NovelToon NovelToon

Building A City In Ancient Times

Chapter 1 : Akses Dunia Lain

The Main Character's Point of View (POV)

•••

Oke, baiklah, aku paham sekarang.

Aku baru saja berpindah ke suatu dunia aneh setelah mengucapkan “Dunia Lain”.

Sekarang aku sedang berada di dalam kereta kuda yang menuju ke Kota Insel. Kota yang aku tuju ini berada di bagian ujung selatan Kerajaan Artea yang berbatasan langsung dengan lautan lepas.

Kota tersebut baru saja kubeli dari seorang Baron miskin hanya dengan menukarkan pakaian kemejaku yang menurutnya adalah pakaian terbaik di dunia ini.

Aku tidak begitu paham, jadi yah aku menjualnya kepadanya. Lagi pula niat awalnya aku hanya ingin membeli rumah untuk tinggal, tapi karena diberikan kota plus dua keping perak, kenapa aku tolak?

“Anak muda, kita sudah sampai di gerbang masuk Kota Insel,” Pak kusir akhirnya memberiku pemberitahuan dari tempat kemudi di depan. Aku yang mendengarnya segera menjawab lalu membuka tirai jendelaku untuk melihat bagaimana kondisi dari kota ini.

Dan ... itu sangat suram ...

Kudengar bahwa ini adalah wilayah kerajaan besar Artea, tapi tidak kusangka ada kota yang sangat suram seperti ini.

Dipinggiran jalan yang kami lalui, banyak orang-orang yang terlihat sakit-sakitan, tubuh mereka kurus kering seolah belum makan selama beberapa hari. Selain itu, siang hari yang biasanya dipenuhi dengan kebisingan anak-anak kecil bermain bola, itu tidak akan bisa ditemukan ada di kota ini, sebab ini lebih seperti kota mati!

Sekarang aku memikirkannya lagi, tidak heran Baron licik itu rela menjual kota ini seharga kemeja yang aku kenakan, rupanya ini benar-benar kota yang sangat suram!

Treppp ...

Ketika kereta kuda yang aku tumpangi berhasil mencapai depan mansion, aku pun turun hanya untuk menghadapi ratusan pasang mata yang menatapku dengan penasaran.

“Hei, siapa dia? Apakah dia bangsawan?”

“Entahlah, ayo kita dekati mereka!”

“Ya, ayo!”

Seketika karena adanya kehadiran dirimu sebagai orang asing di kota ini, semua warga kota yang berada di sekitar lokasi segera berdatangan dan mengelilingi seluruh lokasi tempat kereta kuda berada, masing-masing dari mereka adalah orang dengan pakaian yang terlihat usang dan robek-robek, mereka bahkan kelihatan seperti orang yang tidak mandi.

“Anak muda, aku pergi dulu! Semoga kau beruntung!” Kusir tua yang mengantarku itu melempar senyum canggung padaku sebelum akhirnya melaju pergi meninggalkan Kota Insel dengan cepat.

"Hei, tunggu!"

Tetapi ia sudah jauh— tidak, dia hanya pura-pura tidak mendengarku!

“Siapa anda?” Seorang lelaki tua bertubuh agak lebar bertanya kepadaku di depan semua orang yang berkerumun di sana.

Aku berbalik dan menatapnya,“Aku adalah orang yang akan memimpin kota ini selanjutnya.”

“Apa?”

“Jadi dia bangsawan!” Tatapan banyak orang yang sebelumnya terlihat curiga kini berubah menjadi sangat geram dan kesal, seolah amarah yang tersulut sudah tidak bisa terbendung lagi.

“Hei, Hei, tenanglah, ada apa ini?” Aku melangkah mundur dengan dahi berkeringat. Inikah alasan kusir tua itu mengucapkan semoga beruntung untukku? Sebenarnya apa yang terjadi dengan kota ini!

