NovelToon NovelToon

Rasa Yang Tak Tepat

Chapter 1 - Istri Temanku

☘️POV DIMAS☘️

Ku lihat seorang wanita yang sejak dulu aku puja-puja tengah duduk termenung di lobi kantor tempat suaminya dan aku (Dimas) bekerja. Dialah Linda, wanita yang sejak dulu berhasil mencuri hatiku.

Namun ada perbedaan yang kulihat padanya sekarang. Dulu dia begitu cantik, anggun, dan bersih. Tapi lihat sekarang. Dia begitu kusam, bajunya tidak sebagus dulu, wajahnya terlihat lebih tua dari umurnya.

Apa yang terjadi? Apa dia sakit? Atau sedang ada masalah? Lama aku melihatnya sampai aku menemukan jawabanku sendiri. Roby, sahabatku yang sekaligus suami dari Linda, wanita yang kucintai menghampirinya dan menariknya dengan kasar menuju luar.

Diam-diam aku ikuti mereka hingga sampai ke belakang gedung kantor. Di sana, Roby melepas tangan Linda dengan kasar sampai ia meringis kesakitan. Geram sekali aku melihatnya. Jika saja ini bukan tempat umum, sudah aku tinju si Roby itu.

"Kamu ngapain sih kesini? Bikin malu aja!" Roby menatap Linda dengan kesal.

"Mas, aku minta uang. Aku mau pergi ke dokter. Dela sakit, Mas. Sekarang lagi aku titipkan sama tetangga. Kasian, demamnya tinggi. Dia nangis terus, Mas," rengek Linda pada Roby.

Ya Allah, apa sampai segitunya Roby hingga membuat Linda datang ke kantor hanya untuk meminta uang?

"Ngapain sih ke dokter. Kasih obat juga pasti sembuh. Buang-buang uang aja!"

"Aku udah kasih obat, Mas. Tapi malah semakin tinggi demamnya."

"Halah, itu karena kamu nggak becus jadi ibu. Ngurus anak aja nggak bisa. Kerjaan kamu apa sih? Nggak ada kan? Di rumah cuma ngurus rumah sama jaga anak-anak aja penampilan kamu kayak nenek tua gini. Bikin malu aja kamu!"

Astaghfirullah, tega sekali Roby mengatakan hal itu pada Linda. Harusnya dia tau kalau jadi ibu rumah tangga dengan dua anak yang masih kecil-kecil pasti sangat merepotkan. Geram sekali aku melihatnya.

"Mas, aku tau aku salah. Tapi tolong kasih aku uang. Aku mau bawa Dela berobat. Kasian dia, Mas." Linda memegang tangan Roby. Kali ini air matanya jatuh berlinang.

Aku tidak bisa melihat pemandangan seperti ini. Tapi apa yang bisa aku lakukan? Dasar Roby berengsek! Beraninya dia membuat Linda menangis.

"Lepasin! Bikin malu aja kamu! Lagian kan setiap bulan aku selalu kasih kamu uang satu juta. Kamu kemanain uang aku?"

Apa? Satu juta? Bukankah gaji Roby itu lima juta. Yang empat juta kemana? Setauku, motor yang dia pakai itu sudah lunas, kan?

"Mas, kebutuhan kita banyak. Satu juta itu masih kurang. Aku bahkan sering hutang di warung karena uang yang kamu kasih kurang. Buat makan, susu anak-anak, listrik, air, dan juga bensin kamu kan mintanya sama aku."

"Ya mau gimana lagi, kamu tau kan gaji aku cuma satu juta lima ratus. Yang lima ratus ribu aja buat jajan sama rokok aku masih kurang Harusnya kamu itu hemat-hemat jadi istri. Nggak becus banget sih, mengelola keuangan!"

Berengsek kamu Roby. Ternyata selama ini kamu menipu istrimu sendiri. Serakah kamu Roby. Dasar suami tidak berguna!

"Mas, udahlah jangan bahas itu sekarang. Aku minta uang, Mas."

"Nih, aku cuma ada dua puluh ribu!" Roby mencampakkan uang itu ke wajah Linda. Ingin rasanya aku menghajarnya. Ah, Linda kenapa kamu bodoh sekali. Kenapa kamu mau dibohongi seperti itu.

Dengan mata berkaca-kaca Linda memungut uang yang jatuh ke kaki Roby. Tanpa rasa kasihan, Roby meninggalkannya di sana. Ku lihat Linda menangis sambil memegangi dadanya. Aku tau, pasti rasanya sakit sekali sampai menyesakkan dada.

Dengan langkah gontai, Linda pergi dari tempat itu. Aku berpikir, bagaimana caranya aku membantu Linda tanpa ketahuan? Ah, aku tau. Sebaiknya aku mengikuti dia. Mumpung masih banyak waktu istirahat. Lagipula aku ini kan bos pemilik kantor ini. Hanya saja aku sedang menyamar menjadi karyawan biasa agar dapat mengungkap siapa-siapa saja yang curang di kantor ini. Dan yang tau hanya papaku selaku pemilik perusahaan ini. Jadi aku tidak perlu khawatir.

