NovelToon NovelToon

Goddess Of War

Prolog

Siluet panjang yang dihasilkan dari bentuk tubuh seorang gadis, yang tertimpa sinar Matahari senja itu meliuk-liuk di atas riak ombak yang pasang surut di tepi pantai.

Pemandangan itu tampak seperti sebuah lukisan indah yang dilukis oleh seorang jenius di masa lalu.

Dengan ekspresi datar di wajahnya, seakan bosan dengan kesendirian yang sudah berlangsung selama ribuan tahun akibat terdampar di sebuah pulau terpencil, Anna Lloyd bermain-main dengan 6 buah batu kecil yang dilempar-lemparkannya dan disambutnya kembali dengan kedua tangannya.

Hanya permainan juggling itulah yang selama ribuan tahun ini dapat menghiburnya di sela-sela kesibukannya berlatih untuk menguasai energi sihir yang berada di tubuhnya.

Ketika bosan dengan permainan itu, dia akhirnya menumpukkan batu-batu tersebut menjadi sebuah menara yang berdiri tegak di atas permukaan air laut.

Anna kemudian mengambil sebuah cangkir yang terbuat dari sebuah kayu tua, yang sejak tadi diletakkannya di atas permukaan air laut yang juga menjadi alas duduknya.

Dia lalu menyendokkan cangkir itu ke dalam air untuk menampung air laut tersebut.

Anna mendekatkan gelas kayu hasil buatan tangannya itu pada bibir merah mudanya dan menyeruput seteguk air asin dari dalam nya.

Dia sama sekali tidak terdesak, sampai harus terpaksa meminum air laut itu. Dan dia juga tidak dalam keadaan putus asa akan rasa haus, hingga harus minum air laut tanpa merebus air laut itu sebelum diminum, karena dia tidak membutuhkan hal itu.

Anna hanya mencoba untuk membayangkan dirinya sedang berada di sebuah pantai di sore hari, menikmati pemandangan indahnya Matahari terbenam, sambil menikmati secangkir kopi.

Apakah dia mulai gila? Mungkin saja. Memikirkan hal itu, Anna Lloyd tertawa terbahak-bahak. Suara tawanya melengking bersahutan dengan suara ombak yang dengan lembut menyapu pasir pantai di belakangnya.

Sampai tanpa disadarinya, butiran air mata keluar dari kedua sudut matanya yang indah. Kemudian, suara tawanya digantikan dengan suara tangis yang dilatari terbenamnya Matahari senja, yang melengkapi situasi kesendiriannya itu.

Anna Lloyd masih duduk di tempatnya sampai hari berganti malam dan rembulan mulai menampakkan wujudnya. Ada tiga buah bulan di sana.

Tempat dimana saat ini dia berada merupakan sebuah pulau kecil yang berada di tengah lautan luas yang sejauh matanya memandang, benar-benar seperti tak berujung.

Entah sudah berapa ribu tahun lamanya Anna Lloyd berada di pulau terpencil itu seorang diri.

Dia tetap berada disana bukan karena tidak ingin meninggalkan tempat itu.

Ratusan tahun yang lalu, saat dia sudah memiliki kemampuan untuk melakukannya, Anna Lloyd pernah pergi meninggalkan pulau tersebut sampai ribuan kilometer jauhnya hanya dengan terbang di atas samudera luas dengan terus mengambil garis lurus tanpa pernah menyimpang dari arahnya berangkat.

Dia terus mengarungi samudera luas, namun akhirnya kembali lagi ke pulau kecil tersebut.

Setelah mencoba kembali dengan pergi menuju ke berbagai arah berbeda selama bertahun-tahun percobaan yang dilakukannya, dia akan selalu tetap kembali lagi ke pulau tersebut.

Dengan pengalamannya itu, Anna menyimpulkan bahwa dia benar-benar tidak berada di Bumi.

Gadis itu pada akhirnya menghentikan usahanya tersebut.

Apakah dia berada di surga? Itu tidak mungkin. Bagaimana mungin dia menjadi satu-satunya manusia yang berada di surga?

Neraka? Mungkin saja. Walaupun bentuknya berbeda dengan cerita-cerita yang pernah di baca dan di dengarnya, namun kesendirian dan kesepian itu membuatnya benar-benar seperti berada di neraka.