“Aku tidak bermaksud jahat, jadi tolong ...” Aku mencoba untuk merendahkan amarah publik, sebab akan sangat buruk jika hari pertamaku di dunia lain akan seburuk ini.

“Kau tidak bermaksud jahat?” Lelaki tua itu tertegun sejenak sebelum akhirnya terlihat memarahiku,“Bagaimana kami bisa mempercayai kalian kaum bangsawan? Baron Luke itu bahkan sudah kabur dengan semua hasil panen kami dan tidak kembali berminggu-minggu, kalian semua bangsawan pasti jahat!”

“Aku tidak ...” Sekarang aku paham kenapa mereka membenciku seperti ini, rupanya karena Baron bajingam itu! Sial, aku benar-benar kena penipuan, harusnya aku tidak membeli kota ini!

“Usir dia! Usir dia!” Banyak orang yang sudah mulai berteriak lantang, seolah bukan hanya ingin mengusirku, mereka lebih seperti ingin membunuhku!

Aku tidak ada pilihan lagi ...

“Berikan aku kesempatan!” Aku membungkuk hingga separuh badan menghadap tanah, membuat setiap yang menyaksikan tindakanku menjadi kaget dan terkejut.

“Di-Di-Dia membungkuk!”

Ini fenomena langka, bahkan mereka tidak pernah melihat ada seorang bangsawan yang berani lebih dulu membungkuk untuk merendahkan diri di hadapan para rakyat jelata

“He-Hei ... Dia sepertinya bukan orang jahat ...” Beberapa orang mulai sadar dan ragu dengan keputusan mereka untuk mengusirku.

“Hmm ...”Bahkan orang tua yang sebelumnya berbicara menyadari sikap rendah hati dariku membuat matanya sedikit melebar.

“Mari beri dia kesempatan,” ucapnya dengan tenang, “Barangkali dia memang benar-benar serius membangun kota ini, tidak ada salahnya kita memberinya kesempatan.”

“Hah!” Aku membuka kelopak mataku dan mendongak kembali menatap lelaki tua itu dengan penuh terima kasih.

“Old Sam, apa kau yakin? Bagaimana jika dia hanya ingin memanfaatkan kita?”

Ada beberapa warga kota yang masih skeptis terhadap diriku yang seorang bangsawan, mereka takut jika aku sama dengan penguasa kota sebelumnya yang membuat mereka sengsara.

“Kalian tidak perlu khawatir, aku berjanji akan membangun kota ini!” Aku sekali lagi menambah keyakinan di hati mereka sehingga mereka benar-benar memberi kesempatan padaku.

“Mari kita percayai dia, siapa tahu ... dia memang sangat serius,” lelaki tua itu ikut meyakinkan orang-orang untuk mempercayaiku sehingga kerumunan akhirnya menerima apa yang diucapkan olehnya, lalu memutuskan untuk bubar meninggalkan diriku dengan lelaki tua itu berdua.

“Ayo, ikut aku!” Aku diajak pergi olehnya ke arah mansion sambil bercakap-cakap beberapa omong kosong.

Setelah masuk ke mansion itu, aku dikejutkan dengan semua perabotan dan peralatan yang sudah hilang, bahkan karpet merah yang biasanya disediakan di pintu masuk mansion sudah hilang entah ke mana.

Singkatnya, ini tidak ada bedanya dengan rumah kosong.

“Ke mana semua perabotan di mansion ini?” pertanyaanku sampai pada lelaki tua bernama Samsa itu, dan dia menjawabku.

“Semuanya sudah dibawa pergi oleh Penguasa Kota sebelumnya, yaitu Baron Luke!”

“Huh ...” Aku menghela nafas berat, ini artinya ...

Aku diajak pergi lagi ke arah gudang harta, dan benar saja, tidak ada satu pun benda berharga di sana.

Ini artinya Kota Insel adalah kota termiskin di Kerajaan Artea!

