"Pa, pokoknya Nara tetap tidak mau dijodohkan dengan anaknya teman Papa itu! kalau Papa terus memaksa, mending Nara pergi aja dari rumah ini!'' seorang gadis cantik yang baru saja turun dari lantai atas langsung berjalan menghampiri sang Papa yang sedang duduk serius membaca Koran di Ruang Keluarga sambil tersenyum licik.
"Pasti rencana aku kali ini akan berhasil, soalnya Papa kan sayang banget sama aku." ucap Nara dalam hati sambil tersenyum penuh arti.
Sang Papa hanya melirik sekilas kearah sang Puteri semata wayangnya, yang selalu saja punya cara untuk menolak perjodohan yang sudah di buat olehnya.
''Kamu serius mau nantangin, Papa? kamu yakin mau pergi beneran dari rumah ini?'' Sang Papa meletakkan koran yang ada di tangannya, kemudian menatap sang Puteri yang terlihat melipat kedua tangannya di depan dada sambil menganggukkan kepalanya.
''Ya sudah, kalau begitu kamu pergi saja!'' lanjut sang Papa dengan cuek,
''Ha, kok papa malah ngijinin aku pergi sih.'' ucap Nara dalam hati
''Oh iya, Sayang, kalau kamu mau pergi dari rumah ini, tolong kamu kembalikan dulu ATM, dan kunci mobilmu,'' Sang Papa menengadahkan tangannya ke arah Nara yang terlihat melongok.
''Oh iya, satu lagi pesan Papa, jangan pernah kembali ke rumah ini sebelum kamu bisa mengumpulkan uang 100 juta dalam waktu 1 tahun!'' ucap Papa Nara sambil menyeringai, membuat Nara semakin melebarkan kedua bola matanya.
Sang Papa tersenyum puas dalam hati saat melihat reaksi Puterinya yang terlihat syok. Pasti Puteri cantiknya itu tidak menyangka jika Papa tercintanya ini sudah berani menantangnya.
Dirinya juga sangat yakin bahwa sang Puteri pasti hanyalah berpura pura untuk mengancam dirinya,
''Papa bilang apa barusan? jangan bercanda, Pa, gak lucu!'' ucap Nara sambil terkekeh geli, Nara yakin itu hanyalah sebuah gertakan dari Sang Papa, karena dirinya tahu bahwa Papanya itu sangat menyayanginya dan tak akan bisa hidup tanpa dirinya.
''Emangnya, Papa pernah bercanda?'' tanya balik sang Papa, yang membuat Nara langsung terdiam. Sang Papa menyunggingkan senyum ke arah Puterinya yang mulai terlihat panik.
"Mampus aku, jangan bilang kalau Papa serius sama ucapannya barusan, aku kan cuma bercanda bilang gitu supaya papa batalin perjodohan sialan itu, dan sekarang malah di suruh pergi beneran dari rumah!'' ucap Nara dalam hati sambil menepuk keningnya pelan.
"Dasar begok!" Nara terus saja merutuki kebodohannya, niat hati hanya ingin pura pura mengancam malah jadi seperti ini. Senjata makan tuan.
Nara yang sudah merasa terjebak dengan ancamannya sendiri, akhirnya memutuskan untuk pergi beneran dari rumah, tentunya setelah melalui perdebatan yang cukup panjang dengan Sang Papa, karena pada awalnya dirinya hanyalah pura pura mengancam Sang Papa, namun dirinya tidak menyangka malah di suruh pergi beneran dari rumah mewahnya itu. Apes banget dah.
🌺🌺🌺
Nara yang sudah berjalan cukup jauh dari rumahnya, langsung menghentikan langkahnya, dan kemudian duduk di kursi taman yang ada di pinggir jalan.
''Hah, sumpah ya capek banget, dari tadi muter muter gak ada tujuan, malah haus lagi!'' ucap Nara sambil memegangi tenggorokannya yang terasa sangat kering.
Nara yang tidak membawa dompet dan juga uang sepeser pun, hanya bisa memukul mukul pelan keningnya, sambil merutuki kebodohannya.
Tak lama kemudian, dirinya langsung teringat akan sesuatu, dan langsung merogoh saku celananya dengan cepat, karena seingatnya, dirinya pernah menyimpan uang didalam sana.