Merasa cukup dengan percobaan yang sudah ratusan kali dia lakukan dengan mengelilingi planet asing itu, Anna akhirnya menyerah dan pergi kembali pada satu-satunya petunjuk yang dia punya.

Sepasang pedang.

Pedang kembar yang tertancap pada satu-satunya bukit batu yang berada di tengah-tengah pulau.

Menurut satu-satunya petunjuk yang didapatkannya setelah kematiannya dulu, dia hanya bisa meninggalkan pulau tersebut dan kembali ke dunianya, saat sudah bisa menyentuh kedua gagang pedang yang saat ini berada di hadapannya.

Caranya? Dia harus bisa menguasai energi Mana aneh yang berada di tubuhnya dan mengendalikan energi Mana itu hingga tahap sempurna.

Anna Lloyd bukan tidak pernah berusaha untuk mengambil kedua pedang tersebut.

Bahkan, saat pertama mengetahui bahwa kedua pedang itu adalah kunci baginya untuk kembali ke Bumi, dengan tanpa banyak berpikir lagi, Anna langsung berusaha meraih gagang kedua pedang itu untuk mencabutnya dari atas bukit batu.

Namun, jangankan mencabutnya, dia bahkan langsung terpental dan pingsan selama berhari-hari saat kulit telapak tangannya masih baru akan menyentuh gagang pedang.

Anna langsung menghentikan usahanya setelah percobaan keduanya juga berakhir dengan hasil yang sama.

Dia kemudian mulai melakukan ‘pertapaan’ dan mencoba merasakan energi Mana aneh yang berada di tubuhnya.

Pengontrolan energi Mana bukan hal asing baginya.

Karena sebelum dirinya, yang setahunya sudah tewas, dikirimkan ke tempatnya saat ini berada, Anna adalah seorang petarung pemula di Bumi.

Dia juga sudah mempelajari mengenai penguasaan energi Mana dari pelatihan-pelatihan yang diberikan keluarganya.

Sejak hari itu, dia berlatih setiap hari dengan sangat tekun.

Pada awalnya, dia berusaha mengambil kedua pedang itu di akhir setiap latihannya. Namun karena selalu gagal dan kembali pingsan selama berhari-hari, gadis itu memutuskan untuk melakukannya lagi di saat sebuah tahap pelatihan dalam bab pelajarannya selesai.

Percobaannya kemudian berkurang. Dia mencobanya dalam setiap minggu setelah bab pelatihannya selesai, namun tetap gagal.

Lalu setiap bulan, setiap tahun, sampai akhirnya Anna sudah tidak bisa menghitung lagi apakah telah mencobanya selama 10 tahun sekali, 100 tahun sekali atau 1.000 tahun sekali.

Melihat kedua pedang yang sama sekali tidak pernah bisa disentuhnya, Anna hanya bisa menenangkan hati dan pikirannya sebelum akhirnya memulai kembali pertapaannya untuk mempelajari aliran energi Mana di tubuhnya lebih lanjut.

Saat pikirannya sudah mulai tenang dan kembali jernih, tubuhnya yang ikut rileks dapat menyerap seluruh petunjuk yang hanya muncul sebagai visi di dalam pikirannya itu dan ia pun dapat mempelajari dan meningkatkan penguasaan energi Mana di tubuhnya ke tahap yang lebih tinggi.

 

Ribuan tahun kemudian, dalam mengikuti petunjuk dari bab-bab terakhir pelatihannya, Anna Lloyd pergi ke samudera luas.

Tubuhnya menari-nari mengikuti gerakan yang tergambar jelas di dalam kepalanya yang berasal dari visi pengontrolan aliran energi Mana yang ditinggalkan pemilik asli dari energi Mana yang kini berada di tubuhnya.

Dengan kemampuan pengontrolannya yang sudah mencapai tingkat tinggi, dari hasil latihannya selama ribuan tahun sebelumnya, kali ini Anna Lloyd bahkan tidak menghentikan latihannya sama sekali sampai beratus-ratus tahun lamanya.

Gerakannya semakin lama semakin cepat, energi Mana-nya menarik semua air laut yang berada puluhan kilometer di bawah kakinya yang semakin lama semakin tinggi, hingga mengakibatkan gelombang tsunami yang terjadi selama ratusan tahun tanpa henti.

Seluruh air laut yang berada di planet asing itu beriak, bukan hanya yang berada di sekitarnya, namun di seluruh permukaan planet.