Tapi itu tidak apa, setidaknya masih ada tempat tidur yang bisa aku gunakan untuk beristirahat sejenak sambil menyuruh Samsa atau Old Sam untuk pergi dengan dalih aku ingin memikirkan rencana selanjutnya tentang mengembangkan kota ini

“Phew ... akhirnya aku bisa sedikit bebas ...” Aku melangkahkan kakiku ke arah jendela sambil memandang keluar.

Karena ini adalah lantai tiga, aku dapat melihat dengan jelas kondisi Kota Insel yang berantakan, aku menengok lagi ke arah selatan, di sana adalah lautan lepas dengan pemandangan yang indah.

“Indah tapi berbahaya ...” Tapi ini bukan tentang pantai tersebut.

Aku mengambil langkah kembali menjauh dari jendela, lalu menghela nafas berat sebelum akhirnya mencoba apa yang aku ingin coba.

“Dunia asal!”

“...”

“Kembali!”

Masih tidak terjadi apa-apa.

“Bumi!”

Jrenggggg ...

Tiba-tiba saja muncul sebuah lubang biru muda yang langsung menelanku ke dalamnya dan menghilangkan tubuhku seketika dari antara dunia tersebut. Ketika muncul kembali, aku menemukan diriku muncul kembali di tempat terakhir kali aku berpindah, yaitu kamarku yang berada di Bumi.

“Akhirnya aku kembali lagi ... Hufttt ...” Aku menghirup dan menghembuskan nafas kembali, sekarang aku kembali pada kesendirian lagi, sebab aku, Xavier, hanyalah sebatang kara di bumi.

•••

Bersambung!

Jangan lupa tinggalkan like, comment, dan vote sebagai dukungan kepada Author, makasih :)

Chapter 2 : Memikat Hati

Xavier adalah seorang pria muda berumur 20 tahun yang menghidupi dirinya seorang diri di rumah kecil ini, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Xavier bekerja sebagai seorang penulis berita online, meski penghasilannya tidak menentu, setidaknya dia masih bisa hidup.

Xavier memiliki tinggi badan 176 cm, bentuk tubuhnya bagus dan six pack meski tidak terlalu, warna kulitnya yang terlihat mulus tanpa jerawat adalah hal spesial, dia tampan dan memiliki ekspresi yang tenang, juga aura yang positif.

Pada saat SMA dia adalah sosok yang menjadi kesukaan banyak wanita di sekolahnya, bukan karena wajahnya saja yang tampan melainkan juga karena dia berprestasi, tetapi semua berubah setelah itu, teman-teman atau sahabat-sahabatnya yang berkata akan menjadi teman selamanya mulai menjauh karena semua orang sudah dewasa, mereka sadar bahwa Xavier memiliki ekonomi yang rendah dan orang seperti Xavier benar-benar tidak akan membawa pengaruh apapun pada kehidupan mereka.

Xavier juga menyadari kejamnya dunia ini, hanya dengan memiliki wajah yang cukup tampan tidak akan terlalu berguna, sekarang yang terpenting adalah uang, karena alasan inilah dia selalu bekerja lebih keras daripada orang-orang di usianya— Akan tetapi sekuat dan seteguh-teguhnya ia berjuang, nasib tetaplah tidak menentu, Xavier yang sudah bekerja keras tetaplah miskin.

“Huft ... hidupku, apakah tidak bisa berubah?” Sambil berbaring di atas tempat tidurnya, Xavier merenungkan nasibnya.

Dia percaya bahwa aksi adalah faktor utama, tetapi sudah banyak dia melakukan aksi namun tetap saja hidupnya sulit.

“Haruskah aku menjual rumah ini ...”

Sebenarnya beberapa minggu terakhir sudah ada beberapa pihak yang mengincar rumahnya untuk dibangun toko karena lokasi yang bersebelahan dengan sekolah menengah, bisa dibilang sangat strategis, akan tetapi Xavier menolaknya dengan dalih “Aku akan memikirkannya.”

