...Bab Prolog. Reinkarnasi Kedua....
Sihir adalah sistem konseptual yang merupakan kemampuan manusia untuk mengendalikan Alam dan Semesta. (termasuk kejadian, objek, orang dan fenomena fisik) melalui mistik, paranormal, atau supranatural.
Dan, para pengguna nya disebut penyihir.
Di dunia Phantasia, ilmu sihir sangat lah kental yang mana hal itu didasari oleh ada nya berbagai ras didalam nya seperti manusia Elf, peri, Roh, Dwarf, monster, naga bahkan Iblis.
Karena alasan inilah manusia belajar sihir. Jika tidak dilakukan maka, ras manusia akan mengalami kepunahan.
Lalu, manusia pun berbagi beberapa peringkat penyihir yakni;
Penyihir Pemula;
Penyihir Menengah;
Penyihir Tinggi;
Penyihir Raja;
Penyihir Suci;
Petapa;
Dan, gelar tertinggi ialah Petapa Agung.
Lalu, ada seorang manusia yang mendapatkan gelar Petapa Agung yakni Aku.
Namaku Felix Von Aldebaran, usia 180 tahun dan sedang berbaring lemah di atas tempat tidur menara tertinggi Istana Kerajaan Aldebaran.
Sebuah kerajaan penyihir yang aku dirikan untuk kemakmuran umat manusia. Hal itu lah membuat para petinggi dan keluarga mengelilingi ku dengan jubah putih disertai tatapan sedih bersamaan air mata yang jatuh pada pipi mereka.
Melihat mereka, aku pun tidak ingin kepergian ini membawa kesedihan yang mendalam.
"Semua nya ... Jangan memasang raut wajah sedih seperti itu. Bagaimana aku bisa pergi dengan tenang kalau raut wajah kalian seperti itu?!"
Lalu, salah satu yang berdiri didekat ku memberikan semangat yang mana tidak lain putra ku sendiri.
"Baginda ... Ayahanda harus kembali pulih! Kami dan Rakyat masih membutuhkan anda!"
Aku pun hanya memberikan senyuman kecil dan jawaban pelan.
"Ini adalah takdir dari langit. Aku percayakan sisanya pada kalian!"
Seusai mengatakan itu, aku benar-benar sangat mengantuk dan lelah. Lalu, aku pun memutuskan untuk memejamkan mata.
Tidak lama kemudian, ada sebuah cahaya terang dari bayangan pandangan ku disertai suara lembut dari seseorang yang sudah lama tidak bertemu.
"Felix."
Mendengar itu, aku pun membuka mata dan menoleh kesamping yang mana terdapat sosok wanita yang sangat cantik dengan rambut biru panjang serta mengenakan gaun putih, mahkota dan membawa tongkat.
Aku pun mengenali nya.
"Oh, lama tidak bertemu, Dewi Freya! Saya memang berharap ingin bertemu anda untuk yang terakhir kali nya."
"Aku juga, Felix. Terimakasih banyak atas jerih payah mu hingga akhir hayat mu. Kamu sudah berusaha dengan baik demi kepentingan umat manusia."
Aku pun tersenyum kecil.
"Bukan. Tanpa berkat dari Dewi, saya tidak akan bisa membangun Kerajaan Aldebaran ini dalam waktu generasi." Dewi Freya pun memegang tangan ku yang taruh terlipat diatas dada. "Kamu sudah mengalahkan banyak iblis dan Dewa Jahat sampai dikenal sebagai Petapa Agung. Itu semua karena keteguhan hatimu. Mataku tidak salah menilai saat aku menjadikanmu sebagai pahlawan Phantasia."
Aku pun yang mendengar itu merasa terharu dan tersenyum lebar.
"Kalau Dewi berkata seperti itu, kakek bau tanah seperti saya ini bisa besar kepala."
Dewi Freya pun tersenyum kecil, "Karena itulah, Aku akan memberikan mu hadiah berkat pencapaian mu selama ini," ucap Dewi Freya seraya membelai pipi kanan ku.
Tangan Dewi Freya yang sangat lembut dan wangi membuat ku merasa damai dengan sentuhan nya.
"Saya tidak berhak menerimanya."