Satu-satunya pulau tempat dimana kedua pedang itu berada, bahkan hancur tak berbentuk dan hanya menyisakan sebuah bukit batu di mana kedua pedang itu berada.

Sampai suatu ketika, tanpa gadis itu sadari, kedua pedang yang berada di bukit batu itu tercabut dari tempatnya dan melesat menuju ke arahnya.

Saat kedua pedang itu sudah berada tepat di dekat tubuhnya, kedua pedang itu tiba-tiba berhenti dan melayang-layang di hadapannya bersama suara raungan yang sangat mengerikan dan memekakan telinga.

Dengan senyuman bangga dan penuh kemenangan, kedua tangan Anna Lloyd meraih kedua gagang pedang yang akhirnya dapat dia genggam dengan kedua tangannya.

•••••••

Bab 1 - Laboratorium Bawah Tanah

Bagian 1 : Anna Lloyd

☆☆☆

Tahun 2050.

Di sebuah ruang bawah tanah, di pinggiran Kota C.

“Apakah ada kemajuan?”

Anna Lloyd bertanya pelan sambil menutup pintu di belakangnya saat sudah berada di dalam ruang Miyuki Nakano, rekan bisnis, yang baru dikenalnya dalam 1 tahun belakangan.

Setelah selama 3 hari Miyuki tidak kunjung keluar dari ruangan kerjanya, Anna penasaran dengan perkembangan pekerjaan Miyuki hingga memutuskan untuk pergi mengunjunginya.

Tanpa perlu berbalik, karena sudah tahu siapa yang baru berbicara padanya, Miyuki mengangkat tangan dan mengacungkan ibu jarinya. "Banyak kemajuan.” Sahutnya kemudian.

Sambil menyesap isi minuman kaleng di tangannya, Anna menatap pada tumpukan mangkuk mie instan dan botol air mineral yang berserakan di atas meja.

“Jadi dia cuma makan makanan instan selama tiga hari ini," pikir Anna yang kemudian mengalihkan tatapannya pada 5 monitor yang menjadi fokus Miyuki.

Dia tahu apa yang sedang Miyuki lakukan, namun tidak mengerti dengan kode-kode yang tertera pada semua layar tersebut.

Miyuki yang sedang duduk di sampingnya, mendongak dan menoleh pada rekannya itu.

“Yang kita perlukan sekarang adalah mencari kristal sihir untuk melakukan uji coba.”

Anna hampir tertawa saat mendengar kalimat itu.

“Kau pikir kita bisa mendapatkannya begitu saja saat mencarinya?”

Untuk mendapatkan kristal sihir, mereka harus masuk ke dalam sebuah Dungeon, bertarung dan mengalahkan monster-monster di dalamnya, kemudian, baru menambang kristal-kristalnya.

Masalahnya, mereka berdua hanyalah Hunter tak berlisensi. Dan yang terpenting, mereka adalah Hunter peringkat F. Peringkat terendah dalam Sistem Hunter.

Anna akhirnya tertawa saat tak bisa lagi menahannya, karena kalimat itu begitu lucu baginya.

Namun, saat dia melihat ekspresi serius pada wajah Miyuki, Anna segera memperbaiki kalimatnya.

“Aku akan membeli kristal-kristal sihir itu,” ucap Anna, dengan kesungguhan di wajahnya. “Berapa banyak kristal sihir yang kau butuhkan?” tanyanya kemudian.

“Aku hanya…,” Miyuki kembali berpikir, uang yang dibutuhkan sangat banyak untuk membeli barang yang dia perlukan hingga kalimat ‘hanya’ sangat tidak tepat. “Maksud ku… kita butuh sepuluh kristal sihir yang sudah diolah,” lanjutnya.

Anna mengangguk kecil.

Karena hanya melihat anggukan itu, yang dia rasa tidak jelas maksudnya, Miyuki terus menatapnya.

Untuk mendapatkan 10 kristal sihir yang sudah diolah, mereka membutuhkan biaya sebesar 25.000 Dollar.

Miyuki tidak yakin apakah Anna masih memiliki uang sebesar itu. Karena untuk membangun laboratorium dan membeli tempat mereka saat ini saja, gadis itu sudah mengeluarkan biaya sebanyak 5.000.000 Dollar.