“...”

Malam memang tenang, tetapi tidak dengan pikiran pemuda itu. Dia terus memikirkan tentang masa depannya sambil menghisap sebatang rokok yang ada di tangannya untuk mengendalikan pikirannya.

‘Mari berikan kesempatan kepadanya, siapa tahu dia benar-benar serius!’

Tiba-tiba perkataan Samsa berdengung di dalam benaknya yang riuh itu, memicu pikiran Xavier dan hatinya menjadi agak kacau.

“Huftttt ...!!”

Malam hari itu, Xavier akhirnya mendapatkan tekadnya.

“Aku akan menguji coba terlebih dahulu!” Xavier bangkit berdiri, lalu berjalan ke arah meja belajarnya dan memegangnya.

“Dunia Lain!”

“Dunia Lain!”

Tetap dia tidak berpindah tempat, ini membuatnya sedikit bingung hingga akhirnya memikirkan suatu ide.

Pertama-tama, untuk menjalankan idenya, Xavier memindahkan seluruh barang-barang yang ada di atas meja tersebut untuk meringankannya, lalu mengangkat meja belajarnya dengan kedua tangannya sehingga benda tersebut tidak menyentuh apapun lagi selain tangannya.

“Dunia lain!”

Swipppp!

Ia menghilang dengan cara yang sama seperti terakhir kali, ketika akhirnya iamuncul kembali, Xavier sudah mendapatkan dirinya tiba di mansion penguasa kota.

Ini artinya percobaannya berhasil! Meja di tangannya benar-benar ikut berpindah bersamanya!

“Jadi begitu ...” Xavier berkata sambil meletakkan meja di tangannya kembali ke lantai, “Rupanya benda apapun yang harus kubawa tidak boleh bersentuhan dengan lantai atau tanah!”

Hal ini membuat Xavier yakin dengan tekadnya sebelumnya.

Dia pun kembali lagi ke bumi, dan pagi harinya ia langsung memutuskan untuk menghubungi pihak pembeli dan menjual rumahnya, cukup mengejutkan bahwa itu laku $70.000, dan dibayar dengan debit ke aplikasi mobile banking-nya.

Setelah laku terjual, Xavier akhirnya mencari rumah kecil di kawasan pinggiran kota seharga $11.900. Adapun uang sisanya ... Xavier menggunakan uangnya yang lain untuk memesan 1 ton gandum ke rumahnya, tak lupa juga memesan banyak makanan kalengan dan banyak pula bibit-bibit tanaman yang dia pesan.

Setelah itu semua, uangnya masihlah tersisa $53.600 di dalam rekening digitalnya.

“Baiklah ... akan ada kerja keras!”

Yah, kerja keras untuk memindahkan semuanya ke dunia lain!

Sebelum melakukan itu semuanya, Xavier terlebih dahulu pergi ke dunia lain dan pergi ke gudang mansion, di sanalah dia berteleportasi lagi ke bumi.

Tujuan dari Xavier melakukan hal ini adalah untuk mengatur tempat teleportasinya, misalnya dia terakhir kali berada di gudang harta, maka saat dia berteleportasi dari bumi ke dunia lain, maka dia akan langsung tiba kembali di gudang harta.

Singkatnya seperti itu.

Kini Xavier sudah muncul kembali ke bagasi rumah tempat dia menaruh semua hal yang dia beli.

“Huft, andai saja aku bisa mengangkat ini semuanya ...” Xavier membayangkan dia memiliki kekuatan sihir, tapi sepertinya itu tidak mungkin jadi dia mulai mengerjakannya dengan cara mengangkat mereka satu per satu!

•••

Siang hari, Xavier memanggil Old Samsa ke mansionnya.

“Ada apa anda mencari saya?” Old Samsa sedikit memperhatikan Xavier yang berkeringat seolah baru saja melakukan pekerjaan berat, ‘Apa yang dia lakukan?’

