NovelToon NovelToon

My Secret With CEO

01

Tuk

Greyila atau biasa di panggil Lila itu kini kembali menjatuhkan tubuhnya di depan makam baru yang baru dengan tanah yang berwarna merah sebagai buktinya dan ada bunga yang baru saja di taburkan. Bahkan beberapa orang pelayat masih ada di sana. Lila menatap makam itu dengan tatapan sedih dan air mata yang menetes di pipinya.

“Dad, kau kenapa jahat padaku? Kenapa kau meninggalkan aku sendiri? Dad, aku membencimu bahkan kebencian ini melebihi kebencian saat kau membawa dua wanita ular itu ke rumah. Dad, kembalilah!” ucap Lila menangis tanpa suara. Hanya air matanya yang terus menetes di pipinya menatap dua makam yang berdampingan itu.

Satu makam masih baru milik sang daddy dan satunya lagi makan sang mommy yang sudah pergi dua tahun lalu meninggalkannya, “Kau jahat dad. Kau dulu berkata akan menemaniku sampai aku memiliki suami dan anak. Tapi ternyata kau sama saja dengan mommy yang pergi meninggalkanku. Kalian jahat, kenapa meninggalkan aku sendiri dengan dua wanita ular itu. Dad, Mom aku sayang kalian.” ucap Lila akhirnya suara tangisan itu terdengar.

Lila menatap dua makam di hadapannya itu bergantian sampai ada seseorang yang menepuk pundaknya, “Lila, jangan menangis. Aku tidak rela melihat air mata ini di pipimu. Bukankah aku sudah berkata aku tidak suka air mata ini ada di pipimu? Jangan menangis. Kau tidak sendiri ada aku yang akan selalu ada untukmu. Aku akan menemanimu. Aku tahu kehadiranku tidak akan membuat luka kehilangan itu hilang tapi tidakkah kau bahagia kini daddy dan mommy kembali bersatu setelah di pisahkan oleh dua wanita jahat itu. Kau harus bangkit Lila. Bukankah kau ingin mengusir mereka dari rumah milik mommy-mu.” Ucap Yola sang sahabat yang selalu setia mendengarkan segala keluh kesahnya selama dua tahun terakhir ini sejak kepergian sang mommy.

Lila segera memeluk sahabatnya itu, “La, apa aku bukan anak baik sehingga harus kehilangan orang tua di usia ini? Mereka sudah berjanji akan menemaniku sampai aku memiliki anak tapi kini itu tinggallah janji saja. Mereka sudah gak ada. Apa aku pergi menyusul mereka saja?” ucap Lila menatap sahabatnya.

Yola segera menghapus air mata sahabatnya itu dan menggeleng, “Kau anak baik, Lila. Ini semua sudah menjadi takdir yang harus kita terima. Bukankah kau selalu mengatakan itu padaku. Jangan sedih aku akan selalu ada untukmu.” Ucap Yola.

“La, kenapa rasanya sangat sakit. Aku--”

“Sstt, lebih baik kita pergi sekarang yaa. Kita pulang. Lihat langitnya sudah mendung seolah tahu kau sedang sedih sehingga dia pun ikut menangis bersamamu. Ayo kita pulang nanti kita mengunjungi mommy dan daddymu lagi. Aku tidak mau kau sakit. Ayo!” ucap Yola membantu Lila berdiri.

Lila dan Yola pun segera meninggalkan makam itu yang sudah sunyi tinggal mereka berdua dan petugas penjaga makam saja. Lila menengok ke belakang menatap makam kedua orang tuanya itu, “Aku harap kau sudah bertemu dengan mommy di sana, Dad. Aku harap kalian bahagia di sana. Dad, lihatlah dua wanita yang kau bawa ke rumah. Mereka hanya datang sebentar saja dan kini mungkin sedang berpesta atas meninggalnya dirimu. Aku akan mencari tahu apa alasanmu membawa dua wanita itu ke rumah, Dad. Aku yakin alasannya bukan seperti yang aku ketahui saat ini. Aku yakin pasti ada alasan besar di balik ini. Aku akan mencari tahu sendiri. Jangan khawatir aku akan menjaga diriku sendiri.” Batin Lila meninggalkan makam itu dengan naik mobilnya yang di kendarai supir bersama Yola.