Anna dapat menangkap arti tatapan Miyuki, lalu ia pun tersenyum.

“Aku akan mendapatkannya, beri aku waktu tiga hari, ok?” ucap Anna yang kemudian kembali tersenyum padanya.

Namun, saat tidak melihat respon apapun dari Miyuki, dia akhirnya memperjelas kalimatnya.

"Aku punya banyak uang. Aku hanya meminta waktu untuk membeli kristal sihir itu tanpa diketahui keluarga ku.”

Mendengar jawaban itu, kedua mata Miyuki berbinar dan dia tidak bisa menyembunyikan senyum bahagianya.

Itu mungkin senyuman tulus kedua yang pernah Anna lihat dari gadis itu. Miyuki biasanya selalu menjaga ekspresi wajahnya agar tampak cool dengan sangat baik.

Untuk seseorang berwajah imut sepertinya, menurut Anna, hal itu sebenarnya sangat tidak cocok.

“Terima kasih. Aku akan memanfaatkannya sebaik mungkin!” ucap Miyuki dengan nada suaranya yang juga terdengar ceria.

Anna akhirnya tertawa saat mendengar ucapan Miyuki. Suara Miyuki sungguh lucu. Sangat serasi dengan wajahnya cantik-imut nya yang berbeda dengan kecantikan anggun yang Anna miliki.

“Kalau begitu, aku akan kembali sekarang, kakekku kembali hari ini.” Ucap Anna sambil meremas kaleng minuman yang telah kosong.

“Kakekmu?”

“Ya…, sudah tiga tahun kami tidak bertemu dan aku sangat merindukannya.” Sahut Anna sambil berjalan menuju tong sampah dan melemparkan kaleng yang telah remuk itu kedalamnya.

"Aku akan membawa kristal sihirnya saat aku kembali tiga hari lagi.”

Miyuki tidak terlalu mendengarkan kata-kata Anna. Dia lebih fokus melihat apa yang baru Anna lakukan.

Miyuki tiba-tiba menyadari keadaan ruangannya yang sangat berantakan dengan bungkus-bungkus makanan instan yang berserakan di meja dan sebagian bahkan berhamburan di lantai.

Dengan malu, Miyuki akhirnya memunguti sampah-sampah tersebut dan membuangnya ke dalam tong sampah juga.

Walaupun terlihat tidak terlalu berminat dengan apa yang sedang Miyuki lakukan, namun ada senyuman tipis tampak di bibir Anna saat dia berjalan menuju pintu.

“Dia benar-benar orang yang lucu,” pikir Anna, yang sebenarnya tidak bermaksud untuk menyindir Miyuki dengan apa yang baru dia lakukan. Dia hanya sudah terbiasa langsung membuang sampah yang telah digunakannya.

Miyuki langsung menyusul Anna yang sudah pergi meninggalkan ruang kerjanya, setelah selesai membuang sampah-sampah itu.

“Aku akan melakukan uji coba final sekali lagi sementara menunggumu kembali.” Ucap Miyuki saat sudah berada di samping Anna, berjalan di koridor gelap yang akan membawa mereka ke lantai atas.

“Kenapa kau tidak berjalan-jalan saja sementara menungguku kembali? Kau hampir tidak pernah meninggalkan laboratorium mu.” Ucap Anna, memberikan saran pada Miyuki, yang dia tahu hampir tidak pernah keluar dari laboratorium dan ruang kerjanya walaupun hanya untuk menghirup udara segar di atas sana.

“Apakah kau tidak menyiapkan makanan instan untuk ku?”

Mendengar pertaanyaan balik yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang baru saja dia katakan, Anna sedikit memiringkan kepalanya dan menoleh pada Miyuki.

“Aku sudah menyiapkannya kemarin. Semuanya ada di kulkas.” Sahut Anna.

Dia tahu Miyuki tidak tertarik untuk keluar dari bawah tanah karena lebih mengkhawatirkan persediaan makanannya dibandingkan dengan dirinya yang harus ‘terjebak’ di tempat itu. Hal itu terbukti dari anggukan Miyuki yang kemudian tersenyum senang pada Anna.

“Yah…, aku hanya harus menunggu selama tiga hari jika ingin memakan makanan lezat dari Asian Soul.” Ucap Miyuki yang kini memiliki ekspresi sedih di wajahnya.