“Hmm, Old Sam, bisakah kau siapkan pembakaran dan alat-alat masak? Serta ... beberapa pemuda yang kuat,” Xavier meremas senyum ramah sekaligus meminta tolong.

“Itu ...” Old Sam sedikit bingung, tetapi tetap mengangguk dan melaksanakannya, sepertinya selain mencurigai Xavier, dia juga lebih tertarik dengan apa yang akan Xavier lakukan.

“Baiklah, saya akan meminjamnya dari para warga kota!” Old Sam menjawab, lalu berbalik dan bergegas pergi ke setiap rumah ibu-ibu yang suka memasak untuk meminjam alat masak mereka.

“Tuan Baron ...”

“Panggil saja Xavier.”

“Emm, baik. Tuan Xavier ... Saya sudah melakukan apa yang anda suruh, mereka akan datang sebentar lagi,” ujar Old Sam yang baru saja kembali menghadapi Xavier di halaman depan mansionnya.

“Baguslah ...” Xavier lalu membuang mata kepada 10 pemuda yang terlihat masih cukup kuat di belakang Old Sam, “Ayo ikut aku, aku ingin kalian membantuku mengangkat sesuatu.”

Mereka bersepuluh saling memandang satu sama lain, bahkan jika Xavier adalah penguasa kota yang baru, tetap saja mereka belum mempercayainya.

“Ayo ikuti dia.” Hanya ucapan Old Sam yang membuat mereka akhirnya menerima ajakan Xavier untuk pergi ke dalam mansion tuk mengambil sesuatu di dalam gudang harta.

Beberapa saat kemudian, di depan mansion, terdapat banyak orang yang mengantri untuk mendapatkan makanan yang disiapkan oleh Xavier melalui orang yang dia suruh untuk memasaknya.

“Tambah lagi jika kalian mau! Aku masih punya banyak!” Xavier berkata dengan senyum ramah demi memikat hati setiap warga Kota Insel.

"Baik, Penguasa Kota!"

"Penguasa Kota sangat baik!"

Xavier senang mendengar pujian-pujian yang datang dari mulut para warga kota, karena dengan itu maka rencananya berhasil.

‘Ternyata memang benar, manusia akan melakukan apa saja demi makanan. Itu artinya makanan adalah umpan terbaik untuk merebut hati orang-orang!’ batin Xavier. Dia benar-benar semakin semangat, selama dia bisa mengembangkan kota ini menjadi kota besar, maka dia mungkin akan untung besar!

“Kakak, aku ingin tambah!” Seorang anak kecil datang kepada Xavier dengan wajah memerah karena malu.

Mendengar permintaan gadis kecil berambut coklat ini, Xavier menunduk dan mengelus kepalanya sembari bertanya kepadanya dengan nada yang lembut, “Siapa namamu?”

“Liani ...”gadis kecil itu menjawab dengan malu-malu kucing.

Imutnya ...

Xavier mengelus kepalanya sekali lagi dan memerintahkan orang-orang untuk memberinya tambahan. “Kalian, berikan Liani makanan lagi!”

“Baik!”

Sepertinya hati mereka benar-benar sudah dicuri dengan sikap baik hati Xavier, membuat mereka menjadi lebih loyal menerima perintahnya.

Xavier terus memikat hati mereka lagi dengan tawarannya. “Oh, yah. Bagi kalian yang rumahnya sudah rusak, silahkan bermalam untuk sementara di mansionku.”

Wahhh ...

Semuanya sekali lagi terpikat dengan kebaikan hati Xavier, kini hampir semuanya berpikir bahwa Xavier adalah seorang bangsawan yang baik hati yang memang benar-benar bertujuan untuk membawa perkembangan bagi Kota Insel.

