NovelToon NovelToon

My Handsome Security

~ Permulaan ~

Sebut saja namaku Yudha, aku terlahir dari sebuah keluarga yang bisa dibilang cukup sederhana. Ayahku bekerja sebagai seorang petani, sedangkan ibuku hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa seperti umunya ibu-ibu di kampung.

Aku anak pertama dari tiga bersaudara, sedangkan kedua adikku yaitu Dina dan juga Fery, mereka masih duduk dibangku sekolah, Dina saat ini sekolah di SMK dan baru tahun pertama ia masuk, kemudian Fery, ia masih kelas lima disebuah sekolah dasar. Jadi, aku yang memang anak paling besar di keluargaku, mau tak mau harus ikut membantu meringankan beban orang tuaku, sehingga selepas aku kuliah, aku memutuskan untuk mencari pekerjaan dan mengadu nasib di kota besar.

Ternyata, tidak mudah mendapatkan sebuah pekerjaan di kota. Karena persaingan di sana cukuplah sengit, sehingga setelah lama mencari pekerjaan, akhirnya aku diterima di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kontruksi. walaupun ketika itu aku hanya diterima bekerja sebagai seorang security atau satpam. Namun dengan biaya hidup yang cukup lumayan mahal, ditambah aku harus mengeluarkan biaya untuk tempat tinggal yang saat itu aku kost di sekitar daerah tempat aku bekerja. Belum lagi aku juga harus bisa menghasilkan uang untuk menambah biaya sekolah dari kedua adik-adikku di kampung.

Pagi itu, seperti biasa aku sudah selesai mandi, kemudian segera melaksanakan shalat subuh, setelah itu segera memakai seragam kerjaku dan tak lupa menyempatkan untuk sarapan pagi, kemudian bergegas pergi berangkat menuju tempat aku bekerja.

" Wah sudah telat, aku harus cepat-cepat menunggu angkot, takutnya nanti dijalan bisa kejebak macet," gumamku seraya segera berlari ke tempat biasa menunggu angkot.

Setibanya didepan sebuah percetakan, angkot yang biasa aku tunggu, ternyata sudah berada di sana sembari menaikkan para penumpang yang terlihat sudah hampir memenuhi ruangan dalam angkot tersebut. Sehingga dengan gerak cepat, aku segera masuk kedalam angkot tersebut, walaupun memang harus sedikit agak berdesakan yang terpenting aku bisa segera sampai ditempat kerjaku.

Setelah beberapa menit didalam angkot, akhirnya aku pun sudah sampai di depan perusahaan tempatku bekerja kemudian aku turun dan langsung bergegas masuk ke dalam menuju sebuah pos yang memang di peruntukan untuk security seperti aku ini. Dengan nafas yang sedikit tersengal-sengal akibat berlari, akhirnya aku pun sudah masuk kedalam pos tersebut. Seraya ku letakkan tas yang melekat di bahuku kemudian segera duduk di depan monitor.

" Kau sudah datang rupanya Yudha, abang kira kau gak masuk hari ini," ucap bang Tigor yang tiba-tiba sudah berada di belakangku.

" Eh bang Tigor rupanya, ia bang tadi hampir telat, soalnya agak lambat tadi angkotnya bang," sahutku kepada bang Tigor, seraya aku menoleh ke arahnya.

" Oh, ya sudah, abang ijin keluar sebentar ya Yudh, biasa lah antar anak-anak dulu sekolah, mumpung si bos belum datang Yudh ," ucap bang Tigor kepadaku.

"Ok siap bang, masalah absen mah gampang bang, nanti aku absen kan," sahutku kembali.

"Mantap, mantap, abang pergi dulu ya Yudh," ucapnya, seraya ia segera menaiki motornya kemudian melaju pergi menuju rumahnya tersebut.

Ya, memang di pos ini, hanya aku saja sama bang Tigor yang di tugaskan oleh perusahaan untuk berjaga di pos depan, sementara dua orang lainnya lagi, yaitu bang Hanafi dan juga bang Juanda, mereka kebagian tugas berjaga di dalam gedung perusahaan, karena memang hanya kami berempat security yang bekerja di perusahaan ini. Tapi aku sangat bersyukur punya rekan-rekan kerja seperti mereka bertiga, walau pad dasarnya mereka boleh dikatakan lebih senior daripada aku, tapi nyatanya mereka lebih care tanpa ada sekat antara senior maupun junior. karena itulah aku cukup kerasan bekerja perusahaan ini.