Sungguh perubahan emosi yang sangat cepat yang berhasil membuat Anna tertawa.

Namun, Anna segera menghentikan tawanya saat mendengar gema suaranya memantul di koridor. Itu sedikit mengejutkannya karena dia tanpa sengaja melakukannya.

“Kau tinggal pergi ke sana kalau kau mau. Dan juga, kau sudah hampir dua minggu tidak pernah terkena cahaya Matahari, kan?”

“Aku akan terkena cahaya Matahari sebentar lagi.” Sahut Miyuki dengan cepat.

Yang dia maksudkan adalah saat mengantarkan Anna sampai keluar bangunan nanti.

Mereka berdua kemudian tertawa sambil terus berjalan melalui koridor gelap yang terletak di bawah tanah itu tanpa memperdulikan lagi pantulan suara di sepanjang koridor.

•••

Ruang bawah tanah itu terhubung dengan sebuah bangunan kecil diatasnya yang adalah sebuah toko bunga yang Anna bebas sewakan pada seorang gadis yang kebetulan juga seusia dengannya.

Anna dan gadis itu bertemu secara tidak sengaja, saat ia menawarkan bunga pada Anna, di sebuah kafe yang berada tidak jauh dari toko bunga.

Saat itu, Anna sedang berkeliling bersama agen properti, melihat-lihat bangunan yang cocok untuk membuat sebuah laboratorium tersembunyi.

Mengetahui latar belakang gadis penjual bunga itu, Anna pun tergerak untuk membantunya agar tidak berjualan bunga keliling lagi, bahkan meminjaminya modal untuk usahanya tersebut.

Anna juga memberikan tempat usaha agar dia tidak melakukan bisnis dengan berkeliling lagi. Karena kebetulan, bangunan diatas laboratorium yang Anna beli tidak digunakan.

•••

Rin, gadis penjual bunga yang saat itu sedang menata bunga-bunganya langsung berdiri dan menyapa Anna, saat dia melihat Anna baru saja keluar dari ruangan pribadinya yang terhubung ke ruang bawah tanah.

“H-Hallo...,” sapa Rin dengan sedikit tergagap saat mengetahui Anna kali ini tidak keluar seorang diri.

Walaupun Rin sudah dua kali bertemu dengan Miyuki, namun dia tidak akrab dengan Miyuki yang terlihat susah untuk di ajak berbicara.

Miyuki hanya mengangguk kecil sebagai jawaban atas sapaan itu tanpa ada perubahan ekspresi di wajahnya.

“Hallo Rin..., apakah penjualan hari ini bagus?”

“Ya... te-terima kasih... berkat mu...“

“Kenapa kau selalu mengatakan itu setiap kali kita bertemu?” potong Anna sembari menepuk pundak Rin yang bertubuh sedikit lebih pendek darinya.

Rin terdiam saat mendengar kata-kata orang yang dia anggap sebagai dewi penyelamatnya. Gadis itu memang memiliki rasa hormat dan rasa terima kasih yang tulus pada Anna, penolongnya.

Karena jika bukan karena bantuan Anna, dia dan adiknya mungkin masih berjualan bunga secara berkeliling dan tidak akan memiliki banyak pelanggan seperti yang dia miliki sekarang.

•••

Anna masih berbicara pada Miyuki beberapa menit lagi sampai Miyuki akhirnya meninggalkan mereka dan kembali ke laboratoriumnya.

Melihat Miyuki pergi tanpa pamit padanya, Rin merasa bahwa gadis itu sepertinya entah tidak menyukainya atau memang tidak suka bergaul dengan sembarang orang.

“Tidak usah terlalu dipikirkan. Dia hanya pemalu.” Ucap Anna yang seakan bisa membaca pikiran Rin.

Ia kemudian tersenyum pada Rin yang tampak salah tingkah setelah mendengar ucapannya.

"Dan dia akhirnya tidak menerima cahaya Matahari lagi…," gumam Anna sambil menatap pintu yang baru saja tertutup di belakang Miyuki.

“Ngomong-ngomong, aku tidak akan kesini dalam tiga hari ke depan.” Ucap Anna yang akhirnya menoleh kembali pada Rin. "Kalau Miyu butuh sesuatu, apa kau bisa membantunya?”

“Tentu. Serahkan pada ku."