“Kau mau di antar kemana? Mau pulang ke rumah atau apartemen?” tanya Yola hati-hati.

“Kita singgah di rumah sebentar dulu. Aku ingin memastikan semua barang mommy dan daddy aman dari dua wanita gila itu. Setelah itu kita ke apartemen.” Jawab Lila.

Yola pun mengangguk lalu segera meminta supir mengantarnya ke rumah Lila. Tidak lama sekitar 10 menit saja mereka sudah tiba di kediaman mewah milik keluarga Lila. Yola segera membantu Lila turun dan masuk ke dalam rumah itu. Begitu masuk mereka langsung di suguhkan dengan pemandangan di mana ibu tiri dan kakak tiri Lila itu sedang berpesta minum di ruang tengah.

Lila hanya memandang sekilas lalu dia menuju kamarnya dan juga kamar mendiang mommynya. Yola hanya ikut saja di belakang Lila karena dia memang sudah tahu tabiat ibu tiri dan kakak tiri Lila itu. Hanya sekitar 20 menitan Lila ada di sana. Kini dia keluar dengan membawa koper kecil miliknya, “Wah, Mih sepertinya ada yang sudah tidak menginginkan rumah ini. Apa itu berarti rumah ini sudah jadi milik kita dan kita bisa menjualnya.” Ucap Aruna sambil menggoyangkan gelasnya.

Lila berbalik dan menatap dua wanita yang menjadi duri dalam hidupnya, “Ingat, kalian hanya menumpang di sini. Ini adalah rumahku. Ingat rumahku. Jadi berlagaklah seperti orang yang menumpang. Jangan sok jadi pemilik.” Ucap Lila tajam lalu dia segera berbalik meninggalkan ibu tiri dan kakak tirinya itu menatapnya nyalang.

Singkat cerita, kini Lila sudah tiba di apartemennya dan Yola pun membantu Lila merapikan barang yang dia bawa tadi. Setelah itu Lila meminta Yola untuk pulang karena dia ingin sendiri dulu. Yola pun paham hal itu dia segera pergi tapi berpesan jika ada apa-apa Lila harus menghubunginya. Lila hanya mengiayakan saja permintaan sahabatnya itu.

Kini tinggallah Lila sendiri di apartemen besar itu. Apartemen yang dia minta sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke-21 tahun tepat sebulan sebelum sang mommy pergi. Apartemen ini menjadi hadiah ulang tahunnya terakhir karena setelah sang mommy pergi dia tidak lagi merayakan ulang tahunnya. Lila segera ke kamarnya dan memegang bingkai foto yang tadi dia bawa dari kamar mommynya dimana difoto itu ada dirinya, daddynya dan mommynya dengan tersenyum bahagia, “Aku rindu kalian.” ucap Lila menangis.

***

Di sisi lain, di sebuah mansion mewah ada seorang pria yang kini terlibat perdebatan dengan maminya, “Mih, sudah berapa kali aku katakan bahwa aku gak mau dijodohkan sama sekali. Aku akan menemukan calon istriku sendiri. Pokoknya aku gak mau di jodohkan sama sekali titik dan ini terakhir kalinya aku mengatakannya. Jika mami masih saja bersikeras menjodohkan aku maka aku tidak akan pernah kembali ke rumah ini lagi.” Ucap Melvin tegas menatap sang mami.

“Mami hanya ingin melihatmu menikah nak. Lagian umurmu sudah cukup untuk meminta rumah tangga. Selain itu juga gadis yang mami pilih berasal dari keluarga yang baik.” bela Elea.

“Mih, aku baru 28 tahun. Biar aku tekankan lagi 28. Aku masih muda dan jika pun aku menikah. Aku pasti menikah dengan gadis yang aku cintai bukan dengan perjodohan. Sudah sampai sini saja pembicaraan ini.” ucap Melvin lalu pergi ke kamarnya. Elea yang melihat sang putra pergi hanya bisa menghela nafas lalu menatap suaminya yang duduk santai sambil membaca majalah bisnis.