"Tiiiitt..tiiit.,"

terdengar suara bunyi klakson mobil yang akan masuk, setelah kulihat ternyata itu mobil bos, sehingga dengan segera aku bergegas membukakan portal untuknya.

"Yudha, nanti siang saya akan mengadakan rapat dadakan dengan para anggota rekanan perusahaan, tolong nanti kamu atur kendaraan para tamu yang nantinya akan menghadiri rapat tersebut ya Yudha," ucap bos kepadaku seraya memberi perintah untuk mengatur kendaraan dari para tamu yang akan datang.

" Siap laksanakan pak", sahutku sembari memberi hormat kepada pimpinan perusahaan tempatku bekerja ini.

"Ya sudah kalau begitu saya masuk dulu," ucapnya seraya berlalu di depanku kemudian pergi.

" Untung saja bos besar gak nanyain bang Tigor, sempat dia nanya kemana bang Tigor, berabe dah urusannya" gumamku dalam hati, sembari ku tutup kembali portal yang sempat aku buka tadi, kemudian aku pun segera masuk kembali kedalam pos.

Begitulah kira-kira tugasku selama ini dalam bekerja, terkadang gak perduli hujan ataupun panas, aku di tuntut harus selalu menjalankan perintah, belum lagi tanggung jawab besar dalam pekerjaanku ini yang mengharuskan aku selalu harus waspada dan siaga dalam keadaan apapun juga. Bagaimana tidak, kami yang hanya berempat harus bisa menjaga keamanan dari sebuah perusahaan yang terbilang cukup sangat besar ini, karena yang kami hadapi bukan hanya monitor ataupun portal, namun kesiapan dari berbagai tindak kejahatan dari luar yang bisa saja mengancam nyawa kami sebagai seorang security. Jadi jangan di anggap mudah untuk menjadi seorang pengaman.

Singkat cerita, jam kerjaku akan segera habis, sehingga aku pun sudah mulai untuk berkemas, karena nanti malam aku ada janji sama kawanku yang satu kos-kosan untuk pergi bermain futsal sepulang kerja nanti.

" Lah udah mau pulang saja kau Yudh, apa gak nanti aja kau pulang, biar kawani abang disini dulu Yudh," ucap bang Tigor seraya memintaku untuk menemaninya nanti malam

"Maaf kali bang, untuk malam ini aku lagi gak bisa bg, soalnya udah kadung janji mau main futsal sama kawanku yang satu kos-kosan bang, kalo gak ada janji kan biasanya juga aku kawani abang," sahutku kepada bang Tigor seraya seraya menjelaskan kepadanya.

"Oh, ya udah gak apa-apa Yudh, tadinya abang kira kau gak ada kegiatan malam ini Yudh, makanya abang minta kau kawani abang, hehehehe," sahut bang Tigor sembari terkekeh ke arahku.

"Kalo boleh abang kasih saran, sebaiknya kau segera beli motor Yudh, kasian abang liat kau tiap hari pulang pergi naik angkot, minimal kalau ada kendaraanmu sendiri, kau gak bakalan ngerasa di kejar-kejar kali waktu Yudh, itupun ya cuma saran abang aja si Yudh," kembali bang Tigor mengajakku bicara.

"Insya allah bang, nanti kalau sudah cukup duitnya aku pasti beli bang, soalnya memang bener sekali apa yang abang bilang itu, karena selama ini aku macam dikejar kali sama waktu bang," timpal ku pada bang Tigor.

"Mudah-mudahan segera kau punya kendaraan dah, abang doakan kau Yudh,"

" Ia bang makasih atas doa nya ya bang, sekalian aku ijin pulang dulu bang soalnya mau nunggu angkot," aku pun berterimakasih seraya meminta ijin untuk segera pulang.