Tidak sampai di sana, Xavier sekali lagi meminta tolong kepada mereka dengan rendah hati.“Tapi ini hanya sementara. Jadi aku mohon kalian yang muda dan kuat bisa membantuku membuat rumah di kota ini nanti!” sambil membungkuk separuh badan, berperilaku seolah dia setara dengan rakyat jelata yang akhirnya berhasil meraih rasa terima kasih dari para warga kota.

“Tuanku tidak perlu khawatir, kami akan membantu anda!” Sahut Old Sam diikuti oleh banyak sahutan lainnya.

“Benar! Tuan Xavier sangat baik hati, jadi kami akan membantu anda!”

“Ya! Kita akan membangun kota ini!”

"Ya!"

Xavier akhirnya bisa bernafas lega, ini artinya keputusannya untuk menjual rumahnya tidak salah lagi. Karena selama para warga bisa akrab dan mau saling membahu membangun kota ini, maka dia bisa untung besar!

“Oke, terima kasih ... untuk hari ini, mari kita isi tenaga terlebih dahulu!”

“Ya!”

“Ya!”

“Ya!”

•••

Bersambung! Jangan lupa tinggalkan like dan komen sebagai dukungan untuk Author, makasih :)

Chapter 3 : Membagi Tugas

Sebulan kemudian, misi untuk membangun kembali bangunan-bangunan yang rusak sudah selesai.

Dan yah ... banyak alat bantu yang dibawa oleh Xavier dari bumi, yaitu berbagai jenis perkakas untuk membangun rumah yang terbuat dari kayu. Karena untuk saat ini sangat mustahil membuat rumah dari batu sebab tidak ada batuan yang bagus di kota mereka, itulah yang membuat Xavier lebih memilih membuat rumah kayu terlebih dahulu untuk tempat tinggal warga kotanya.

Semua warga kota sangat senang dengan kepemimpinan penguasa kota mereka yang baru ini, mereka semakin sadar bahwa Xavier memang benar-benar bertujuan membangun kota sehingga semakin hari mereka semakin loyal kepadanya.

“Tuanku, semua orang yang berumur di bawah 30 tahun sudah aku bawa ke depan mansion,” ucap Samsa yang saat ini sedang menghadap Xavier di ruang kerjanya.

“Baiklah ...” Xavier memutar kursi putarnya menghadap ke arah jendela, dan seperti yang dikatakan oleh Samsa, memang sudah ada semua orang di bawah sana.

“Ayo pergi!”

Samsa dan Xavier mengangkat kaki dari ruangan tempat mereka berada untuk menemui orang-orang yang sudah dikumpulkan.

“Em, aku punya pekerjaan untuk kalian, jika kalian menyetujuinya, aku bisa memberikan sekilo gandum untuk kalian.”

Begitulah yang diucapkan Xavier kepada mereka, tetapi mereka tidak langsung menjawab melainkan saling melirik satu sama lain.

“Hmm ... apa kalian tidak mau?” Xavier sedikit kecewa, padahal dia sudah mempunyai banyak ide di benaknya, tetapi untuk melakukannya butuh banyak orang, sangat sulit jika hanya dirinya yang bekerja.

Setelah Xavier berpikir seperti itu, ada seorang lelaki paruh baya dengan luka cakar di wajahnya yang maju dan berbicara untuk mewakili semua orang.

“Mohon izin untuk berbicara Tuan,” ucapnya sambil menangkupkan tinjunya.

Xavier mengangguk dan mempersilahkannya untuk berbicara.

Lelaki paruh baya tersebut mengangguk juga dan memandang mata Xavier. “Sebenarnya, kami tidak butuh upah Tuanku, selama keluarga kami memiliki makanan, itu sudah cukup bagi kami.”

“Jadi, jika memang anda butuh bantuan, katakan saja, kami akan dengan senang hati melakukannya tanpa imbalan seperti barusan!” Imbuhnya.

“Benarkah?” Xavier kurang yakin.