02

Lila tertidur sambil memeluk bingkai foto itu setelah lelah menangis dan bersedih. Dia terbangun begitu mendengar bunyi bel apartemennya. Dengan langkah gontai dan rambut yang hanya di ikat asal-asalan Lila keluar dari kamarnya dan menuju pintu apartemen.

Lila pun segera membukakan pintu apartemen itu dan menatap sedih siapa yang datang, “Paman!” ucap Lila segera berhambur ke dalam pelukan Jay.

“Sudah, jangan menangis. Jangan sedih terlalu lama. Kau harus bangkit jika ingin melawan dua parasit yang hidup menumpang di rumahmu. Sudah ayo kita bahas hal penting dulu. Paman tahu kau sedang sedih saat ini namun ini tetap hal penting yang gak boleh paman tunda. Ayo kita bahas di dalam dulu. Apa paman diizinkan masuk?” tanya Jay sambil mengelus rambut Lila lembut.

“Tentu saja paman. Ayo kita masuk.” Ucap Lila mengajak Jay masuk yang tidak lain adalah pengacara keluarganya. Sedikit tidaknya dia sudah tahu tujuan kedatangan Jay hari ini padanya.

Mereka pun segera duduk di sofa di ruang tamu itu. Jay segera mengeluarkan dokumen dari tasnya lalu segera menyerahkannya kepada Lila, “Bacalah! Paman tahu kau cerdas pasti bisa memahami hal ini tanpa harus paman jelaskan lebih lanjut.” Ucap Jay menyerahkan dokumen kepada Lila.

Lila pun menerimanya dan mulai membaca semua poin yang ada dalam dokumen itu, “Aku sudah mengerti paman. Tapi aku belum ingin mengelola perusahaan daddy secara langsung. Aku tetap mempercayakannya pengawasan perusahaan daddy kepadamu karena aku ingin menenangkan diriku dulu paman. Aku--”

“Paman mengerti nak. Tapi ingat jangan terlalu lama memutuskannya karena perlu kau tahu daddymu ingin kau segera masuk ke perusahaan. Semua ini adalah milikmu. Paman hanya menjaganya saja untukmu.” Ucap Jay.

“Aku tahu paman. Aku pasti akan segera masuk ke perusahaan tapi tidak dalam waktu dekat ini. Ohiya paman apa yang di dapat oleh dua wanita itu?” tanya Lila.

“Mereka tetap mendapatkan bagiannya nak. Mereka akan mendapatkan uang bulanan sebanyak 10 juta per bulan selama dua sesuai dengan umur pernikahan daddymu dengan Linda. Kamu tidak masalah dengan hal itu kan?” Ujar Jay bertanya.

Lila menggeleng, “Gak masalah untukku paman karena bagaimanapun dia tetap pernah menjadi istri daddy. Aku tidak masalah tapi aku yakin mereka yang bermasalah tidak akan menerima keputusan ini. Aku tahu tujuannya menikah dengan daddy yaitu harta daddy.” Ucap Lila.

“Itu biar jadi keputusan mereka mau menerimanya atau tidak karena secara hukum mereka gak memiliki hak sama sekali karena daddymu tidak memiliki anak darinya.” Ujar Jay.

Lila pun mengangguk lalu setelah itu Jay segera pamit pulang untuk segera menuju kediaman orang tua Lila menemui Linda dan Aruna, ibu tiri dan kakak tiri Lila, “Jangan terlalu sedih. Ingat kau tidak sendiri masih ada kami yang menyayangimu.” Ucap Jay sebelum pergi.

Lila pun mengangguk lalu tersenyum walau senyum itu adalah senyuman menyimpan kesedihan. Lila kembali ke kamarnya menyendiri dan meratapi kesedihan sendiri. Dia kembali menatap bingkai foto, “Dad, mom. Kenapa kalian meninggalkan aku sendiri. Aku kesepian walau ada paman Jay dan Yola di sampingku. Aku tahu mereka tidak akan membiarkanku sendiri tapi tetap saja hatiku kosong. Dad, aku menerima semua tanggung jawab yang kau berikan padaku tapi aku butuh waktu semoga kau tidak keberatan dan memakluminya. Aku menyayangimu dad walau dua tahun ini adalah hal dua tahun suram untuk hubungan ayah dan anak di antara kita tapi aku menyayangiku.” Ucap Lila lalu mengecup foto daddynya itu.

