RRRRIINNGG! RRRING!
Kirana tiba-tiba dibangunkan oleh getaran handphone miliknya. hari sudah menunjukkan pukul 06:04 pagi, Kirana Sebenarnya masih ingin berlama-lama di atas kasurnya namun kewajiban nya membuat ia mengurungkan niat itu, kewajiban itu adalah membuatkan sarapan untuk Suaminya (Adit Putra).
Perlahan Kirana bangun dan meregangkan tubuhnya, setelah merapikan Kasurnya ia langsung keluar dari Kamarnya menuju Dapur
Kirana memakai celemek nya dan memulai memasak hidangan untuk Adit.
Kirana Rasa Adit akhir-akhir ini pemarah mungkin karena semua tekanan dari pekerjaan. Kirana berharap ini membuatnya merasa lebih baik, Kirana tersenyum dan terus memasak. Butuh waktu sekitar 30 menit untuk menyelesaikan membuat sarapan. Setelah semuanya selesai Adit pun keluar kamar, Kirana memberikannya Senyuman manis.
"Selamat pagi Adit, apakah kamu lapar? Aku sudah membuatkan sarapan," Ujar Kirana. Tersenyum lembut
"Tidak, terima kasih, aku akan makan makanan dalam perjalanan ke sana saja," Ujarnya tanpa mendongak dari memperbaiki jasnya.
Kirana menunduk merasa sedih.
"Apa dia tidak suka masakannya? Mungkin aku koki yang buruk. Itu mungkin salah satu alasan mengapa dia akan repot-repot berhenti di suatu tempat untuk membuang-buang uang, terutama ketika aku membuat begitu banyak makanan!" Batin Kirana sedih
"Oh, oke," Ujar Kirana masih menunduk. Adit akhirnya berhenti memperbaiki jasnya dan menatap Kirana untuk pertama kalinya hari ini.
"Yah, aku mungkin harus pergi," Ujarnya sambil meraih kunci dan dompetnya.
"Oh ya, maaf, aku yakin kamu akan terlambat sekarang karena aku menahan mu," Ujar Kirana sakit hati.
Adit mulai berjalan menuju pintu tanpa memikirkan perasaan Kirana Namun tiba-tiba ia berhenti dan berbalik.
"Oh, dan Kirana satu hal lagi," Ujarnya Sejenak Hingga membuat Kirana merasa sangat bahagia,
"mungkin dia akan mendoakan ku semoga sukses di tempat kerjaku hari ini!" Batin Kirana sambil tersenyum karna mengingat Adit tidak pernah melakukannya.
"Iya," Ujar Kirana tersenyum.
"Apakah kamu tidak akan terlambat bekerja hari ini?" dia bertanya dengan nada tanpa emosi. Lilin kecil harapan Kirana tiba-tiba ditiup.
"Tentu saja, dia akan menanyakan itu. Kenapa dia ingin aku beruntung? Dia tidak melakukannya sama sekali dalam 3 bulan ini!" Batin Kirana lirih
"Oh Ah iya, aku mungkin akan terlambat hari ini," Ujar Kirana pelan. Masih sedikit kecewa karena Adit tidak mendoakannya semoga berhasil,
"Baiklah kalau begitu aku akan keluar sekarang," Ujarnya. Kemudian dia berbalik dan berjalan keluar. Tanpa memperdulikan Kirana yang masih berdiam kaku
"Kirana menghela nafas, sepertinya semua masakan ini sia-sia. Aku kehilangan nafsu makan, sebaiknya aku membungkus semua makanan ini dan membersihkannya!" Ujar Kirana pelan
"Yah, mungkin dia hanya lupa!" Batin Kirana Mencoba berpikir positif dan bersikap tenang.
Kirana melihat jam sudah pukul 07.00. Lebih baik ia bersiap-siap atau ia akan benar-benar terlambat bekerja. Kirana dengan cepat pergi ke atas kamarnya dan memulai menghias dirinya.
Di depan Cermin rias Kirana mengambil sehelai rambutnya dan melihat tekstur nya yang sangat halus,
"persis seperti ibuku!" Ujar Kirana tersenyum.
Kirana mengganti pakaiannya dengan blus berkancing putih sederhana dan rok hitam yang panjangnya 1 inci melewati lututnya. Kirana memakai flat hitamnya dan melihat dirinya di cermin setelah itu iapun mengambil tasnya dan berjalan keluar rumah.
