"Nggak ma, arumi nggak mau". Dubrakkkkkkk.... arumi membanting pintu kamarnya dan menguncinya dari dalam
"Arumi buka pintunya sayang". Ucap mama arumi dari balik pintu kamar arumi.
"Sudah lah ma, mungkin arumi syok, sebaiknya biarkan dia tenang dulu". Ucap papa arumi
"Tapi pa, sampai kapan? Bulan depan kita sudah berangkat ke jepang".
"Nanti biar papa saja yang bujuk arumi".
Akhirnya dengan berat langkah mama arumi yang bernama bu risma pun mengalah dan lebih memilih melangkah keluar dari pintu kamar arumi.
Di dalam kamar arumi terlihat arumi sedang menangis dengan baru terjadi
"Hiks...hiks...kenapa papa sama mama tega sekali, hiks..hiks...kenapa mereka mau menikah kan ku dengan orang yang tidak aku kenal". Ucap arumi sambil nangis tersedu-sedu.
Malam hari pun tiba, jam sudah mengarah ke angka 7, tapi arumi belum juga turun untuk makan malam.
"Sepertinya malam ini kita hanya makan berdua". Ucap pak wira, papa arumi.
"Biar mama yang panggil pa".
"Enggak usah ma, kita lanjut makan saja, nanti biar papa yang bawa kan makanan ke kamar arumi".
"Papa selalu saja memanja kan arumi".
Pak wira dan bu risma pun melanjut kan makan malam nya tanpa arumi. Setelah selesai pak wira membawa kan nampan yang berisi kan makanan untuk arumi.
Tok...tok..tok...
Terdengar suara ketukan pintu dari kamar arumi.
"Ini papa sayang, apa boleh papa masuk". Tanya pak wira dari balik pintu kamar arumi yang terkunci.
Tanpa adanya jawaban arumi membukakan pintu kamarnya.
Pak wira pun masuk dan meletakan makanan ke meja samping tempat tidur arumi.
"Papa bawakan makanan untuk kamu, di makan ya sayang".
"Arumi nggak laper". Jawab ketus arumi tanpa menoleh ke arah sang papa
Pak wira tahu betul kalau putrinya lagi marah kepadanya.
"Apa arumi masih marah kepada mama dan papa". Ucap sang papa sambil mengelus rambut arumi.
"Kalau sudah tahu, ngapain nanyak lagi". Jawab ketus arumi.
"Arumi...arumi tahu alasan papa dan mama kenapa ingin menikah kan kamu".
"Nggak!! Yang arumi tahu rencana mama dan papa itu tidak masuk akal, papa kan tahu, arumi masih berumur 20 tahun, dan arumi belum lulus kuliah pa".
"Iya papa tahu, makanya papa dan mama kamu ingin menikah kan kamu, agar papa dan mama tenang meninggalin kamu di indonesia, biar ada yang jagain kamu sayang".
"Arumi kan bisa di titip kan ke bibi anisa". Mohon alina kepada papanya.
"Arumi papa nggak pernah minta apa pun sama arumi, jadi papa mohon turuti keputusan papa yang satu ini".
"Papa....." rengek arumi
"Dan satu lagi, papa dan mama nggak mungkin menitipkan kamu ke bibi anisa, karena kami tahu, kamu itu sangat nakal dan sangat keras kepala".
"Tapi papa...arumi nggak mau menikah muda, lagi pula arumi nggak kenal sama dia". Ucap arumi yang terus memohon kepada papa nya.
"Siapa bilang kamu nggak kenal, dia itu anaknya budhe lasmi, revan kamu pasti sangat kenalkan?". Ucap bu risma yang menyela pembicaraan arumi dan papanya.
"Revan?... arumi nggak kenal". Jawab ketus arumi kepada mamanya.
"Arumi !!! Sudah cukup ya, terima atau tidak terima kamu, kamu akan menikah dengan nak revan". Ucap bu risma dengan penuh penekanan.
"Mama....". Ucap kesal arumi
"Sudahalah ma, besok lagi kita bicarakan dengan arumi, sekarang biarkan arumi makan terus istirahat, besok dia harus ke kampus kan".