Setelah itu Lila meletakkan bingkai foto itu dengan hati-hati di meja samping ranjangnya lalu dia membuka ponselnya. Dia membaca berita yang sudah menyebar di media akan kematian daddynya. Yah kematian seorang Calvin El-Bara sudah pasti bisa menjadi sebuah topik hangat yang menguntungkan media karena daddy Lila itu adalah pemilik perusahaan terbesar nomor tiga di Negara ini.

Lila sibuk melihat berbagai topik artikel berita itu hingga tiba-tiba dia mengetikkan sesuatu di pencarian dan membaca hasil pencariannya itu, “Sepertinya aku harus mencobanya. Yah, aku harus mencobanya. Aku belum pernah ke tempat itu sebelumnya jadi sepertinya ini waktu yang tepat untuk mencoba hal baru.” Ujar Lila lalu segera beranjak dari ranjang dan membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.

Setelah itu dia segera membuka lemari pakaiannya dan mencari pakaian yang cocok untuk dia pakai ke tempat yang belum pernah dia kunjungi itu. Singkat cerita kini dia sudah siap untuk pergi ke tempat haram itu dengan pakaian yang sekiranya cocok.

Sementara di sisi lain, seperti dugaan Lila kini Linda dan Aruna sama sekali tidak menerima keputusan yang di ucapkan oleh pengacara Jay, “Tidak mungkin dia hanya meninggalkan itu untukku? Bagaimana bisa Lila mendapatkan semuanya sementara aku dan anakku harus puas dengan uang 10 juta perbulan. Gak aku tidak bisa menerima ini. Aku akan menuntut kalian terutama kau Jay.” Tunjuk Linda nyalang.

Jay hanya bisa menghela nafas, “Terserah padamu mau melakukan apa tapi ingat masih lebih baik Calvin memberikan uang bulanan itu pada kalian daripada tidak sama sekali karena kalian tidak memiliki hak apapun terkait usaha milik Calvin. Usaha Calvin adalah usaha yang dia dirikan bersama Dhara jadi sudah pasti itu adalah milik Lila karena dia adalah anak mereka. Jadi sekarang terserah kalian mau menerimanya atau tidak karena kalian tidak memiliki hak sama sekali untuk menuntut warisan apapun.” Ucap Jay masih berusaha tenang menghadapi dua wanita gila harta di hadapannya itu.

“Aku tetap tidak terima hal ini. Aku akan menuntut semuanya--”

“Mih, kita terima saja. Paman berikan dokumennya. Kami akan menandatanganinya.” Potong Aruna.

Jay pun segera memberikan dokumen itu dan Aruna segera membubuhkan tanda tangannya, “Ayo Mih.” Ucap Aruna. Linda berusaha menolak namun begitu mendengar bisikkan putrinya dia pun akhirnya menurut dan menandatangani berkas itu.

Setelah selesai Aruna segera memberikan dokumennya kepada Jay kembali. Jay pun menerimanya lalu segera bangkit dari tempat duduknya dan segera pulang karena tidak ingin lama-lama berada dengan dua wanita gila itu. Jay yakin kedua wanita itu pasti sedang merencanakan sesuatu yang buruk untuk Lila, “Aku janji padamu Calvin. Aku akan menjaga putrimu dengan baik.” ucap Jay.

Di sisi lain, kini Melvin turun dari kamarnya, “Mau kemana Vin?” tanya Emran melihat putranya itu.

“Aku mau keluar Pih. Aku bosan mendengar perjodohan yang kalian rencanakan. Jangan coba memaksaku Pih. Aku tidak menyukainya.” Ucap Melvin lalu segera keluar menggunakan mobil pribadinya menuju tempat yang menurutnya bisa menenangkan hatinya. Ini juga kali pertama untuk Melvin melajukan mobilnya menuju tempat haram seperti ini karena selama ini Emran dan Elea mengawasinya dengan ketat.