" Ok, ok Yudh, hati-hati kau di jalan," ucap bang Tigor, seraya aku segera bergegas pergi menuju tempat yang biasa angkot-angkot berhenti.

#2 Dunia malam Sang Anak Ceo

Berbanding terbalik dengan kehidupan Yudha, Dina, anak semata wayang dari seorang bos besar dimana Yudha bekerja, kehidupan Dina seakan tidak terlepas dari dunia hiburan malam. Sehari-harinya ia habiskan dengan teman-temannya untuk berfoya-foya. Maklum lah, namanya juga anak seorang bos, apalagi Dina juga punya usaha sendiri, sudah pasti masalah materi tidak terlalu ia khawatirkan.

"Din, malam ini kita kemana,? ucap seorang perempuan yang diketahui itu adalah Yuli. Dia merupakan sahabat sekaligus orang yang akan selalu ada di sisi Dina kemanapun Dina pergi.

"Aku bosan tempat kemarin, lebih baik kita ganti suasana aja Yul," sahut Dina kepada Yuli sembari ia terlihat sedang sibuk memakaikan pernak-pernik miliknya tersebut untuk dipakai ke sebuah club malam di kota tersebut.

" Enaknya dimana ya Din,? Aku bingung kalau disuruh nyari lokasi yang pas," sahut Yuli kembali kepada Dina seraya iapun terlihat ikutan sibuk mendandani Dina kala itu.

"Hmmmmm, kalo menurut aku sih, lebih baik kita pergi ketempat yang dulu pernah kita datangi itu Yul, apa namanya aku lupa lagi Yul," Dina pun langsung mendongakkan kepalanya keatas sambil tangannya dia letakkan di dagunya sambil berfikir.

" Yang mana sich Din,? Lagian kan hampir semua club malam di kota ini pernah kita datangi, mana tau lah aku yang mana Din," sahut Yuli yang malah terlihat kebingungan.

"Aaaaa, aku baru ingat, kita ke Denzo aja Yul, disana Dj nya mantep-mantep, belum lagi audio dan suasananya yang menurutku sangat cocok untuk kita malam ini, cemana setuju gak,? Tanya Dina kepada Yuli

"Oh Denzo itu ya, ya udah kita kesana aja lah biar hepi-hepi kita malam ini Din," sahut Yuli mengiyakan ajakan Dina untuk pergi ke tempat tersebut.

Denzo adalah nama sebuah club malam yang cukup terkenal di kota tersebut. Hampir setiap malam club tersebut beroprasi, terkecuali pada hari-hari tertentu saja club tersebut pun tutup.

" Ya udah ayo kita berangkat Yul, keburu malam kali, payah kita di jalan nanti," ajak Dina kepada Yuli, seraya ia segera berkemas kemudian bergegas keluar kamar dan menuju ke garasi mobil miliknya tersebut.

Setelah itu, mereka berdua pun langsung berangkat menuju tempat yang mereka bilang tadi yaitu Denzo club yang terletak di seputaran jantung ibu kota tersebut. Di sepanjang jalan, Dina maupun Yuli sama-sama mengisap rokok mereka masing-masing. Hingga, sekitar setengah jam mereka di perjalanan, akhirnya mereka telah sampai di depan pintu masuk Club tersebut. Dina kemudian segera memarkirkan kendaraanya kemudian mereka bergegas masuk kedalam Club.

"Tuh kan Yul, apa gue bilang, jam segini aja udah rame, apalagi nanti," ucap Dina sambil matanya melirik kearah July.

" Benar sekali apa yang elo bilang Din, musiknya pun enak-enak", timpal Yuli kepada Dina.

" Sekarang lo pesankan minuman, sekalian barang itu jangan lupa ambil dua ya Yul, aku tunggu disini," ucap Dina yang menyuruh Yuli untuk segera pergi memesan apa yang diminta oleh Dina.

" Ya udah, lo tunggu disini, biar gue pesankan dulu nimumannya, sekalian kucari dulu si pawang itu," sahut Yuli yang seketika berlalu meninggalkan Dina.