''Yes, tuh kan bener ada uangnya!'' teriak Nara dengan senang, sambil mengeluarkan selembar uang dari dalam saku celananya.
Matanya langsung membulat sempurna, saat melihat uang yang baru saja di ambilnya dari dalam saku celananya.
''Yah, cuma goceng!! buat beli boba juga tidak cukup!'' ucap Nara dengan lirih sambil menatap uang gocengan yang ada di tangannya.
Dia terus memandang nanar ke arah selembar uang bergambar seorang wanita yang sedang menari Gambyong tersebut. Dan tanpa sengaja, matanya tidak sengaja melihat seorang penjual es keliling diseberang jalan.
Nara langsung tersenyum lebar dan kemudian langsung menghampiri sang penjual es keliling tersebut. ''Lumayan lah bisa ngilangin haus dikit dikit!'' ucap Nara dengan sedikit terkekeh,
Nara langsung beranjak dari duduknya, dan segera melangkahkan kakinya untuk segera menyeberang jalan, namun tiba tiba dari arah berlawanan, sebuah mobil mewah melaju dengan kecepatan tinggi, dan tanpa sengaja menyerempet Nara hingga dirinya terjatuh di jalanan.
Akkhh...!
''Hei, bisa nyetir gak sih?'' tanya Nara dengan nyolot.
(padahal mah si Nara nya aja yang nyebrang kagak liat liat, yakan??😂)
Seorang pemuda tampan langsung menghentikan mobilnya dan segera keluar dari dalam mobil dengan panik, saat melihat seorang gadis yang terserempet mobilnya.
''Kau baik baik saja?'' Tanya pemuda tampan itu dengan raut wajah khawatir.
''Astaga, Kau bilang apa? Kau tidak lihat kakiku luka seperti ini? kalok sampai kakiku di amputasi, gimana coba?!'' ucap Nara dengan lebay.
''Ha? di amputasi?'' Pemuda tampan itu bergumam sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
''Astaga, ini orang lebay banget sih, luka seperti itu palingan di kasih obat biru juga sembuh!'' bathin sang pemuda itu sambil melihat luka lecet di kakinya.
''Heh, malah bengong lagi, tanggung jawab dong? Kaki Aku terkilir nih!'' ucap Nara dengan garang, membuat pria tampan itu langsung tersadar dari lamunannya.
''Baiklah, Aku akan tanggung jawab, Ayo aku antar ke tukang urut sekarang!'' kata sang pemuda itu sambil mengulurkan tangannya.
''Mau ngapain ketukang urut?'' tanya Nara dengan wajah bingungnya.
"Bukannya, tadi kau mengatakan bahwa kakimu terkilir? ya sudah. Ayo, sekarang juga Aku antar ketukang urut, Aku lagi buru buru, mau balik lagi ke kantor!'' jelas pemuda tampan itu.
''Aku, gak mau!'' tolak Nara sambil membuang pandangannya ke arah lain.
''Kenapa?'' tanya pemuda itu sambil menautkan kedua alisnya. Namun Nara tetap bersikeras mengatakan tidak mau.
''Lalu Kau mau bagaimana?'' tanya sang pemuda itu lagi, sambil melihat jam yang ada di pergelangan tangannya. Gadis ini sungguh membuatnya pusing, padahal dirinya sedang buru buru ingin bertemu dengan klien.
''Yah, pokoknya aku gak mau dibawa ketukang urut titik!'' ucap Nara sambil merotasikan kedua bola matanya dengan kesal.
''Ya sudah, begini saja, bagaimana jika kau ikut kerumahku sekarang, biar nanti pembantuku yang mengurusnya, soalnya Aku lagi buru buru mau balik ke kantor!'' ucap si pemuda yang akhirnya mengalah, sambil terus melihat jam dipergelangan tangannya.
''Haishh... gitu kek dari tadi, ya udah yuk, let's go! Aku uda haus banget ini!'' Nara berjalan mendahului Pemuda itu dan langsung masuk kedalam mobil membuat sang pemuda tampan itu melongok tidak percaya.
''Bukannya tadi katanya kakinya terkilir yah? kok tiba tiba langsung bisa jalan?'' ucap sang pemuda itu dalam hati sambil berjalan menyusul Nara yang sudah anteng duduk di dalam mobilnya.