“Tuanku, kau sudah menunjukkan kebesaran hatimu kepada kami, maka kami pun akan menunjukkan kegunaan kami ... sebagai warga kota anda!”

“Itu benar!” Tak lama banyak datang orang-orang dari seluruh kota mengerumuni depan mansion.

Xavier sangat senang sampai-sampai dia tidak sadar bahwa Samsa telah memerintahkan semua orang untuk menyambut dirinya.

“Semuanya, mari berikan selamat datang kepada Penguasa Kota kita yang baru, Tuan Xavier!” teriak Samsa dengan nyaring dan keras.

Shupp!

Seketika semua penduduk kota memberi hormat dengan membungkuk sambil menopang satu lutut mereka di atas tanah sebagai bentuk kehormatan mereka kepada Xavier.

Kira-kira ada total 200 penduduk kota di hadapannya yang memberikan hormat seperti ini, bahkan Samsa, lelaki tua itu, ikut membungkuk kepadanya!

Untuk sesaat Xavier seperti tidak bisa berkata-kata. Di kehidupan lainnya, dia hanyalah seorang manusia biasa yang tidak memiliki kehormatan berlebihan semacam ini, tapi di dunia ini ...

“Aku adalah penguasa ....” Tanpa sadar Xavier bergumam. Inilah kenyataannya saat ini, aku adalah seorang Penguasa! Pemimpin! Tuan bagi kota ini!

Rasanya seperti ada rasa tanggung jawab yang memenuhi jiwa dan raganya, membuat bahkan tangan dan kakinya bergetar dan seluruh pakaiannya dipenuhi dengan keringat.

“Baiklah jika itu yang kalian mau ...” Xavier berkata dengan senyum cemerlang, “Kita akan membuat kota ini menjadi kota terbaik di dunia!”

“...” Semua warga kota memandanginya dengan takjub. Meski tahu ambisi Xavier terlalu besar dan rasanya mustahil, entah mengapa mereka merasa jika itu Xavier, mungkin saja ...

“Ya!” Saat itu suara mereka terdengar serentak membuat bahkan makhluk-makhluk yang ada di sekitar dapat mendengar suara mereka.

“Baiklah ...”

Di depan mansion, atau lebih tepatnya di sebelah kanan yang terdapat tanah lapang, Xavier sedang bersosialisasi dengan mereka semua.

“Untuk membangun peradaban yang maju, kita butuh banyak hal, tapi ada tiga hal yang penting!”

“Pertama adalah makanan!”

“Makanan adalah sumber paling penting untuk manusia, jika tidak ada itu, kita pasti akan mati.”

“Kedua adalah militer!”

“Kita harus memiliki banyak orang terlatih untuk bisa mempertahankan wilayah kita! Sebab di dunia ini, ada banyak penjajah, dan itu adalah hal normal. Untuk itu, kita butuh militer yang siap kapanpun untuk menjaga kota ini!”

“Lalu apa yang ke-tiga?”

“IPTEK!” Xavier menjawab dengan singkat yang membuat banyak orang bingung sebab mereka sendiri tidak pernah mendengar istilah itu.

“IPTEK atau Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, ini adalah dasar terpenting bagaimana manusia bisa maju. Hal ini bisa menjadi hal baik ataupun buruk, tergantung bagaimana kita mengendalikannya.”

“Apa kalian mengerti?”

“...”

Tidak ada yang menjawab ...

‘Yah, aku sudah mengharapkan ini ...’ ucap Xavier dengan lirih sambil memandang mereka dengan senyum dalam hati, ‘Sepertinya akan sulit, tapi mari hadapi, aku sudah mengeluarkan banyak uang untuk ini, mari bertaruh bahwa aku akan membuat kota ini menjadi kota terbaik di dunia ini!’

Xavier sangat yakin, jika suatu hari kota ini menjadi kota terbaik, maka kehidupannya di kedua dunia akan jauh lebih baik.