Di luar cukup bagus dan cerah. Ini musim semi sehingga semua bunga bermekaran. Kirana memutuskan untuk berjalan ke tempat kerja karena jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah, Kirana sampai di sana tepat waktu. Kirana masuk dan berjalan menuju Mejanya. Begitu ia duduk, sahabat Kirana yang bernama Citra berjalan ke mejanya
"Hai, Kirana," Ujarnya sambil tersenyum pada kirana dan memberinya segelas kopi hangat
"Hai, Citra," Balas Kirana sambil tersenyum padanya. Citra bersandar di mejanya sambil menyeruput kopinya,
"Jadi, bagaimana kehidupan pernikahan mu?" Ujar Citra bertanya
Kirana sedikit sedih, tapi ia mencoba menyembunyikannya dan menyesap kopinya dengan pelan.
"Baik!" Ujar Kirana berbohong. Tapi tentu saja Citra tahu Kirana berbohong, itu sama sekali tidak mempan karena Kirana adalah sebuah buku terbuka yang dengan mudah orang tau isinya.
"Apakah Seburuk itu?" Ujar Citra menatap Kirana dengan simpatik.
dan Akhirnya Kirana menyerah menyembunyikan nya kepada Citra. Kirana Menghela nafas.
"jangan ingatkan aku" Ujar Kirana memperingati
"Kau harus menceraikannya," Ujar Citra tiba-tiba. Kirana sedikit kaget pada awalnya. Menceraikan Adit? Kirana dengan cepat menolak ide itu.
"Citra, kami baru saja menikah 3 bulan yang lalu," kataku tanpa memandangnya.
"Tepat Kirana, kalian berdua baru menikah 3 bulan, dia memperlakukanmu seperti orang asing yang seharusnya itu tidak terjadi, Mana ada di dunia ini pasangan seperti kalian," katanya padaku dengan wajah khawatir.
"Yah, mungkin itu hanya berlaku untuk beberapa pasangan," Ujar Kirana dengan suara penuh harap. Citra menatap Kirana selama beberapa detik,
"Kuharap Kamu benar" Ujar Citra pelan
"Kirana Lestari" Kirana mendongak dan melihat Ketua memanggilnya
"Ya Ketua," Ujar Kirana lalu tersenyum kepadanya.
"Direktur Harima ingin bertemu denganmu di kantornya," Ujarnya pada Kirana lalu pergi.
Kirana melihat kembali ke arah Citra, dia sama terkejutnya dengan Kirana
"Apa yang kamu lakukan?" Citra berbisik pelan
"Aku tidak tahu," Jawabnya lalu mulai berjalan menuju kantor Direktur
Kirana berdiri di depan pintu masuk itu, menarik napas dalam-dalam karena gugup. Apa yang Wakil ketua inginkan? Kirana harap ia tidak dipecat kalo tidak ayahnya akan kecewa padanya
Kirana mengetuk pintu itu pelan.
"masuk" Ujar Orang didalam, Kirana pun masuk dan ia melihat Direktur sedang duduk di mejanya
"Anda ingin bertemu dengan saya" Ujar Kirana pelan
"Ya Kirana, ini tentang pekerjaanmu," Ujarnya.
Benjolan kecil mulai terbentuk di tenggorokan Kirana.
"Bagaimana dengan pekerjaan saya?" Tanya Kirana
"Selamat, kamu mendapat promosi. Mulai hari ini, kamu sekarang menjadi asisten putraku dan calon presiden perusahaan ini. Annan kamu bisa masuk sekarang," Ujarnya.
Kirana berbalik dan pintu terbuka menampilkan seorang pria dengan wajah datarnya. Dia mengenakan setelan gelap juga, segala sesuatu tentang dia gelap, saat dia berjalan ke arah Kirana, ia bisa merasakan kepercayaan dirinya luntur hanya dengan aura pria itu.
Pria itu menatap Kirana, Kirana merasakan hawa dingin di punggungnya.
"dia tampan!" Batin Kirana saat pria itu mengulurkan tangannya
"Halo, namaku Annan Keanu Winata!" Ujarnya memperkenalkan diri, suaranya dalam. Kirana pun membalas tangannya, itu dingin dan besar dibandingkan dengan tangan Kirana yang kecil dan hangat.