Dewi Freya pun tidak mempedulikan jawaban ku dan terus bersi kukuh "Apa ada yang kamu inginkan? Aku akan mengabulkan apapun selama aku masih mampu."
Mendengar itu, aku sedikit ada keraguan.
"Apapun?"
Setelah itu, aku pun terpikir sesuatu.
"Ah, benar juga. Saya harap bisa terlahir kembali. Saya sudah mengabdikan sepenuh hidup saya untuk negeri, rakyat dan umat manusia. Saya tidak menyesalinya, Tapi ... saya ingin kembali hidup modern dan melakukan apapun secara bebas."
"Aku akan mengabulkan keinginan mu."
Seusai Dewi Freya mengatakan itu, cahaya terang menyelimuti kami disertai dengan jatuhan kelopak bunga.
Dan, aku merasa tidur dipangkuan Dewi Freya dengan ratusan Bungan sebagai kasur nya.
Dalam setengah kesadaran ku, Dewi Freya memberinya kata terakhir nya.
"Aku menantikan pertemuan kita saat kamu terlahir kembali."
Setelah Dewi Freya mengatakan itu, pandangan ku kembali gelap.
Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara gemercik hujan dan membuka mata yang mana ku melihat seorang gadis mengendong ku dengan tangan kanan dan tangan kiri nya memegang payung.
Melihat itu, aku pun ingin bicara dan bertanya.
Ini dimana? Nona, siapa?
Namun, ucapan ku tidak keluar melainkan hanya sebuah tangisan.
Tangisan itu pun membuat Nona yang mengendong ku menatap tajam. Melihat itu, aku memutuskan untuk diam dan menghentikan tangisan ku sendiri.
Setelah itu, Nona yang mengendong ku kembali melihat kearah depan dan mempercepat langkah nya.
Ditengah aku menyadari sesuatu dan mencoba mengangkat kedua tangan yang mana tangan keriput kakek tua kini menjadi tangan yang sangat mungil.
Melihat itu, aku pun menyadari bahwa Dewi Freya telah melahirkan ku kembali menjadi bayi ke dunia yang belum ku ketahui.
Aku hanya berharap ini dunia modern bukan dunia pedang dan Sihir lagi.
Kenapa aku berharap hidup di dunia modern? Karena ini adalah reinkarnasi ketiga ku.
Sebelum aku menjadi Felix Von Aldebaran, namaku Haruki Shin. Seorang pemuda yang hidup di bumi pada masa Perang Dunia Kedua.
Masa muda ku dahulu dihabiskan sebagai tentara yang membela kekaisaran Jepang meski begitu, aku memiliki istri yang baik dan seorang putra.
Lalu, kami pun hidup dan tinggal di kota Hiroshima. Akan tetapi, pada akhir perang.
Kota yang sebagai tempat tinggal aku dan keluargaku dibumihanguskan dengan bom nuklir dari pihak sekutu.
Itulah pertama kalinya, aku bertemu dengan Dewi Freya yang mana beliau memberikan kesempatan ku untuk hidup kembali di dunia pedang dan sihir bernama Phantasia.
Aku yang mendengar itu sontak menerima nya dan menjalani hidup di dunia Phantasia sebagai Felix Von Aldebaran yang mana disana aku menjalani hidup sebagai seorang petualang, pedagang, bangsawan, Pahlawan bahkan Raja.
Sampai aku bertemu dengan Dewi Freya kembali dan terlahir lagi sebagai bayi untuk kedua kali nya.
Memahami itu, aku pun pasrah. Hidupku berada di tangan nona ini.
Di malam yang sunyi disertai dengan hujan yang deras, aku bersama nona yang tidak ku ketahui terus berjalan di jalan kecil hingga tiba di rumah besar yang memiliki halaman yang luas serta ada beberapa mainan anak-anak.
Setelah itu, Nona yang mengendong ku masuk kedalam gerbang secara mengendap-endap sampai di depan pintu rumah.
Setibanya disana, dia pun meletakkan tubuhku di lantai dan berbicara dengan bahasa yang tidak ku mengerti.
"Hahdheknbaydne.."