Pawang adalah sebutan mereka kepada orang yang biasa mengedarkan atau menyediakan barang berbentuk pil yang biasa orang-orang pakai sembari menikmati musik dan juga minuman yang ada di tempat tersebut. Baik Dina maupun Yuli, mereka berdua sudah tak asing dengan barang haram tersebut, karena mereka memang perlu dorongan dari barang haram tersebut agar mereka bisa lebih tinggi lagi.

" Din, ni udah dapat gue barangnya , lebih baik sekarang kita tekan dulu setengah, nanti kalo belum naik baru kita tekan yang setengahnya lagi," ucap Yuli yang sudah datang sembari ia segera memberikan pesanan tersebut kepada Dina.

" Ya udah ayok lah, tunggu apa lagi," sahut Dina yang segera menenggak barang tersebut setengah di tambah dengan di campur minuman keras yang mereka pesan tadi.

Setelah mereka menenggak barang haram tersebut kemudian mereka langsung turun ke bawah untuk menari bersama tamu-tamu lain yang sudah lebih dulu datang. Dentuman demi dentuman musik yang dimainkan oleh sang Dj, membuat Dina dan juga Yuli semakin menggila. Anggukan, liukan dan juga sesekali mereka terdengar berteriak, menambah suasana didalam Club tersebut menjadi semakin gila.

"Yul, aku belum naik nih, kita tekan lagi yang setengahnya yok," sahut Dina mengajak Yuli untuk segera menekan lagi sisa dari barang tersebut.

"Apa,? aku gak dengar Din,"

Ucap Yuli yang ketika itu kurang mendengar suara dari Dina akibat kerasnya suara musik di sana, sehingga Yuli pun sedikit berteriak kepada Dina, sehingga Dina pun seketika langsung membalas teriakan Yuli.

" Kita tekan lagi sisanya, gue belum naik Yul,"

timpal Dina kepada Yuli yang kini diapun berteriak kearah telinga Yuli. Sehingga Yuli kini dapat mendengar ucapan Dina tersebut.

"Ya udah ayok", sahut Yuli seraya mereka berdua pun segera berbalik menuju ke arah meja tempat minuman mereka berada, kemudian mereka berdua pun langsung menenggak kembali sisa barang mereka tadi.

Setelah itu mereka kembali ke ketempat semula, musik silih berganti, torsi pun semakin keras terdengar, hingga ketika sudah dirasa cukup, akhirnya mereka berdua pun segera beranjak pergi dari club tersebut. Dina terlihat sedikit sempoyongan, begitupun dengan Yuli yang juga hampir sama keadaanya seperti Dina, tapi itu sudah biasa bagi mereka berdua, hingga akhirnya mereka sudah berada di dalam mobi. Kemudian segera bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut dan langsung pulang dalam keadaan mabuk berat.

Berbeda dengan ketika mereka pergi, kini perjalanan mereka pulang terasa sungguh lama, itu karena kondisi mereka berdua yang tengah mabuk. Hingga akhirnya sekitar pukul 04:30 Wib, mereka berdua pun tiba di rumah Dina dan segera masuk kedalam kamar, kemudian merekapun tertidur dengan pakaian dan pernak-pernik hiasan yang masih melekat pada mereka berdua.

Bagi ayah nya, hal tersebut sudah biasa untuknya. Disaat dia melihat anaknya pulang dalam keadaan mabuk berat, apalagi karena kesibukannya mengurus perusahaan dan juga beberapa bisnis lainnya, sehingga terkadang ayahnya tersebut juga boleh dikatakan tidak pernah ada waktu untuk anaknya itu. Dan mungkin itulah alasan kenapa Dina lebih banyak menghabiskan waktu diluar daripada di rumahnya sendiri.

Dan boleh dibilang, Dina maupun Yuli adalah anak-anak yang broken home, sehingga mereka berdua lebih senang ketika menghabiskan hari-harinya ditempat yang memang membuat mereka merasa bahagia. Walaupun apa yang mereka lakukan itu adalah sesuatu yang salah, namun bagi mereka, hanya itulah yang bisa menghilangkan kepenatan dalam hidup mereka berdua.