"Halo, nama saya Kirana Lestari," Ujar Kirana tersenyum
"Senang bertemu denganmu," Ujarnya. dan tak satu pun dari mereka berpaling.
Kirana Larasati.
Annan Keanu Winata
Mata hitam gelap dingin itu menatap mata indah hangat Kirana dalam,
Aku terus menatap Annan! bos baruku. Dia tinggi melebihi ku, Aku mungkin harus mulai memakai sepatu hak tinggi mulai sekarang jika Aku ingin berhadapan langsung dengannya.
"Kirana kenapa kamu tidak pergi dan mengambil barang-barang mu dan pindah ke Ruangan Annan," kata Direktur mengalihkan pandanganku dari tatapannya, aku tersipu. Seharusnya aku tidak menatapnya.
"Ya, tentu saja, aku akan melakukannya sekarang," kataku malu-malu. Aku berbalik dan buru-buru meninggalkan kantor untuk mengambil barang-barang ku dan memberitahu Citra beritanya.
Annan melihat asisten barunya Kirana keluar dari ruangan, hingga membuat Annan menyeringai.
"Kalau begitu, aku akan pergi sekarang juga" kata Annan sambil berbalik dan berjalan ke pintu. Tepat saat ia menyentuh kenop pintu, Annan teringat sesuatu,
"Oh dan Harima aku minta tolong" Ujarnya sambil memunggungi dia.
"Ya, Annan" Ujar Harima membuat Annan berbalik menatap kembali wajah wanita itu
"Jangan pernah memanggilku anakmu lagi atau aku akan membunuhmu" Ujar Annan sambil meludah. Mata Annan masih menatap lurus ke mata Harima tak tergoyahkan. Harima sedikit gemetar ketakutan, Walaupun mencoba bersikap tenang namun Annan tau jika wanita itu ketakutan. Setelah beberapa saat berlalu, Ketakutan Harima berubah menjadi amarah
Dia berdiri dan membanting tangannya di atas mejanya.
"Annan! Ada apa denganmu!? Aku menikah dengan ayahmu, Jadi otomatis kamu sekarang menjadi-"
"Menikah dengan ayahku?" kata Annan memotong ucapan Harima dan mulai tertawa.
"Jangan menyanjung dirimu sendiri, Itu hanya selembar kertas Dan Kau bahkan tidak memiliki Nama Winata sebagai nama belakangmu Harima" Ujarnya dingin.
Harima terlihat seperti anak kecil yang ketahuan melakukan sesuatu yang seharusnya tidak ia lakukan.
"I Itu karena..."
"Itu karena dia tidak ingin dunia tahu dia menikah dengan pelacur" Ujar Annan tajam sambil memelototinya.
Harima terlihat kalah, dia melihat ke bawah ke mejanya. Tapi Annan belum selesai,
"Kenapa menurutmu dia tidak pernah mengenalkan mu pada salah satu temannya atau mengajakmu ke pesta makan malam? itu semua karena Dia tidak ingin orang tahu dia menikah denganmu!"
Terluka adalah perasaan Harima dan Annan bisa melihat di wajahnya. Seperti seseorang telah menikamnya dan memutar pisau menjadi lingkaran penuh. Annan berbalik dan berjalan keluar dari Ruangan Harima tanpa merasa bersalah sedikitpun. Annan masuk ke Ruangannya dan melihat Kirana sudah ada di sana.
Kirana mendongak saat ia sedang mengatur mejanya ketika dia mendengar seseorang masuk.
"Halo Tuan Annan, selamat datang kembali" Ujarnya dengan hangat. Annan terkejut tapi ia tidak menunjukkannya, Annan memberinya wajah Datar
"kamu sudah selesai beberes secepat itu" Ujar Annan saat ia pindah ke mejanya dan mulai duduk.
Kirana juga duduk di mejanya,
"Ya, saya tidak punya banyak Barang sehingga tidak butuh waktu lama buat saya untuk beberes" Ujarnya dan terus mengatur kertas.
"Baiklah, kalo begitu ayo kita mulai bekerja!"
"Ya, Baiklah" Ujar Kirana setuju dengan ucapan Annan. Tepat ketika Annan akan memulai pekerjaannya, tiba-tiba terdengar
Ding
Annan berbalik dan melihat suara itu berasal dari telepon Kirana. Begitu dia memeriksanya, Annan melihat bahu Kirana yang merosot karena kecewa.