"Papa selalu saja memanjakan arumi" Bu risma pun pergi meninggal kan pak wira dan arumi.
"Ya sudah, kamu istirah ya sayang, jangan lupa di makan makanannya". Pak wira pun keluar dari kamar arumi.
Setelah kedua orang tua arumi keluar dari kamarnya, arumi melempari semua bantal yang ada di ranjangnya kesembarang arah.
"Arghhhhhhhhhh kenapa masa muda ku harus sesingkat ini". Arumi frustasi dan mengacak-acak rambutnya.
Arumi menutupi seluruh tubuh sampai ke atas kepala dengan selimut, menangis di dalam selimut, dia meratapi masa depan nya dan cita-cita yang akan menjadi angan-angan saja.
Keesokan paginya, arumi sudah siap dengan baju yang rapi. dia turun dari kamarnya menuju meja makan.
Di meja makan, sudah ada papa dan mama arumi yang sedang menunggunya.
arumi pun segera menghampiri mereka, sebenarnya arumi masih marah kepada mama dan papanya, tapi arumi sangat lapar, karena dia tidak memakan makanan yang di bawakan oleh papa nya tadi malam, kalau menunggu sampai di kampus, arumi tidak akan sanggup lagi, karena sebenarnya dia tidak bisa menahan perutnya kalau sedang kelaparan.
dengan raut wajah masam, arumi duduk di depan mamanya dan memakan nasi goreng dan segelas susu yang sudah di sedia kan oleh bu risma
saat makan hanya ada dentingan sendok dan garpu yang beradu. Arumi tidak berbicara apa pun kepada mama dan papanya, dia hanya fokus dangan makana nya saja, sampai suatu suara mengalihkan pandangannya.
" hari ini kamu jangan pulang telat ya, selesai kuliah, kamu langsung pulang". Ucap bu risma kedapa arumi.
"kenapa ma? emang ada acara apa di rumah?".
"sore ini budhe lasmi dan keluarganya ingin bersilahturahmi ke rumah kita, jadi kamu harus menyambut kedatangan mereka". Jelas bu risma.
Arumi hanya diam dan tampak berpikir dengan apa yang di bicara kan mamanya.
"ingat ya..jangan kamu pulang telat, apalagi menghindar". bu risma kembali mengingatkan arumi.
"arumi...".
"ya pa?".
"kali ini ikutin apa yang mama kamu bilang, jangan buat mama dan papa marah".
"ok ok ma,pa.. Arumi akan pulang tepat waktu". Arumi pun segera berdiri dan berlalu pergi meninggalkan kedua orang tua nya begitu saja.
"arumi...kamu mau kemana". Teriak bu risma melihat putrinya pergi begitu saja tanpa berpamitan.
"sudah lah ma, mungkin arumi lagi kesal sama kita".
"papa selalu saja membelanya, jadi gitu deh kelakukannya, keras kepala".
"ya sudah ma, papa berangkat kerja dulu, mama nggak sekalian ikut ke mobil papa?".
"nggak pa, mama hari ini nggak ke butik, mama mau belanja bahan makanan untuk kita hidang kan untuk tamu kita nanti sore".
"baik lah ma, papa berangkat dulu".
setelah ke pergian pak wira ke kantor, bu risma pun bersiap-siap untuk berbelanja.
pak wira dan bu risma bulan ini akan pergi ke jepang karena pak wira di pindah tugaskan mengurus salah satu cabang perusahan di jepang.
Sementara bu risma ikut bersama pak wira, karena bu risma ingin membuka cabang butiknya lagi di jepang, mereka tidak membawa arumi karena mereka tidak ingin menetap di jepang dan arumi juga tidak ingin tinggal di jepang. setelah selesai urusan mereka, mereka akan kembali lagi ke indonesia.
Ketika arumi sampai di kampus, arumi melewati sahabatnya yang terus memanggil namanya.
"Hey..rumi...". Panggil ayu yang sedikit berteriak sambil memukul bahu arumi.