“Baiklah, aku akan memberitahukan itu pada Miyu melalui pesan. Sampai jumpa lagi Rin.”

Anna akhirnya pergi meninggalkan tempat itu dan kembali ke apartemennya yang berada tidak jauh dari situ.

...

Anna Lloyd...

•••••••

Bab 2 - Keluarga Lloyd

Anna kembali menuju kediaman keluarga Lloyd setelah mandi dan berganti pakaian di apartemennya yang terletak tidak jauh dari laboratorium.

Dia membeli apartemen itu hanya sebagai tempat singgah agar tidak terlalu jauh untuk bolak balik ke laboratorium, karena kediaman keluarga Lloyd yang berada di pusat kota berjarak lumayan jauh dan membutuhkan waktu lebih dari 7 jam perjalanan bolak-balik untuk pergi ke laboratorium.

Selain karena jaraknya, Anna memiliki perasaan yang tidak nyaman akhir-akhir ini, saat berada di antara keluarganya.

Sejak Morgan Lloyd, kakeknya, menghadiahkan sejumlah uang yang nilainya cukup besar padanya, sikap keluarga tirinya tampak sedikit berubah.

Beberapa di antara mereka tampak bersikap sedikit sinis padanya, walaupun hal itu tidak mereka tunjukkan secara langsung.

Untuk itulah, selain karena dia memang ingin memiliki bisnisnya sendiri, Anna akhirnya mencari bisnis yang tepat untuk dapat mengelola 'warisannya' dengan baik.

Anna sendiri adalah anak tunggal Brandon Lloyd yang di lahirkan oleh mendiang istri keduanya.

Sedangkan 3 saudara tirinya adalah anak dari istri pertama Brandon, Joana Nankins.

Namun, walaupun dia anak dari ibu yang berbeda, Anna sangat bersyukur karena ketiga saudara tirinya selalu memperlakukannya dengan sangat baik, layaknya saudara kandung.

Begitu pula dengan Joana Nankins, yang sama sekali tidak membedakan Anna dengan ketiga anak kandungnya.

Hanya saja, semenjak kakeknya menghadiahkan sejumlah uang itu lah, sifat iri dari ibu dan salah satu saudara tirinya itu sedikit terlihat olehnya.

Padahal, Anna hanya mendapatkan bagian yang tidak terlalu besar dibandingkan yang telah ketiga saudara tirinya terima.

Mungkin, menurutnya, ibu dan salah satu saudara tirinya tidak suka jika Anna juga mendapatkan bagian dari harta kakeknya.

•••

Setelah menempuh perjalanan hampir 4 jam lamanya, Anna akhirnya tiba di gerbang kediaman keluarga Lloyd. Penjaga gerbang yang sudah mengenali mobil milik Anna, langsung membukakan gerbang untuknya.

Kediaman keluarga Lloyd berada di kawasan khusus yang merupakan kawasan elit dari yang paling elit di Kota C. Jika seseorang hanyalah orang yang sangat kaya, maka mereka tidak akan mendapatkan izin untuk tinggal di kawasan super elit tersebut.

Mobil yang Anna kendarai akhirnya tiba di wilayah kediaman putra keluarga Lloyd setelah dia berkendara sejauh 1 kilometer dari gerbang tadi.

Kediaman putra keluarga Lloyd itu, adalah salah satu dari 3 bangunan yang berdiri di lahan keluarga, yang memiliki luas 30.000 meter persegi.

Bangunan khusus putra dari kepala keluarga Lloyd itu memang khusus di bangun untuk putra-putra dari kepala keluarga Lloyd, dimana ayahnya beserta seluruh saudara lelakinya dulu juga pernah tinggal di kediaman tersebut.

Namun, sejak kakeknya pensiun dan ayahnya di tunjuk sebagai kepala keluarga baru, maka dua saudara tiri Anna-lah yang kini menempati kediaman itu.

Anna terus mengendarai mobilnya melewati bangunan itu, untuk langsung menuju kediaman utama yang berada 500 meter di belakang kediaman putra keluarga Lloyd tadi.

Setelah Anna sampai di dekat pintu utama, seorang pelayan pria langsung menghampiri mobil yang dikendarai Anna, untuk menyambut kedatangannya.

Anna langsung menyapa pelayan tersebut sebelum menyerahkan kunci mobilnya untuk di parkirkan. Setelah berbicara sebentar pada pelayan itu, barulah ia masuk kedalam kediaman utama keluarga Lloyd.