"Apakah ada yang salah?" Ujar Annan tanpa sadar.
"ini suamiku, dia bilang akan terlambat pulang lagi hari ini dan aku sedikit sedih," Ujarnya pelan
Keingintahuan menguasai Annan.
"Apa pekerjaan suami mu?" ia bertanya. Sambil menyeruput kopi,
"Dia calon Direktur utama perusahaan ayahnya" Ujarnya. Lalu dia menatap Annan dan tersenyum,
"Sepertimu,"
Bukankah itu menarik? Direktur Utama,
"Siapa nama belakangnya? aku mungkin tahu siapa dia" Ujarnya ingin tahu lebih banyak.
"Nama belakangnya adalah Putra," katanya padaku. Annan langsung tahu siapa yang dia bicarakan, ia kaget
"Putra? Apa dari firma hukum nomor 1?" tanya Annan kaget.
Kirana hanya tersenyum,
"Bisa di bilang begitu!," Ujar Kirana santai.
"Mengapa istri Direktur dari perusahaan hukum nomor 1 bekerja untuk perusahaan hukum terburuk?" Annan bertanya sekarang ia benar-benar penasaran.
“Saya pernah menawarkan diri menjadi asisten suami saya, tapi dia bilang sudah punya,” ujarnya cuek. Hmmm, kenapa dia tidak ingin istrinya menjadi asistennya? Bahkan jika dia sudah memiliki asisten, dia masih bisa memberinya pekerjaan lain di perusahaan itu.
"Mari kita keluar dari topik ini dan mulai bekerja," Ujar Annan mengakhiri pembicaraan,
itu bukan urusanku bukan!?
"Ya Benar," Kirana setuju dan tersenyum. Annan menatap senyumnya, senyum yang hangat dan polos, hampir mengingatkan Annan kepada Senyuman ibunya. Annan menghentikannya sebelum dia menyadari bahwa ia sedang menatapnya. mereka berdua mulai bekerja dalam keheningan yang damai.
Kirana melihat jam dan mengatakan 06:30 apakah ini sudah malam? lebih baik ia pulang. Kirana menyimpan dokumen yang sedang ia kerjakan dan melihat Annan, Dia tenggelam dalam pekerjaannya, mejanya penuh dengan kertas dan buku.
Annan Keanu Winata
anggota keluarga termuda dari keluarga utama Winata. Jika Dia ingat dengan benar, mereka juga memiliki rumah sakit serta beberapa kantor polisi. Mereka berada di level yang sama dengan Mauren (Keluarga ku), aku menggelengkan kepalaku. Aku tidak ingin memikirkan keluarga Mauren sekarang.
"Kau bisa pulang jika kau mau" kata Annan tiba-tiba, Kirana melihat ke arahnya tapi dia masih melihat pekerjaannya. iapun mengumpulkan barang-barangnya dan berdiri,
"Kalau begitu aku akan pergi" Ujarnya dan pergi.
Annan terus membaca dokumen di laptop dan buku hukum nya untuk kasus terbaru yang ia tangani. Annan mendengar Suara
Ding
ia melihat dari samping buku hukum yang ia pegang lalu bangun. Annan berjalan menuju meja Kirana dan melihat ponselnya di sana.
"Sial bagaimana caraku mengembalikannya? Aku bahkan tidak tahu Alamat rumahnya!" Ujarnya pada dirinya sendiri. ia menghela nafas, ini akan melelahkan. Wa
Kirana menyesuaikan tas belanjaan di tangannya. ia harap Adit suka daging panggang untuk makan malam. Kirana terus berjalan pulang melihat jendela toko. Sesuatu menarik perhatiannya, ia berhenti di salah satu etalase toko. Itu kalung, tapi yang menarik perhatiannya adalah liontin bunga pink yang cantik.
Tiba-tiba seorang karyawan mengambil kalung itu. Kirana kira Mungkin seseorang sudah membelinya. Oh well, ia harap siapa pun pemiliknya sekarang menghargai itu adalah kalung yang cantik. Saat Kirana hendak melanjutkan berjalan, ia mendengar sesuatu
"Kirana!" Kirana berbalik dan melihat Annan berlari ke arahnya
Annan melihat Kirana berjalan jadi ia memanggilnya dan mulai berlari ke arahnya. Ketika Annan mengejarnya, ia bisa melihat ekspresi terkejut di wajahnya Wanita itu.