"Aish...sakit tau..ada apa sih teriak-teriak di kuping ku". Tanya arumi sambil memegang bahu yang di pukul ayu.
"Lah...kamu sih, dari tadi aku panggilin nggak dengar-dengar".
"Ah..masa sih". Jawab arumi tidak percaya.
"Kalau nggak percaya, tanya sana sama anak-anak kampus yang berdiri-diri di situ, mereka saksinya, aku panggilin malah jalan terus saja". Ucap kesal ayu
"Maaf deh sahabat aku yang paliiiiingggg cantik". Arumi merangkul tangan ayu dan kemudian mengajak nya masuk ke kelas.
Saat masuk ke dalam kelas, arumi duduk dan langsung membuka ponselnya, dia melihat pesan dari mamanya yang berpesan kalau dia tidak boleh pulang terlambat.
"Hhhhffff cerewet sekali si mama". Gumam arumi sembari memasukan ponselnya ke tas
"Eh, rum nanti pulang kuliah kita ke mall yuk, shopingggg".
"Maaf yu, aku nggak bisa hari ini, di rumah ku ada acara, jadi mama ku minta aku pulang tepat waktu".
"Yahh nggak asik kamu rum".
Arumi hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan sahabatnya. Setelah selesai kelas pertama, mereka pun segera ke kantin kampus untuk membeli minuman.
"Rum, kamu duduk saja di sini, jaga tas dan kursi ya, biar aku yang ambil minumannya".
"Hemmm baik bos". Di jawab malas oleh arumi
Ketika ayu pergi membeli cemilan dan makanan, ada seseorang yang menghampiri arumi.
"Boleh duduk sini". Arumi pun menoleh ke sumber suara tersebut.
"Silah kan". Jawab singkat arumi.
"Kamu sendiri saja, udah pesan makanan belum, biar sekalian". Tawar pria tersebut kepada arumi.
"Ayu...aku berdua sama ayu, dan dia sudah memesan makanan". Jawab arumi tanpa menoleh pria itu, matanya hanya terfokus oleh layar ponselnya.
" kak bima..". Ucap ayu yang baru saja datang, dan langsung duduk di sebelah arumi.
"Hay yu..". Ucap ramah pria itu, yang bernama bima. Bima adalah senior arumi di kampus. Sejak pertama kali arumi berkuliah di situ, bima sudah menaruh hati pada arumi. Tapi arumi cuek seakan tidak perduli dengan perasaan bima.
"Kak bima mau minum atau cemilan, biar ayu pesankan".
"Nggak perlu repot-repot yu, aku d sini cuma menyapa arumi doank koq, kalau gitu aku permisi dulu". Ucap bima yang terus menatap wajah arumi, sementara arumi hanya masih fokus dengan ponselnya.
"Ah..iya kak". Jawab ayu sambil menyenggol tangan arumi, arumi pun menoleh ke ayu, dan ayu memberi kan arumi isyarat agar arumi membalas ucapan bima.
"Iya kak..silahkan". Jawab arumi dengan senyum terpaksa.
Setelah kepergian bima, ayu segera mencubit tangan arumi yang ingin mengambil cemilan yang di pesan ayu.
"Auuuuu...sakit tau, ada apa sih!!!?". Tanya arumi sedikit menaiki alisnya.
"Kamu ini nggak peka banget ya rum, jelas-jelas kak bima naksir berat sama kamu, tapi kamu malah cuek gitu".
"Masa sih". Jawab arumi santai sambil mengaduk-aduk minumannya.
"Dasar ni bocah, kamu tau nggak cewek-cewek di kampus ini semua suka sama dia, ngejar-ngejar dia rum, lah kamu? Kak bima nya yang suka, kamu yang jual mahal".
"Udah ceramahnya, kalau sudah ayo kita masuk, ini kelasnya pak eko, nggak boleh telat masuk sedetik pun".
"Masih ada waktu 10 menit lagi rum". Jawab ayu sambil melihat jam yang ada di tangannya.