Lalu, Nona itu memasangkan cincin ke jari kecil ku. Setelah itu, Nona yang mengendong pergi meninggalkan ku.
"Nona, kamu mau kemana? Ini dimana?!"
Meski, aku terus berseru yang kudengar dan ku ucapkan hanya sebuah tangisan. Walau begitu, Nona yang mengendong ku terus berjalan hingga akhir nya sosok Nona itu menghilang.
Seruan ku itu membuat penghuni didalam rumah keluar yang mana dia terkejut saat melihat ku sedang menangis di lantai.
"Hahdkakwih!"
Sosok wanita yang berpakaian rapih menjadi panik, dia pun bergegas kedalam. Lalu, tidak lama kemudian. Dia datang kembali bersama beberapa wanita lainnya dan ada satu yang lebih tua.
"Hahakdjejbb!"
"Jajdjeknj!"
Mereka pun berbicara dengan bahasa yang tidak ku mengerti. Lalu, aku pun di gendong oleh sosok wanita paruh baya dan wanita yang lain keluar dengan mengunakan payung.
Aku perkirakan, mereka sedang mencari Nona yang telah menaruh ku. Sedangkan, wanita paruh baya melihat ku dengan senyuman yang mana memberikan kode untuk aku tidak menangis.
Melihat itu, aku pun menghentikan tangis dan membalasnya dengan senyuman.
Lalu, tidak lama kemudian. Beberapa wanita kembali dengan wajah yang masam lantaran dia tidak menemukan nona yang menaruh ku.
Memahami itu, aku pun membulat tekad untuk menjalankan misi pertama yakni menemukan wanita yang membuang ku dan alasan nya.
Setelah peristiwa itu, aku pun tinggal di panti asuhan yang mana itu merupakan lokasi tempat Nona itu mengendong ku.
...# Penyihir Terkuat Reinkarnasi...
...Di Dunia Modern#...
...Bab 01. Mengumpulkan informasi dan kedatangan Rentenir....
Siapa sangka bahwa Dewi Freya akan membuat drama kehidupan untuk ku yang mana sesaat lahir, aku sudah di buang oleh Nona yang tidak dikenal.
Ada kemungkinan, nona itu ibuku atau bisa juga suruhan dari keluarga kandung ku di dunia baru ini.
Meski begitu, nona itu masih memiliki hati nurani dengan membuang ku ke panti asuhan.
Itulah kesimpulan ku saat melihat beberapa anak dan bayi disekitar tempat tinggal ku.
Aku yang saat ini masih berusia nol tahun hanya bisa pasrah dari beberapa perawat yang ada di panti asuhan.
Lepas dari itu semua. Misi kedua ku ialah belajar bahasa dan mencari informasi.
Misi itu pun aku selesai kan diumur dua belas bulan yang mana para perawat panti asuhan terkagum-kagum lantaran sangat nya jarang ada bayi di satu tahun sudah bisa berbicara lancar. Meski, aku sudah bisa berbicara namun, fisik masihlah lemah.
Setelah bisa berbicara, aku pun memahami beberapa informasi diantara nya;
Dunia baru ku ini sama seperti kehidupan sebelum Felix yakni Bumi dengan tatanan serta aturan yang sama.
Aku tinggal di salah satu sudut kota Metro Jakarta, negara Nusantara. Negara Nusantara merupakan negara yang damai sentosa meski ada beberapa kejadian aneh di belahan dunia namun, tidak dengan Nusantara.
Mungkin hanya segelintir orang yang bisa melihat penyebab nya yakni ada nya pelindung sihir yang besar diatas langit dan hanya mata sihir lah yang bisa melihat nya.
Bicara tentang sihir, di negara Nusantara ini banyak sekali energi mana namun, tidak banyak manusia yang bisa memanfaatkan nya malah banyak manusia yang merusak sumber daya mana tersebut.
Mana merupakan energi alam untuk melakukan proses kerja alam di dunia ini dan manusia di dunia ini hanya memikirkan harta atau uang.
Meski masih berusia satu tahun, aku berhasil menguasai Mata roh dan penglihatan malam.