•••

Morgan Lloyd yang sedang berbicara pada salah satu putranya di depan sebuah lukisan yang tampak baru saja berada di ruangan khusus barang antik itu, langsung meninggalkan putranya tersebut dan berjalan menghampiri Anna yang juga berjalan dengan hampir setengah berlari saat dia melihat kakeknya berada disana.

“Bagaimana kabarmu, Anna?” sapa Morgan Lloyd sambil memeluk tubuh cucu kesayangannya itu.

Anna tidak langsung menjawab sapaan itu. Ia masih memeluk kakeknya dalam diam, sembari berusaha menahan tangis bahagia, setelah lama tidak bertemu kakeknya.

Jika bukan karena pamannya yang ingin berjabat tangan dengannya, mungkin Anna masih memeluk kakeknya itu dengan erat beberapa lama lagi.

“Kau semakin cantik, keponakan.” Puji Arthur Lloyd.

Ada sedikit kilatan nafsu khas pria hidung belang di matanya saat menatap tubuh Anna dari kepala hingga ujung kakinya.

“Terima kasih, paman Arthur," sahut Anna sambil tersenyum getir. Anna tahu siapa pamannya ini. karaketer playboynya sudah terkenal di keluarga mereka.

Setelah berbasa-basi selama beberapa menit dan berbicara mengenai lukisan dari seorang pelukis terkenal yang baru Arthur beli dan pajang di ruang koleksi seni keluarga Lloyd, Anna akhirnya membawa kakek dan pamannya itu pergi menuju ruang jamuan, dimana seluruh keluarga Lloyd sudah berkumpul di sana.

•••

Seperti biasa, acara jamuan keluarga berjalan dengan sedikit kaku karena setiap orang di sana tampak menjaga wibawa mereka masing-masing, walaupun mereka semua sebenarnya satu keluarga.

Anna baru belakangan ini memperhatikan hal itu.

Keluarga Lloyd tampak begitu harmonis dan akrab satu dengan lainnya. Setidaknya itulah yang Anna rasakan sampai satu tahun yang lalu.

Dia bisa merasakan bahwa semua itu hanyalah topeng dari masing-masing anggota keluarga sejak dia sudah beranjak dewasa, terutama dalam satu tahun belakangan.

Salah satu contoh kecilnya adalah, seperti saat salah satu saudara perempuan Brandon Lloyd memuji kecantikan alami Anna.

Walaupun sebenarnya dia berkata jujur, namun ada maksud tersembunyi di balik kata-katanya yang ingin membandingkan kecantikan Anna dengan Cassey Lloyd, saudari tirinya.

Wanita itu juga memuji jika kecantikan Anna di dapat dari mendiang ibunya yang merupakan istri kedua dari Brandon Lloyd.

Ucapan-ucapan bibi nya itu tampak jelas seakan ingin membuat hubungan Anna dengan saudari dan ibu tirinya merenggang.

Kemudian, saat mereka membahas hadiah yang Anna terima dari kakeknya yang senilai 250.000.000 Dollar beserta 2% saham guild Black Diamond yang juga dihadiahkan kakeknya.

Itu jauh lebih besar dibandingkan yang di dapat cucu-cucu lain yang tidak berasal dari keturunan Brandon. Mereka hanya menerima sebesar 50.000.000 Dollar dan 0,1% saham per orang.

Mereka bahkan membahasnya tanpa malu-malu di sela candaannya.

Tapi, mereka bahkan tidak membahas yang telah ketiga saudara tirinya terima, yang nilainya jauh lebih besar dari yang Anna terima.

Mereka seakan ingin membuat renggang hubungan Anna dengan para sepupunya.

Keluarga itu tampak berusaha memecah belah keluarga utama dibalik kata-kata manis penuh pujian, tapi menusuk dan beracun dibaliknya.

Merasa tidak suka dengan obrolan itu, Morgan Lloyd memotong pembicaraan mereka.

Dengan tidak sabar, Morgan menatap putra sulungnya, lalu menanyakan alasan putra nya tersebut memintanya datang ke Kota C.

“Lalu, apa kejutan yang ingin kau berikan pada ayah, Brandon?” ucap Morgan Lloyd, memotong pembicaraan putra putrinya dan itu berhasil membuat suasana hening seketika.