*****

Aku mulai mengikuti Linda. Pertama, dia mengambil anaknya yang sakit yang tadi dia titipkan. Sedangkan anak sulungnya yang bernama Dion ikut dengan mereka.

Hatiku terasa berdenyut saat melihat Linda berjalan kaki. Menggendong Dela serta menuntun Dion yang masih berusia lima tahun. Sedangkan Dela masih enam bulan. Itu yang aku dengar dari Roby.

Linda sampai di sebuah klinik yang tak jauh dari rumahnya. Ia segera memeriksakan anaknya ke dalam salah satu ruangan. Aku dapat melihat wajah takutnya. Pasti dia takut jika uangnya kurang.

Aku mendatangi kasir dan memberikan uang padanya. "Mbak, pasien atas nama Dela, bayarnya pakai ini aja ya. Saya yakin ada kembaliannya, nanti buat Mbak aja. Terus bilang sama ibunya karena dia pasien yang ke berapa gitu makanya pengobatannya gratis. Terus kasih amplop ini. Bilang ini hadiahnya." Aku menyerahkan uang serta amplop kepada sang kasir.

"Iya, Mas. Wah Mas nya baik banget ya."

"Mbak, inget ya. Ini rahasia."

Sang kasir mengangguk. Aku pun segera keluar. Aku bersembunyi dibalik pohon dan menunggu Linda keluar.

Lama aku menunggu sampai akhirnya Linda keluar dengan raut wajah bahagia. Dia terus mencium anak-anaknya dan menghadap ke atas mengucap syukur.

Alhamdulillah, aku berhasil. Setidaknya dia tidak akan sedih lagi. Dan aku pun segera kembali ke kantor saat memastikan Linda pulang naik angkutan umum.

Chapter 2 - Deritaku

🥀POV LINDA🥀

Aku, Linda Kinanti. Seorang wanita berusia dua puluh tujuh tahun. Dulu aku sangat rajin merawat diri. Aku cantik, seksi, dan dipuja banyak pria. Aku terlahir dari keluarga sederhana. Namun karena kecantikan yang ku miliki, banyak tawaran menjadi model pakaian yang dijual secara online.

Dari situlah aku memodali diriku sendiri untuk ke salon dan membeli produk kecantikan.

Aku kuliah di salah satu Universitas ternama di kotaku berkat uang hasil menjadi model pakaian online.

Aku berkenalan dengan banyak pria tampan. Ya, meskipun aku cantik, namun aku tidak matre. Aku mau saja berpacaran dengan pria dari kalangan biasa asal dia baik dan tentunya elok dilihat.

Banyak pria kaya yang mendekati aku. Namun mereka kebanyakan adalah badboy kampus. Yang suka mempermainkan wanita. Tentu aku tidak mau berpacaran dengan mereka dan menjadi korban.

Namun, perhatian ku tertuju pada seorang pria yang sangat tampan. Namanya Roby, mahasiswa akuntansi. Dia kerap mendekati aku tanpa henti. Bahkan, dia selalu menyuruh temannya yang pendiam bernama Dimas untuk memberikan aku hadiah-hadiah darinya.

Berkat perhatiannya itu, aku pun terlena. Aku berhasil masuk ke dalam bujuk rayunya sehingga kami melakukan hal yang harusnya kami lakukan setelah menikah.

Di kontrakan tempat dia tinggal, kami sering melakukannya. Hingga akhirnya aku hamil dan kami pun terpaksa menikah dan putus kuliah. Aku tidak mungkin menjadi model dalam kondisi hamil. Sedangkan Mas Roby tidak mungkin kuliah semantara dia harus mempunyai pekerjaan.

Padahal kuliah kami hanya tinggal setahun lagi. Namun ketiadaan biaya dan keadaanku yang hamil mengharuskan kami mengubur mimpi menjadi seorang sarjana.

Kami menikah dengan acara sederhana. Tidak ada pesta mewah seperti yang selalu aku impikan sejak dulu. Hanya akad nikah dan syukuran mengundang tetangga. Itupun aku harus mendengar bisikan-bisikan mereka tentangku yang hamil diluar nikah dan putus kuliah. Mereka menyayangkan aku yang bodoh karena kecantikan tidak kumanfaatkan untuk menggaet pria kaya.

Ah, masa bodo dengan uang. Yang penting aku menikah dengan orang yang aku cintai, Mas Roby.

Namun, sejak awal pernikahan, keharmonisan tidak pernah menghampiri keluarga kecil kami. Karena apa? Karena Mas Roby adalah orang yang egois. Dia pemarah, suka membesar-besarkan masalah, dan perhitungan padaku.

Dia selalu memberi aku uang pas-pasan untuk belanja kebutuhan dapur. Bahkan terkadang aku harus berhutang ke warung hanya untuk biaya makan. Dia melimpahkan semua beban kepadaku. Dia tidak mau tau kebutuhan apa yang harus dia penuhi. Yang penting baginya, dia harus makan makanan yang enak dan melihat rumah bersih dua puluh empat jam.