Selain itu, aku juga tahu tahun kelahiran ku yakni tahun 2000 meski tidak tahu tepatnya lahir tanggal berapa namun, kepala panti dan para perawat menempatkan ulang tahun ku pada tanggal 11 Oktober yang mana tanggal itu merupakan tanggal aku di buang.
Dan, aku diberikan nama Rain. Nama itu diberikan lantaran aku ditemukan saat hujan.
Waktu pun cepat berlalu yang mana aku sudah berumur 6 tahun. Di umur ini, aku memutuskan untuk memulai latihan fisik dan masuk sekolah dasar.
Di umur ini, aku sudah mengerti banyak informasi salah satu nya uang yang mana di negara Nusantara ini mata uang nya mengunakan rupiah.
Lalu, aku yang sedang bermain di ruang makan melihat Kepala Panti, Bu Rosa sedang termenung.
Tidak lama, datang salah satu perawat panti asuhan bernama Santi.
"Bu, ada apa?" tanya Santi sesaat dia duduk di samping Bu Rosa.
Lalu, Bu Rosa menghadap Santi, "Donatur sudah tidak mau memberikan donasinya lagi karena kasus Alex yang memakai uang panti untuk berjudi."
Mendengar itu, Santi terkejut. "Benarkah, Bu?Lalu, bagaimana sekarang, Bu?"
Bu Rosa pun menggelengkan kepalanya dengan tetesan air mata.
"Ibu juga tidak tahu."
Santi yang melihat kesedihan dari Bu Rosa, dia pun memeluknya.
Disisi lain, aku yang melihat itu ingin sekali membantunya.
"Tapi, bagaimana cara nya?" tanya batinku.
Lalu, saat aku main bersama dengan anak-anak panti. Ada salah satu anak panti yang seusia ku, dia bernama Rizal.
"Rain, lihatlah!" seru Rizal seraya menunjukkan batu berwarna kuning.
"Apa itu?"
"Ini batu emas! Jika, kita menjualnya maka kita akan kaya," seru senang Rizal.
Mendengar itu, Aku pun menghela nafas panjang lantaran batu yang terkena cat kuning dianggap nya emas. Namun, aku pun terpikir sesuatu.
"Aku bisa membantu panti."
"Benar, jika kita menjual ini maka kita akan kaya dan membelikan makanan enak untuk Bu Rosa dan saudara kita!" jawab Rizal.
Mendengar itu, aku pun tersenyum dan menganggukkan kepala.
Tidak lama kemudian, datang beberapa pria besar dengan jaket kulit hitam mengunjungi rumah panti.
Lalu, salah satu pria jaket hitam mengetuk pintu dengan keras.
Dok! Dok! Dok!
"Buka!" seru kasar pria jaket.
Suara pria itu pun membuat beberapa anak panti ketakutan.
Sesaat kemudian, Santi pun datang.
"Maaf, ada apa ya. Keperluan bapak-bapak ini apa?"
Saat Santi bertanya itu, para pria besar yang mengenakan jaket kulit sontak menghadap Santi dan salah satunya menjawab.
"Panggil Alex! Atau pemilik dari rumah ini!"
"Maaf, Bu Rosa sedang tidak ada disini."
Mendengar itu, pria besar sontak kesal lantaran dia tidak percaya dengan Santi dan langsung menampar nya keras hingga jatuh ketanah.
Anak-anak panti yang melihat itu, dia pun tambah ketakutan dan menangis. Tapi, tidak dengan ku.
Beruntung, aku sudah bisa mengunakan sihir Penyegaran Pikiran yang membuat ku masih bisa tenang.
Lalu, aku pun bergegas lari ke kak Santi.
"Kak Santi, kakak tidak apa-apa?"
Santi pun melihat kearah ku dan memberikan senyuman. "Kakak tidak apa-apa."
Pertanyaan yang bodoh, tentu saja kak Santi akan menjawab tidak apa-apa meski di pipi terlihat tapak merah.
Sesaat kemudian, Bu Rosa datang dan dia pun dikejutkan oleh Santi yang terjatuh ke tanah.
"Santi!" seru Bu Rosa dengan berlari kearah ku dan Santi.
Melihat itu, Santi pun bergegas bangun dan berdiri.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya panik Bu Rosa seraya memeriksa Santi.