03

Lila segera turun dari mobilnya dan menatap gedung di hadapannya. Club ternama dan terbesar di Negara N yang sudah mendapat surat izin operasi. Lila menatap gedung itu kini menjadi ragu tapi karena rasa penasarannya tinggi sehingga untuk pertama kalinya dalam hidupnya di usianya yang 23 tahun dia menginjakkan kakinya di tempat haram ini.

Begitu masuk dia langsung di suguhkan dengan suasana mewah dan khas club pada umumnya dan bau alkohol mulai tercium. Lila semakin masuk ke dalam dan kini dia bisa melihat adegan prime time 18:21 di sana. Di mana ada yang saling berpelukan, berciuman dan berdansa serta ada juga yang berpesta alkohol.

Lila melihat pemandangan yang menurutnya baru itu sedikit mengalami cultus shock karena tidak percaya di negaranya yang menjunjung tinggi nilai agama bisa ada tempat seperti ini, “Nona, selamat datang di Club Having Fun!” sambut pelayan menyambut kedatangan Lila.

Lila pun hanya mengangguk saja sambil mengamati berbagai orang di sana yang dia tahu pasti bukan berasal dari keluarga sembarangan karena club itu hanya bisa di datangi oleh kaum elit, “Nona, apa pelanggan baru di sini?” tanya pelayan tadi.

Lila pun mengangguk saja, “Kalau begitu, apa anda ingin membuat kartu member agar nanti ketika datang lagi kesini anda langsung di layani dan juga mendapatkan potongan harga.” Tawar pelayan itu.

Lila menggeleng, “Gak usah.” Jawabnya. Pelayan itu pun hanya mengangguk saja.

Lila berjalan menuju bar di mana ada beberapa orang sedang duduk di sana, dia mencari kursi paling sudut dan duduk, “Mau pesan apa nona?” tanya seorang bartender.

“Mau jus saja.” jawab Lila.

Bartender itu pun tersenyum, “Apa anda baru pertama kali kesini?” tanya Bartender itu.

Lila menggeleng, “Saya sudah biasa kok ke tempat ini.” jawab Lila cepat namun dengan nada gugup.

Bertender itu kembali tersenyum, “Anda gak bisa bohong nona. Anda baru datang ke sini karena jika memang anda sudah pernah ke tempat ini maka anda pasti tidak akan memesan jus karena itu tidak tersedia di tempat ini. Ini adalah bar nona yang hanya menjual minuman beralkohol saja.” jelas bartender itu.

Lila pun menunduk malu lalu dia kembali mengangkat kepalanya dan menatap bartender itu dengan sinis, “Emang kenapa jika saya baru pertama kali datang ke tempat ini? Emang itu jadi masalah? Sudahlah saya pesan alkohol. Berikan apa saja apapun jenis alkohol saya akan meminumnya.” Ucap Lila terpancing emosi.

Bertender itu pun hanya mengangguk lalu segera mengambilkan alkohol dengan kadar rendah karena bagaimana pun dia tahu bahwa gadis muda di hadapannya ini pasti baru pertama kali minum alkohol dan itu akan jadi masalah nanti.

Lila mulai menikmati alkohol yang di berikan oleh bartender itu. Segelas sudah habis dan dia meminta di tambah lagi.

“Alkohol satu.” Ucap seseorang yang baru saja datang dan duduk kursi yang hanya berjarak satu kursi dari Lila. Tapi hal itu tidak mengganggu Lila sama sekali karena dia fokus dengan gelas ketiganya.

Bartender yang melayani Lila pun segera melayani tamu barunya itu. Lain dengan alkohol rendah yang dia berikan kepada Lila. Tidak untuk pria di hadapannya itu dia memberikan alkohol dengan kadar tinggi. Melvin yah laki-laki itu tidak lain adalah Melvin langsung meneguk alkohol yang berikan oleh bartender, “Segelas lagi.” Ucap Melvin.

Bartender itu pun mengangguk dan segera mengambilkan segelas lagi dan lagi-lagi Melvin meneguknya dengan cepat dan minta tambah lagi lalu meneguknya lagi. Tepat tiga gelas yang masuk ke tubuhnya, Melvin sudah merasa oleng namun dia tetap meminta segelas lagi, “Lagi!” ucap Melvin pandangannya mulai kabur.