Aku merasa tertekan berumah tangga dengan Mas Roby. Bahkan sejak anak pertama kami yang kami beri nama Dion lahir, Mas Roby tidak mau membantuku menjaganya. Dia hanya sibuk memainkan ponselnya. Bekerja sebagai tukang ojek tetapi selalu bangun siang dan bekerja dengan terpaksa. Setiap pulang ngojek, dia tidak pernah memberi tahu berapa uang yang dia dapat. Dia hanya memberiku tiga puluh ribu.

Dengan uang segitu aku harus memasak makanan yang enak dan juga membeli susu Dion. Belum lagi uang listrik, air, dan biaya kontrakan juga aku yang menanggung. Rasanya aku ingin menyerah pada hidupku, tapi anak-anakku? Melihat ayahnya tak peduli pada mereka, aku tak bisa meninggalkan mereka begitu saja.

Chapter 3 - Suami Kejam

Untunglah setahun setelahnya, kakak Mas Roby pulang ke kampung. Jadi, rumah mereka bisa kami tempati. Namun, hal itu tidak membuat Mas Roby semakin giat bekerja. Dia malah semakin malas. Apalagi jika hujan, pasti dia akan kembali menarik selimut dan tidur sampai hujan reda. Tak peduli anak dan istrinya sudah makan atau belum, yang penting perutnya kenyang habis makan di warung.

Pernah aku memergoki dia menyimpan uangnya di dalam sebuah tas usang di bawah ranjang. Aku membuka isinya dan terkejut melihat uang yang begitu banyak.

Namun, saat aku mempertanyakannya, dia malah marah dan menuduhku pencuri.

"Denger ya. Kamu itu sebagai istri nggak perlu tau uang suami ada berapa. Yang perlu kamu lakukan, cukupi hidup kita dengan uang yang aku berikan. Kalau nggak cukup, ya kamu usaha lah. Jadi buruh cuci atau tukang bersih-bersih di rumah orang. Aku mau beli motor pakai uang ini. Kan kamu juga nanti yang senang."

Ya, benar kata Mas Roby. Kalau dia beli motor sendiri. Dia tidak perlu berbagi uang hasil ngojek dengan si pemilik motor yang selama ini motornya mereka sewa.

Akupun mengalah. Membiarkan dia mengumpulkan uang untuk membeli motor.

Hingga usia enam tahun pernikahan kami, aku melahirkan seorang anak perempuan yang kami beri nama Dela. Aku pikir, setelah kelahiran Dela, Mas Roby akan semakin peduli akan kebutuhan rumah tangga kami. Namun yang ada, dia malah semakin menjadi. Dia sering mengataiku istri pemalas, tidak becus, tidak berguna, dan seperti nenek lampir.

Memangnya aku seperti ini karena siapa? Karena dia kan? Kalau saja dia dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga dan memodaliku merawat diri, pasti Agnes Monika pun lewat. Tapi yang ada, aku malah harus memikirkan kebutuhan yang semakin membengkak. Apalagi sebentar lagi Dion akan memasuki TK. Aku harus mempersiapkan banyak uang. Bagaimana aku tidak kurus, beban pikiranku terlalu banyak. Bagaimana wajahku tidak kusam, bedak pun aku tak mampu membeli. Yang kupakai pun hanya bedak Dela. Bedak bayi yang wangi dan lembut itu. Bagaimana aku tidak terlihat tua, aku memikul semua beban hidup.

Dan hari ini, Dela demam tinggi. Aku menitipkan dia pada tetanggaku. Aku akan menemui Mas Roby di kantornya.

Namun apa yang aku dapat? Aku malah dihina dan diusir. Dia hanya memberiku uang dua puluh ribu. Terpaksa ku tempuh jarak dari rumah ke klinik terdekat dengan berjalan kaki. Dion terus mengeluhkan kalau kakinya capek. Sedangkan tangisan Dela semakin kencang karena panas yang semakin tinggi.

Sesampainya di klinik, aku langsung memasukkan Dela ke dalam ruangan untuk diperiksa. Hatiku bergetar hebat. Aku takut biayanya akan sangat mahal sedangkan uangku hanya dua puluh ribu.

Akhirnya Dela selesai diobati. Panasnya sudah turun dan dia tidur nyenyak di dalam gendonganku.

"Mbak berapa biayanya?" tanyaku pada kasir.

"Selamat Mbak, karena Mbak pasien kami yang ke seribu, maka kami menggratiskan biaya untuk Mbak."

Mendengar ucapan kasir, hatiku sangat senang. Aku mengucap syukur berkali-kali.

"Oh ya, Mbak. Ini ada hadiah untuk Mbaknya." Kasir itu menyerahkan sebuah amplop padaku. Betapa terkejutnya aku melihat isinya yang berjumlah satu juta.

"Mbak ini beneran?" tanyaku tak percaya.

"Bener, Mbak. Silakan diambil. Selamat, ya."

Aku kembali mengucap syukur. Dengan uang ini aku bisa melunasi hutang di warung dan membeli susu serta makanan bergizi untuk anak-anakku. Alhamdulillah ya Allah, kini Dion tidak perlu pulang jalan kaki.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!