# 3 pertemuan pertama

" Yudha, tolong kamu pergi kerumah saya, kemudian kamu jumpai anak saya yang bernama Dina, setelah itu kamu bilang kepadanya untuk mengambilkan berkas saya yang berwarna merah, saya letak di dalam ruang kerja saya dirumah," ucap pak Broto kepada Yudha, dan beliau adalah nama dari pimpinan perusahaan yang sering dipanggil big bos tersebut.

" Siap bapak, saya akan segera ambilkan," sahut Yudha dengan sigap, kemudian dia segera pergi menuju rumah atasannya tersebut.

" Mau kemana kau jam segini Yud,? Sahut bang Tigor saat melihat Yudha yang berjalan menuju parkiran kendaraan kantor.

" Eh bang Tigor rupanya, ini bang big bos minta di ambilkan berkas kerumahnya bang," timpal Yudha yang kini terlihat sudah berada diatas kendaraan sembari menghampiri bang Tigor di pos.

" Wah, cairlah kau Yud, apalagi pas dirumah big bos, kau pasti jumpa sama anaknya yang cantik itu, yang jelas kau gak bakalan bisa tidur nanti, hahahahhaa,"

sahut bang Tigor lagi seraya terkekeh ke arah Yudha.

" Oalah bang, bang, macam belum pernah aja aku lihat yang cantik-cantik bang, lagian aku kesana juga cuma ambil berkas bang, bukan mau lihat anaknya pak bos," ucap Yudha seolah membela diri.

" Hmmmmm, iya lah, tapi abang yakin kok, apalagi kau itu masih muda, gagah, ganteng lagi, pastinya cocok lah kalian berdua, hahahhaha," kembali terdengar tawa dari bang Tigor yang mengerjai adik leting nya itu.

" Ahhh, udah lah bang, gak jadi pergi nanti aku bang, heheheh," timpal Yudha yang berusaha agar bisa segera pergi.

" Ya udah, nanti pulangnya abang nitip rokok ya Yud, rokok abang udah habis soalnya," sahut bang Tigor yang akhirnya berhenti mengerjai Yudha, sekalian dia nitip dibelikan rokok.

" Ok siap bang, kalo gitu aku pergi dulu ya bang, marah nanti big bos kalau lama ngambilnya," ucap Yudha pada bang Tigor, kemudian dia pun segera pergi menuju rumah pak Broto.

" Makasih Yud, hati-hati kau dijalan," sahut bang Tigor seraya bergegas membukakan portal untuk Yudha.

Di perjalanan, Yudha kembali teringat ucapan bang Tigor tadi, itu karena Yudha memang selama bekerja di perusahaan tersebut, belum pernah sekalipun berjumpa dengan Dina, anak pimpinan perusahaan tempat dia bekerja.

" Hmmmmm, kok aku jadi penasaran ya, secantik apa si anak pak Broto itu,? gumam Yudha dalam hati yang kini jadi penasaran dengan yang namanya Dina itu.

" Aaahhh, mau cantik atau enggak, yang jelas aku harus segera mengambil berkas pak Broto," gumam Yudha kembali, kemudian ia segera melajukan motornya itu dengan kecepatan yang lumayan tinggi.

Sekitar lima belas menit di jalan, akhirnya Yudha pun kini sudah sampai di kediaman pak Broto, dipandanginya bangunan yang terlihat sangat mewah tersebut hingga kedua matanya itu terlihat terus memperhatikan kemewahan dari kediaman sang bos nya itu tanoa berkedip sedikit pun saking takjubnya Yudha kala itu.

Hingga, disaat Yudha yang masih terpaku di atas motornya itu pun akhirnya tersadar, disaat dia mendengar suara seseorang yang menyapanya dari arah samping nya itu.

" Selamat siang mas, ada yang bisa saya bantu,? Yudha pun terkejut ketika mendengar pertanyaan dari seseorang yang ternyata itu adalah penjaga rumah tersebut.

" Oh, ia maaf pak, saya disuruh sama pak Broto untuk mengambil berkasnya yang ketinggalan dirumah, saya juga disuruh menemui anaknya yang bernama Dina pak," sahut Yudha yang sedikit kelihatan sangat terkejut dengan kehadiran orang tersebut yang secara tiba-tiba itu.