Setelah mereka selesai memakai safety belt nya, mobil mewah itu pun langsung melaju dan mulai bergabung dengan kendaraan lain di jalanan. Di dalam mobil keduanya hanya saling diam dengan fikiran masing masing.
🌺🌺🌺
Agam Lawrenz
Naraya Putri Arkhatama
''Kita sudah sampai, ayo turun!'' ajak Agam sambil membuka safety belt nya.
''Wah, ini rumahmu?!'' Nara memandang takjub keseluruh penjuru rumah Agam. Agam tidak menjawab pertanyaannya, dia terus berjalan sambil membuka pintu utama.
''Bibi...!''
Agam berteriak memanggil sang Pelayan.
Seorang wanita paruh baya datang tergopoh gopoh menghampiri sang majikan.
''Iya Tuan, ada yang bisa saya bantu!'' ucap sang Pelayan sambil menundukkan kepala sebentar.
''Tolong urus gadis ini, saya mau balik ke kantor lagi!'' ucap Agam sambil berlalu masuk ke ruang kerja, untuk mengambil berkas berkasnya yang tertinggal.
''Ayok Non, silahkan duduk! Non, mau minum apa?'' tanya sang Pelayan dengan sopan.
''Oh iya, Bik, tolong bikinin jus dong Bik! soalnya, Nara haus banget ini!'' ucap Nara nyengir sambil memegangi tenggorokannya yang sudah kering kerontang..
''Baik Non, tunggu sebentar ya, biar Bibik buatin!'' ucap sang Pelayan sambil tersenyum dan kemudian langsung melangkahkan kakinya ke arah dapur.
🌺🌺🌺
Agam yang baru pulang dari kantor langsung masuk ke dalam rumah, saat melewati ruang tamu, matanya tidak sengaja melihat seorang gadis yang sedang tertidur di atas sofa dengan nyamannya.
"Ck, ini orang kenapa masih disini sih! ucap Agam dalam hati sambil berjalan ke arah sofa dan mendekat ke arah gadis tersebut.
''Wooiii.. banguuun!'' Agam berteriak di dekat kuping Nara, membuat Nara terkejut dan langsung terbangun.
''Astaga, bisa gak sih gak teriak teriak dikuping orang!'' ucap Nara sambil memandang wajah Agam dengan kesal.
''Sudah puas tidurnya?'' tanya Agam sambil bersedekap dada. Dirinya pikir gadis ini sudah pergi dari rumahnya, tapi ternyata masih di sini dan malah enak enakan tidur di atas sofanya.
''Maksudnya?'' tanya balik Nara dengan wajah cengoknya.
''Sekarang kau bisa pergi dari rumah ini, kakimu sudah sembuh kan? Ayo, sekarang cepet keluar!'' ucap Agam sambil menunjuk pintu keluar, namun gadis itu hanya diam dan menundukkan kepalanya saja.
Beberapa detik berlalu, gadis itu tetap tidak beranjak juga dari tempat duduknya, membuat Agam heran dan langsung menautkan kedua alisnya.
''Kenapa kau malah bengong disitu, kau tidak mendengarku?'' tanya Agam dengan raut wajah datarnya.
''Aku itu tidak punya rumah, Aku hanya sebatang kara!'' ucap Nara dengan sok dramatis sambil mengeluarkan air mata buayanya.
"Mudah mudahan ini orang percaya sama omonganku! soalnya aku kan emang lagi pergi dari rumah dan gak boleh balik sebelum dapat uang 100 juta..!! ucap Nara dalam hati yang langsung teringat dengan tantangan dari sang papa.
''Itu bukan urusanku, sekarang juga kau harus pergi dari rumah ini!'' ucap Agam sambil menatap tajam ke arah Nara.
''Eh busyet, kejam banget sih jadi orang, kalau aku keluar dari rumah ini, terus aku dijalan diapain orang gimana? Kau mau tanggung jawab? terus nanti kalok ada berita gini '' seorang gadis ditemukan tidak bernyawa karena...--''
''Stop, jangan di lanjut!'' kata Agam yang langsung memotong ucapan Nara.
''Kau tidak perlu bicara panjang kali lebar kali tinggi, karena kepalaku pusing mendenger ocehanmu itu!'' lanjut Agam dengan sarkasnya.
''Kalau begitu, berarti aku boleh dong tinggal dirumah ini!'' ucap Nara dengan penuh harap.