"Kau lupa ponselmu," Ujar Annan padanya mencoba mengatur napas. Annan menyerahkannya kembali. Dan Kirana pun mengambilnya.
"Tuan Annan, apakah Anda lari jauh-jauh ke sini?" Ujarnya terkejut
Annan pun berdiri tegak karena tadi ia membungkuk untuk mengatur napasnya.
"Ya, tapi aku tidak keberatan, Sudah lama aku tidak Olahraga!" Ujar Annan. membuat Kirana tertawa, Annan yang baru pertama kali melihat wanita itu tertawa pun menahan senyuman nya
Annan dengan cepat memalingkan Wajahnya saat merasakan perasaannya yang aneh namun tidak berapa lama ia memalingkan wajahnya tiba-tiba di ujung sana ia melihat ada pria yang Annan yakini adalah suami dari Kirana.
Annan melihat kembali ke arah Kirana.
"Kirana kamu bilang suamimu akan terlambat kan?" Annan bertanya. Kirana terlihat bingung saat tiba-tiba pria itu menyebutkan suaminya
"Benar... dia harus bekerja lembur hari ini," Ujarnya
Tiba-tiba gadis Yang bersama suami Kirana itu berteriak kegirangan karena sesuatu yang di bisikan oleh Pria itu.
Kirana hendak berbalik untuk melihat dari mana asal suara itu berasal. Namun Annan tiba-tiba melakukan hal pertama yang ia pikirkan, tangannya secara refleks meraih Kirana dan memeluknya,
Annan meletakkan dagunya di atas kepalanya dan memeluknya erat-erat agar dia tidak berbalik. Kirana pun menegang.
"Kirana benar-benar hangat!" Batin Annan
Annan berhenti menatap Suami Kirana serta beralih menatap Kirana. Dan ternyata Kirana juga sedang menatapnya juga dengan mata Indahnya yang memesona.
DEG
Suara detak jantung Annan berdetak lebih cepat dari biasanya membuat Wajahnya bersemu mereka.
Dan perlahan tanpa ia sadari, Mereka mulai mendekat kan wajahnya satu sama lain, hingga jarak Mereka hanya beberapa sentimeter saja. Sedikit saja wajah mereka mendekat Maka Meraka pasti akan berciuman.
Dia asisten mu. Seharusnya kamu tidak sedekat ini dengan seseorang yang bekerja untuk mu Annan.!
Kirana menatap mata Annan dalam hingga ia tersadar.
"Tunggu! aku tidak bisa melakukan ini. Dia bosku dan aku sudah menikah, ini salah. Aku berhenti dan menjauh dari Annan dengan tergesa-gesa sebelum melakukan sesuatu yang mungkin akan ku sesali.!" Batin Kirana terkejut
"Te Terima kasih telah mengembalikan Po Ponselku Tuan Annan, sampai jumpa besok," Ujar Kirana cepat, saat ia berhasil mendorong badan Annan untuk menjauh
Kirana berbalik dan mulai berlari pulang, ia harus menjauh darinya. Ketika Kirana berada 3 blok jauhnya, Kirana pun berhenti dan mengatur napasnya.
"Aku tidak percaya aku hampir Berciuman dengan Tuan Annan, Ingat Kirana Kamu seorang wanita yang sudah menikah!" Gumam Kirana dengan wajah yang memerah
Kirana pun mulai berjalan pulang mencoba mengalihkan diri dari ciuman yang hampir terjadi tadi
Sambil memikirkan Apa yang akan ia masak nanti untuk mengalihkan pikirannya. Sebenarnya Memasak adalah Hobi nya.
Ketika Kirana sampai di rumah, ia mulai memasak makan malam untuk diri ku sendiri karena kemungkinan besar Adit akan makan di suatu tempat seperti biasanya ketika dia bekerja lembur.
Setelah selesai makan, Kirana mulai membersihkan rumah mengalihkan perhatiannya dari memikirkan Tuan Annan.
Setelah selesai ia pun berbaring di sofa lelah membersihkan seluruh rumah. ia mulai berpikir tentang ciuman yang hampir terjadi tadi. ia mulai bertanya-tanya apa yang akan terjadi jika mereka berciuman.
Berbagai skenario mulai terlintas di kepalanya. Apakah ia tadi akan menarik diri dan menamparnya? Itu yang biasanya terjadi di sinetron-sinetron yang pernah ia tonton.