“Aku akan membagi tugas saja ...”

Pertama-tama, Xavier memerintahkan para kaum pria untuk memperluas kebun atau ladang yang berada di samping kota untuk ditanami gandum dan lainnya sebab komoditas utama kota ini adalah gandum dan lobak, tetapi sayang sekali hasil panen mereka sudah dibawa pergi oleh Baron Luke, jadi untuk saat ini ...

“Old Sam ...” Xavier melirik ke pintu masuk mansion.

Yah, Samsa datang dari sana bersama beberapa orang sambil membawa gerobak dorong berisi sekop, linggis, pacul, dan banyak hal lain untuk bertani.

“Woah, gerobak itu terbuat dari besi dan rodanya bukan terbuat dari kayu!”

Itu benar, sebab itu roda yang terbuat dari karet, benda apapun yang ditaruh di atasnya tidak akan begitu bergetar jika melewati bebatuan atau gundukan tanah.

Total ada 20 gerobak dan banyak sekali alat bertani yang Xavier beli dari dunia modern.

‘Aku menghabiskan beberapa ratus dolar untuk ini ... kuharap masa pakainya bisa untuk beberapa tahun ...’

“Kalian pakailah itu untuk memperluas lahan bertani kita, dan buatlah irigasi untuk mengairi ladang gandum nantinya!”

“Siap!” Semua orang yang ditunjuk langsung saja pergi dengan alat-alat yang sudah disediakan melalui gerbang depan kota.

Xavier lalu menoleh kepada mereka yang lain, “Kalian yang kaum perempuan, aku mempunyai banyak alat tenun, bisakah kalian menenun banyak pakaian?”

“Tentu!”

“Baguslah!” Meski alat tenun yang dibeli oleh Xavier bukanlah alat tenun berkualitas tinggi, tapi setidaknya itu bisa membuat pakaian yang bagus, semua tergantung siapa yang membuat.

"Yang bisa menenun, berpisahlah."

Mengikuti titah Xavier, rupanya tidak banyak orang yang mempunyai bakat menenun, hanya ada 20 orang. Xavier sudah mengharapkan itu, jadi yang sisanya dia mengatur mereka untuk hal lain.

“Kalian laki-laki yang tersisa, bagilah menjadi dua bagian, satunya pergi cari kayu bakar di hutan, dan yang lainnya berburulah binatang-binatang di hutan.”

“Baik!”

“Siap!”

Baru kaum pria yang tersisa pun bubar dari tempat mereka hanya menyisakan kaum wanita di depannya.

Mereka semua adalah wanita dewasa jadi Xavier memberi mereka perintah yang menurutnya cocok.

“Aku punya banyak persediaan di mansion, jadi tolong masaklah makanan yang enak bagi keluarga kalian!”

“Wahh ...” Wajah banyak wanita di tempat itu berubah menjadi merah, rupanya mereka sangat terpukau dengan sikap baik hati Xavier.

“Tuan Xavier sangat lembut dan baik hati ...”

“Hah, andai saja suamiku sepertinya ...”

“Tuanku, apa anda menerima selir seorang janda?”

“Uhhh ...” Xavier sedikit terpukul dengan kalimat barusan, ‘Kalian rata-rata sudah mempunyai suami, bukan? Aku akan dibunuh jika suami kalian tahu tentang ucapan kalian!’

Bahkan Xavier sesekali melirik Samsa dengan maksud agar dirinya tidak membuat kabar ini menyebar, bisa jadi masalah jika orang-orang tahu hal yang terjadi saat ini.

“Hehe, anda tidak perlu khawatir, saya tidak akan mengkhianati anda, Tuanku.”

Old Sam berkata seperti itu, Xavier akhirnya bisa sedikit tenang.

•••

Bersambung! Jangan lupa tinggalkan like dan komen sebagai dukungan untuk Author, makasih :)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!