''Ck, Dasar nyusahin! Baiklah kalau begitu. Kau boleh tinggal disini, Tapi, Kau harus jadi pelayan di rumah ini!'' ucap Agam sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
''Ha, gimana? tunggu tunggu, maksudnya gimana tadi, Aku boleh tinggal disini, tapi harus jadi pelayan gitu!'' ujar Nara memastikan bahwa telinganya tidak salah dengar.
''Iya, kebetulan pelayan di sini lagi izin untuk pulang kampung, Jadi kau bisa sementara gantikan pelayan sebelumnya!'' ucap Agam.
''Ok deh, gak apa apa jadi pelayan juga, dari pada aku luntang lantung dijalanan dan gak jelas!'' ucap Nara yang kemudian membuat Agam langsung melongok tidak percaya.
''Terus gaji aku jadi pelayan berapa?'' lanjut Nara to the poin.
''Haish, Kau itu, kerja saja belum sudah tanya gaji, dasar mata duitan!'' ujar Agam dengan sewot.
''Ya iya dong, Aku harus tau dulu gajinya itu berapa, kali aja gaji aku gak sesuai sama kerjaan yang di kasih, kan bisa rugi aku!'' ucap Nara dengan gaya songongnya.
''Cerdass..!''
Agam menjentikkan jarinya dan membuat Nara langsung tersenyum lebar.
''Lima juta, bagaimana?'' lanjut Agam sambil menatap Nara yang masih tersenyum lebar.
(Anggap aja gajinya segitu ya gaes soalnya ini dunia novel bukan dunia nyata😂)
''Lumayan lah,'' ucap Nara dalam hati.
''Ok, deal..!'' ucap Nara sambil mengulurkan tangannya.
''Eh, tunggu dulu! kita kan belum kenalan, kenapa sudah main deal deal lan?'' tanya Agam sambil menautkan kedua alisnya.
''Oh iya lupa. Aku, Nara!'' ucap Nara sambil mengulurkan tangannya kembali.
''Agam Lawrenz. dan sekarang Aku adalah majikanmu! dan satu lagi, panggil Aku dengan sebutan Tuan Muda,'' ucap Agam dengan tegas.
''Baiklah Tuan Muda..!'' ucap Nara dengan patuh.
''Ok, kalau begitu sekarang kamarmu ada dibelakang rumah ini, silahkan istirahat! dan mulai besok kau bisa mulai bekerja menjadi pelayan!'' ucap Agam sambil melangkah pergi meninggalkan Nara seorang diri.
🌺🌺🌺
Agam duduk di sofa sambil memainkan ponselnya, setelah itu langsung berteriak dan memanggil sang pelayan.
''Nara...!'' teriak Agam dengan suara menggelegar. Membuat Nara yang sedang menuang air kedalam gelas langsung terlonjak kaget.
"Astaga, iya Tuan, sabar napa sih, gak usah teriak teriak kayak dihutan gitu, Aku itu gak budek!'' sungut Nara sambil memanyunkan bibirnya. Dirinya yang sedang ingin minum terpaksa menunda gara gara teriakan dari majikan songongnya itu.
"Kenapa Kau memakai baju seperti itu? kau fikir kita mau ke kondangan?'' tanya Agam sambil melihat penampilan Nara dari atas sampai bawah.
''Aku kan emang gak punya baju buat ke kantor, seharusnya Tuan sebagai Majikan harus belikan baju buat ke kantor dong!'' ucap Nara dengan asal ceplos.
"Pakai ini!'' perintah Agam sambil menyerahkan sebuah paperbag kepada Nara
"Aku tunggu 10 menit untuk berganti pakaian sekarang!'' lanjut Agam sambil melihat jam di pergelangan tangannya.
''Ha, 10 menit? tapi Tuan..--''
Ucapan Nara langsung dipotong cepat oleh Agam.
''Satu...!!''
Agam mulai menghitung membuat Nara menjadi panik.
''20 menit ya Tuan..!'' tawar Nara.
''Dua..!!'' Ucap Agam terus menghitung tanpa memperdulikan reaksi Nara.
''Ok..ok.. Aku ganti baju sekarang!'' ucap Nara sambil berlari ngibrit ke dalam kamar.