“Segelas lagi.” Ucap Lila untuk gelas ke empatnya juga. Lila juga sudah merasakan pusing dan pandangannya mulai kabur. Dia menatap kepada pria yang hanya berjarak satu kursi darinya itu. Mata mereka beradu tapi karena efek kabur yang di timbulkan oleh alkohol yang mereka minum sehingga hanya buram yang terlihat.

Bartender itu pun segera meletakkan gelas untuk pesanan Lila dan Melvin. Untuk gelas ke empat mereka sudah mulai pelan tapi tetap menghabiskannya dan menambah lagi. Tepat gelas kelima Lila sudah mengaku kalah. Dia segera mengeluarkan kartu di dompetnya dengan susah payah dan memberikannya kepada bartender. Setelah kartu di kembalikan oleh bartender dia pun menyimpannya di dompet dan dia berjalan keluar sambil pontang panting karena mabuk. Sepertinya tingkat toleransi alkoholnya kurang mana di tambah ini juga adalah pengalaman pertamanya mengonsumsi alkohol.

Melvin yang juga sudah menghabiskan gelas kelimanya pun segera membayar karena dia sudah merasa sang pusing dan kepalanya mulai nyut-nyutan. Setelah membayar dia pun segera keluar dengan langkah khas mabuk. Dia menuju mobilnya dan melajukannya menuju hotel terdekat karena rasanya dia ingin muntah saat ini.

Sekitar 10 menit kemudian dia akhirnya tiba di hotel tapi begitu hendak keluar mobil dia mendengar suara dengkuran di belakang bangku belakang. Melvin pun melihat ke belakang tapi sekali lagi pandangannya buran. Melvin segera turun lalu dia membuka pintu belakang mobilnya dan menarik dengan kasar siapa yang sudah masuk ke mobilnya dengan sembarangan, “Siapa kau? Kenapa ada di mobilku?” ucap Melvin mencoba memfokuskan pandangannya namun efek alkohol itu sangat berpengaruh tinggi hingga pandangannya tetap buram.

Lila yang terbangun melihat sekeliling tapi masih saja buram, dia melihat orang di hadapannya, “Daddy!” panggilnya lalu Lila mulai mengalungkan tangannya di leher Melvin yang dia anggap daddynya seolah meminta di gendong.

Melvin menolak sebelumnya dan hendak mendorong gadis yang memeluknya itu tapi terhenti begitu satu kecupan mendarat di pipinya, “Daddy, aku merindukanmu. Kenapa kau pergi meninggalkanku.” Racau Lila lalu kembali hendak mengecup pipi laki-laki yang dia anggap sebagai daddynya namun kecupan itu justru mendarat tepat di bibir Melvin.

Melvin yang merasakan sesuatu yang kenyal menyentuh bibirnya pun akhirnya hasratnya naik dan menahan tengkuk gadis yang menciumnya dan akhirnya ciuman dalam dan panas pun terjadi di antara dua orang yang tidak saling mengenal itu.

Melvin sudah tidak bisa mengendalikan hasratnya segera menggendong Lila masuk ke hotel dan Lila pun hanya pasrah saja. Tidak lama mereka sudah di kamar hotel dan Melvin segera meletakkan Lila yang ada dalam gendongannya ke ranjang lalu segera mencium bibir Lila kembali dan ciuman itu semakin panas hingga akhirnya malam itu Melvin dan Lila terlibat one night stand dengan orang tidak mereka kenal satu sama lain.

Singkat cerita, tepat pukul tiga pagi Lila terbangun dan seketika sadar dengan apa yang sudah terjadi. Dia menatap tubuhnya yang tidak memakai sehelai benang pun dan di sampingnya ada laki-laki yang sedang membelakanginya juga sama tidak memakai apapun.

Lila segera bangun dengan cepat sambil menahan perih, kini dia sudah tahu apa yang sudah terjadi. Lila ingin menagis dan merutuki kebodohannya tapi semua sudah terlanjur dengan cepat Lila memakai pakaiannya yang untung masih bisa di pakai itu. Lila segera keluar dengan membawa semua barang miliknya tanpa melihat siapa pria yang sudah tidur dengannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!