"Iya, saya tidak apa-apa. Bu!" jawab Santi dengan senyuman kecil.
Lalu, pria itu pun melihat tajam Bu Rosa.
"Jadi, apakah kamu pemilik nya?!"
Mendengar itu, Bu Rosa sontak menghadap kearah pria besar.
"Iya, saya pemilik dari panti asuhan ini. Siapa kalian?!" jawab ketus Bu Rosa.
"Apa ibu tahu dimana Alex?!" sambung ketus pria besar.
"Saya tidak tahu. Kenapa dengan Alex?"
"Asal ibu tahu ya, Alex itu penjudi. Dia berhutang kepada kami puluhan juta dan rumah ini lah yang jadi jaminan nya. Maka dari itu, kami akan sita semua barang-barang yang ada di rumah ini." Lalu, pria besar melihat ke arah anak buah nya. "Semua nya, ambil barang-barang yang berharga didalam!"
"Siap, Bos!" jawab beberapa anak buah nya. Lalu, mereka pun berjalan masuk kedalam.
Aku yang melihat itu, tentu tidak mengizinkan mereka untuk berbuat seenaknya maka dari itu, aku merapalkan sihir kecil di depan pintu.
"Magic Earth Elemental. Slip."
Sesaat para anak buah rentenir hendak masuk, mereka satu persatu jatuh terpeleset meski mencoba berdiri mereka pun tetap jatuh terpeleset.
Kejadian itu pun membuat ku dan anak-anak lainnya tertawa. Mereka yang polos tentu tidak bisa menahan tawa begitu juga Santi dan Bu Rosa meski mereka mencoba menahan tawa namun, tidak bisa.
Pria besar yang melihat itu sontak kesal.
"Apa yang kalian lakukan bodoh?!"
Pria besar itu pun mencoba menerobos masuk namun, dia bernasib sama seperti anak buah hingga akhir nya. Pria besar itu pun menyerah dan pergi dari panti asuhan bersama anak buah.
"Kami akan datang kembali! Siapkan uang nya!" seru pria besar seraya berjalan keluar.
Melihat itu, anak-anak panti sontak bersorak-sorai.
"Hore! Kita berhasil!"
"Hore!"
....
Aku pun tersenyum melihat kesenangan anak-anak panti.
Tapi, tidak dengan Bu Rosa dan Santi. Mereka terheran-heran dengan kejadian yang menimpa para rentenir.
"Sebenarnya, apa yang terjadi? Kenapa semua orang terpeleset di depan pintu?" tanya heran Bu Rosa.
"Saya periksa ya, Bu!" saran Santi.
"Berhati-hatilah, Santi!"
Lalu, Santi pun melangkah ke pintu dan membuka pintu namun, tidak terjadi apa-apa.
"Tidak ada yang aneh, Bu," jawab Santi.
"Ini semakin aneh. Kejadian itu seolah-olah ada penyihir yang membantu kita," ucap Bu Rosa.
Mendengar itu, aku hanya memberikan senyuman kecil lantaran tebakan dari Bu Rosa tidaklah salah karena;
Aku seorang penyihir.
...# Penyihir Terkuat Reinkarnasi Di...
...Dunia Modern#...
...Bab 02. Menjual Emas...
Meski Rentenir sudah pergi namun, beban hutang tidak lah hilang.
Menurut percakapan dari Bu Rosa, Alex telah berhutang ke rentenir sebesar 100 juta yang dia gunakan untuk berjudi. Selain itu, Alex mengambil 20 juta uang panti.
Jika sekarang ini aku sudah dewasa, aku pasti mudah menangkap dan jika dia melawan, mungkin saja aku bisa membunuhnya.
Alex dahulu bekerja di panti asuhan sebagai petugas keamanan dan dia orang yang sangat ramah akan tetapi, sikap nya itu berubah saat mengenal perjudian dan dia pun memilih kabur dengan membawa uang panti serta meminjam ke rentetan dengan jaminan rumah panti.
Memahami itu, aku pun hanya bisa menghela nafas panjang dan solusi nya, aku ingin mencoba ide dari Rizal untuk menciptakan emas.
"Semoga saja berhasil!"