****
Jam sudah menunjuk kan pukil 14.00, kelas pun telah selesai, arumi segera keluar dari kelas tanpa menunggu ayu, karena arumi tau, pasti sudah ada supir yang menunggu nya di parkiran kampus.
Saat menuju parkiran, tiba-tiba tas arumi di tarik oleh seseorang.
"Ais...apaan sih". Arumi berdecak kesal kepada seorang wanita yang menarik tas nya.
"Heii..arumi, aku ingat kan untuk yang pertama dan terakhir kali nya ya, jangan sekali-kali berani mendekati calon tunangan orang".
"Calon tunangan?".
"Bima..dia calon tunangan ku, jadi jangan berani-berani menggoda nya".
"Aku baru tau kalau kak bima punya calon tunangan, apa lagi calon nya seperti ini". Arumi melirik wanita itu dari atas sampai ke bawah dan hal itu membuat wanita itu marah.
"Kamu berani ya". Ucap lantang wanita itu.
"Sintaaa!!!!". Panggil seseorang dari jarak yang tidak terlalu jauh.
"Bima.".
"Apa yang kamu lakukan kepada arumi". Tanya bima
"Aku hanya memperingat kan dia, kalau kamu sudah memiliki calon tunangan".
"Apa maksud mu sin, kita hanya berteman dan tidak lebih".
"Tapi kan, kita mau...". Ucapan sinta terhenti ketika melihat bima mengejar arumi yang menuju parkiran.
"Bimaaaaa". Teriak sinta
Arumi pergi begitu saja karena merasa muak dengan ocehan yang di lontar kan sinta.
"Rum..arumi..". Bima menahan tangan arumi.
"Lepas kan kk". Ucap arumi datar karena melihat pergelangan tangan nya di pegang bima.
"Ah..maaf, rum kamu jangan salah paham, aku sama sinta nggak ada hubungan apa". Ucap bima menjelas kan kepada arumi
"Ck..kak bima..hhhfff..ada atau tidak hungungan kak bima dengan sinta, itu bukan urusan aku, karna aku bukan siapa-siapa nya kak bima, dan lebih jelas nya lagi, aku nggak mau tau apa hubungan di antara kalian". Setelah mengucap kan hal yang sedikit menyakit kan bagi bima, arumi pun masuk ke mobil yang sudah menunggu nya, dan aneh nya bima masih diam mematung mencerna semua perkataan yang di ucap kan arumi.
setelah menempuh perjalan satu jam karena sedikit macet, akhir nya arumi memasuki halaman rumah nya, saat turun dari mobil, dia melihat satu mobil yang asing bagi nya.
Arumi pun segera masuk ke dalam rumah, saat masuk kedalam rumah arumi di sambut oleh 2 pasang mata yang tersenyum kepada nya.
"kamu udah sampai sayang". tanya mama arumi.
"udah ma". Jawab arumi bingung, karena melihat sepasang suami istri yang belum pernah dia lihat sebelum nya
"arumi ini budhe lasmi dan pakde hermawan".
Arumi pun segera menyalami tangan mereka satu persatu.
"kamu sudah sangat dewasa rum, kamu tumbuh jadi gadis yang sangat cantik, pasti revan akan pangling lihat kamu". Sanjung bu lasmi kepada arumi yang membuat pipi arumi merah merona.
"ya sudah sayang, kamu masuk ke kamar, kamu mandi dan dandan yang cantik ya, setelah itu turun, sebentar lagi papa kamu dan revan akan datang".
"baik ma, arumi permisi dulu budhe, pakde".
arumi pun segera naik ke atas dan masuk ke kamar nya, dia segera mandi dan memakai dress yang sudah di sediakan oleh mama nya di atas kasur nya.
Waktu makan malam telah tiba, arumi turun dari kamar nya menuju meja makan.
Di meja makan sudah ada dua pasang suami istri yang sedang menunggu putra putri mereka.
Arumi menghampiri kedua orang tuanya dan calon mertuanya.
"Arumi kamu cantik sekali malam ini". Bu lasmi memberi pujian kepada arumi.