" Jadi mas ini toh yang disuruh sama pak Broto itu,? dan kalau boleh tau, nama mas siapa ya mas,? ucap orang tersebut sembari ia menanyakan nama.

" Iya betul pak, saya yang disuruh sama pak Broto, dan perkenalkan nama saya Yudha pak," sahut Yudha kembali seraya memperkenalkan diri.

" Oh mas Yudha, kalau saya Ratno mas, saya yang menjaga rumah bapak ini mas," terdengar orang tersebutpun memperkenalkan diri juga kepada Yudha, yang ternyata namanya itu pak Ratno petugas keamanan rumah milik pak Broto, dan kami pun akhirnya saling berkenalan.

" Ya sudah mas Yudha, mari saya antar kedalam, soalnya non Dina juga sudah menunggu mas didalam," sahut pak Ratno kepada Yudha seraya mengajak Yudha untuk segera masuk kedalam.

Setelah menutup pagar depan, pak Ratno pun segera mengantarkan saya kedalam untuk menjumpai Dina, ketika baru saja beberapa langkah memasuki halaman rumah tersebut, Yudha pun kembali terlihat melemparkan pandanganya tersebut kesekeliling halaman rumah yang terlihat cukup luas dan juga terdapat kolam renang besar dihalaman rumah pak Broto tersebut.

Bahkan, Yudha pun dibuat takjub ketika melihat beberapa kendaraan mewah yang berjejer rapih di halaman parkir rumah tersebut, sehingga, Yudha pun hanya bisa tertegun melihat pemandangan yang terpampang dihadapan matanya itu tanpa bisa berkata-kata lagi karena merasa takjub dan terpukau.

" Hmmmm, kapanlah aku bisa punya rumah yang besar dan juga punya kendaraan mewah seperti ini,? gumam Yudha yang masih terpukau akan kemewahan rumah beserta isinya tersebut.

" Loh, mas Yudha kok malah diem, ayo kita masuk mas, non Dina sudah menunggu mas di dalam," sahut pak Ratno yang seketika mengejutkan Yudha.

" Maaf lak Ratno, ayo pak," timpal Yudha yang baru tersadar kalau dia sudah berada tepat didepan pintu masuk rumahnya pak Broto.

Setelah itu kami pun akhirnya segera masuk kedalam, kemudian bergegas menuju ruang tamubyang ada didalam rumah tersebut seraya pak Ranto menyuruh Yudha untuk duduk.

" Mas Yudha duduk saja dulu ya, biar saya panggil dulu non Dina," ucap pak Ratno kepada Yudha, kemudian berlalu pergi untuk memanggil anak majikannya itu seraya memberi tahu akan kedatangan Yudha.

Tidak berselang lama, pak Ratno pun sudah kembali barsama seorang gadis cantik yang sepertinya itu adalah Dina, anak dari pak Broto. Rupanya memang benar apa yang dikatakan oleh bang Tigor, ternyata anak pak Broto itu memang sangat cantik rupawan, dengan body nya yang langsing, kulitnya yang putih, mulus, belum lagi kedua matamya yang indah ditambah lagi bibirnya yang terlihat ranum dan menggoda. Sehingga, dengan seketika jantung Yudha berdebar sangat keras akibat rasa kagum sekaligus gugup melihat Dina yang sungguh cantik luar biasa itu kini sudah berada tepat dihadapannya Yudha.

" Maaf, abang yang disuruh papa ambil berkas ini kan,? ucap Dina kepada Yudha seraya menunjukan sebuah map berwarna merah kehadapan Yudha.

" I,,, iya mba, eh non, saya di suruh sama bapak untuk mengabil berkas tersebut ," timpal Yudha kepada Dina, yang seketika terlihat sangat gugup dan juga suaranya yang terdengar terbata-bata.

" Panggil saja Dina bang, gak enak kali dipanggil mba atau non," sahut Dina kembali kepada Yudha.

" Maaf non, saya hanya seorang pekerja, jadi tidak pantas rasanya apabila saya memanggil non dengan sebutan nama non," timpal Yudha kembali menolak secara halus ketika disuruh memangg anak atasannya tersebut dengan nama.

Bersambung>>>>

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!