Ditengah malamnya, aku terbangun dan mengendap-endap untuk pergi ke gudang belakang.
Setibanya disana, tidak ada apapun kecuali barang-barang dari donatur dan persediaan makanan.
Lalu, aku melihat sekeliling untuk mencari tempat praktek sihir.
"Seperti nya disini bisa."
Setelah aku menemukan tempat yang cocok. Kini, aku mencoba sihir tingkat menengah. Lalu, aku tangan di dekat dada dengan tangan menadah keatas seraya merapalkan mantra dengan mengunakan bahasa Britania yang sebenarnya dari bahasa dunia Phantasia namun, saat aku mengunakan bahasa Phantasia sihir tidak berfungsi begitu juga bahasa Nusantara.
"Magic Earth Elemental. Create Material. Gold."
Sesaat kemudian, muncul cahaya pelangi dengan depanku yang memunculkan sebuah balok emas batangan yang sangat mengkilap.
Seusai terbentuk sempurna, aku pun mengambil nya dan memeriksa nya yang mana tidak ada kecacatan pada emas tersebut.
"Syukurlah, diumur ini aku sudah bisa mengunakan sihir tingkat menengah."
Setelah itu, aku pun mengukir emas sesuai dengan gambar yang kudapatkan dari internet agar terlihat asli dan bisa dijual dengan mengunakan sihir Draw.
Peraturan di bumi lebih rumit dibandingkan Dunia Phantasia meski begitu, aku masih bisa mengatasi nya.
Setelah berhasil membuat satu emas balok dengan ukiran palsu, aku pun membuat balok emas yang lain hingga tercipta lah 10 emas balok.
Seusai semua itu, aku pun berencana untuk memasukan semua balok ke sihir tingkat menengah yakni sihir penyimpanan agar lebih aman.
"Magic Space. Storage."
Sesaat merapalkan itu, muncul lingkaran pusaran berwarna hitam di hadapan ku. Melihat itu, aku pun memasukan 10 balok emas.
Setelah semua emas dimasukkan, pusaran lingkaran itu pun semakin mengecil dengan cepat sampai benar-benar hilang.
"Baiklah, sekarang aku hanya perlu menjual nya."
Sebenarnya, aku bisa saja menyerahkan nya kepada Bu Rosa atau Santi namun, tidak kulakukan lantaran kepolosan mereka menghadapi konflik dunia belum bisa dipercaya.
Apalagi di bumi ini lebih sulit dibandingkan dengan dunia Phantasia. Maka dari itu, aku pun memutuskan untuk melakukan nya sendiri. Meski, aku masih berumur enam tahun namun, jiwa ku sudah hidup lebih dari 100 tahun dan lepas dari itu semua, aku seorang penyihir.
Dimalam yang sama, aku pun menyelinap ke kamar kak Santi untuk mengambil kartu identitas dan uang.
"Maaf, kak Santi. Aku meminjam identitas dan uang mu."
Setelah itu menyelinap keluar panti dan mengunakan salah satu sihir.
"Magic Dark Elemental. Mimic. Santi."
Sesaat kemudian, aku pun berubah menjadi Santi berikut dengan pakaian yang kulihat saat siang tadi.
Melihat penampilan ini membuat ku tersenyum senang.
"Syukurlah sihir ini bisa bekerja di bumi! Baiklah, ayo beraksi!"
Aku pernah menonton berita, membaca buku tentang kota Metro Jakarta ini. Salah satunya informasi yang kudapatkan, kota ini tidak pernah tidur bahkan ada beberapa wilayah yang ramai nya dimalam hari dan aku pun pergi ketempat itu.
Setibanya disana, aku mencari toko emas yang masih buka dan beruntung, ada toko emas disalah satu mal besar.
"Selamat datang, Kak! Ada yang bisa saya bantu?" ucap pelayan toko yang menghampiri ku.
"Aku ingin menjual emas. Bisakah?"
Saat aku mengatakan itu, pelayan toko itu sontak merubah ekspresi menjadi ketus namun, dia tetap memaksa kan diri nya untuk menjawab dengan tersenyum.
"Maaf, kak. Kami tidak bisa."
Jawaban itu sudah ku duga maka dari itu, sihir diperlukan dan aku pun merapalkan sihir dengan pelan.