Atau apakah Aku akan menarik diri dan lari begitu saja? Atau Apa aku akan membalas ciumannya?
Kirana mulai membayangkan bagaimana rasanya berada di lengan Tuan Annan yang kuat sambil Berciuman tanpa ada alasan.
"KIRANA!"
"AAAAH!"
Kirana berteriak dan melompat dari tempatnya di sofa. Kirana melihat ke ambang pintu dan melihat Adit suaminya berdiri di sana,
"aku sudah memanggil mu selama 5 menit"
"A adit, maaf aku tidak mendengar mu, kamu membuatku takut!" Ujar Kirana gugup seperti orang yang telah ketahuan melakukan sesuatu yang seharusnya tidak ia lakukan.
Adit menatap Kirana dengan ekspresi curiga, namun dengan cepat ia merubah ekspresinya.
"Apa yang kamu lakukan? Bukankah besok kamu pergi bekerja?" Adit bertanya sambil melihat jam tangannya. ia mengecek waktu di ponselnya sudah jam 12:30
"Ahh ya aku harus tidur," Ujar Kirana dan dengan cepat pergi ke kamarnya
Kirana dan Adit tidur di kamar terpisah. Itu semua Ide Adit, Kirana tidak mempersoalkannya karena orang tuanya juga pernah tidur di kamar terpisah dari waktu ke waktu biasanya ketika mereka bertengkar...
Tapi Kirana tidak keberatan tidur di kamar terpisah. Ia pun segera mengganti piyamanya, mematikan lampu dan mencoba untuk tidur.
Kirana terbangun oleh dering teleponnya, Kirana setengah tertidur menjawabnya dan meletakkan Handphonenya di telinga.
"Ha Halo," Ujar Kirana dengan suara serak karena tiba-tiba terbangun.
"Kiranaaaaa!" Sebuah teriakan menyadarkan Kirana dari rasa kantuknya dan ia tau siapa yang memiliki suara itu
"Tiara itu kamu? ada apa kamu meneleponku?"
Kirana melihat jam digitalnya di meja samping tempat tidur yang menunjukkan baru pukul 3:30 pagi.
"JAM 3 DINI HARI!"
"Yah, Hik aku ingin kamu menjemput ku," Ujar Tiara dengan suara Mabuk.
"Tiara apa kau mabuk?"
"Tidak! Bartender bodoh itu mengatakan hal yang sama Hik dan menipuku untuk memberinya kunci mobilku"
"Bagaimana dia menipumu?"
"Dia bilang berikan aku kunci mobilmu, Hik bajingan itu! Dan caranya memanipulasi," Ujarnya marah pada bartender.
Yup Tiara mabuk, Kirana mendesah lagi.
"Di mana kau Tiara?" Ujar Kirana sambil bangun dan memakai sepatu.
"Aku berada di bar Hik keren yang baru saja dibuka di jalan Joplin" cerca nya.
"Oke, aku tahu yang mana yang kamu bicarakan, tetaplah di sana, aku akan tiba di sana dalam 5 menit!" Ujar Kirana lalu menutup telepon.
Kirana memakai sweater nya karena di luar dingin, ia pun mengambil kunci dan meninggalkan rumah.
Ketika ia sampai dan masuk ke dalam, Kirana dengan cepat menutup hidungnya dari bau alkohol yang menyengat.
Kirana melihat Tiara duduk di bangku dekat bartender. dia mengenakan mini dress strapless berwarna hitam.
"TIARA!" Ujarnya memanggil. Tiara menatap Kirana dan mulai menangis
"Kiranaaaa!" Ujarnya menangis dan memeluk Kirana erat-erat. Hingga membuat wanita itu oleng sesaat
"Aku merindukanmu, kupikir Hik aku tidak akan pernah melihatmu lagi," isaknya
"Tidak apa-apa Tiara aku di sini sekarang"
"Tiara kenapa kamu malah minum? Kamu kan tidak pernah minum," Ujar Kirana
"Aku putus dengan Si Bajingan itu!" isaknya.
Mendengar Ucapan Tiara ia pun memutuskan untuk tidak bertanya lagi, sejujurnya Kirana juga tidak pernah benar-benar menyukai pria itu, dan Kirana agak senang jika mereka Benar-benar putus.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!