Semua mata kini tertuju pada Brandon, untuk menyimak hal menarik apa yang mungkin akan keluar dari mulutnya.

Brandon Lloyd menatap seluruh anggota keluarganya, yang dengan bersamaan juga langsung menghentikan segala kegiatan mereka.

Saat melihat semua orang yang berada di ruang perjamuan keluarga sudah memberikan perhatian mereka padanya, Brandon menatap ayahnya dan mulai berbicara.

“Ayah tentu ingat tuan Bern." ucap Brandon dengan suara khasnya yang bernada rendah.

Morgan Lloyd mengangguk pelan dan senyuman muncul dari wajah keriputnya, saat pria yang sudah berusia 80 tahun itu mengingat teman seperjuangannya yang sudah meninggal beberapa tahun lalu.

Lucas Bern adalah Hunter yang selalu mendukungnya sejak awal kedua Hunter itu meniti karir mereka, sampai akhirnya mereka pindah ke Indonesia 20 tahun yang lalu di usia mereka yang sudah cukup tua, untuk bertaruh dengan peruntungan mereka.

Sangat di sayangkan, kedua sahabat itu akhirnya berpisah. Lucas Bern mengabdi pada guild besar di ibu kota, sedangkan Morgan Lloyd merintis guildnya sendiri.

Sangat di sayangkan pula, dari informasi yang Morgan dapat, anak-anak dari Lucas Bern tidak ada yang memiliki kecakapan dan semangat juang seperti yang ayah mereka miliki. Harta keluarga yang seharusnya digunakan untuk melakukan upgrade XP (Experience Point), malah mereka gunakan untuk berfoya-foya.

Hanya ada satu anak dari Lucas Bern yang dia sama sekali tidak tau informasinya. Anak bungsu yang lahir di masa tua Lucas Bern.

°°°

“Tuan Bern memiliki anak bungsu yang sangat cakap dan saat ini memiliki karir yang sangat bagus.” Sambung Brandon yang berhasil membuyarkan lamunan Morgan Lloyd dari kenangan masa lalunya.

Mendengar kabar menggembirakan itu, raut wajah sedih Morgan sirna seketika. Ia pun kembali menatap putra sulungnya.

“Reinhard Bern saat ini menjadi salah satu Hunter muda yang sukses. Dia dan tim raid nya menjadi bahan perbincangan utama di Kota C karena keberhasilan mereka dalam enam raid perdana setelah anak-anak muda itu lulus dari Akademi Hunter.”

Melihat sinar mata yang begitu bersemangat dari ayahnya, yang tampak begitu berminat dengan ceritanya, Brandon kembali melanjutkan.

"Hanya ada dua Hunter muda yang saat ini dinilai akan menjadi ujung tombak masa depan Kota C. Yang pertama adalah Reinhard Bern, dan yang kedua adalah Cassey,” ucap Brandon sambil melirik pada putri kesayangannya itu, yang duduk tepat di seberangnya.

Mendengar itu, Morgan menoleh pada Cassey dengan wajahnya yang semakin tampak cerah disertai anggukan berulang dan senyum lebarnya.

“Dan kabar baiknya adalah...," Brandon memberikan jeda pada kalimatnya sampai Morgan kembali menoleh padanya. “Dua Hunter muda terbaik itu semuanya adalah anggota keluarga kita. Maksudku, Reinhard akan bergabung dalam keluarga kita dalam waktu dekat.”

Saat mendengar kalimat itu, seakan semua orang yang duduk bersama itu mengerti ke arah mana pembicaraannya, secara hampir bersamaan mereka menoleh dan menatap pada Cassey.

Semua anggota keluarga, bahkan para pelayan yang berdiri di sekitar ruangan itu dapat menebak bahwa akan ada perjodohan antara Cassey dan Reinhard Bern.

Hanya Brandon dan istrinya, Joana Nankins, yang bersikap biasa saja karena hanya mereka berdua yang sudah mengetahui arah pembicaraan tersebut yang sebenarnya.

Saat Brandon melanjutkan kalimatnya, semua orang yang berada di ruangan itu menjadi terkejut bahkan beberapa orang yang tidak bisa menguasai diri sampai membuka mulutnya lebar.

“Kami menerima lamaran dari keluarga Bern, untuk Anna.”

•••••••

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!