"Magic Mind. Charm Friendly."
Sesaat merapalkan itu, ekspresi pelayan sontak berubah senang dan tersenyum lebar.
"Maaf, teman. Apa tadi yang kamu katakan tadi?"
"Aku ingin menjual emas."
"Oh, begitu. Yasudah, ayo ikut dengan ku menemui bos!"
Aku pun tersenyum kecil melihat efek dari sihir berkhasiat sepenuhnya.
"Iya."
Setelah itu, aku dan pelayan pergi ke ruang karyawan yang mana disana terdapat pria oriental yang berkepala botak sedang menghitung pembukuan.
"Permisi, pak! Ada teman saya yang ingin menjual emas."
Ucapan pelayan itu membuat pria botak terkejut hingga di beranjak dari kursinya.
"Apa katamu? Menjual! Jangan bercanda! Kita tidak pernah membeli emas dari orang." Pria botak pun melihat ku. "Sekalipun, kamu teman nya. Aku tidak akan pergi. Sudah sana pergi! Kami mau tutup!"
Memahami sikap dari pemilik toko, aku pun memutuskan untuk mengunakan sihir juga kepada nya.
"Magic Mind. Charm Friendly."
Setelah merapalkan itu, pria botak sontak diam. Lalu, ekspresi nya pun berubah.
"Oh, kamu. kak. Kenapa kakak malam-malam begini ada disini?" ucap pria botak.
"Aku ingin menjual emas. Bisakah?"
"Jika kakak yang ingin menjual tentu saja, saya terima. Tapi, tidak untuk orang lain. Karena kakak spesial. Mari silahkan duduk!"
Setelah itu, aku pun duduk dihadapan pria botak.
"Jadi, mana emas yang ingin kakak jual?"
"Iya, aku ambil dulu!"
Lalu, aku pun memasukan tangan ku kedalam saku celana yang mana sebenarnya aku mengambil dari sihir Storage yang ku tutupi agar tidak terlihat oleh orang lain dan aku pun mengambil satu balok emas dengan berat 1 Kg.
"Ini emas nya!" ucap ku seraya menaruh emas diatas meja.
Melihat besar dan kilau nya emas yang ku taruh membuat pria botak dan pelayan nya terkejut.
"Cantik nya!" kagum pelayan.
"Besar nya dan ... Ini sangat indah. Boleh aku memeriksa nya?" pinta pria botak.
"Iya, silahkan!"
Pria botak itu pun mengambil emas dan memeriksa nya dengan alat khusus sampai dia mendapatkan penilaian nya.
Setelah itu, pria botak kembali duduk dihadapan ku.
"Jadi, berapa yang kakak minta?" tanya pria botak.
"Gimana menurut bapak aja."
Pria botak itu pun mengusap-usap dagu nya seraya menjawab, "Di tahun 2006 ini harga emas sebesar 200 ribu per gram nya jadi kalau satu kilo, kakak bisa mendapatkan 200 juta. Tapi ... itu kalau kakak punya sertifikat. Maka dari itu, saya akan membeli emas ini sebesar 150 juta. Bagaimana? Apakah kakak bersedia?"
Meski harga diturunkan menurut ku tidak masalah. Lagipula emas ini adalah ciptaan ku sendiri.
"Baiklah, aku terima."
Mendengar itu, pria botak tersenyum senang. "Benarkah, terimakasih. Dan, apakah kakak memiliki emas yang lain?"
"Aku punya sepuluh, apakah kamu mau membeli nya?"
"Iya Mau. Tapi, harga nya sama!"
Aku pun tersenyum dan menjawab nya, "Iya, tidak masalah."
Aku pun berhasil menjual sepuluh balok emas seharga 1,5 milliar rupiah dalam satu malam.
Dan, keesokan harinya. Bu Rosa dan semua penghuni panti asuhan dikejutkan dengan sebuah kotak kardus tanpa nama yang berisikan uang 1,5 milliar rupiah.
Semoga uang itu bisa membantu Bu Rosa dan Panti asuhan ini.
...# Penyihir Terkuat Reinkarnasi...
...Di Dunia Modern#...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!