan tahu tentang poligami," timpal Bilqis yang membuat Mama naik darah.
"Tahu apa kamu tentang poligami hah! " Mama mendekati Bilqis , dan menampar pipi kanannya.
"Orang yang paham tentang agama tentu paham tentang etika. Yang seharusnya ngaji lagi itu kamu bukan Aisyah. Pahami dulu kitab-kitab itu, sebelum kamu berucap! " Mama sungguh geram dengan ucapan Bilqis , yang terlalu merendahkan aku , seakan dia yang paling paham tentang agama.
Untung ada Mama yang selalu membelaku , setidaknya bisa menjadi penopang bahuku untuk aku bisa lebih kuat menghadapi kenyataan pahit ini.
Mama terus menggandeng tanganku hingga menuju mobil.
"Aisyah jangan durhaka kamu denganku, turun!" titah Mas Fahri.
Mana mungkin aku akan turun dari mobil dan masuk kedalam rumah , sedang di istana yang kubangun dengan jerih payahku, kini ada wanita lain yang berada didalamnya.
"Kamu minta aku turun, tapi kamu membiarkan gundikmu menikmati istana yang sekian tahun aku bangun dengan kasih sayang dan kamu membiarkan orang lain untuk menikmati itu , sadar kamu Mas. Atau kamu perlu di ruqyah, agar kamu tahu betapa perihnya hatiku saat ini,"
Mas Fahri diam, dia seperti sedang memikirkan sesuatu .
"Sudahlah, Mas.Mbak Aisyah mungkin perlu sendiri dan kita harus sabar dan jangan sampai lelah untuk mengingatkan dan memberi pemahaman tentang poligami, "ucap Bilqis seraya menggandeng lengan Mas Fahri yang tak terlalu kekar.
Meski aku berada di dalam mobil , aku masih bisa dengan jelas mendengar perkataan, Bilqis.
"Ma , berhenti! " mendengar permintaanku Mama membulatkan mata.
"Kamu mau apa? Sudah, untuk sementara kamu tinggal sama Mama, aku nggak mau melihat kamu selalu bersedih karena ulah anak Mama, " ucap Mama dengan nada parau.
Wanita sepuh itu begitu menyayangiku , membuat aku tak tega jika aku harus menggugat cerai Mas Fahri , aku memandang lekat wajah penuh kasih sayang itu , lalu aku memeluknya dengan erat.
"Kamu yakin mau kembali ke rumah?" tanya Mama.
"Insyaallah, Ma. Aku tidak mau lari dari masalah, dengan aku seperti ini, masalah ini tidak akan pernah selesai," aku merenggangkan pelukan.
"Pak putar balik," Mama mengantarku sampai depan rumah.
Setelah aku turun, aku masih berdiri di teras dan memastikan mobil Mama hilang dari edaran mata.
Aku membalikkan badan , pintu masih terbuka , lampu masih menyala, itu berarti penghuni rumah ini masih terjaga. Benar juga ketika aku melangkahkan kaki sampai balik pintu, aku mendapati Mas Fahri tidur di sofa sendiri, dimana Bilqis? Aku celingukan mencari keberadaannya.
Mungkin langkah kakiku terlalu keras hingga membunyikan suara, hingga membuat Mas Fahri terjaga.
"Syah," Panggilnya, aku menghentikan langkahku, Mas Fahri memelukku dari belakang dan aku membiarkan itu terjadi. Aku menutup mata sebentar dan merasakan hembusan nafas hangatnya.
Ketika aku membuka mata, Bilqis sudah ada di depan mataku sedang membawa nampan berisi kopi hitam, dia nampak kecewa dan marah melihat Mas Fahri berada di pelukanku.
Aku sengaja tidak melepaskan pelukan Mas Fahri dan berpura -pura menikmati pelukannya , hanya untuk membuat adik maduku cemburu.
"Mari kita buktikan Bilqis, " gumamku dalam hati.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!