"Terimakasih budhe".
"Arumi sebentar lagi kamu kan jadi menantu kami, jadi bagaimana kalau kamu panggil kami dengan panggilan ibu dan ayah, sama dengan revan manggil kami, benarkan pa".
Arumi hanya tersenyum kecil menanggapi perkataan orang tua revan.
"Arumi kenapa nggak di jawab?". Tanya pak wira
"Ah, iya .. baik lah". Ucap arumi ragu.
"Oh iya mbak, revan mana ya, koq belum datang juga". Tanya mama arumi sambil celinga-celingu melihat arah keluar ruang makan.
"Ah itu dia, panjang umur sekali dia". Ucap bu lasmi sambil tersenyum manis melihat kedatangan putranya.
Semua mata tertuju kepada sosok pria tampan yang mengenakan kemeja biru panjang yang tangannya di gulung dan memakai celana jeans biru dan mamakai sepatu, sungguh menambah ketampanan pria itu.
Sama hal nya dengan arumi, dia termangu melihat sosok pria bertubuh atletis dengan tinggi badan sekitar 180cm sungguh ciptaan tuhan yang indah.
"Maaf menunggu lama". Ucap revan membuyarkan lamunan arumi, arumi pun langsung membuang pandangan nya ke sembarangan arah, ketika revan memandanginya sembari tersenyum manis
"Nggak koq nak, ayo duduk sini". Bu lasmi pun segera menggeser kan kursi di sampingnya, yang berhadapan langsung dengan arumi.
"Selamat malam tante, om dan arumi".
"Selamat malam juga nak revan, oh iya nak revan, ini arumi, pasti kamu sudah familiar kan dengan wajahnya". Cetus bu risma kepada revan.
"Ah, sebenarnya revan pangling tante, soal nya arumi sudah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik". Jawab revan sambil tersenyum kepada arumi, arumi pun menundukan wajahnya, menyembunyikan wajahnya yang sudah kemerahan akibat pujian dari revan.
Mereka pun melanjutkan makan malam dengan damai dan nikmat.
Setelah selesai makan malam, keluarga arumi dan keluarga revan berkumpul untuk pembicaraan yang penting, mereka semua memasang wajah yang serius dan saling berhadapan
"Revan, kamu tahu kan tujuan kita datang ke rumah arumi untuk apa". Tanya bu lasmi.
"Iya bu, revan tahu, revan ikut keputusun ibu dan ayah saja, pilihan ibu dan ayah adalah pilihan yang terbaik buat revan". Mendengar ucapan revan, arumi lantas mengerutkan dahinya, dia pikir revan akan menolak perjodohan ini, tapi malah sebaliknya, revan menerimanya dengan senang hati.
"Kalau begitu bagaimana kita tentu kan saja harinya, karena akhir bulan ini saya dan papa arumi sudah harus berangkat ke jepang". Ucap bu risma penuh semangat.
"Bagaimana minggu ketiga bulan ini ris, jadi kan nggak terlalu mendadak". usul bu lasmi.
"sepertinya itu hari yang cocok mbak, tidak terlalu mendadak, jadikan kita bisa mempersiapkan dengan matang"
Para orang tua sibuk membicarakan hari pernikahan mereka, tapi ada sepasang mata memperhatikan tingkah arumi, arumi terlihat sangat tidak suka dengan perjodohan ini.
Arumi dengan kesal berdiri dan berlalu keluar.
"Arumi mau kemana sayang". Tanya pak wira, tapi arumi tidak menggubris pertanyaan papanya, dia langsung berlari keluar rumah.
"Biar saya saja yang mengejar arumi om".
Revan pun segera keluar mencari keberadaan arumi.
"Kemana dia pergi". Gumam revan sembari melihat sekeliling halam rumah
Setelah mencari ke halaman rumah dan belakang rumah, akhirnya revan menemukan arumi yang sedang duduk di pinggir kolam renang dengan kaki yang di rendam di air kolam.
"Aku cariin kemana-mana ternyata kamu di sini". Ikut duduk di samping arumi.