"Sialan ini majikan, bisa bisanya Aku disuruh ganti baju dalam waktu 10 menit! *B**athin Nara menggerutu*.
🌺🌺🌺
''Nara...!''
Agam kembali berteriak dengan kesal, karena sudah lebih dari sepuluh menit, namun sang pelayan tidak juga menampakkan batang hidungnya.
"Iya, Tuan. ya ampun nyebelin banget sih!'' ucap Nara dengan napas ngos ngosan.
''Ayo, segera berangkat sekarang!'' ajak Agam sambil beranjak dari duduknya.
''Sekarang Tuan?'' tanya Nara dengan begoknya.
Agam langsung melirik tajam kearahnya, membuat Nara langsung menelan salivanya dengan susah payah.
Sesampainya dikantor...
''Tolong buatkan kopi sekarang!'' Nara yang ingin mengikutinya masuk kedalam ruangan langsung menghentikan langkahnya, saat mendengar Agam memerintahnya.
''Baik, Tuan!'' Nara langsung pergi menuju pantry, dirinya yang ingin membuka mulut untuk mengucapkan sesuatu terpaksa ditunda sebab Agam langsung melirik tajam ke arahnya.
"Ah elah.. emang di kantor sebesar ini gak ada office boy nya apa? Aku kan gak tau gimana caranya buat kopi!! nyusahin aja nih orang!! bathin Nara menggerutu sambil melirik kesana kemari mencari seseorang yang bisa di tanyain.
"Gimana caranya yah?" Nara memandang ke arah sebuah gelas kaca sambil menggaruk pelipisnya yang tiba tiba terasa gatal.
"Aha, Aku ada ide.'' Nara tersenyum sambil mengeluarkan ponselnya, setelah itu jarinya dengan lihai mengetik bagaimana cara membuat kopi,
Setelah selesai membuat kopi, Nara langsung membawanya masuk ke dalam ruangan Agam.
''Silahkan Tuan, ini kopinya!'' ucap Nara sambil meletakkan kopi diatas meja dan tersenyum manis.
Agam hanya meliriknya sekilas dan kemudian fokus kembali pada laptopnya. Sementara Nara hanya diam berdiri di sebelah sang Tuan Muda sesuai perintahnya tadi.
Tak lama kemudian terdengar suara pintu di ketuk oleh seseorang, membuat Nara dan Agam langsung menoleh ke arah sumber suara.
''Permisi Pak, diluar ada Nona Miranda ingin bertemu dengan bapak!'' ucap seketaris Agam dengan sangat sopan.
Belum sempat Agam menjawab, seorang gadis langsung masuk begitu saja kedalam ruangan Agam.
"Kalau begitu saya permisi, Pak!'' ucap sang sekretaris sambil menutup pintu ruangan Agam.
''Hai, sayang!'' ucap seorang gadis dengan dandanan nyentrik sambil berjalan lenggak lenggok, kemudian gadis itu langsung mencium Agam dengan mesra, membuat Agam dengan senang hati membalas ciuman Miranda walau mereka berada di depan Sang Pelayan.
''As**taga, mata Aku* uda ternoda sama mereka!! dan, ya ampun. ini ondel ondel siapa coba, dateng dateng langsung nyosor aja! bathin Nara sambil menggerutu kesel*.
Setelah selesai dengan kegiatan mereka berdua, Agam langsung mengajak Miranda untuk duduk di sofa.
''Oh ya sayang, kenapa sih akhir akhir ini jarang banget temui aku, aku kan kangen!'' ucap Miranda sambil bergelayut manja dilengan Agam.
''Hueekk... Aku mau muntah denger ini ondel ondel ngomong begitu! bathin Nara sambil menutup mulutnya.
''Maaf ya sayang, beberapa hari ini aku memang sibuk banget," ucap Agam sambil melirik Nara dan memintanya untuk mengambilkan kopinya yang ada diatas meja.
''Oh iya sayang, apa kau mau minum? biar dibuatin sama pelayan aku!'' ucap Agam sambil menatap Miranda yang selalu tampil sexy di manapun berada, membuat mata Agam menjadi segar kembali.
''Gadis ini pelayanmu?'' tanya Miranda sambil melirik sinis ke arah Nara, membuat Nara menjadi salah tingkah. Miranda tidak suka jika Agam memiliki seorang pelayan yang cantik.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!