"Kenapa kamu terima?" mentap revan dengan tatapan tidak sukanya
"Apa?" tanya revan bingung
"Perjodohan ini !!! Kenapa kamu terima?".
"Emang ada alasan untuk menolak perjodohan ini?". Tanya revan yang membuat arumi menatapnya tajam.
"Ck..kamu bilang nggak ada alasan?". Arumi berdecak kesal dengan perkataan revan.
"Hemmmm benar nggak ada alasan". Arumi pun berdiri dari tempat duduknya yang di ikuti oleh revan, arumi menatap tajam revan.
"Semuanya bisa jadi alasan, dari umur kita yang beda jauh, kita yang nggak saling mengenal, dan yang penting aku dan kamu itu nggak saling mencintai". Ucap arumi penuh penekanan
"Yang kamu bilang tadi itu hanya alasan klasik, yang nggak bisa untuk membatalkan perjodohan ini".
"Ck...alasan kelasik .... ah, aku tau mungkin karena kamu sudah tua jadi nggak ada yang mau sama kamu, makanya kamu menerima perjodohan inikan..iyaa kan !!!"teriak arumi
"Arumi !!!!!!" teriak papa arumi yang datang menghampiri mereka
"Papa..mama." lirih arumi yang melihat kedua orang tua nya sudah berada di dekat mereka dan menyaksikan perdebatan antara arumi dan revan.
"Minta maaf kepada nak revan, kamu nggak sepantasnya membentak calon suami kamu". Ujar papa arumi, yang marah akan sikap putrinya itu kepada revan.
"Arumi nggak salah pa, untuk apa arumi minta maaf, ini semua salahnya, kenapa dia menerima perjodohan ini". Ucap arumi sambil menahan air matanya dan berlalu pergi masuk ke dalam.
"Arumi !! Mau kemana kamu" . Teriak papa arumi.
"Sudah lah om, arumi benar, dia nggak salah". Ujar revan yang melihat kepergian arumi
"Dia jelas-jelas sudah salah nak revan, tidak seharusnya dia membentak nak revan seperti itu".
"Revan nggak apa-apa koq tante". Ucap revan tersenyum
"Sepertinya kami harus pulang, ini sudah larut malam ris".
"Baik lah mbak, maaf kan sifat nya arumi ya, anak itu terlalu keras kepala".
"Ah, nggak apa-apa koq, itu wajar, mungkin arumi masih belum bisa menerima perjodohan ini".
"Terima nggak terima, ini sudah keputusan kita bersama mbak, jadi arumi harus setuju dengan perjodohan ini".
"Semoga saja, masih ada waktu 3 minggu lagi, untuk mereka saling dekat".
"Ya sudah ayo kita pulang, kalau di bahas terus bisa sampai pagi ini". canda ayah revan yang mebuat mereka semua tertawa.
Setelah berpamitan keluarga revan pun pulang ke kediamannya, mama arumi pun langsung naik ke atas menuju kamar arumi.
tok..tok..tok...
suara ketokan pintu dari luar kamar arumi.
tok..tok..tok..
"buka pintu nya arumi !!!". Panggil bu risma dari luar kamar.
"sudah lah ma, besok saja kita bicara kan sama arumi, biar kan dia tenang dulu".
"nggak bisa pa, anak ini sudah buat kita malu, bagaimana bisa dia berbicara seperti itu kepada calon suami nya". Ucap bu risma yang lelah akan sikap arumi yang keras kepala.
Tok..tok..tok..
"buka pintu nya arumi !!!". Panggil bu risma lagi, tapi tidak ada jawaban dari dalam kamar arumi.
"ayo sudah ma, mungkin arumi sudah tidur".
"dasar anak ini". akhirnya bu risma pun pergi dari depan pintu kamar arumi.
dari dalam kamar, arumi tidak mendengar suara teriakan mama nya lagi, dia pun langsung membuka selimut yang menutupi tubuhnya, dan duduk bersandar, arumi menghela nafas kasarnya.
"hhhhfff aku benci keadaan ini" teriak arumi lalu kembali menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!